cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Majalah Keperawatan Unpad
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 88 Documents
FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP STATUS GIZI PADA BALITA DI KECAMATAN CIAWI KABUPATEN TASIKMALAYA Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 10, No 18 (2008): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (187.116 KB)

Abstract

ABSTRAK Kurang energi protein atau gizi kurang merupakan salah satu penyakit gangguan gizi yang penting di Indonesia maupun di banyak negara berkembang lainnya. Kurang energi protein adalah suatu keadaan dimana berat badan anak kurang dari 80% indeks berat badan menurut umur (BB/U) baku WHO-NCHS yang disebabkan oleh kurangnya zat gizi karbohidrat dan kekurangan protein disertai susunan hidangan yang tidak seimbang. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya suatu kejadian dengan merunut ke belakang kronologis kejadian tersebut (Sugiyono, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki balita di Desa Ciawi Kabupaten Tasikmalaya. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 50 responden dengan teknik pengambilan sampel adalah dengan accidental sampling. Data dikumpulkan dengan teknik wawancara terstruktur, angket dan food recall dan kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan rumus persentase dan proporsi. Hasil penelitan menunjukkan faktor yang memiliki kontribusi terhadap gizi kurang pada anak adalah riwayat penyakit infeksi, tingkat pengetahuan ibu yang kurang, tingkat sosial ekonomi keluarga yang rendah, dan asupan kalori serta protein yang kurang, sedangkan faktor yang kepercayaan ibu terhadap makanan (100%) memiliki kepercayaan yang mendukung terhadap status gizi balita. Jadi faktor kepercayaan ibu terhadap makanan tidak berkontribusi terhadap status gizi kurang pada balita. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka disarankan agar semua pihak terutama keluarga berpartisipasi untuk meningkatkan upaya pencegahan terjadinya gizi kurang pada anak, diantaranya dengan pembinaan dan pemberdayaan keluarga yang memiliki resiko gizi kurang pada anak. Pemberdayaan dan pembinaan keluarga ini dapat dilakukan oleh Puskesmas setempat dengan melibatkan perawat kesehatan komunitas. Selain itu perlu dilakukan diseminasi informasi tentang gizi untuk meningkatkan pengetahuan keluarga khususnya ibu tentang asupan nutrisi, cara pengolahan dan pemilihan bahan makanan yang baik pada anak, dan perlu dilakukan upaya promotif dan preventif untuk mengurangi angka penyakit infeksi, seperti penyuluhan tentang penyakit infeksi pada balita, terutama ISPA, diare dan tuberkulosis, misalnya melalui revitalisasi posyandu dengan cara meningkatkan partisipasi masyarakat untuk menggunakan posyandu sebagai pusat kesehatan dan sumber informasi di masyarakat. Kata kunci: Asupan nutrisi pada balita, penyakit infeksi, sosial ekonomi ABSTRACT Energy Protein Malnutrition is a mainly nutrition problem both in Indonesia also in other developed countries. Energy protein malnutrition is a condition that body weight children less than 80% of body weight index per age based on WHO-NCHS standard, that caused by inadequate calory and protein intake with unbalanced diet. The variables in this study was univariat variable with sub variables are nutrition intake, infection history, mother’s cognitive about nutrition, mother’s faith of food and the level of family social economic state. Design of this study is descriptive, that used ex post facto method. The population in this study are family with child in District of Ciawi Tasikmalaya Residence. Research sample taken in accidental sampling, total samples are 50 respondences. Sample collecting procedures with structured interview, questionnaire, and food recall and then analyzed by percentage and proportion method. The results of this study describe that the factors that contributing to energy protein malnutrition are infection history, the poor level of mother’s cognitive about nutrition, the lower level of family’s social economic state, and inadequate calory and protein intake. While the mother’s faith of food is not contributing to energy protein malnutrition cases. Recommended by researcher was need to intensified family participation and family empowering. Besides that, the mainly factors that should be intensified is dissemination information about nutrition, mainly infection cases in child such us acute respiratory infection, tuberculosis and diarrhea. All that efforts could be held in Posyandu, so Posyandu will be most important place as a public health centered to get information about child health generally. Key word: nutrition intake for child, infection history, social economic
PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 TENTANG TANDA-TANDA DAN PENANGANAN HIPOGLIKEMIA DI RUMAH Ekawati Anggorokasih; Okatiranti Okatiranti; Galih Jatnika
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (66.528 KB)

Abstract

ABSTRAK Hipoglikemia menduduki peringkat kedua kasus komplikasi akut terbanyak setelah ketoasidosis pada klien Diabetes Melitus tipe 2. Gejala hipoglikemia dapat terjadi mendadak dan tanpa terduga sebelumnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan pasien DM tipe 2 tentang tanda-tanda dan penanganan hipoglikemia di rumah. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif. Responden penelitian adalah semua pasien diabetes melitus tipe 2 yang berjumlah 285 orang yang berkunjung ke poliklinik penyakit dalam RSUD Kota Bandung, dengan tehnik purposive sampling didapatkan anggota sampel 74 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan angket tertutup berbentuk pilihan benar dan salah. Data diolah dengan menggunakan distribusi persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 44 responden (59,46%) memiliki pengetahuan yang cukup tentang tanda-tanda dan penanganan hipoglikemia, 24 responden (32,43%) mempunyai pengetahuan yang baik, sedangkan 6 responden (8,11%) lainnya memiliki pengetahuan yang kurang. Pengetahuan yang cukup pada pasien diabetes melitus tipe 2 dipengaruhi oleh faktor pendidikan, pengalaman, dan media massa atau informasi. Kata Kunci : Hipoglikemia, Pasien Diabetes Melitus tipe 2, Pengetahuan ABSTRACT Hypoglycemia is ranked second most cases of acute complication after ketoacidosis in type 2 diabetes melitus (DM). Symptoms of hypoglycemia may occur suddenly and unexpectedly. People with diabetes should have to have enough knowledge about the signs and treatment of hypoglycemia. This study aims to identify type 2 DM patients' knowledge about the signs and treatment of hypoglycemia in the home. The method used is descriptive exploratory.  Participants were outpatients with DM type 2 who visiting outpatients Hospital kota Bandung. Number of participants were 74.Data collection used quiestionnaire. Data analysis used distribution percentages.The results showed that 44 respondents (59.46%) have sufficient knowledge about the signs and treatment of hypoglycemia, 24 respondents (32.43%) had good knowledge, while 6 respondents (8.11%) others have least knowledge. sufficient knowledge in patients with type 2 DM is influenced several factors such us education, experience, and the mass media or information. Keywords : Hypoglycemia, Patients with  tipe 2 diabetes melitus, Knowledge
PENGARUH BERMAIN TERHADAP PERILAKU ANAK PRA SEKOLAH MASA HOSPITALISASI DI RUANG “Y” RUMAH SAKIT “X” BANDUNG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 11, No 20 (2009): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (41.001 KB)

Abstract

ABSTRAK Masa balita merupakan golden periode dimana terjadi pembentukan dasar-dasar sikap dan perilaku serta perkembangan berbagai dimensi sehingga diharapkan anak dapat melewatinya tanpa menderita sakit. Sakit merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan, karena dimungkinkan anak mengalami hospitalisasi sehingga anak dituntut untuk beradaptasi walaupun dalam keadaan sakit dan harus menjalani prosedur perawatan dan pengobatan yang menakutkan. Bermain dapat menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran, mengalihkan perasaan nyeri dan relaksasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh bermain terhadap perilaku masa hospitalisasi pada anak usia 3-6 tahun di Ruang “Y” Rumah Sakit “X” Bandung. Design penelitian ini menggunakan quasi eksperimental dengan 95 responden anak pra sekolah. Alat penelitian menggunakan gambar untuk diberi warna, kertas untuk menggambar dan puzzle, dengan alat ukur lembar observasi. Hasil uji t dependen, didapatkan p value 0,0001 menunjukkan bahwa ada perbedaan respon perilaku masa hospitalisasi anak sebelum dan sesudah aktivitas bermain dengan taraf signifikasi (0,001) yang berarti Ho ditolak. Hasil penelitian menunjukan bahwa bermain memberikan pengaruh selama hospitalisasi, sehingga diharapkan perawat dan orang tua dapat memberikan dukungan kepada anak selama hospitalisasi dengan cara bermain bersama selama 20-30 menit. Kata Kunci : Bermain, Perilaku ,Hospitalisasi, Anak pra sekolah. ABSTRACT Childhood is a golden period which make up the foundation of children personality and attitude so we hope the children can grow healthy. Illness is not good experience, furthermore if the children must hospitalize so the children must adapted wherever they get sick. Play can help them to express their feeling and thought, distract the pain and make relaxation. The purpose of the research was to identify the effect of children of 3-6 years behavior of playing during hospitalitation in “Y” Room, Hospital “X” Bandung. The design of the research used quasi experimental with 95 responden pre school children. The equipment used is a blank pictures and then the children give the colour to the pictures, blank paper to draw and puzzle, with using check list observation. The result of the test t dependent with 0,0001 p value show that there are responce differencies of behavior during hospitalitation before and after playing with significancy (0.001) that means reject Ho. The result of the research shows that play give influence during hospitalitation, so we hope the nurses and parents will support to the hospitalized children to play for 20-30 minutes. Keywords : Play, Behavior, Hospitalitation, Pre school children
HUBUNGAN AKTIVITAS BERMAIN VIDEO GAME DENGAN SCHOOL MYOPIA PADA SISWA-SISWI SD ASY SYIFA 1 BANDUNG Anisa Suangga; Helwiyah Ropi; Ai Mardiyah
Majalah Keperawatan Unpad Vol 13, No 2 (2011): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.138 KB)

Abstract

Anisa Suangga*Helwiyah Ropi**Ai Mardhiyah** ABSTRAKSchool myopia adalah kondisi mata minus yang baru timbul di masa anak-anak, dimana faktor lingkungan berperan lebih besar dalam menyebabkan mata minus dibanding faktor genetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara aktivitas bermain video game dengan school myopia pada siswa-siswi SD Asy Syifa 1 Bandung. Penelitian dirancang dengan metode korelasional dengan pendekatan kuantitatif. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner dan alat pemeriksaan visus dasar. Sampel penelitian sejumlah 85 orang. Analisis bivariat dilakukan untuk mengidentifikasi hubungan dari kedua variabel. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas bermain video game dengan school myopia pada siswa-siswi SD Asy Syifa 1 Bandung. Kemungkinan ini berarti peran video game dalam mengakibatkan school myopia tidak banyak. Meski demikian, tetap dibutuhkan dukungan dari orang tua, guru, maupun perawat untuk mencegah terjadinya school myopia.                                                                                           Kata Kunci : Aktivitas bermain video game, Anak-anak, School myopia  ABSTRACTSchool myopia is a minus eye condition arising in childhood, in which environmental factors play a greater role in causing minus eye than genetic factors. The aims of study is to identification the correlation between the activity of playing video games and school myopia of students at Asy Syifa 1 Elementary School Bandung. The study was designed with the correlational method with quantitative approach. The instrument used was questionnaire and visual acuity screening tools. Samples of the study was 85 people. Bivariate analysis was done to identification the correlation of these two variables. The result showed that there was no significant correlation between the activity of playing video games and school myopia of students at Asy Syifa 1 Elementary School Bandung. It is means possible that the role of video games not much causing school myopia. However, the support from parents, teachers, and school nurses to prevent myopia is still needed. Key words: Activity of playing video games, Children, School myopia
PENGARUH BEKAM TERHADAP PENINGKATAN DEFORMABILITAS ERITROSIT PADA PEROKOK Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.329 KB)

Abstract

ABSTRAK Deformabilitas eritrosit merupakan elastisitas bentuk eritrosit selama melewati mikrovaskuler untuk menyesuaikan diameter mikrovaskuler dan secara spontan eritrosit dapat kembali ke bentuk semula tanpa mengalami perubahan bentuk maupun fungsi. Bekam merupakan cara pengobatan tradisional yang memiliki prinsip kerja mengeluarkan darah (blood letting) di area tertentu di punggung sehingga dapat menyembuhkan penyakit. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh bekam terhadap peningkatan deformabilitas eritrosit pada perokok. Desain penelitan adalah quasy experimental dengan menggunakan rancangan Non random pretest-posttest control group design yang dilakukan terhadap manusia sebagai subjek penelitian. Dengan kuota sampling didapat 34 subjek penelitian yang terdiri dari 17 orang per kelompok. Data dianalisis secara deskriptif dan analitik dengan menggunakan komputer. Perbedaan deformabilitas eritrosit dari masing-masing kelompok berupa persentase dianalisis dengan uji t. Hasil paired-sample t-test didapat p value sebesar 0,001 maka dapat disimpulkan pengaruh bekam terhadap peningkatan deformabilitas eritrosit pada perokok pada kelompok perlakuan adalah sangat bermakna karena p < 0,05. Hasil independent t-test didapat p value sebesar 0,002. Karena p value < 0,05 maka dapat disimpulkan pengaruh bekam terhadap peningkatan deformabilitas eritrosit pada perokok pada kelompok kontrol dan kelompok perlakuan di akhir pengamatan adalah ada perbedaan bermakna. Jadi hipotesis penelitian diterima yaitu ada pengaruh bekam terhadap peningkatan deformabilitas eritrosit pada perokok. Merokok dalam jumlah dan waktu tertentu dapat menurunkan kemampuan kerja eritrosit melewati mikrovaskuler untuk menghantarkan oksigen ke tingkat sel. Bekam dapat digunakan sebagai terapi untuk meningkatkan kemampuan kerja eritrosit melewati mikrovaskuler karena terbukti dapat meningkatkan nilai deformabilitas eritrosit. Nilai deformabilitas eritrosit dapat mencapai lebih baik bila subjek penelitian berhenti merokok. Kata Kunci : Deformabilitas, Eritrosit, Bekam, H2O2 ABSTRACT Erythrocyte deformability is the elasticity of erythrocyte form during its course through microvasculature to adjust to the diameter of microvasculature, and it can spontaneously return to its original form without changes in shape and function. Cupping therapy is a traditional treatment with a principle of blood letting in certain areas on the back to heal a disease. This was a quasi-experimental study using non-random pretest-posttest control group design performed to human beings as the subject of study. By sampling quota, we obtained 34 subjects, comprising 17 individuals in each group. Data were analyzed descriptively and analytically using computer. The difference of erythrocyte deformability in each group, which was presented as percentage, was analyzed using t test. The result of paired sample t-test, the p value was found to be 0.001. Therefore, it can be concluded that the effect of cupping therapy on the increase of erythrocyte deformability in cigarette smokers in treatment group was highly significant since p < 0.05. The result of independent t-test revealed p value of 0.002. Since the p value was < 0.05, the effect of cupping therapy on the increase of erythrocyte deformability in cigarette smokers in control and treatment groups at final observation had significant difference. In conclusion, cupping therapy has effecto in the increase of erythrocyte deformability in cigarette smokers. Cigarette smoking in certain quantity and time may reduce the action capacity of the erythrocytes to pass microvasculature to deliver oxygen to cellular level. Cupping therapy can be applied as a therapy to increase the capacity of erythrocyte to pass the microvasculature as it has been proved to be able to increase erythrocyte deformability. The value of erythrocyte deformability can be increased more if the subjects cease to smoke. Keywords: Erythrocyte, Deformability, Cupping therapy, H2O2
APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL MUSLIM DI R. FIRDAUS III RS. AL-ISLAM BANDUNG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 11, No 20 (2009): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (217.4 KB)

Abstract

ABSTRAK Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim (AKSM) yang dikembangkan sejak tahun 2004 dan tahun 2009 mulai diujicobakan di RS Al-Islam Bandung di ruang Firdaus III. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksploratif, dimana penelitian ini menggambarkan aplikasi AKSM di ruang Firdaus III. Sample dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat II Akper Aisyiyah Bandung sejumlah 71 orang. Teknik pengumpulan data dengan angket dan lembar observasi serta wawancara. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa aplikasi AKSM ini jika ditinjau dari dari pengkajian dinilai cukup (58%), aplikasi ibadah praktis yaitu istinja (54%), thoharoh (56%), sholat (53 %) dan do’a (63%) dinilai baik. Dilihat dari Aspek komunikasi dan sikap mahasiswa dalam melaksanakan asuhan ini dinilai baik, yaitu 70 %  untuk komunikasi dan 68 %  untuk sikap terhadap spiritual pasien. Namun jika dilihat dari kemampuan profesionalisme dan peningkatan mutu asuhan (45%), sistem rujukan (52%) serta bimbingan konseling pasien (46 %) aplikasi asuhan keperawatan spiritual muslim ini masih kurang. Saran yang dapat direkomendasikan dari hasil penelitian ini adalah adanya upaya peningkatan profesionalisme serta bimbingan dan konseling pasien, serta pengembangan keilmuan dan aplikasi praktis dalam Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim. Kata Kunci     : Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim, Pengkajian, Perencanaan, Implementasi, Evaluasi. ABSTRACT One of subject in idiploma three nursing curriculum is Moslem Spiritual Nursing Case which developed since 2004 and in year 2009 pilot project has been started in Al-Islam Hospital Bandung ward that is used was Firdaus III. This study used descriptive explorative design which described application of Muslim spiritually nursing care in Firdaus Ward by 71 second year nursing students from of Nursing Academy Aisyiyah Bandung. Data collection techniques used questionnaire, observation check list, and interview. The study results showed that application of Muslim spiritually nursing care in term of assessment is moderate (58%), in terms of application of religious practice which is “istinja” (54%), “thoharoh (56%), “sholat” (53%), and pray (63%) are good. Aspect of communication and attitude of nursing students in delivering this care is good which is 70% and 68% respectively. But there are some aspects of application Muslim spiritually nursing care that still low which is professionalism ability and improvement quality of care (45%), referral system (52%) and patient counseling (46%). Recommendation from this study result is to increase effort to improve professionalism, patient counseling, and knowledge development and practical application in Muslim spiritually nursing care. Keywords: Musling spiritually nursing care, Assessment, Planning, Implementation, Evaluation
HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN TBC DALAM MENJALANI PENGOBATAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS DI TIGA PUSKESMAS, KABUPATEN SUMEDANG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (419.92 KB)

Abstract

ABSTRAK Tuberkulosis membutuhkan pengobatan jangka panjang untuk mencapai kesembuhan. Tipe pengobatan jangka panjang menyebabkan pasien tidak patuh dalam menjalani pengobatan. Kepatuhan pasien dipengaruhi oleh dukungan keluarga. Dukungan keluarga ini terbagi menjadi dukungan emosi, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dan dukungan informasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien TBC dalam menjalani pengobatan Obat Anti Tuberkulosis. Jenis penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 51 orang menjalani pengobatan OAT di tiga puskesmas yaitu Puskesmas Cimalaka, Puskesmas Situ, dan Puskesmas Paseh. Teknik pengumpulan data menggunakan angket yang berskala Likert pada variabel dukungan keluarga dan angket berskala guttmant pada variabel kepatuhan. Hasil pengujian didapatkan dengan menggunakan Skor T untuk analisa univariat dan Chi Square untuk analisa bivariat, dengan menggunakan nilai signifikansi alpha 5% (α = 0,05). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien TBC yang menjalani pengobatan OAT di tiga puskesmas, Kabupaten Sumedang. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka seharusnya keluarga dapat meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap kondisi pasien yang sedang menjalankan pengobatan OAT guna mencapai kesembuhan pasien. Kesembuhan pasien ini harus ditunjang dengan partisipasi petugas kesehatan dalam meningkatkan pemahaman pasien terhadap pentingnya pengobatan TBC. Kata kunci : TBC, Dukungan keluarga, Pengobatan. ABSTRACT Tuberculosis needs long-term medication to reach recovery. The type of long-term medication causes the patient disadherence in doing medication. Patient adherence is influenced by family support. This family support is divided into emotional support, appreciation support, instrumental support, and information support. The aims of this research were to know the correlation of family support with adherence of TBC patient in doing medication of drugs of tuberculosis. The type of research was used cross sectional design. Sampling taking used total sampling technique by the sum of sample as many as 51 people who do medication drug of tuberculosis at Puskemas Cimalaka, Puskesmas Situ, dan Puskesmas Paseh. Data collecting technique used questionaire with Likert’s scale to the variable of family support and questinaire with Gutman’s scale to adherence variable. The experimental result gained by using T score for univariate analysis and Chi-square for bivarate analysis, by using significance score of alfa 5 % (α=0,05). Based on the research result showed there wasn’t correlation between family support with adherence of TBC that run medication Drug of Tuberculosis at Three Puskesmas, Kabupaten Sumedang. Based on the research result thus the family can increase the awareness and care toward patient condition that is being conducted medication drug of tuberculosis to reach the patient recovery. This patient recovery should be support with health staff participation in increasing the patient understanding toward the importance medication of TBC. Keywords : TBC, family support, Medication.
PENGARUH TERAPI INFRA RED TERHADAP KEMAMPUAN MOBILITAS FISIK LANSIA Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (64.241 KB)

Abstract

ABSTRAK Terapi Infra Red bagi lansia dalam keperawatan dapat dikategorikan sebagai salah satu bentuk baru terapi komplementer dengan menggunakan radiasi elektromagnetik yang memiliki panjang gelombang diantara 0,7 dan 300 mikrometer. Meningkatnya kelompok lansia membentuk cara pandang yang berbeda dalam memberikan asuhan keperawatan ketika implikasi dari bertambahnya usia ternyata berdampak terhadap timbulnya masalah kesehatan lansia seperti menurunnya kemampuan mobilisasi fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi Infra Red terhadap kemampuan mobilitas fisik pada lansia di Kota Sukabumi. Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah experiment research yaitu pre-test dan post-test grup. 36 lansia sebagai pengunjung baru di klinik Infra Red dijadikan responden yang akan diberikan terapi selama 12 kali dalam 12 hari berturut-turut. Variabel tingkat mobilitas fisik lansia diukur dalam 3 aspek yaitu luas gerak sendi / Range of Motion (ROM), kekuatan otot, dan keseimbangan gerakan. Hasil pengukuran mendapatkan mean skor kemampuan mobilitas fisik pada Lansia sebelum terapi adalah 60,4% yang termasuk dalam kategori immobilitas fisik berat. Sedangkan mean skor sesudah terapi yaitu 83,6% yang termasuk kategori immobilitas fisik sedang. Diperoleh besar selisih kemampuan mobilitas fisik 23,2 % dengan nilai p 0,000 dalam tingkat kepercayaan 95% sehingga diperoleh kesimpulan bahwa ada pengaruh terapi Infra Red terhadap kemampuan mobilitas fisik lansia. Merujuk hasil penelitian ini, manager keperawatan dapat mempertimbangkan terapi Infra Red menjadi salah satu jenis Standar Operasional Prosedur (SOP) bagi lansia yang mengalami penurunan kemampuan gerak. Kata Kunci : Terapi Infra Red, Terapi komplementer, Lansia, Mobilitas fisik ABSTRACT Infra red therapy for the elderlies in nursery can be categorized as one of new forms of complementary therapy that uses the medium of electromagnetic radiation at wavelength between 0,7 and 300 micrometer. The increasing numbers of elderly form a new perspective in the application of nursing care plan when the implication of the aging process undeniably affects the emergence of elderly health problems such as the decreasingrate of physical mobility. The purpose of this research is to reveal the effects of infra red therapy to physical mobility of elderlies in Sukabumi. The method used in this research is an experiment research, applying pre-test and post-test group research methods. 36 new elderly visitors in an infra red clinic are made respondents, all of whom are given 12 times therapy in 12 subsequent days. The elderlies physical mobility were measured in three variables, i.e. Range of Motion (ROM), muscular strength, and motion balance. The test results indicates mean score of elderlies physical mobility prior to the therapy at 60,4%, categorized in heavy physical immobility, while the mean score post of therapy application at 83,6%, categorized in medium physical immobility. A 23,2% physical mobility capability differential rate, obtained by subtracting the medium with the heavy category, with p 0,000 value indicates 95% rate of trust supports the conclusionthat Infra red therapy affects elderlies’ physical mobility. By referring to this research, the nursery manager may consider infra red therapy as one of SOP for elderlies with physical mobility degradation. Keywords: Infra Red Therapy, Complementary therapy, Elderly, Physical mobility
TIPE RELASI REMAJA DENGAN ORANG TUA PADA REMAJA DELINKUEN DI RUMAH TAHANAN NEGARA BANDUNG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 12, No 1 (2010): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.43 KB)

Abstract

ABSTRAK Perilaku pelanggaran hukum kerap terjadi di kalangan remaja akhir-akhir ini. Akibatnya, remaja delinkuen (melanggar hukum) harus ditahan dan berstatus narapidana. Salah satu faktor penyebab remaja melakukan tindakan melanggar hukum adalah pengaruh orang tua. Pengaruh orang tua difokuskan kepada riwayat tipe relasi remaja dengan orang tua dengan mengukur aspek individualitas & keterkaitan berdasarkan teori Cooper dan Grotevant (1986). Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tipe relasi remaja dengan orang tua pada remaja delinkuen di Rumah Tahanan Kelas I Kebun Waru Bandung. Metode penelitian yaitu deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data menggunakan kuesioner kepada 55 responden. Hasil penelitian untuk aspek individualitas didapatkan lebih dari setengah responden (53%) berada dalam kategori rendah & 47% berada dalam kategori tinggi. Untuk aspek keterkaitan didapatkan hasil lebih dari setengah responden (51%) berada dalam kategori rendah dan 49% dalam kategori tinggi. Remaja delinkuen mempunyai riwayat tipe relasi remaja dengan orang tua yang beragam,yaitu 27%) menggunakan tipe tertutup;tipe kooperatif (25%);24% menggunakan tipe akomodatif dan tipe peduli diri(22%). Dengan demikian, diharapkan pihak instansi rumah tahanan kelas I Bandung, perawat, psikolog untuk dapat meningkatkan peran tenaga profesionalnya melalui konseling rutin dan pembinaan kesehatan jiwa yang tidak hanya diperuntukkan kepada para narapidana remaja, tetapi kepada orang tua narapidana remaja. Sehingga remaja dapat lebih meningkatkan relasi yang sehat dengan orang tuanya. Kata Kunci : Delinkuen, Type hubungan, Orang tua ABSTRACT Breaking the law was often happened among the teenegers recently. As the consequences, the delinquent teenagers have to live in jail and become a convicted criminal. One of the caused of delinquency is family influences. Family influences in this research was focused by the type of relation history between adolescents and parents, by measuring individuality and connectedness aspect based on Cooper and Grotevant theory (1986). The main aim of this research was to describe the types of relationship between delinquent adolescents and their parents in the state prison class I Kebon Waru Bandung. Method of this research was used descriptive quantitative. Data was collected since July 7th-11st 2009 by using questioner to 55 respondent. The results of this research found more than a half (53%) of individuality aspect in the low category and (47%) for the high category. For connectedness aspect was found more than a half respondent (51%) in the low category and (49%) in the high category. General result of the research showed a variety of relation type between adolescents and their parents, almost half of respondent (24%) used closed type; cooperative type (25%); less a half of respondent (24%) used acomodative type and peduli type (22%). Based on that condition, the state prison class I Bandung, especially nurses and psycholog could increase the role of their professionality by giving routine counseling and constructing about mental health not only for youth convicted criminal, but also for their parents who visited them. So that, adolescent would increased healthy relationship with their parents. Keywords: Delinquent, Types relationship, Parents
GAMBARAN PERILAKU SEKSUAL DENGAN ORIENTASI HETEROSEKSUAL MAHASISWA KOS DI KECAMATAN JATINANGOR - SUMEDANG Redaksi Team
Majalah Keperawatan Unpad Vol 10, No 18 (2008): Majalah Keperawatan Unpad
Publisher : Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (131.322 KB)

Abstract

ABSTRAK Mahasiswa sebagai remaja akhir, memiliki tugas perkembangan dan fase perkembangan seksual yang mendorong mereka untuk menjalin relasi heteroseksual (seperti pacaran). Dalam menjalin relasi heteroseksual seorang individu memiliki kecenderungan untuk melakukan berbagai bentuk perilaku seksual. Disamping itu, ciri perilaku heteroseksual remaja masa kini yaitu sikap terhadap perilaku seks yang jauh lebih lunak dibanding remaja generasi sebelumnya , maka tak heran jika ancaman pola hidup seks bebas di kalangan mahasiswa berkembang semakin serius. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai perilaku seksual yang telah dilakukan mahasiswa kos di Jatinangor dengan pasangan lawan jenisnya. Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif dengan purposive sampling. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan modifikasi konsep teori bentuk-bentuk perilaku seksual menurut Santrock (2003) dan Irawati (1999). Jumlah sampel yan digunakan sebanyak 100 orang. Adapun mahasiswa yang menjadi sampel penelitian adalah mahasiswa kos yang memenuhi syarat sebagai berikut, berusia antara 18-24 tahun, sedang atau pernah menjalin relasi heteroseksual (pacaran), belum menikah, tinggal di tempat kos wilayah kecamatan Jatinangor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 100 orang yang menjadi subjek penelitian seluruhnya pernah melakukan perilaku seksual dalam bentuk tertentu. Dan dari 100 orang yang melakukan perilaku seksual terdapat 100% telah melakukan perilaku berpegangan tangan, 90% berpelukan, 82% necking, 56% meraba bagian tubuh yang sensitive, 52% petting, 33% oral seks, dan 34% sexsual intercourse. Kata kunci: perilaku seksual, mahasiswa, kos ABSTRACT University students, as late adolescents, have developmental task and they are in the sexual phase. That support them to make heterosexual relationships such as dating. In making a heterosexsual relationship, an individual has tendency to do varios sexual behaviors. Beside that, characteristics of current adolescent sexual behavior is more free than adolescent in the past, therefore the treat of the free sex problem among University students become a serious problem in the future. The aim of this study is to describe sexual behavior that has been done by University students and their partner who live in dormitories in Jatinangor. The quantitative design was used with 18 to 24 years old, who are recently dating or having heterosexual relationship, not married, and lived in dormitory area around Jatinangor. Questioner was modified from concepts of sexual behavior from Santrock (2002) and Irawati (1999). The study result showed that 100 per cent respondents have done certain sexual behavior. The sexual behavior that have been done including : 100 per cent of respondents hold their partners hand, 90 per cent huging each other, 82 per cent do necking, 56 per cent touch their partner sensitive part of body, 52 per cent do petting, 33 per cent conducting oral sex, and even 34 per cent doing sexual intercourse. Key word : Sexual behaviors, University students, Dormitories