cover
Contact Name
Bina Rohita Sari
Contact Email
binarohitasari@yahoo.co.id
Phone
-
Journal Mail Official
fitofarmaka@unpak.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi
Published by Universitas Pakuan
ISSN : 20879164     EISSN : 2622755X     DOI : https://doi.org/10.33751/jf
Core Subject : Health, Science,
FITOFARMAKA mempublikasikan artikel yang berkaitan dengan farmasi, Kimia Farmasi, dan bidang Fitokimia serta akan dipublikasikan secara online. Publikasi secara elektronik akan menambah kekayaan informasi dan pengetahuan ilmiah terutama dari penelitian. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun, didokumentasikan dengan baik dalam bentuk elektronik dan cetak.
Arjuna Subject : -
Articles 267 Documents
AKTIVITAS ANTIINFLAMASI FRAKSI-FRAKSI n-HEKSANA, ETIL ASETAT, BUTANOL, DAN AIR KULIT BATANG SINTOK (Cinnamomun sintoc BL.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR Sumiwi, Sri Adi; Sunardi, Clara; Kusuma, Winny
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6, No 1 (2016): Vol.6, No.1, Juni 2016
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.034 KB)

Abstract

ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas antiinflamasi fraksi-fraksi n- heksana, etil asetat, butanol dan air dari kulit batang sintok (Cinnamomum sintoc BL.) pada telapak kaki tikus putih jantan yang telah induksi edema dengan karagenan. Fraksinasi dilakukan dengan metode ekstraksi cair-cair. Penapisan fitokimia dilakukan terhadap serbuk simplisia kulit batang sintok. Pada uji aktivitas antiinflamasi, bahan uji diberikan pada tikus secara oral dengan dosis 1000 mg/kg berat badan (BB), indometasin10 mg/kgBB digunakan sebagai kontrol positif. Hasil penapisan fitokimia menunjukkanbahwa serbuk simplisia kulit batang sintok mengandung golongan senyawa polifenol, mono-seskuiterpen dan steroid. Hasil uji aktifitas antiinflamasi menunjukan bahwa fraksi air, fraksi butanol dan fraksi n-heksana memiliki aktifitas antiinflamasi dengan persentase inhibisi radang berturut-turut sebesar 64,36%, 53,67% dan 35,74% pada tingkat kepercayaan 95%  dan 99% sementara indometasin sebagai kontrol positif memiliki persentase inhibisi radang sebesar 67,75%. Hasil ini menunjukkan bahwa fraksi air ekstrak kulit batang sintok memiliki potensi sebagai agen antiinflamasi alami. Kata kunci : Aktivitas antiinflamasi, Sintok, tikus putih jantan
OPTIMASI KONDISI UNTUK RENDEMEN HASIL EKSTRAKSI KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Optimization of Conditions for Yield Extraction of Mangosteen Pericarp (Garcinia mangostana L.) Endang Zainal Hasan, Akhmad; Nashrianto, Husain; Novia Juhaeni, Rani
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 2, No 2 (2012): FITOFARMAKA
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (510.262 KB)

Abstract

The aim of this study is to determine the levels of yield extract of mangosteen pericarp extracted using Response Surface Methodology (RSM) Central Composite Design (CCD) with various concentrations of ethanol (in the range of 45 to 96 %) and duration of microwave heating (in the range 5.8 to 34.1 o C) or Microwave Assisted Extraction (MAE). The yield extract was calculated as percentage to the weight of origin. The results showed that optimum extraction conditions for yield extract were at ethanol concentration of 70% and heating time of 31.5 minutes which resulted in yield extract of 19.45%. More over, under these conditions resulted yield of 19.83%. The yield extract equation of mangosteen pericarp is Y = -73,7883 + 0,5293 X heating time and X 2 1 + 2,4230 X 2 is ethanol concentration in water as solvent. – 0,0084X12 – 0,00173 X2 2 , where X1 is  heating time and X2 is ethanol concentration in water as solvent. Key words : Optimization, Mangosteen, RSM CCD, MAE, yield
UJI KARAKTERISTIK FITOKIMIA DAN AKTIVITAS ANTIOKSIDAN BIJI KOPI ROBUSTA (Coffea canephora Pierre) DARI BOGOR, BANDUNG DAN GARUT DENGAN METODE DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) Wigati, Evi Indah; Pratiwi, Esti; Nissa, Trisni Fatwatun; Utami, Novi Fajar
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB)

Abstract

ABSTRAKKopi robusta mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kafein dan fenol. Senyawa fenol pada kopi memiliki aktivitas sebagai antioksidan. Biji kopi robusta yang ditanam di  daerah  Bandung, Bogor dan Garut, Jawa Barat dikenal memiliki ciri dan citarasa berbeda yang khas dan unik. Perbedaan jumlah kandungan senyawa kimia dari suatu  tumbuhan  disebabkan  oleh  perbedaan  agroekologi (iklim dan  ketinggian tempat). Daerah Pangalengan (Bandung) memiliki ketinggian 817 mdpl, Cariu (Bogor) memiliki ketinggian 680 mdpl dan Cikeris (Garut) memiliki ketinggian 900 mdpl. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan karakteristik fitokimia dan aktivitas antioksidan pada biji kopi robusta roasting yang ditanam di ketiga daerah tersebut. Karakteristik fitokimia dilakukan secara kualitatif dan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH  (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil).  Hasil uji      karakteristik  fitokimia  menunjukkan bahwa  ekstrak  biji  kopi robusta  Bandung,  Bogor  dan  Garut  mengandung  senyawa alkaloid, flavanoid, saponin dan tanin. Ekstrak kopi robusta Bandung, Bogor dan Garut menunjukkan aktifitas antioksidan yang berbeda nyata berdasarkan hasil uji statistik analisis variansi dengan nilai IC50 masing-masing dicapai pada konsentrasi  55,13 ppm,56,48 ppm, dan 54,14 ppm. Dapat disimpulkan bahwa ekstrak kopi robusta dari Garutmemiliki kadar antioksidan paling tinggi dibandingkan dengan aktifitas antioksidan dari kopi robusta Bandung dan Bogor.Kata kunci: Kopi robusta, aktifitas antioksidan, metode DPPH   THE PHYTOCHEMICAL CHARACTERISTIC AND ANTIOXIDANT ACTIVITY OF ROBUSTA COFFEE BEAN (Coffea canephora Pierre) FROM BANDUNG, BOGOR AND GARUT BY DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl) METHOD ABSTRACTRobusta  coffee  contains  alkaloids,  flavonoids,  saponins,  tannins,  caffeine  andphenols. Phenol compounds in coffee have activity as an antioxidant. Robusta coffee beans grown in the area of Bandung, Bogor and Garut, West Java is known to have a unique characteristics and distinctive flavors. The difference in chemical characteristics of plant compounds  is caused by the agroecological differences (climate and altitude). Pangalengan area (Bandung) has a height of 817 AMSL, Cariu (Bogor) has a height of680 AMSL mdpl and Cikeris (Garut) has a height of 900 AMSL mdpl. The purpose ofthis study was to determine the phytochemical characteristics and antioxidant activity of robusta roasting coffee beans grown in these three areas. Phytochemical characteristics were performed qualitatively and antioxidant activity was performed by DPPH method (2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl). The results of phytochemical characteristics test showed that the extract of robusta coffee bean from Bandung, Bogor and Garut contain alkaloid, flavanoid, saponin and tannin. The extract of robusta coffee from Bandung, Bogor and Garut showed significantly different antioxidant activity based on results of variance analysis statistical test with IC50 value of each achieved at concentrations of 55.13 ppm,56.48 ppm, and 54.14 ppm. It can be concluded that robusta coffee extract from Garut has the highest antioxidant level compared with antioxidant activity of robusta coffee from Bandung and Bogor.Keywords : Coffea canephora, antioxidant activity, DPPH method
AKTIVITAS ANTIMIKROBA DAN ANTIOKSIDAN EKSTRAK BEBERAPA BAGIAN TANAMAN KUNYIT (Curcuma longa) Septiana, Eris; Simanjuntak, Partomuan
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5, No 1 (2015): FITOFARMAKA
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.447 KB)

Abstract

Kunyit (Curcuma longa) merupakan tanaman obat tradisional yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan dan sebagai bahan obat meliputi antimikroba, antioksidan,antitumor, dan anti inflamasi. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui aktivitas antimikroba dan antioksidan dari beberapa organ tanaman kunyit meliputi akar, rimpang, batang, dan daun. Semua bagian diekstraksi dengan etanol dan etil asetat. Seluruh ekstrak etanol dan etil asetat diuji aktivitas antimikrobanya menggunakan metode difusi cakram kertas terhadap Escherichia coli,Staphylococcus aureus, dan Candida albicans. Kloramfenikol dan nistatin masing-masing digunakan sebagai kontrol positif untuk uji antibakteri dan antijamur, sedangkan masing-masing pelarut untuk ekstraksi juga digunakan sebagai kontrol negatif. Aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode 1,1-difenil-2pikril hidrazil (DPPH) dan asam askorbat digunakan sebagai standar. Hasil aktivitas antimikroba menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat dari daun dan batang memiliki aktivitas penghambatan tertinggi terhadap S. aureus, ekstrak etil asetat dari akar dan batang memiliki aktivitas penghambatan tertinggi terhadap E. coli, dan ekstrak etil asetat dari daun memilikiaktivitas penghambatan tertinggi terhadap C. albicans. Ekstrak etil asetat dari rimpangmemiliki aktivitas antioksidan tertinggi diantara ekstrak lainnya.
IDENTIFIKASI MUTASI PADA DAERAH DNA POLIMERASE DAN HBsAg VIRUS HEPATITIS B K Hindarto, Cysilia; Rostinawati, Tina; S Retnoningrum, Debbie
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 1, No 2 (2011): FITOFARMAKA
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (289.058 KB)

Abstract

Infeksi virus hepatitis B (HBV) menyebabkan hepatitis akut dan kronis, dengan angka kematian 1,2 juta per tahun di seluruh dunia. Antivirus analog nukleosida dan vaksin HBV dapat menekan perkembangan infeksi HBV namun penggunaan untuk terapi jangka panjang dilaporkan menginduksi terjadinya mutasi. Mutasi yang menyebabkan timbul mutan resisten-antivirus dan mutan lolos-vaksin menjadi kendala utama dalam pengobatan dan pencegahan infeksi HBV. Telah dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi mutasi pada gen pengkode reverse transcriptase (RT) DNA polimerase dan HBsAg virus hepatitis B. Penelitian menggunakan 24 sampel cetakan HBV yang berasal dari penderita hepatitis B dari Medan (3), Jakarta (10), Bandung (9), Yogyakarta (1), dan Surabaya (1). Metode yang dilakukan adalah amplifikasi fragmen gen pengkode DNA polimerase dan HBsAg,konfirmasi produk PCR dengan elektroforesis gel agarosa, pemurnian produk PCR dengan GFX column kit, penentuan urutan nukleotida, dan analisis hasil penentuan urutan nukleotida. Hasil penelitian menunjukkan sampel 12273 dari Jakarta mengalami mutasi di daerah gen pengkode RT DNA polimerase. Mutasi tersebut menyebabkan substitusi asam amino M475L, V519L, L526M, dan M550V. Sampel 12273 juga mengalami mutasi pada gen pengkode HBsAg yang menyebabkan substitusi asam amino M120L, V164L, L171M, dan M195V. Mutasi tersebut terjadi di daerah yang tumpang tindih dengan gen pengkode DNA polimerase, dan di luar determinan a. Mutan diklasifikasikan sebagai mutan resistenantivirus dengan substitusi asam amino ganda L526M dan M550V, dan tidak ditemukan mutasi pada daerah DNA pengkode determinan a.Kata kunci : HBV, RT DNA polimerase, HBsAg, Mutasi
GAMBARAN PENGGUNAAN ANALGETIKA PADA PASIEN PASCA BEDAH DI RUANG III DAN MELATI LANTAI 4 RSUD DR. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA Darajatun, Laila Awaliyah; Alifiar, Ilham; Nofianti, Tita
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 7, No 1 (2017): Vol 7 No 1 Juni 2017
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.442 KB)

Abstract

Bedah merupakan tindakan yang dilakukan oleh dokter untuk mengatasi masalah pasien yang mengakibatkan kerusakan jaringan tubuh sehingga menimbulkan rasa nyeri. Nyeri adalah pengalaman  perasaan emosional  yang tidak menyenangkan  akibat terjadinya kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Penanganan nyeri umumnya menggunankan analgetik seperti golongan opioid dan Non Steroid Anti-Inflammantory Drugs.  Penelitian  ini  bertujuan  untuk  mengetahui  gambaran  penggunaan  analgetik dalam  menghilangkan  nyeri  pasca  bedah  meliputi  penggunaan  analgetik  tunggal maupun analgetik kombinasi. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain Cross sectional dan pengambilan data dilakukan secara prospektif. Subjek pada penelitian ini adalah pasien pasca bedah  yang  menerima analgetik di Ruang Pasca Bedah yang dirawat di sebuah RSUD dr. Soekardjo, Kota Tasikmalaya periode April- Mei  tahun 2017. Jumlah  pasien  yang bersedia  untuk  mengikuti  penelitian  ada 111 pasien. Data-data yang diperoleh menunjukkan analgetik yang paling banyak digunakan adalah ketorolak sebanyak 49,5%, penggunaan terbanyak kedua adalah tramadol sebanyak  21,6%,  kemudian  asam  mefenamat  sebanyak  22,5%  dan  parasetamol sebanyak  4,5%.  Penggunaan  analgetik  kombinasi  yaitu  antara  tramadol  dengan ketorolak sebanyak 1,8%. Kesimpulan dari penelitian ini adalah analgetik tunggal lebih banyak digunakan terhadap pasien pasca operasi di RSUD dr. Soekardjo, Kota Tasikmalaya. Kata kunci:   Pereda nyeri, anagesik, pasca bedah
EFEKTIVITAS SEDIAAN SALEP EKSTRAK HERBA PEGAGAN (Centella asiatica (L) Urb) UNTUK PENYEMBUHAN LUKA PADA MENCIT JANTAN (Mus musculus albinus) Muztabadihardja, Moerfiah,; Puspita Dewi, Santi
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 4, No 1 (2014): FITOFARMAKA
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (80.637 KB)

Abstract

Formula salep herba ekstrak pegagan (Centella asiatica (L) Urb) dalam penelitian ini dibuat dari 5 gram ekstrak pegagan sebagai zat aktif yang dicampur dengan berbagai basis, yaitu basis berminyak,emulsi dan larut air. Mencit jantan (20 ekor) yang sudah dilukai dengan scalpel steril sepanjang 1,5 cm dibagi menjadi 5 kelompok masing-masing 4 ekor dan mendapat perlakuan salep ekstrak pegagan sebagai berikut : Kelompok I diolesi dengan formula basis minyak, kelompok II formula basis emulsi, kelompok III formula basis larut air, kelompok IV ekstrak murni serta kelompok V diolesi betadin® sebagai kontrol positif. Bahan uji diberikan dua kali sehari selama 21 hari dan diamati pada hari ke-1, 3, 7, 14, 21. Hasil yang diperoleh, menunjukkan bahwa pada hari ke 14, bila dibandingkan dengan kontrol positif, maka kelompok I dan IV lebih efektif menyembuhkan luka dibandingkan kelompok II dan III. Pada hari ke 21 semua kelompok efektif menyembukan luka sama seperti kontrol positif.Kata kunci: Pegagan, Salep, Kulit
AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK ETANOL DAN FRAKSI-FRAKSI DAUN EKOR KUCING (Acalypha hispida Burm. F)DENGAN METODE PENGHAMBATAN REDUKSI WATER SOLUBLE TETRAZOLIUM SALT-1 (WST-1) Febriayanti, Maya
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 3, No 2 (2013): FITOFARMAKA
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (478.318 KB)

Abstract

Radikal bebas merupakan salah satu penyebab terjadinya berbagai macam penyakit degeneratif seperti kanker , jantung koroner dan penuaan dini. Oleh karena itu dibutuhkan suatu antioksidan untuk meredam radikal bebas tersebut. Ekor kucing(Acalypha hispida Burm.f.) merupakan salah satu jenis tanaman obat yang memilikiaktivitas antioksidan. Tanaman ini telah diteliti sebelumnya dan menunjukkan bahwa fraksi n-heksan dari ekstrak metanol yang diperoleh melalui metode kromatografi telah dilakukan uji aktivitas free radical scavenging menggunakan metode DPPH. Dalam penelitian ini dilakukan pengujian aktivitasantioksidanekstraketanoldanfraksi- fraksi dari daun ekor kucing dengan metode penghambatan reduksi Water Soluble Tetrazolium Salt (WST-1).Aktivitas peredaman anion superoksida diukur dengan menggunakan perangkat uji superoksida dismutase (SOD). Hasil pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa fraksi etil asetat memberikan persentase penghambatan terbaik dibandingkan ekstrak etanol, fraksi n-heksan dan air dengan persentase penghambatan sebesar 63.14% (10 µg/ml ), 91.95% (100 µg/ml)dan 100%(1000 µg/ml). Senyawa yang teridentifikasi dalam fraksi etil asetat adalah flavonoid, kuinon, polifenol dan tanin. Jika dibandingkan dengan asam askorbat, fraksi etil asetat memiliki aktivitas antioksidan (SOD like activity) yang lebih tinggi.Kata kunci: radikal bebas,  Acalypha hispida, superoksida dismutase (SOD) 
UJI AKTIVITAS PENGHAMBATAN XANTIN OKSIDASE EKSTRAK ETANOL 80% DARI TANAMAN FAMILI COMBRETACEAE, LAURACEAE, LYTHRACEAE, OXALIDACEAE, PIPERACEAE, PLUMBAGINACEAE, DAN SMILACACEAE wahyuni, Tri; Widuri, Anggita; Mun’im, Abdul; Katrin, Katrin
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6, No 2 (2016): Vol.6, No.2, Desember 2016
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (246.629 KB)

Abstract

ABSTRAK Hiperurisemia dapat disebabkan oleh produksi berlebih dan kurangnya ekskresi asam urat dalam tubuh. Xantin oksidase adalah enzim yang memiliki peran mengkatalisis oksidasi hipoxantin dan xantin menjadi asam urat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tanaman obat yang memiliki aktivitas penghambatan xantin oksidase dan mengidentifikasi golongan senyawa kimianya. Metode yang digunakan adalah Continous Spectrophotometric Rate Determination. Serbuk simplisia diekstrak dengan cara refluks menggunakan pelarut etanol 80%. Dengan uji aktivitas penghambatan xantin oksidase didapatkan ekstrak yang memiliki aktvitas penghambatan, yaitu ekstrak herba suruhan (Peperomia pellucida (L.) Kunth), ekstrak daun blimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), ekstrak daun sirih (Piper betle L.), dan ekstrak kulit kayu manis (Cinnamomum burmannii Nees ex Blume) yang memiliki nilai IC50 berturut-turut 2621,07 ppm, 1149,113 ppm, 245,30 ppm, dan 1294,58 ppm. Identifikasi kimia pada ekstrak herba suruhan menunjukkan adanya alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan glikosida. Pada ekstrak daun belimbing wuluh mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan saponin. Pada eksktrak daun sirih hijau mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, dan antrakuinon. Pada ekstrak kulit kayu manis mengandung senyawa alkaloid, flavonoid, tanin, saponin Kata kunci: suruhan, blimbing wuluh, sirih, kayu manis, hiperurisemia, aktivitas inhibitor, xantin oksidase
EFEKTIVITAS SUSPENSI EKSTRAK ETANOL BATANG BROTOWALI (Tinospora crispa L.) TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WINSTAR (Rattus Norvegicus) Pradiningsih, Anna; Astriani, Astriani
FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 2 (2018): Fitofarmaka Volume 8.2 2018
Publisher : Universitas Pakuan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (38.814 KB)

Abstract

Batang Brotowali (Tinospora crispa L.) mengdanung senyawa-senyawa aktif tinokrisposid, alkaloid dan apigenin (Flavon O-glicoside. Senyawa-senyawa aktif tersebut diduga sebagai penambah nafsu makan atau amara. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas suspensi ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa L.) sebagai amara terhadap peningkatan berat badan pada tikus putih. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental  (experimental research) dengan metode pengambilan sampel purposive sampling. Pengujian dilakukan dengan membagi 15 ekor tikus menjadi 5 kelompok yaitu kelompok dengan perlakuan suspensi ekstrak batang brotowali 10%, 40%, 60%, kontrol positif dan kontrol negatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suspensi ekstrak batang brotowali mempunyai efek positif  terhadap kenaikan berat badan pada tikus putih. Kenaikan tertinggi terjadi pada tikus dengan perlakuan ekstrak 40% dimulai pada hari ke 10 perlakuan, meningkat secara signifikan pada hari ke 15 dan mengalami penurunan kembali pada hari ke 20.  Dari hasil pengolahan uji statistik ANOVA diperoleh nilai signifikansi 0,551>0,05 artinya H0 ditolak dan H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa suspensi ekstrak batang brotowali (Tinospora crispa L.) efektif terhadap kenaikan berat badan tikus putih.Kata kunci: Brotowali, Tinospora crispa L, amara, tinokrisposid  

Page 6 of 27 | Total Record : 267


Filter by Year

2011 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 14, No 1 (2024): FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 13, No 2 (2023): FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 13, No 1 (2023): FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 12, No 2 (2022): FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 12, No 1 (2022): FITOFARMAKA: Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 11, No 2 (2021): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 11, No 1 (2021): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 10, No 2 (2020): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 10, No 1 (2020): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 9, No 2 (2019): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 9, No 1 (2019): Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 9, No 1 (2019): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 2 (2018): Fitofarmaka Volume 8.2 2018 Vol 8, No 2 (2018): Fitofarmaka Volume 8 No. 2 Tahun 2018 Vol 8, No 1 (2018): Fitofarmaka, Vol.8, No.1, Juni 2018 Vol 8, No 2 (2018): Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 2 (2018): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 8, No 1 (2018): FITOFARMAKA | Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 7, No 2 (2017): Vol.7, No.2, Desember 2017 Vol 7, No 1 (2017): Vol 7 No 1 Juni 2017 Vol 7, No 2 (2017): Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 7, No 1 (2017): Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6, No 2 (2016): Vol.6, No.2, Desember 2016 Vol 6, No 1 (2016): Vol.6, No.1, Juni 2016 Vol 6, No 2 (2016): Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 6, No 1 (2016): Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 5, No 2 (2015): Vol 5 No 2 Desember 2015 Vol 5, No 2 (2015): FITOFARMAKA Vol 5, No 1 (2015): FITOFARMAKA Vol 5, No 1 (2015): FITOFARMAKA Vol 4, No 2 (2014): FITOFARMAKA Vol 4, No 2 (2014): FITOFARMAKA Vol 4, No 1 (2014): FITOFARMAKA Vol 4, No 1 (2014): FITOFARMAKA Vol 3, No 2 (2013): FITOFARMAKA Vol 3, No 2 (2013): FITOFARMAKA Vol 3, No 1 (2013): FITOFARMAKA Vol 3, No 1 (2013): FITOFARMAKA Vol 2, No 2 (2012): FITOFARMAKA Vol 2, No 2 (2012): FITOFARMAKA Vol 2, No 1 (2012): FITOFARMAKA Vol 2, No 1 (2012): FITOFARMAKA Vol 1, No 2 (2011): FITOFARMAKA Vol 1, No 2 (2011): FITOFARMAKA More Issue