cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Majalah Keperawatan Unpad
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 88 Documents
INTERAKSI PASIEN, KELUARGA DAN PETUGAS KESEHATAN DALAM PERAWATAN AKHIR-HIDUP PASIEN SAKIT TERMINAL Etika Emaliyawati
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (65.76 KB)

Abstract

ABSTRAK Meningkatnya jumlah klien dengan penyakit yang belum dapat disembuhkan baik pada dewasa dan anak seperti penyakit kanker, penyakit degeneratif, penyakit paru obstruktif kronis, cystic fibrosis, stroke, Parkinson, gagal jantung/heart failure, penyakit genetika dan penyakit infeksi seperti HIV/AIDS memerlukan perawatan dan pelayanan kesehatan paliatif. Ketika seorang klien divonis menderita suatu penyakit yang tidak bisa disembuhkan, seketika itu pula kematian sudah berada di pelupuk mata. Literature review ini membahas hasil-hasil penelitian yang telah dipublikasikan mengenai perawatan akhir-hidup (end of life care) dan proses kematian (dying) dari pasien yang menderita sakit terminal dalam berbagai kondisi baik dari segi kesehatan fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual. Dibahas pula mengenai peran dari berbagai stakeholder yang terlibat dalam layanan perawatan akhir-hidup, termasuk pasien yang bersangkutan, keluarga dekat pasien dan pengambil keputusan, serta petugas kesehatan (dokter, perawat, dan petugas kesehatan lainnya). Tujuan penulisan literatur review ini untuk memberikan tambahan wawasan mengenai perawatan pasien  terminal yang akan menghadapi akhir hidup, harapan keluarga terhadap pelayanan kesehatan dan bagaimana perspektif petugas kesehatan terhadap masalah ini. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dengan melakukan wawancara mendalam, dan pengamatan. Informan terdiri dari pasien, keluarga, dan petugas kesehatan. Setting dari perawatan akhir hidup yaitu di lingkungan panti perawatan dan rumah sakit terhadap komunitas pasien lansia dalam lingkup perawatan paliatif. Terdapat 3 tema yang didapatkan yaitu pasien yang akan menghadapi akhir hidup, keluarga pasien dengan penyakit terminal dan petugas kesehatan dalam memberikan perawatan pada pasien dengan penyakit terminal. Perlu kiranya untuk meningkatkan kualitas perawatan paliatif khususnya pada proses kematian dan akhir kehidupan di berbagai setting/tempat perawatan. Kata Kunci: Akhir-hidup, Lansia, Perawatan paliatif, Proses kematian, Sakit terminal ABSTRACT The increasing of clients with diseases that can not be cured in both adults and children such as cancer, degenerative diseases, chronic obstructive pulmonary disease, cystic fibrosis, stroke, Parkinson's, heart failure / heart failure, genetic diseases and infectious diseases such as HIV / AIDS need care and the palliative health services. This review paper discussed published findings from studies on the role and interaction among patients, their families and health workers in End-of-Life (EOL) care and dying of terminally ill patients with various physical health conditions, mental, environment and background. This paper discussed the roles of various stakeholders involved in end-of-life care, including the patients, close relatives and decision makers, and health workers including physicians, nurses, and other health related workers. The purpose of this literature review to provide additional insight into the treatment of terminal patients who face end of life, the family hopes to health care and how health perspective on the issue. The method used is descriptive qualitative. Data collection by conducting in-depth interviews, and observations. Informants consisted of patients, families, and health workers. Setting of the end of life care in a nursing home environment and community hospitals for elderly patients in the palliative care setting. There are three themes that will be found that patients facing end of life, families of patients with terminal illness and health workers in providing care to patients with terminal illness. It is important to improve the quality of the palliative care, especially in the process of death and the end of life in various settings of care. Keywords: End of life, Elderly, Dying, Terminally ill, Nursing home
PENYEBARAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH BERDASARKAN FAKTOR CUACA DAN IKLIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIWARUGA KABUPATEN BANDUNG BARAT Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 11, No 20 (2009): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK Faktor cuaca dan iklim mempengaruhi perkembangan berbagai organisma, termasuk binatang pembawa penyakit (vector borne diseases) seperti nyamuk penyebab demam berdarah. Fenomena pemanasan global dan perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan kasus demam berdarah, antara lain di wilayah pegunungan dan wilayah lintang tinggi, yang tadinya tidak dihuni oleh nyamuk demam berdarah. Penelitian ini bertujuan mempelajari gambaran penyebaran penyakit demam berdarah berdasarkan faktor cuaca dan iklim di wilayah kerja Puskesmas Ciwaruga Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif untuk mendapatkan gambaran tentang penyebaran penyakit demam berdarah serta gambaran faktor cuaca dan iklim. Data yang digunakan meliputi data pasien penderita penyakit demam berdarah yang berobat ke Puskesmas Ciwaruga selama tahun 2006-2009, data suhu udara (1998-2007) dan curah hujan (1953-2007) yang dipantau oleh Stasiun Meteorologi Cemara Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penderita demam berdarah di Puskesmas Ciwaruga meningkat pada bulan Februari dan bulan Agustus. Kenaikan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh kondisi kenaikan curah hujan dan kenaikan suhu udara yang juga memperlihatkan dua puncak dalam satu tahun. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai peringatan dini dalam upaya antisipasi terhadap penyebaran penyakit demam berdarah dengan meningkatkan kondisi lingkungan serta kesehatan masyarakat. Kata Kunci : Dengue, Demam, Cuaca ABSTRACT Weather and climate affect development of various organisms, including vector borne diseases, such as mosquitos which caused dengue fever. Global warming and climate change are predicted to increase of dengue fever cases, especially at higher altitude and latitude, previously untraveled by the mosquitos. This research aims to describe distribution of dengue fever based on weather and climate condition in Ciwaruga Community Health Centre in West Bandung Regency. The data used include the number of patient suffering dengue fever seeking treatment at the health centre during 2006-2009, air temperature (1998-2007) dan rainfall (1953-2007) data monitored by the Cemara Meteorological Station in Bandung. The results indicated that the number of dengue fever patients at Ciwaruga Community Heath Centre increased in Februari and August. The increases tend to be affected by the increase in rainfall and air temperature, which also showed two peaks in one year. The results could be used as an early warning in an effort to anticipate develeopment of dengue fever by improving environmental condition and community health. Keywords : Dengue, Fever, Weather
PENGARUH METODE SMS CENTRE PREGNANCY TERHADAP PENGETAHUAN KIA DALAM BUKU KIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PUTER KOTA BANDUNG Siti Sarah Purnamasari; Ermiati Ermiati; Tetti Solehati
Majalah Keperawatan Unpad Vol 13, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.295 KB)

Abstract

Siti Sarah Purnamasari*Ermiati**Tetti Solehati** ABSTRAKSalah satu kebijakan pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu adalah dengan pengadaan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Buku KIA adalah sarana untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kemandirian keluarga dalam memelihara kesehatan, mencegah, mendeteksi secara dini, serta menanggulangi masalah kesehatan ibu. Metode SMS Centre Pregnancy mengajak ibu untuk membaca buku KIA. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan tentang KIA dalam buku KIA  sebelum dan sesudah metode SMS Centre Pregnancy pada ibu hamil. Rancangan penelitian menggunakan quasi experiment dengan pre-test and post-test group design. Jumlah responden sebanyak 30 orang. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling Uji hipotesis yang digunakan adalah Wilcoxon. Instrumen penelitian berupa angket. Hasil uji hipotesis menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (p=0.000) antara pengetahuan sebelum dan sesudah dilakukan SMS Centre Pregnancy. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh metode SMS Centre Pregnancy terhadap pengetahuan tentang KIA dalam buku KIA pada ibu hamil. Saran untuk penelitian ini, bagi pihak puskesmas dapat menentukan kebijakan tentang penggunaan metode SMS Centre Pregnancy. Untuk peneliti selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil tentang KIA dalam buku KIA pada metode SMS Centre Pregnancy. Kata Kunci : Buku KIA, SMS, Ibu hamil ABSTRACT          One of the Government's policies to reduce maternal mortality was the provision of Maternal and Child Health Handbook (MCH). Maternal and child health handbook is a means to improve the knowledge of pregnant women, which is expected to increase the autonomy of the family in the care of health, prevention, early detection, and solve the problem of maternal health. SMS Centre pregnancy methods invited mothers to read MCH. The purpose of this study was to determine differences in knowledge about MCH in MCH book before and after the SMS Pregnancy Center method in pregnant women Used a quasi-experimental research design with pre-test and post-test design group. Sampling used a purposive sampling technique. The number of respondents as many as 30 people. Hypothesis test used was Wilcoxon. Hypothesis test results showed a significant difference (p = 0.000) between the knowledge before and after the pregnancy center of SMS.The conclusion of this study was indicate that method of SMS Centre pregnancy influence to the knowledge of the MCH in MCH book for pregnant women. Suggestions for this study, Community Health Center can determine the policy on the use of the SMS Centre pregnancy methods. For further research are advised to examine the factors that affect maternal knowledge about MCH in MCH book on the method of SMS Center Pregnancy. Keywords : Maternal and child health book, SMS, Pregnant women
PENGARUH TERAPI INFRA RED TERHADAP KEMAMPUAN MOBILITAS FISIK LANSIA Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.241 KB)

Abstract

ABSTRAK Terapi Infra Red bagi lansia dalam keperawatan dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk baru terapi komplementer dengan menggunakan radiasi elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang diantara 0,7 dan 300 mikrometer. Meningkatnya kelompok lansia membentuk cara pandang yang berbeda dalam memberikan asuhan keperawatan ketika implikasi dari bertambahnya usia ternyata berdampak terhadap timbulnya masalah kesehatan lansia seperti menurunnya kemampuan mobilisasi fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi Infra Red terhadap kemampuan mobilitas fisik pada lansia di Kota Sukabumi. Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah experiment research yaitu pre-test dan post-test grup. 36 lansia sebagai pengunjung baru di klinik Infra Red dijadikan responden yang akan diberikan terapi selama 12 kali dalam 12 hari berturut-turut. Variabel tingkat mobilitas fisik lansia diukur dalam 3 aspek yaitu luas gerak sendi / Range of Motion (ROM), kekuatan otot, dan keseimbangan gerakan. Hasil pengukuran mendapatkan mean skor kemampuan mobilitas fisik pada Lansia sebelum terapi adalah 60,4% yang termasuk dalam kategori immobilitas fisik berat. Sedangkan mean skor sesudah terapi yaitu 83,6% yang termasuk kategori immobilitas fisik sedang. Diperoleh besar selisih kemampuan mobilitas fisik 23,2 % dengan nilai p 0,000 dalam tingkat kepercayaan 95% sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh terapi Infra Red terhadap kemampuan mobilitas fisik lansia. Merujuk hasil penelitian ini, manager keperawatan dapat mempertimbangkan terapi Infra Red menjadi salah satu jenis Standar Operasional Prosedur (SOP) bagi lansia yang mengalami penurunan kemampuan gerak. Kata Kunci : Terapi Infra Red, Terapi komplementer, Lansia, Mobilitas fisik ABSTRACT Infra red therapy for the elderlies in nursery can be categorized as one of new forms of complementary therapy that uses the medium of electromagnetic radiation at wavelength between 0,7 and 300 micrometer. The increasing numbers of elderly form a new perspective in the application of nursing care plan when the implication of the aging process undeniably affects the emergence of elderly health problems such as the decreasingrate of physical mobility. The purpose of this research is to reveal the effects of infra red therapy to physical mobility of elderlies in Sukabumi. The method used in this research is an experiment research, applying pre-test and post-test group research methods. 36 new elderly visitors in an infra red clinic are made respondents, all of whom are given 12 times therapy in 12 subsequent days. The elderlies physical mobility were measured in three variables, i.e. Range of Motion (ROM), muscular strength, and motion balance. The test results indicates mean score of elderlies physical mobility prior to the therapy at 60,4%, categorized in heavy physical immobility, while the mean score post of therapy application at 83,6%, categorized in medium physical immobility. A 23,2% physical mobility capability differential rate, obtained by subtracting the medium with the heavy category, with p 0,000 value indicates 95% rate of trust supports the conclusionthat Infra red therapy affects elderlies’ physical mobility. By referring to this research, the nursery manager may consider infra red therapy as one of SOP for elderlies with physical mobility degradation. Keywords: Infra Red Therapy, Complementary therapy, Elderly, Physical mobility
FAKTOR-FAKTOR INTERNAL YANG BERHUBUNGAN DENGAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) MENJADI AKSEPTOR DI KELURAHAN BALEENDAH KEC. BALEENDAH KAB. BANDUNG Ida Maryati
Majalah Keperawatan Unpad Vol 13, No 1 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (107.795 KB)

Abstract

ABSTRAK Banyak PUS yang tidak menjadi akseptor dengan kategori ingin menunda kehamilan dan tidak ingin memiliki anak menimbulkan pertanyaan mengapa mereka tidak menggunakan kontrasepsi. Penelitian ini menggunakan desaign case control. Subyek penelitian yaitu pasangan usia subur sebagai kasus. Penelitian ini dilakukan pada 96 responden dengan teknik stratified random sampling. Untuk analisa data digunakan koefisian korelasi. Hasil dari penelitian menunjukkan dukungan sosial yang tinggi didapatkan pada responden yang menjadi akseptor (77,08%) sedangkan yang bukan akseptor (41,67%). Dari hasil tersebut terlihat bahwa responden yang tidak menjadi akseptor kurang mendapatkan dukungan sosial jika dibandingkan dengan responden yang menjadi akseptor. Sehingga diperlukan upaya meningkatkan dukungan sosial terhadap responden yang tidak menjadi akseptor dengan cara memberikan informasi pada orang-orang disekitar responden mengenai manfaat kontrasepsi  agar terbentuk dukungan untuk menggunakan kontrasepsi. Kata Kunci : Akseptor , Faktor-Faktor Internal, Kontrasepsi   ABSTRACT Many of this group that didn’t become acceptors by category want to postpone pregnancy and didn’t want to have children raises the question why they are not using contraception. This study uses a case-control design. The respondent are couples of childbearing age as cases. The research was conducted on 96 respondents with a stratified random sampling technique. For analysis of the data used koefisian correlation. Results of the study showed that high social support was found in respondents who become acceptors (77.08%) while non-acceptors (41.67%). From these results shows that respondents who didn’t become acceptors have less social support when compared with respondents who become acceptors. So that the necessary efforts to improve social support to respondents who didn’t become acceptors by providing information to people around the respondents about the benefits of contraception in order to form the support for the use of contraception. Keywords : Acceptor, Internal factors, Contraseption
KUALITAS HIDUP PENDERITA DIABETES MELLITUS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH CIANJUR Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (142.78 KB)

Abstract

ABSTRAK Penyakit Diabetes Mellitus tidak dapat disembuhkan dengan cara mengendalikan gula darah dalam batas normal. Penyakit ini akan menyertai penderita seumur hidup penderita sehingga akan mempengaruhi terhadap kualitas hidup penderita baik dari keadaan kesehatan fisik, psikologis, social dan lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kualitas hidup penderita diabetes mellitus di Poli RSUD Cianjur. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan sampel 50 orang. Yang didapat secara purposive sampling. Instrument yang digunakan adalah WHO Qol – Brief dengan 26 item pertanyaan digunakan untuk mengukur kualitas hidup penderita. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian dari responden merasa kualitas hidupnya baik dan sebagian besar responden merasa puas terhadap keadaan kesehatannya. Dari dimensi kesehatan fisik responden merasa lebih puas dalam kemampuannya dalam bergaul. Dari dimensi psikologi responden sering muncul perasaan negatif. Dari dimensi hubungan sosial responden lebih puas terhadap dukungan sosial. Dari dimensi lingkungan responden lebih puas terhadap mendapatkan informasi yang baru. Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah gambaran kualitas hidup penderita Diabetes Mellitus di Poli RSUD Cianjur adalah baik. Dengan mengetahui gambaran kualitas hidup penderita Diabetes mellitus diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan kepada klien diabetes mellitus. Kata Kunci : kualitas hidup, diabetes mellitus, penyakit yang menyertai seumur hidup ABSTRACT Diabetes Mellitus can be controlled by ensuring the glucose level in blood within its normal limit. Diabetes Mellitus is a lifelong disease that influences patient’s quality of life in every Dimensions such as physical, psychological, social & environment. The purpose of this study is to identify quality of life patients with Diabetes Mellitus in our patients Clinic RSUD Cianjur. A descriptive quantitative method was conducted with sample of 50 patient DM, that obtained by purposive technique. The quality of life was measured using The WHO-QOL Brief which consists of 26 questions. The results shows that some of the respondent have good quality of meanwhile the others fell satisfy with their ability to socialization with the others. From the social dimension, the respondent also satisfy with the social support as well as gaining new information conclusion . The quality of life of Diabetes Mellitus patients at our patient Clinic RSUD Cianjur is good. With this study result nurse can design interventions to increase patient’s quality of life. Keyword : quality of life, diabetes mellitus, life-long disease
TIPE RELASI REMAJA DENGAN ORANG TUA PADA REMAJA DELINKUEN DI RUMAH TAHANAN NEGARA BANDUNG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.43 KB)

Abstract

ABSTRAK Perilaku pelanggaran hukum kerap terjadi di kalangan remaja akhir-akhir ini. Akibatnya, remaja delinkuen (melanggar hukum) harus ditahan dan berstatus narapidana. Salah satu faktor penyebab remaja melakukan tindakan melanggar hukum adalah pengaruh orang tua. Pengaruh orang tua difokuskan kepada riwayat tipe relasi remaja dengan orang tua dengan mengukur aspek individualitas & keterkaitan berdasarkan teori Cooper dan Grotevant (1986). Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tipe relasi remaja dengan orang tua pada remaja delinkuen di Rumah Tahanan Kelas I Kebun Waru Bandung. Metode penelitian yaitu deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner kepada 55 responden. Hasil penelitian untuk aspek individualitas didapatkan lebih dari setengah responden (53%) berada dalam kategori rendah & 47% berada dalam kategori tinggi. Untuk aspek keterkaitan didapatkan hasil lebih dari setengah responden (51%) berada dalam kategori rendah dan 49% dalam kategori tinggi. Remaja delinkuen mempunyai riwayat tipe relasi remaja dengan orang tua yang beragam,yaitu 27%) menggunakan tipe tertutup;tipe kooperatif (25%);24% menggunakan tipe akomodatif dan tipe peduli diri(22%). Dengan demikian, diharapkan pihak instansi rumah tahanan kelas I Bandung, perawat, psikolog untuk dapat meningkatkan peran tenaga profesionalnya melalui konseling rutin dan pembinaan kesehatan jiwa yang tidak hanya diperuntukkan kepada para narapidana remaja, tetapi kepada orang tua narapidana remaja. Sehingga remaja dapat lebih meningkatkan relasi yang sehat dengan orang tuanya. Kata Kunci : Delinkuen, Type hubungan, Orang tua ABSTRACT Breaking the law was often happened among the teenegers recently. As the consequences, the delinquent teenagers have to live in jail and become a convicted criminal. One of the caused of delinquency is family influences. Family influences in this research was focused by the type of relation history between adolescents and parents, by measuring individuality and connectedness aspect based on Cooper and Grotevant theory (1986). The main aim of this research was to describe the types of relationship between delinquent adolescents and their parents in the state prison class I Kebon Waru Bandung. Method of this research was used descriptive quantitative. Data was collected since July 7th-11st 2009 by using questioner to 55 respondent. The results of this research found more than a half (53%) of individuality aspect in the low category and (47%) for the high category. For connectedness aspect was found more than a half respondent (51%) in the low category and (49%) in the high category. General result of the research showed a variety of relation type between adolescents and their parents, almost half of respondent (24%) used closed type; cooperative type (25%); less a half of respondent (24%) used acomodative type and peduli type (22%). Based on that condition, the state prison class I Bandung, especially nurses and psycholog could increase the role of their professionality by giving routine counseling and constructing about mental health not only for youth convicted criminal, but also for their parents who visited them. So that, adolescent would increased healthy relationship with their parents. Keywords: Delinquent, Types relationship, Parents
Pengalaman Mengelola Jurnal Terakreditasi Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Lokakarya Jurnal Keperawatan dan Kesehatan Indonesia
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (7297.059 KB)

Abstract

Tujuan Register: 1.mendapatkan nomor register 2.mempermudah pencarian artikel 3.mengetahui status artikel (artikel terbit, belum layak muat, belum perbaikan penulis, ditarik penulis, dan lain-lain)
GAMBARAN ORIENTASI MASA DEPAN NARAPIDANA REMAJA SEBELUM DAN SETELAH PELATIHAN DI RUMAH TAHANAN NEGARA KELAS 1 BANDUNG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (101.75 KB)

Abstract

ABSTRAK Masa remaja merupakan masa penuh gejolak. Salah satu tugas perkembangan pada masa remaja yaitu persiapan menghadapi masa depan. Permasalahan yang menyangkut masa depan adalah pendidikan, pekerjaan, perkawinan, kegiatan mengisi waktu luang, keluarga, dan aktualisasi diri. Hal yang paling diminati remaja adalah pendidikan dan pekerjaan. Orientasi masa depan dapat dipengaruhi oleh lingkungan dimana dia berada. Suasana penjara yang tak ramah, konsep pemisahan, akan menyebabkan anak merasa mempersalahkan diri dan inferioritas. Hal ini mengakibatkan OMD narapidana tidak jelas. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen untuk mengetahui perbedaan orientasi masa depan narapidana sebelum dan setelah pelatihan. Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner Orientasi Masa Depan Bidang Pendidikan dan Pekerjaan. Sampel penelitian adalah narapidana anak usia 13-18 tahun, berjumlah 33 orang. Hasil penelitian adalah, mengalami perubahan yang signifikan bidang pendidikan dengan nilai t0,05 < t = 3,853; bidang pekerjaan dengan nilai t0,05 < t 3,833. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah agar memfokuskan pada faktor-faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan narapidana remaja. Kata kunci : Orientasi masa depan, Narapidana Remaja, Rumah Tahanan ABSTRACT Adolescent is a time that full of turbulence. One of developmental task of adolescent is preparation to face the future. Problems related to the future are education, work, marriage, spare time activity, family and self actualization. The most interesting matter for adolescents is education and work. Orientation towards the future could be influenced by his/her environment. Unfriendly environment of prison and separation concept would lead to guilty feeling and inferiority of the children. This condition makes future orientation of people in prison is not clear. This study used quasi experiment to identify the difference of future orientation of people living in prison before and after training. Data collection used future orientation questionnaire of education and work. Sample of this study is 33 children aged 13 – 18 years old who live in prison. Result of the study showed that there was significant change in education orientation (t = 3,853) and work orientation (t = 3,833). Suggestion for further research is to focus on factors that influence the future orientation of adolescent who live in prison. Keywords : Future Orientation, Adolescent living in prison, Prison
PERBEDAAN KADAR GULA DARAH SEBELUM DAN SESUDAH TERAPI RELAKSASI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM CIANJUR Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (103.45 KB)

Abstract

ABSTRAK Teknik relaksasi merupakan salah satu teknik tindakan keperawatan. Secara fisiologis, relaksasi dapat menurunkan stres. Dengan relaksasi hipotalamus akan mengatur dan menurunkan aktivitas sistem saraf simpatis. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi terhadap kadar gula darah pada pasien dengan DM Tipe 2. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain eksperimen pre dan post test, dengan kelompok kontrol. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan suatu perlakuan terhadap variabel independen, kemudian mengukur akibat atau pengaruh percobaan tersebut pada variabel dependen. Dalam hal ini peneliti ingin mendapatkan gambaran pemeriksaan kadar gula darah (O1) sebelum eksperimen dilakukan dan (O2) sesudah eksperimen selesai dilakukan pada pasien DM tipe 2 di Rumah Sakit Umum Cianjur. Pengukuran kadar gula darah dilakukan sebelum program latihan. Pengukuran selanjutnya dilakukan selang 1 minggu setelah program. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebanyak 34 sampel, yang terdiri dari 17 sampel intervensi dan 17 sampel kontrol. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata kadar gula darah kelompok intervensi pada pengukuran pertama adalah 237.12 mg/dL, pada pengukuran kedua setelah terapi relaksasi didapatkan rata-rata kadar gula darah adalah 205.12 mg/dL, dengan nilai p = 0.163. Pada kelompok kontrol menunjukkan rata-rata kadar gula darah pada pengukuran pertama adalah 320.12 mg/dL dan pada pengukuran kedua tanpa terapi relaksasi didapatkan 338.41 mg/dL dengan nilai p = 0.164. Maka dapat disimpulkan tidak ada perbedaan antara pengukuran kadar gula darah pertama dengan pengukuran kedua pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Peneliti menyarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar dan bagi perawat untuk senantiasa melatih pasien diabetes melakukan relaksasi. ABSTRACT Relaxation technique is a nursing intervention. Based on Relaxation can reduce the stress. With relaxation hypothalamus regulate and reduce a sympathetic nerve activity. The objective of this study is identify the impact of relaxation therapy to reduce level of blood glucose in the patient of Diabetic type 2 . This study is experimental quantitative research pre and post test design with group control. In this research, researcher want to describe level of blood glucose before (O1) and after experiment (O2) in the patient of Diabetic type 2 in Rumah Sakit Umum Cianjur. Measurement of Blood glucose done before the program and one week After the exercise. Sample in this study 34, 17 intervention sample, and 17 control group . Examining were or were not different blood glucose level before and after relaxation were using paired-sample T test. Result of the study showed, that decreasing of blood level serum were showed on intervention group before relaxation 237.12 mg/dL and after relaxation 205.12 mg/dL with p value 0,163, alpha size 95%. On the control group, first examine 320.12 mg/dL and second examine without relaxation 338.41 mg/dL p value = 0.164. It can be concluded that there was not a significant between the first and the second blood glucose level measurement.