cover
Contact Name
Jurnal Artefak
Contact Email
jurnalartefaksejarah@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalartefaksejarah@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. ciamis,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Artefak
Published by Universitas Galuh
ISSN : 23555726     EISSN : 25800027     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal ARTEPAK, diterbitkan olah Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh. Jurnal ini memuat hasil penelitian atau kajian teoritis yang berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan profesi guru IPS, kajian Sejarah Lokal & Nasional, Kebudayaan, dan Pendidikan. Diterbitkan secara berkala Dua kali dalam setahun yaitu pada Bulan April dan September.
Arjuna Subject : -
Articles 216 Documents
Pendidikan Karakter Berbasais Sastra Sejarah dalam Puisi Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi Karya Subagio Sastrowardoyo sugeng supriyono
Jurnal Artefak Vol 4, No 2 (2017): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.579 KB) | DOI: 10.25157/ja.v4i2.835

Abstract

Puisi sebagai karya sastra merupakan wujud budaya manusia yang sarat akan nilai-nilai kehidupan, maka sangat relevan dalam pembentukan karakter. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan nilai-nilai karakter dalam puisi Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi karya Subagio Sastrowardoyo. Bentuk penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan analisis contens.  Data penelitian ini berupa dokumen teks puisi karya Subagio Sastrowardoyo dengan judul Aku Tak Bisa Menulis Puisi Lagi. Teknik analisis data menggunakan teknik simak dan catat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan stilistika. Dari penelitian yang telah dilakukan ditemukan hasil bahwa, terdapat lima nilai karakter dalam puisi Aku Tidak Bisa Menulis Puisi Lagi karya Subagio Sastrowardoyo.Kata Kunci: puisi, karakter, stilistika
PERANAN PENTING SEJARAH LOKAL DALAM KURIKULUM DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Yeni Wijayanti
Jurnal Artefak Vol 4, No 1 (2017): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (618.702 KB) | DOI: 10.25157/ja.v4i1.735

Abstract

Kurikulum pendidikan sejarah dapat dikembangkan dengan memanfaatkan muatan lokal, dalam hal ini sejarah lokal. Muatan lokal dalam kurikulum pendidikan sejarah sangat penting apalagi jika mengingat kurikulum mempunyai fungsi pengintegrasian yaitu bahwa kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi dengan masyarakat. Pemerintah melalui kebijakannya secara serentak menerapkan kurikulum nasional (Kurikulum 2013) sebagai program yang terencana dalam membentuk manusia Indonesia yang bermartabat.Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Ciamis. Tujuan penulisan ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran terhadap pengembangan ilmu kependidikan terutama yang berkaitan dengan kurikulum sejarah lokal. Pengembangan kurikulum pendidikan dilakukan dengan menggunakan pendekatan. Pendekatan integratif atau pendekatan terpadu dalam mengembangkan kurikulum bertitik tolak dari suatu keseluruhan atau kesatuan yang bermakna dan terstruktur. Dalam hal ini, pendidikan anak adalah pendidikan yang menyeluruh. Oleh karena itu, kurikulum harus disusun sedemikian rupa sehingga mampu mengembangkan pribadi yang utuh. Mata pelajaran hanyalah sebagian kecil faktor yang mempengaruhi perkembangan anak, karena ada komponen lain yaitu bangunan, fasilitas, orang di sekitar, gambar, dan sebagainya. Disinilah pentingnya sejarah lokal dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan. Akan tetapi, muatan lokal (sejarah lokal) khususnya di sekolah-sekolah menengah atas di Kabupaten Ciamis masih belum menjadi sebuah mata pelajaran tersendiri.History education curriculum can be developed by making use of local content, in this case the local history. Local content in the curriculum of history education is very important especially when considering the integration of the curriculum has the function of which is that the curriculum serves to educate individuals who are integrated with the community. The government through its policies simultaneously implement the national curriculum (Curriculum 2013) as a planned program in a dignified Indonesian human form. This research was conducted in the district of Ciamis. The purpose of this paper is expected to contribute ideas towards the development of science education, especially relating to local history curriculum. Curriculum development is done using the approach. The integrated approach or an integrated approach in developing the curriculum starting point of a whole or unity meaningful and structured. In this case, the education of children is a well-rounded education. Therefore, the curriculum should be structured such that it is able to develop the whole person. Subjects only a small part factors that affect child development, because there are other components, namely buildings, facilities, people around, images, and so forth. This is where the importance of local history incorporated into the educational curriculum. However, local content (local history), especially in upper secondary schools in Ciamis still not become a separate subject.
SEJARAH PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA (Ditinjau dari Prespektif Sejarah Bangsa Indonesia) Tridays Repelita
Jurnal Artefak Vol 5, No 1 (2018): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (460.306 KB) | DOI: 10.25157/ja.v5i1.1927

Abstract

Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional yang digunakan di Negara Republik Indonesia (NKRI). Pada perkembangannya, dengan semakin pesatnya arus globalisasi, modernisasi, ilmu pengetahuan, teknologi, Bahasa Indonesia harus dapat menjadi sebuah instrumen dalam melakukan komunikasi utama di Indonesia. Penelitian ini lebih relevan menggunakan metode penelitian pustaka, alasan dikarenakan persoalan penelitian ini hanya bisa dijawab lewat penelitian pustaka dan sebaliknya tidak mungkin mengharapkan datanya dari riset lapangan. Untuk menjaga eksistensi bahasa Indonesia, telah diadakan 10 kali kongres bahasa Indonesia yang bertujuan untuk memelihara dan menjaga eksistensi bahasa Indonesia di dalam perkembangan globalisasi dan modernisasi. Kongres bahasa Indonesia yang 1 dilaksanakan di Kota Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 25-28 Juni Tahun 1938, Kongres bahasa Indonesia II dilaksanakan di Kota Medan, Sumatra Utara, pada 28 Oktober-1 November 1954, Kongres bahasa Indonesia III dilaksanakan di Ibukota Jakarta, pada 28 Oktober-2 November 1978, Kongres bahasa Indonesia IV diselenggarakan di Jakarta, dari 21-26 November 1983, Kongres bahasa Indonesia yang V dilaksanakan di Jakarta, pada 28 Oktober-3 November 1988, Kongres bahasa Indonesia yang VI dilaksanakan di Jakarta, yakni pada 28 Oktober-2 November 1993, Kongres bahasa Indonesia VII dilaksanakan di Hotel Indonesia, Jakarta, yakni pada 26-30 Oktober 1998, Kongres bahasa Indonesia VIII diselenggarakan di Jakarta, yakni pada 14-17 Oktober 2003, Kongres bahasa Indonesia IX dilaksanakan di Jakarta, yakni pada 28 Oktober -1 November 2008, Kongres bahasa Indonesia yang X dilaksanakan di Jakarta, yakni pada 28-31 Oktober 2013.Abstract Indonesian is the national language used in the Republic of Indonesia (NKRI). In its development, with the rapid flow of globalization, modernization, science, technology, Indonesian Language must be able to become an instrument in making key communications in Indonesia. This research is more relevant using the library research method, the reason being that this research problem can only be answered through library research and conversely it is impossible to expect the data from field research. To maintain the existence of the Indonesian language, 10 Indonesian congresses have been held which aim to maintain and maintain the existence of Indonesian in the development of globalization and modernization. The 1st Indonesian Language Congress was held in Solo City, Central Java, on June 25-28, 1938, the Indonesian Language Congress II was held in Medan City, North Sumatra, on October 28-November 1, 1954, the Indonesian Language Congress III was held in the capital city Jakarta, on 28 October-2 November 1978, the IV Indonesian Language Congress was held in Jakarta, from 21-26 November 1983, the V-Indonesian Congress was held in Jakarta, on 28 October-3 November 1988, the VI Indonesian Language Congress was held in Jakarta , namely on October 28-November 2, 1993, the VII Indonesian Language Congress was held at Hotel Indonesia, Jakarta, namely on 26-30 October 1998, the VIII Indonesian Language Congress was held in Jakarta, namely on 14-17 October 2003, the IX Indonesian Congress was held in Jakarta, namely on 28 October -1 November 2008, the Indonesian Language Congress X was held in Jakarta, namely on 28-31 October 2013.
SEJARAH PERKEMBANGAN PENDIDIKAN DI PRIANGAN 1900-1942 Yadi Kusmayadi
Jurnal Artefak Vol 4, No 2 (2017): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (541.374 KB) | DOI: 10.25157/ja.v4i2.908

Abstract

Kebijakan pemerintah kolonial di Hindia Belanda (Indonesia) ketika memasuki awal abad ke-20 berubah. Diawali dengan kebijakan konservatif (kebijakan pemerintah kolonial sebelum tahun 1870, kemudian beralih ke kebijakan liberal (dengan menerapkan sistem politik pintu terbuka), dan terakhir kebijakan etis. Kebijakan politik etis ini didasari karena balas jasa dari hutang budi tanah jajahan Hindia Belanda yang telah membantu Negara induk (Belanda) secara ekonomi. Kebijakan pemerintah kolonial sebelumnya (politik etis) dinilai sangat merugikan penduduk pribumi, eksploitasi tanah dan tenaga diberlakukan ketika pemerintah kolonial masih menerapkan sistem konservatif atau tanam paksa (cultuurestelsel). Awal abad ke-20 tepatnya tahun 1902, Hindia Belanda resmi menerapkan sistem politik etis dengan memperbaharui tiga poin penting untuk kemajuan penduduk pribumi, tiga poin tersebut adalah: 1. Pendidikan, 2. Irigasi (perbaikan dalam sistem pertanian), 3. Emigrasi (perbaikan dalam masalah pemerataan penduduk). Semangat politik etis atau politik balas jasa oleh pemerintah kolonial di Hindia Belanda akhirnya melahirkan penduduk pribumi yang berpendidikan. Melalui Pendidikan, penduduk pribumi akhirnya mengetahui hal-hal yang dipelajari oleh orang-orang Belanda. Lebih jauhnya para penduduk pribumi yang berfikiran kritis akhirnya melahirkan satu kelas sosial baru di Hindia Belanda yang mengingkan sebuah kemerdekaan. Pentingnya perkembangan sejarah pendidikan pada masa politik etis ini menjadi sebuah dasar dari perubahan tatanan sosial di Hindia Belanda. Lahirnya kelas intelektual pribumi membuat perjuangan menuju kemerdekaan tidak lagi menggunakan segala bentuk kekerasan, angkat senjata dan peperangan. Perjuangan intelektual pribumi akhirnya berubah kedalam bidang politik dan pendidikan.
WAYANG PRESIDEN: MEDIA PENANAMAN NILAI KARAKTER DAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR Sutaryanto Sutaryanto
Jurnal Artefak Vol 4, No 1 (2017): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (814.321 KB) | DOI: 10.25157/ja.v4i1.730

Abstract

Wayang merupakan peninggalan leluhur yang telah diakui UNESCO sebagai Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. Wayang diakui sebagai karya agung karena wayang mempunyai nilai tinggi bagi peradapan umat manusia. Media pembelajaran wayang presiden digunakan untuk menanamkan nilai karakter dan meningkatkan hasil belajar siswa kelas 4 di SDN 2 Grogol kecamatan sawoo kabupaten Ponorogo. Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refeksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes dan angket. Penelitian ini diuji dengan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian yang dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penggunaan media wayang presiden efektif dalam menanamkan nilai karakter bangsa dan dan meningkatkan hasil belajar siswa siswa sekolah dasar.Puppet is a relic ancestor had been recognized UNESCO as a Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity. It is recognized as a masterpiece because it has a high value for the human civilization. Media puppet learning president used to imprint the value of a character and improve learning outcomes of the students in Grade 4 of State Primary School of sawoo, Ponorogo regency. This research used the classroom action research whit tho cycles. Each cycle consisted of four phases, namely: planning, implementation, observation, and reflection. The data of the research were gathered through observation, test and question form. This research tested by using source triangulation and technique triangulation. The results of the research carried out can be concluded that the use of media puppet president effective to infuse the value of a character the nation and improve learning outcomes primary school student.
ANALISIS FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KEMISKINAN DI DESA PASIRLAWANG KECAMATAN PURWADADI KABUPATEN CIAMIS Sri Pajriah; Aan Suryana
Jurnal Artefak Vol 5, No 2 (2018): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (619.391 KB) | DOI: 10.25157/ja.v5i2.1939

Abstract

Penelitian ini didasarkan atas rumusan masalah: pertama, bagaimanakah data kemiskinan di Desa Pasirlawang Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis tahun 2015. Kedua, Apa faktor penyebab terjadinya kemiskinan di Desa Pasirlawang Kecamatan Purwadadi Kabupaten Ciamis melalui pendekatan cultural dan structural. Metode penelitian yang digunakan naturalistic inquiry dengan informan masyarakat Desa Pasirlawang Kecamatan Purwadadi. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data dengan model analisis interaktif terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa berdasarkan sumber BPS tahun 2015 mengenai data kemiskinan di desa Pasirlawang Kecamatan Purwadadi berjumlah 538 rumah tangga dari jumlah total 946 keluarga. Adapun faktor penyebab kemiskinan di Desa Pasirlawang adalah, karena faktor kultural dan struktural. Pertama, faktor kultural yaitu masyarakat miskin di desa Pasirlawang tidak memiliki motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya misalnya mereka hanya menunggu bantuan dari pihak lain padahal apabila masyarakat miskin tersebut memiliki gagasan dan kreativitas untuk memberdayakan lingkungan sekitarnya secara perlahan-lahan serta kerja keras yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Kedua, faktor struktural yaitu masyarakat miskin di desa Pasirlawang masih rendah untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, sebagian besar mereka hanya tamat pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar. Sehingga masyarakat miskin tersebut tidak memiliki kompetensi untuk mencari kerja dan mendapatkan pekerjaan yang layak hanya sebagai pekerja serabutan saja, ketika ada pekerjaan mereka bekerja dan apabila tidak ada pekerjaan hanya sebagai pengangguran serta apabila ada pekerjaanpun penghasilannya rendah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.AbstractThis research is based on the formulation of the problem: first, what is the data on poverty in Pasirlawang Village, Purwadadi Sub-District, Ciamis Regency in 2015. Second, what are the causes of poverty in Pasirlawang Village, Purwadadi Sub-District, Ciamis District through cultural and structural relations. The research method used was naturalistic investigation with the informants of the Pasirlawang Village community in Purwadadi District. The technique of collecting data uses observation, interviews, and documentation. Data analysis with interactive analysis models consisted of data reduction, data presentation, and consisting of conclusions. This study produced conclusions based on 2015 BPS sources on poverty data in Pasirlawang village, Purwadadi sub-district, welfare of 538 households out of a total of 946 families. Because the causes of poverty in Pasirlawang Village are, because of cultural and structural factors. First, cultural factors, namely the poor in Pasirlawang village do not have high motivation to improve welfare as others improve welfare. Second, structural factors are poor people in Pasirlawang village who are still low to reach higher levels of education, most of them graduating in elementary school education level. There is no job only for jobs and decent work only for odd jobs, compilation of their work works and repairs there are no jobs just as work to repair and repair work jobs.
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CTL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XII IPS 5 SMA NEGERI 2 PURBALINGGA Arif Saefudin
Jurnal Artefak Vol 5, No 1 (2018): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (627.435 KB) | DOI: 10.25157/ja.v5i1.1910

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar sejarah melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan pada siswa kelas XII IPS 5 semester I di SMA Negeri 2 Purbalingga tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian ini terdiri dari 3 siklus, dengan masing-masing 4 tahap setiap siklusnya. Sebelum penelitian memasuki tahapan siklus, terlebih dahulu diadakan tindakan pra siklus. Setelah tindakan pra siklus dilakukan, kemudian dilanjutkan tindakan siklus I, II, dan III. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model CTL ternyata dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Pada kegiatan pra siklus jumlah rata-rata 72,88 jumlah siswa yang tuntas 22 (64,71 %). Pada siklus I, dengan rata-rata nilainya adalah 74,85 jumlah tuntas 22 peserta didik (64,71 %), pada siklus II, rata-rata nilainya adalah 86,82, dengan jumlah tuntas 25 peserta didik (73,53 %), kemudian pada siklus III, rata-rata nilainya adalah 89,91 dengan jumlah tuntas 35 peserta didik (100 %).AbstractThis research was conducted with the aim to determine the increase in historical learning achievement through the application of the Contextual Teaching and Learning (CTL) learning model. This research is a Classroom Action Research (CAR) which is conducted on students of class XII IPS 5 in the first semester at Purbalingga 2 Public High School 2014/2015 academic year. This study consists of 3 cycles, with each of the 4 stages each cycle. Before the research enters the cycle stage, pre-cycle actions are first held. After the pre-cycle action is carried out, then the actions of cycle I, II, and III are continued. The results showed that the application of the CTL model turned out to be able to improve student learning achievement. In pre-cycle activities the average number of 72.88 the number of students who completed 22 (64.71%). In the first cycle, with an average value of 74.85 the total number of 22 students (64.71%), in the second cycle, the average value was 86.82, with a complete number of 25 students (73.53%), then in the third cycle, the average value is 89.91 with a complete number of 35 students (100%).
KONTRIBUSI USMAN JANATIN DALAM KONFRONTASI INDONESIA-MALAYSIA, 1962-1966 Arif Saefudin
Jurnal Artefak Vol 4, No 2 (2017): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.373 KB) | DOI: 10.25157/ja.v4i2.903

Abstract

Tujuan dalam penelitian ini mencakup beberapa pertanyaan penelitian yang harus dijawab, yaitu menjelaskan biografi singkat Usman Janatin (2) konfrontasi antara Indonesia-Malaysia; (3) dan kontribusi Usman Janatin dalam konfrontasi. Metode dalam penulisan sejarah ini menggunakan metode peneltian sejarah. Menurut Kuntowijoyo, peneltian yang dilakukan ketika menggunakan metode sejarah ada 5 tahap, yaitu (1) pemilihan topik; (2) heuristik atau pengumpulan sumber; (3) verifikasi atau kritik sejarah, keabsahan sumber; (4) interpretasi; dan (5) historiografi atau penulisan. Hasil dalam penelitian ini adalah kehidupan Janatin dari kecil hingga menjadi anggota Korps Komando Angkatan Laut (KKO-AL). Konfrontasi Indonesia dan Malaysia diakibatkan karena rencana Inggris yang akan membentuk Sebuah Gabungan wilayah jajahanya menjadi Federasi Malaysia. Presiden Sukarno menolak keras pembentukan Federasi Malaysia yang dianggap sebagai proyek Neo-kolonialisme oleh Inggris. Hal ini membuat Presiden Sukarno mengeluarkan Dwi Komando Rakyat (Dwikora). Janatin bersama rekan-rekannya berhasil melakukan infiltrasi dan sabotase ke MacDonaal House di Singapura, yang saat itu masih menjadi bagian dari Federasi Malaysia. Namun, aksi Janatin terhenti ketika ia tertangkap. Dengan proses yang panjang, akhirnya Janatin divonis hukuman mati dengna cara digantung. Setelah eksekusi berlangsung, Presiden Soeharto menetapkan Janatin sebagai Pahlawan Nasional dengan SK Presiden RI No. 050/TK/1968 tertanggal 17 Oktober 1968.The research objective includes several research questions that must be answered, namely explaining the brief biography of Usman Janatin (2) confrontation between Indonesia-Malaysia; (3) and agreed to Usman Janatin in the confrontation. The method in this historical discussion uses historical research methods. According to Kuntowijoyo, the research that was compiled using the historical method was drunk, namely (1) topic selection; (2) heuristics or source collection; (3) historical verification or criticism, source validity; (4) interpretation; and (5) historiography or approved. The results in this study are the story of Janatin from childhood to become a member of the Navy Command Corps (KKO-AL). The confrontation between Indonesia and Malaysia was acquired because of the British plan to form its Joint Regional Zone to become the Federation of Malaysia. President Sukarno strongly rejected the formation of the Malaysian Federation which considered the Neo-colonial project by the British. This made President Soekarno issue the Dwi Komando Rakyat (Dwikora). Janatin and his colleagues managed to infiltrate and sabotage MacDonaal House in Singapore, which is currently still part of the Malaysian Federation. However, the action of Janatin stopped the compilation he was arrested. With a long process, Janatin was finally sentenced to death by hanging. After the execution went on, President Soeharto established Janatin as a National Hero with Decree of the President of the Republic of Indonesia No. 050 / TK / 1968 dated October 17, 1968.
ANALISIS PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SMKN 1 WONOSARI (Studi Pada Pembelajaran Sejarah) Suyanti Suyanti
Jurnal Artefak Vol 4, No 1 (2017): April
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.774 KB) | DOI: 10.25157/ja.v4i1.734

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) perencanaan pendidikan karakter melalui pembelajaran sejarah, (2) pelaksanaan pendidikan karakter melalui pembelajaran sejarah, dan (3) penilaian pendidikan karakter dalam kegiatan belajar mengajar. Penelitian ini menggunakan kasus tunggal karena penelitiannya hanya dilakukan pada satu sasaran (satu lokasi atau satu objek), sehingga strategi penelitian yang relevan adalah studi kasus (study case). Tehnik pengumpulan datanya menggunakan teknik nontes (angket, observasi, wawancara, dan dokumen). Untuk mengecek keabsahan data digunakan triangulasi metode dan sumber. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah (1) perencanaan penerapan pendidikan karakter dalam pembelajaran Sejarah diawali dengan menyusun berbagai perangkat pembelajaran seperti Silabus, Format Penilaian, dan RPP. (2).Pelaksanaan pembelajaran sejarah di SMKN 1 Wonosari secara keseluruhan sudah mengintegrasikan nilai-nilai karakter, melalui tahapan pendahuluan, inti, dan penutup. (3). Penilaian pembelajaran Sejarah di SMKN 1 Wonosari berdasarkan RPP yang dibuat guru sejarah sudah meliputi penilaian afektif. Penilaian dilakukan melalui pengamatan, soal, dan diskusi klasikal. Berdasarkan hasil yang diperoleh penelitian ini, dapat disimpulkan penanaman nilai karakter dapat diintegrasikan melalui pembelajaran sejarah di SMKN 1 Wonosari.The purpose of this research is (1) character education planning through learning history, (2) implementation of character education through learning history, and (3) character education assessment in teaching and learning activity. This study uses a single case because the research is only done on one target (one location or one object), so that the relevant research strategy is a case study (study case). Data collection techniques using techniques nontes (questionnaires, observations, interviews, and documents). To check the validity of data used triangulation method and source. The results obtained in this study are (1) planning the application of character education in learning History begins by arranging various learning tools such as Prota, Promes, Syllabus, Assessment Format, and RPP. (2) .The implementation of history learning in SMKN 1 Wonosari as a whole has integrated character values, through preliminary, core, and closing stages. (3). Historical learning assessment in SMKN 1 Wonosari based on RPP made by history teacher have included affective assessment. Assessment is done through observation, questions, and classical discussions. Based on the results obtained by this research, it can be concluded that the planting of character values can be integrated through learning history in SMKN 1 Wonosari.
IMPLEMENTASI UPACARA ADAT NYANGKU DI SITUS SITU LENGKONG PANJALU Krisna Sujaya
Jurnal Artefak Vol 5, No 2 (2018): September
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (681.182 KB) | DOI: 10.25157/ja.v5i2.1935

Abstract

Masyarakat di wilayah Panjalu, memiliki upacara adat setempat yang menjadi identitas masyarakat panjalu itu sendiri. Salah satu upacara adat yang dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Panjalu yaitu Upacara Adat Nyangku. Upacara Adat Nyangku adalah sebuah instrumen yang dipakai oleh nenek moyang masyarakat panjalu dalam mensiarkan agama islam. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Barang-barang yang di bersihkan ketika prosesi upacara adat nyangku yaitu: 1) Pedang, sebagai senjata yang digunkan sebagai sarana untuk penjagaan diri ketika menyebarkan agama islam, 2) Cis, merupakan tombak sebagai senjata yang digunkan sebagai sarana untuk penjagaan diri ketika menyebarkan agama islam, 3) Keris komando, bekas senjata yang digunakan raja panjalu sebagai alat komando dalam pemerintahan di kerajaan Panjalu, 4) Keris, merupakan pegangan atau koleksi para bupati panjalu terdahulu, 5) Pancaworo, merupakan alat yang digunakan sebagai senjata perang zaman dahulu, 6) Bangreng, merupakan alat yang digunakan sebagai senjata perang zaman dahulu, 7) Gong kecil, merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan rakyat pada zaman dahulu. Selanjutnya di hari yang ditentukan, ketika Upacara Adat Nyangku siap untuk dilaksanakan, ada syarat khusus yang harus di patuhi yaitu 1) Cara Berpakaian, 2) Tata Cara Kirab Benda-benda peninggalan Kerajaan Panjalu. Apabila di analisis lebih lanjut, pada dasarnya tidak semua benda peninggalan di bersihkan ketika prosesi Upacara Adat Nyangku. Benda-benda peninggalan yang lain biasanya dibersihkan besok harinya. Hal yang demikian tersebut bertujuan agar prosesi Upacara Adat Nyangku berjalan efektif tanpa memakan waktu yang lama. Benda peningalan yang dibersihkan ketika prosesi Upacara Adat Nyangku hanya benda peninggalan asli Kerajaan Panjalu saja yaitu: 1) Pedang, 2) Keris KomandoAbstract Communities in the Panjalu region have local traditional ceremonies which become the identity of the panjalu community itself. One of the traditional ceremonies which is guarded and preserved by the Panjalu community is the Nyangku Traditional Ceremony. Nyangku Traditional Ceremony is an instrument used by the ancestors of the panjalu community in promoting Islam. This study uses a qualitative descriptive research method. The items that were cleaned during the procession of the Nyangku traditional ceremony, namely: 1) The sword, as a weapon used as a means of self-defense when spreading Islam, 2) Cis, was a spear as a weapon used as a means of self-defense when spreading Islam , 3) Keris command, former weapons used by king Panjalu as a command tool in the government in the kingdom of Panjalu, 4) Keris, is the handle or collection of the previous long-time regents, 5) Pancaworo, a tool used as an ancient weapon of war, 6) Bangreng, a tool used as an ancient war weapon, 7) Small Gong, is a tool used to gather people in ancient times. Furthermore, on the appointed day, when the Nyangku Traditional Ceremony is ready to be carried out, there are special conditions that must be obeyed, namely 1) How to dress, 2) Procedure for Kirab Heritage objects of Panjalu Kingdom. If further analyzed, basically not all relics are cleared during the procession of my Nyangku Traditional Ceremony. Other relics are usually cleaned tomorrow. This is intended to make the Nyangku Traditional Ceremony process effective without taking a long time. Restored objects that are cleaned during the procession of the Nyangku Traditional Ceremony are only the original relics of the Panjalu Kingdom, namely: 1) Swords, 2) Keris Komando

Page 3 of 22 | Total Record : 216