Linguistik Indonesia
Linguistik Indonesia is published by Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI). It is a research journal which publishes various research reports, literature studies and scientific writings on phonetics, phonology, morphology, syntax, discourse analysis, pragmatics, anthropolinguistics, language and culture, dialectology, language documentation, forensic linguistics, comparative historical linguistics, cognitive linguistics, computational linguistics, corpus linguistics, neurolinguistics, language education, translation, language planning, psycholinguistics, and sociolinguistics . I
Articles
18 Documents
Search results for
, issue
"Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia"
:
18 Documents
clear
Menelusuri Pandangan Dunia Orang Hitu, Maluku, Melalui Pataniti
Fahmi Sirma Pelu;
Sailal Arimi
Linguistik Indonesia Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26499/li.v41i2.385
Artikel ini berupaya untuk mengkaji fungsi dan struktur pataniti, pandangan dunia orang Hitu, dan posisi pataniti sebagai praktik kebahasaan dan kebudayaan lokal di Kepulauan Maluku. Data yang dianalisis dalam artikel ini berupa empat buah teks pataniti. Landasan teori yang dipakai dalam artikel ini ialah antropologi linguistik yang dikemukakan oleh Duranti (1997) dan pandangan dunia yang dikemukakan oleh William Underhill (2011). Metode penelitian yang digunakan ialah metode etnografi. Artikel ini menunjukkan bahwa pandangan dunia orang Hitu mengenai keperkasaan, karisma, dan kepercayaan spiritual ditandai dengan keberadaan nama-nama tokoh yang dibentuk melalui serangkaian proses sosiohistoris dalam kebudayaan Islam dan kebudayaan Hitu. Selain itu, artikel ini juga menemukan bahwa pataniti sebagai praktik bahasa dan budaya lokal sejatinya dibentuk melalui proses pertukaran dan pertemuan nilai yang inklusif dari berbagai kebudayaan di luar Kepulauan Maluku. Terakhir, pataniti sebagai tradisi lisan dan praktik kebudayaan dapat menjadi alternatif dalam diskursus kebahasaan dan kebudayaan di Kepulauan Maluku.
CULTURE-SPECIFIC PROPERTIES OF GREETING IN ACEHNESE AND TURKISH: A SOCIOLINGUISTIC STUDY IN CONVERSATIONAL OPENING
Sabar Risdadi;
Mohammad Harun;
Ramli Ramli;
Siti Sarah Fitriani;
Denni Iskandar;
Armia Armia
Linguistik Indonesia Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26499/li.v41i2.415
Greeting is widely used in establishing social interactions. However, due to cultural backgrounds, history, and geographical location differences, greetings are very different. This paper aims to examine differences between Acehnese and Turkish greetings reflected from the form, type, and function. Forty people involved in this study. Half of them are the fluent Acehnese speakers who live in Banda Aceh, Greater Aceh, and Sabang. The other half is Turkish people who live in the Turkic-speaking community in Aceh. The data were collected from direct observation and survey. The data were analyzed based on five steps, namely determining, classifying, analyzing, describing, and drawing the conclusion. The results showed that while both countries use verbal/non-verbal greetings and formal /non-formal greetings, Acehnese greetings are limited. Furthermore, Acehnese used seasonal greetings only for Eid al-Fitr and Eid al-Adha whereas Turkish used it in various ways and divided into two categories: time-bound greetings and time-free greetings.
GRAMMATICAL EQUIVALENCE IN THE INDONESIAN TRANSLATION OF GALBRAITH’S THE CUCKOO’S CALLING
Alfonsa Vina Kanasya;
Barli Bram
Linguistik Indonesia Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26499/li.v41i2.442
The aim of this paper is to analyze the grammatical equivalence in the Indonesian translation of Robert Galbraith’s novel, The Cuckoo’s Calling. The translated version is titled Dekut Burung Kukuk, translated by Siska Yuanita. The theory used in this research is the translation theory by Baker (2018) where five grammatical categories were analyzed, namely, number, gender, person, tense and aspect, and voice. This is a qualitative study as it was conducted by analyzing the text of the books and comparing the source and target language. The results show that the Indonesian translation of ‘The Cuckoo’s Calling’ was mostly grammatically equivalent, meaning that all five grammatical categories appeared in the Indonesian version and were well adjusted. Some necessary changes were made due to the different natures of both languages and to improve the translation quality and clarity.
Istilah Toponimi Tabui dan Humli pada Masyarakat Yali di Papua: Sebuah Kajian Semantik dan Pragmatik
Yusuf Willem Sawaki
Linguistik Indonesia Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26499/li.v41i2.450
Artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara semantik dan pragmatik pada dua kata toponomi humli ‘dingin’ dan tabui ‘panas’ yang menjadi dasar pemaknaan kehidupan masyarakat Yali yang hidup di Pegunungan Tengah Papua bagian timur. Wilayah ini secara topografis merupakan wilayah yang bergunung-gunung dan curam dengan lembah yang sempit dan sungai-sungai yang besar serta tingkat kesulitan wilayah yang sangat tinggi. Dengan kondisi wilayah geografis yang demikian, masyarakat Yali memiliki pengetahuan mengenai kondisi topografi dan distribusi masyarakatnya pada wilayah topografis yang berbeda tersebut. Wilayah topografi yang dikenal oleh masyarakat Yali dinamakan humli dan tabui. Merujuk pada wilayah topografi, sufiks -mu/-mo/-ma, yang merupakan variasi alofonik, melekat pada kata, yaitu tabui-mu dan humli-mu untuk memberikan makna ‘tempat/lokasi,’ yang bermakna ‘tempat panas/hangat’ dan ‘tempat dingin/sejuk.’ Hubungan semantik, morfologi, dan sintaksis membuat kata dasar humli dan tabui memiliki aksesibilitas untuk mendapat imbuhan atau konstituen lain yang juga berkontribusi pada perluasan makna secara internal tetapi tidak mengubah kata dasar. Pada tataran pragmatik, makna kata humli dan tabui juga diperluas mengingat sistem tatanan hidup masyarakat Yali yang rumit dan abstrak. Dengan menggunakan konsep pragmatik common ground dan perangkat konteks, kedua kata ini dimaknai berdasarkan konteks penggunaannya yang bersumber dari faktor-faktor non-linguistik seperti pengetahuan geografis/topografis, botani, dan zoology, serta konsep manusia yang kemudian membentuk konsep ideologi dan religi.
METATESIS DALAM BAHASA DAWAN
Naniana Nimrod Benu;
Dyah Susilawati;
Tri Wahyuni;
Budi Agung Sudarmanto
Linguistik Indonesia Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26499/li.v41i2.456
Artikel ini mendiskusikan metatesis dan memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang sifat metatesis dalam bahasa Dawan. Data penelitian ini merupakan data primer yang diperoleh langsung dari lapangan di wilayah penutur bahasa Dawan. Data dalam penelitian ini adalah dialek Amanuban di kecamatan Kolbano, kabupaten Timor Tengah Selatan. Data diperoleh melalui metode pengamatan partisipatif dengan teknik catat untuk mendaftar kata-kata metatesis. Selain itu metode wawancara terhadap penutur bahasa Dawan juga dipakai untuk menggali sekaligus menguji keberterimaan dari sebuah kata dan penggunaanya dalam kalimat. Pengetahuan peneliti (intuitif data) juga digunakan untuk mendukung metode pengamatan dan wawancara. Hasil analisis data memperlihatkan bahwa proses metatesis dalam bahasa Dawan bukan merupakan gejala fonologis saja tetapi saling terkait antara fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Artikel ini dapat memberi dampak, baik teoretis maupun praktis terutama sebagai salah satu sumber dalam dokumentasi bahasa.
Investigating the Ideology of Indonesian Universities through the Vision and Mission Statements: A Corpus-Assisted Discourse Study
Sindy Alicia Gunawan;
Layli Hamida
Linguistik Indonesia Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26499/li.v41i2.465
Literatures have shown that discursive investigation on universities’ vision and mission statements can reveal the universities’ ideologies as well as the prevailing sociopolitical factors in the country. However, there is no such investigation within Indonesian higher education discourse yet. This study seeks to fill the gap by conducting a corpus-assisted analysis on the vision and mission statements of 100 Indonesian universities. By implementing CADS procedures, this study combines corpus linguistics techniques and ideological discourse analysis approach. The final results reveal the social responsibility of Indonesian universities to support public welfare and the emergence of internationalization movement within the educational system of the country, denoting collectivism and neoliberalism as ‘negotiating’ ideologies within the institutional discourse. It is related to none other than the view that universities are institutional bodies that cannot be stagnant as they must always be progressing towards the current development of society and even the world.
The Negotiation of Identities in Multilingual Settings as Depicted in Indonesia dalem Api dan Bara
Andita Eka Wahyuni;
Nurenzia Yannuar;
Yazid Basthomi;
Suharyadi Suharyadi
Linguistik Indonesia Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26499/li.v41i2.472
The present study focuses on the negotiation of identities of Kwee Thiam Tjing, the author of Indonesia dalem Api dan Bara ‘Indonesia on Fire and Charcoals’. Our study aims to investigate ways in which he responds to others’ positioning and repositions himself to fit in a particular circumstance under certain dominant power. The results show five domains of identities that may be subject to negotiation: linguistic, ethnic, cultural, role, and social identities. We argue that in colonial Indonesia some identities are negotiable while others are forcefully imposed. Kwee’s translingual practice performed both in writing and in daily life has acquired him a space to fully express his non-negotiable identities. Our study shows how his translingual practice serves as a mediational tool to better negotiate identities, especially in a multilingual environment.
PENONJOLAN PERAN SEMANTIS DAN KONSTRUKSI GRAMATIKAL PASANGAN VERBA -I DAN -KAN: KAJIAN GRAMATIKA KONSTRUKSIONAL BERBASIS KORPUS ATAS MENAWARI/MENAWARKAN
Gede Primahadi Wijaya Rajeg
Linguistik Indonesia Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26499/li.v41i2.482
This paper presents quantitative corpus analyses of the profiled participant/semantic roles and the preferred grammatical constructions of semantically similar Indonesian verb-pair suffixed with -i and -kan. Menawari/menawarkan ‘to offer’ pair is chosen as a case study. Couched within the Construction Grammar and Frame Semantics theories, the analyses revealed that each verb differs regarding the profiled semantic roles within the preferred grammatical constructions the verb occurs in. Menawari strongly profiles Offerer, Potential_recipient and Theme in Double-Object Construction, while menawarkan only profiles Offerer and Theme in Monotransitive Construction. Although the quantitative findings confirm the theoretical hypothesis of the constructional behaviours for menawari/menawarkan, the study also discovers previously unpredicted constructional variation for menawari. Such variation (i) has a typological implication concerning the grammatical alignments of trivalent verbs and (ii) raises an intriguing question regarding constructional contamination by the constructional profile of the more frequent form (i.e., menawarkan) that is paradigmatically related to menawari.
LANGUAGE ATTITUDES, SHIFT, MAINTENANCE: A CASE STUDY OF JAKARTAN CHINESE INDONESIANS
Vina Yuliana;
NFN Yanti
Linguistik Indonesia Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26499/li.v41i2.517
Indonesia is a multilingual country with over 700 languages spoken by various cultural groups. Language shift and maintenance are two common and interesting phenomena to study in a multilingual society. Studies focusing on language on shift and maintenance in Indonesia have been conducted for two decades. Nevertheless, limited studies have been found regarding the language of co-existing ethnics who have lived in Indonesia for more than two generations, such as Arabic or Chinese. Chinese descents in Indonesia speak Chinese languages/dialects, such as Hakka, Teochew, and Hokkien (CHL, hereafter). This study aims to explore the CHL language shift and maintenance in the Chinese community and the contributing factors to the phenomena. This research adopted a mixed-method approach. The data were collected from 100 respondents who reside in West Jakarta and North Jakarta. The data were collected using a questionnaire adapted from Cohn et al. (2013) and Ryan and Giles’s (1982) language indexes and in-depth interviews. The questionnaire data were analyzed using descriptive statistics, and the interview data were analyzed using thematic analysis. The result showed that the majority of Jakartan Chinese Indonesian have shifted to Indonesian, and only 9% of them still fully maintain the use of CHL in the family. English is more frequently used and mixed with Indonesian. This study found that the contributing factors of language shift are the language’s domains and functionality and the family background. It was found that parents’ place of birth or origin, parents’ first language, parents’ language attitude and policy at home, the language contact with the extended family, and how the extended family values CHL are influential for language shift. The result implied an alarm for CHL loss in the Jakartan Chinese community.
Menelusuri Pandangan Dunia Orang Hitu, Maluku, Melalui Pataniti
Fahmi Sirma Pelu;
Sailal Arimi
Linguistik Indonesia Vol. 41 No. 2 (2023): Linguistik Indonesia
Publisher : Masyarakat Linguistik Indonesia
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.26499/li.v41i2.385
Artikel ini berupaya untuk mengkaji fungsi dan struktur pataniti, pandangan dunia orang Hitu, dan posisi pataniti sebagai praktik kebahasaan dan kebudayaan lokal di Kepulauan Maluku. Data yang dianalisis dalam artikel ini berupa empat buah teks pataniti. Landasan teori yang dipakai dalam artikel ini ialah antropologi linguistik yang dikemukakan oleh Duranti (1997) dan pandangan dunia yang dikemukakan oleh William Underhill (2011). Metode penelitian yang digunakan ialah metode etnografi. Artikel ini menunjukkan bahwa pandangan dunia orang Hitu mengenai keperkasaan, karisma, dan kepercayaan spiritual ditandai dengan keberadaan nama-nama tokoh yang dibentuk melalui serangkaian proses sosiohistoris dalam kebudayaan Islam dan kebudayaan Hitu. Selain itu, artikel ini juga menemukan bahwa pataniti sebagai praktik bahasa dan budaya lokal sejatinya dibentuk melalui proses pertukaran dan pertemuan nilai yang inklusif dari berbagai kebudayaan di luar Kepulauan Maluku. Terakhir, pataniti sebagai tradisi lisan dan praktik kebudayaan dapat menjadi alternatif dalam diskursus kebahasaan dan kebudayaan di Kepulauan Maluku.