cover
Contact Name
Jurnal Artefak
Contact Email
jurnalartefaksejarah@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalartefaksejarah@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. ciamis,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Artefak
Published by Universitas Galuh
ISSN : 23555726     EISSN : 25800027     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal ARTEPAK, diterbitkan olah Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Galuh. Jurnal ini memuat hasil penelitian atau kajian teoritis yang berkaitan dengan pengembangan dan peningkatan profesi guru IPS, kajian Sejarah Lokal & Nasional, Kebudayaan, dan Pendidikan. Diterbitkan secara berkala Dua kali dalam setahun yaitu pada Bulan April dan September.
Arjuna Subject : -
Articles 216 Documents
PERPINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN SUKAPURA DARI SUKARAJA KE MANONJAYA SERTA DAMPAKNYA (1828-1834) Budiman, Agus; Ardiansyah, Ryan
Jurnal Artefak Vol 2, No 1 (2014): Maret (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (228.647 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i1.1055

Abstract

Metode penelitian yang digunakan ialah metode sejarah yang menjadi bagian dari usaha untuk memberikan interpretasi dari suatu peristiwa dalam masyarakat dimasa lampau untuk memperoleh suatu formula baru dalam kehidupan masyarakat pada saat ini dan dapat meramaikan kehidupan dimasa yang akan datang. Adapun metode ini menggunakan empat langkah metode, yaitu: (1). Heuristik (2). Kritik Sumber/verifikasi (3). Interpretasi (4). Historiografi. Bukti-bukti sejarah peristiwa perpindahan ibukota Kabupaten Sukapura, telah diperoleh dari berbagai data-data yang memberikan bukti kongkrit pada sejarah sosial dan perekonomian tersebut pada judul skripsi ini. Data yang diperoleh dan digunakan untuk melakukan verifikasi mengenai peristiwa perpindahan ibukota adalah melakukan wawancara ke beberapa nara sumber terpercaya dan studi literatur atau kajian pustaka melalui proses membaca dan menelaah buku-buku serta sumber-sumber yang memiliki hubungan dengan topik.Kata Kunci: Ibukota dan Dampak PerpindahanABSTRACTThe method applied on this study is historic method which promotes an attempt to interpret an occurrence in certain society in the past, to achieve a breakthrough in the present life. This method may also provide important prediction of what may come in the future. There have been four stages of method involved in this study, they are: (1) Heuristic (2) Critics to the source/verification (3) Interpretation (4) Historiography. The historical evidence of capital relocation of Sukapura regency from Sukaraja to Manonjaya has been obtained from various data which has also provided distinct evidence of what mentioned in the title of this long essay/undergraduate thesis. All data is collected by sources interview, and literature study, and bibliography toward reading and analyzing related book and sources.Kata Kunci: The capital and the impact of displacement
KOMUNITAS KAMPUNG PULO DI CANGKUANG KABUPATEN GARUT (PERKEMBANGAN ADAT ISTIADAT SETELAH MASUKNYA ISLAM) Dewi Ratih
Jurnal Artefak Vol 3, No 2 (2015): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.452 KB) | DOI: 10.25157/ja.v3i2.1095

Abstract

Penelitian ini dilakukan dengan metode penulisan sejarah yang meliputi empat tahapan. Keempat tahapan itu adalah heoristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Masyarakat Kampung Pulo tidak diikat oleh hukum tertulis. Mereka hanya mengenal pamali sebagai istilah melanggar pantangan. Pantangan di Kampung Pulo harus dipatuhi penduduk itu sendiri maupun para wisatawan yang datang. Adat Istiadat yang populer disebut pantangan atau pamali di Kampung Pulo yang dianggap tabu seperti dalam hal berjiarah ke makam, bentuk nnnah dan upacara ritual lainnya yang dianggap tabu oleh masyarakat Kampung Pulo. Setelah masuknya Islam di Kampung Pulo yang dibawa oleh Embah Dalem Arif Muhammad, masyarakat Kampung Pulo tetap melestarikan dan menjaga adat istiadat yang tmun temumn dari nenek moyangnya, meskipun telah terjadi perubahan-perubahan esensi yang dipengaruhi oleh ajaran Islam. Kampung Pulo yang memiliki beberapa adat istiadat merupakan lcebanggaan bagi pemerintahan setempat karena merupakan salah satu kebudayaan bangsa Indonesia yang patut dilestarikan keberadaannyafKata Kunci: Kampung Pulo, Adat Istiadat dan IslamABSTRACTThis research was conducted by the method of writing history that includes four stages. The four stages are the heuristic, criticism, interpretation and historiography. Community Kampung Pulo not bound by written law. They only know pamali as violating term abstinence. Abstinence in Kampung Pulo, should follow the population it self and the tourists who come. Customs popularly called abstinence or pamali in Kampung Pulo which is considered taboo, such as in the case berjiarah to the tomb, the shape of houses and other rituals that are considered taboo by the commrmity of Kampung Pulo. Even after the advent of Islam in Kampung Pulo Dalem Grandparent brought by Mohammed Arif; the connnunity of Kampung Pulo still preserve and maintain the customs handed down from ancestors. Kampung Pulo had some customs that are the pride of the local govermnent because it is one that deserves the Indonesian culture preserved its existence.Keywords: Village Pulo, Customs and Islam
DAMPAK CULTURSTELSEL (TANAM PAKSA) BAGI MASYARAKAT INDONESIA DARI TAHUN 1830-1870 Wulan Sondarika
Jurnal Artefak Vol 3, No 1 (2015): Maret (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.366 KB) | DOI: 10.25157/ja.v3i1.337

Abstract

Penelitian dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana kehidupan masyarakat pada masa sistem tanam paksa dan tanaman wajib apa saja yang harus ditanam. Metode yang digunakan adalah metode historis yaitu metode yang digunakan untuk mendeskripsikan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Hasil penelitian ini adalah bahwa Cultuurstelsel disebut juga sebagai Sistem Tanam Paksa, ini adalah peraturan yang dikeluarkan oleh Gubernur Jenderal Johannes van den Bosch pada tahun 1830. Motif utama sistem tanam paksa (culturstelsel) pada tahun 1830 adalah karena kesulitan finansial yang dihadapi pemerintah Belanda sebagai akibaat perag Jawa tahun 1825-1830. Ciri utama dari pelaksanaan sistem tanam paksa adalah keharusan bagi rakyat untuk membayar pajak dalam bentuk pajak in natura, yaitu dalam bentuk hasil-hasil pertanian mereka. Dampak Culturstelsel dalam tanaman dibagi menjadi dua, diantaranya tanaman musiman dan tanaman tahunan. Tanaman musiman meliputi; gula, nila dan tembakau sedangkan tanaman tahunan meliputi; lada, kopi, teh dan karet. Selain dampak terhadap tanaman, terdapat juga dampak terhadap rakyat diantaranya penduduk desa wajib bekerja untuk kepentingan kolonial maupun untuk kepala-kepala dan para  pejabat. Kata kunci: Dampak Culturstelsel, Tanam Paksa, Masyarakat Indonesia
PERANAN ABU UBAIDAH BIN JARRAH DALAM PERANG YARMUK TAHUN 636 M Brata, Yat Rospia; Gustina, Rina Dwi
Jurnal Artefak Vol 2, No 1 (2014): Maret (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (341.647 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i1.303

Abstract

ABSTRAKAbu Ubaidah bin jarrah r. a salah satu sahabat Nabi yang tidak  mementingkan jabatan ataupun posisi istimewa dipemerintahan, melaikan hanya menjalankan dengan kesungguhannya sebagai umat Islam. Abu Ubaidah bin Jarrah r. a merupakan sahabat Nabi yang membawa pengaruh terhadap peradaban islam dalam melakukan ekpansi wilayah di luar Arab. Sehingga menjadikan banyak daerah yang dapat dibebaskan dan kekuasaan islam semakin kuat. Atas upaya dan kesungguhannya, Alloh menjanjikan Abu Ubaidah bin Jarrah r. a. sebagai Assabiqunaal Awwalun (masuk surga). Abu Ubaidah bin Jarrah r. a. mengajarkan pentingnya berjalan di agama alloh dengan kesungguhan, keiklasan, tanpa kesombongan ataupun pamrih. Semua dijalankan berdasarkan mencari keridoan Alloh. Abu Ubaidah bin jarrah dipercaya oleh Umar bin Khttab sebagai panglima perang dalam peristiwa yarmuk tahun 636 M dimana peristiwa tersebut dimenangkan oleh umat muslim dalam penaklukan pertamanya di luar Jazirah Arab melawan Romawi Timur. Dengan strategi perang membag tentaranya menjadi lima bagian, depan, belakang, kanan, kiri dan tengah. Serta, karena kehebatannya sebagai panglima beliau berhasil membunuh komandan Romawi. Kata Kunci: Abu Ubaidah dan Peranga YarmukABSTRACTAbu Ubaidah bin jarrah ra one of the companions of the Prophet were not concerned with the post or privileged position the groverenment, but only run with sincerity as Muslims. Abu Ubaidah bin Jarrah ra is a companion of the Prophet who had an impact on the Islamic civilization in doing expansion outside the Arab region. So that makes a lot of areas that can be freed and Islamic power is getting stronger. The efforts and sincerity, Allah promises Abu Ubaidah bin Jarrah ra as Assabiqunaal Awwalun (go to heaven). Abu Ubaidah bin Jarrah r. a. taught the importance of walking in the religion of Allah with sincerity, keiklasan, without vanity or self-interest. All are run by looking keridoan Allah. Abu Ubaidah bin jarrah trusted by Umar bin Khttab as a warlord in the event of Yarmuk in 636 AD where the event was won by the Muslims in the first conquest beyond the Arabian Peninsula against the East. With war strategy divide army into five parts, the front, rear, right, left and center. As well, because of his prowess as a commander, he managed to kill the Roman commander. Keyword: Abu Ubaidah and Yarmuk
TRADISI NYANGKREB DI DUSUN SUKARAJA DESA ANDAPRAJA KECAMATAN RAJADESA KABUPATEN CIAMIS (Suatu Tinjauan Sejarah Kebudayaan Dari Tahun 1972-2007) Wijayanti, Yeni; Kartika, Ratna
Jurnal Artefak Vol 2, No 1 (2014): Maret (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.537 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i1.1052

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Tradisi Nyangkreb adalah suatu tradisi menjelang panen padi yang dimaksudkan sebagai bentuk penghormatan pada Dewi Sri yang merupakan Dewi Padi dan asal mula tumbuh-tumbuhan. Tradisi ini sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang telah diperoleh, tradisi ini juga sebagai doa keselamatan agar mendapat hasil yang lebih baik di masa yang akan datang. Prosesi ini dilakukan oleh seorang punduh biasanya dilakukan pada sore hari pada pukul 3 atau 4 sore. Para petani menyediakan beberapa syarat-syarat atau sesaji untuk acara Nyangkreb tersebut. Dalam upaya melestarikan tradisi nyangkreb ini, dilakukan dengan upaya pemahaman terhadap nilai-nilai budaya bangsa. Salah satu upaya dalam melestarikan Tradisi Nyangkreb ini adalah dengan menggelar acara yang memberikan perkenalan kreativitas seniman/budayawan Sunda yang menampilkan beragam tradisi Sunda termasuk Tradisi Nyangkreb sebagai upaya untuk mendekatkan diri dengan alam, dorongan dari aparat pemerintah juga bisa dilakukan dengan memberikan himbauan kepada masyarakat untuk lebih menjaga dan melestarikan Tradisi Nyangkreb. Makna dan nilai yang terkandung dalam tradisi ini terdapat makna yang begitu besar bagi masyarakat, antara lain mempererat tali silaturahmi, menjaga dan melestarikan tradisi turun temurun dari leluhur dan sebagai ungkapan syukur atas berkah yang didapat.Kata Kunci: Tradisi, Nyangkreb dan Tradisi SundaABSTRACTThe result of this research indicated that Nyangkreb tradition is a tradition of the rice harvest was intended as a form of homage to the goddess Dewi Sri who is the origin of rice and herbs. This tradition as an expression of gratitude for the harvest that has been obtained, this tradition as well as a prayer for safety in order to obtain better results in the future. The procession is carried out by a Punduh usually done in the afternoon at 3 or 4 in the afternoon. Farmers provide some of the terms or offerings for the Nyangkreb event. In an effort to preserve the tradition of this nyangkreb, carried out with the effort of understanding of the cultural values of the nation. One effort in preserving this tradition is to hold Nyangkreb event gives an introduction creativity of artists/cultural Sunda featuring a variety of traditions including Nyangkreb tradition in an attempt to get closer to nature, the encouragement of government officials can also be done by giving local communities to more maintain and preserve the tradition Nyangkreb. Meanings and values contained in this tradition are so great meaning for the community, among others tighten the relationship, maintain and preserve the tradition handed down from ancestors and as an expression of gratitude for the blessings that come by.Kata Kunci: Tradition, Nyangkreb and Sundanese Traditions
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MEDIA FILM DOKUMENTER ZAMAN PENJAJAHAN HINDIA BELANDA DI INDONESIA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Penelitian Tindakan Kelas Di Kelas VII SMP N 1 Baregbeg) Suryana, Aan
Jurnal Artefak Vol 2, No 1 (2014): Maret (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (147.413 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i1.1059

Abstract

Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk: mengetahui bagaimanakah perencanaan model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) pada pembahasan kehidupan Indonesia pada masa kolonialisme Eropa dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VII E SMP N I Baregbeg. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dari hasil penelitian tindakan kelas (PTK) berupa perlakuan (treatment) dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair and Share (TPS) dengan subjek penelitian adalah siswa kelas VII E SMP N I Baregbeg Ciamis. Data penelitian diperoleh dari pengamatan kegiatan pembelajaran, informan (siswa, guru, dan kepala sekolah), dokumen, dan foto kegiatan. Melalui tahapan palnning, action, observing,dan reflecting yang dilaksanakan dalam dua siklus. Untuk Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS kelas VII E SMP N I Baregbeg Ciamis adalah 75 dengan prosentase ketuntasan klasikal minimal yang ditentukan 75%. Untuk motivasi prosentase ketuntasannya 75%dan prosentase Ketuntasan Klasikal Minimal untuk prestasi belajar adalah 75%. Setelah pemberian perlakuan (treatment) selama tiga siklus hasil penelitian menunjukan adanya peningkatan yang dicapai siswa adalah pada siklus I untuk motivasi memperoleh prosentase 25,42%, siklus II meningkat menjadi 42,25%, dan siklus III memperoleh prosentase 90,85%. Selanjutnya peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I diperoleh prosentase 30,25%, siklus II meningkat menjadi 45,00%, dan siklus III diperoleh prosentase 93,00%.Kata Kunci: Model Pembelajaran Think Pair and Share (TPS), Pembelajaran IPS, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar.ABSTRACTClass Action Research aims to: determine how planning and learning model Think Pair Share (TPS) in Indonesia during the discussion of the life of European colonialism in teaching social studies to improve motivation and learning achievement of class VII E SMP N I Baregbeg. The method used in this research is descriptive qualitative results of classroom action research (PTK) in the form of treatment (treatment) using a learning model Think Pair and Share (TPS) by the research subjects were students of class VII E SMP N I Baregbeg Ciamis. Data were obtained from observations of learning activities, informants (students, teachers, and principals), documents, and photos of activities. Through the stages palnning, action, observing, and reflecting conducted in two cycles. For completeness Minimum Criteria (KKM) social studies class VII E SMP N I Baregbeg Ciamis is 75 with a percentage of classical completeness 75% minimum specified. For motivation ketuntasannya percentage of 75% and the percentage of classical completeness Minimal for student achievement is 75%. After giving treatment (treatment) for three cycles results showed the improvement achieved by students is the first cycle to obtain a percentage of 25.42% motivation, the second cycle increased to 42.25%, and the third cycle obtain a percentage of 90.85%. Further improvement of student achievement in the first cycle was obtained percentage of 30.25%, the second cycle increased to 45.00%, and the third cycle is obtained percentage of 93.00%.Kata Kunci: Model Learning Think Pair and Share (TPS), IPS Learning, Learning Motivation, Achievement
SITUS CAGAR BUDAYA SANGHYANG MAHARAJA CIPTA PERMANA PRABUDIGALUH SALAWE DUSUN TUNGGAL RAHAYU DESA CIMARAGAS KECAMATAN CIMARAGAS KABUPATEN CIAMIS Uung Runalan Soedarmo
Jurnal Artefak Vol 3, No 2 (2015): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.833 KB) | DOI: 10.25157/ja.v3i2.1099

Abstract

Hasil penelitian ini secara garis besar dapat disimpulkan bahwa Situs Cagar Budaya Sanghyang Maharaja Cipta Permana Prabudigaluh Salawe merupakan peninggalan sejarah Kerajaan Galuh Pangauban (Perlindungn) Gara Tengah yang diperintah oleh seorang Raja Cipta Permana (1595-1618 M) yang merupakan penguasa Galuh Pangauban islam pertama, karena sebelumnya islam belum mampu menembus pertahanan Galuh di wilayah pedalaman. Raja-raja Galuh Pangauban ini merupakan keturunan Prabu Siliwangi dari istri Inten Kedaton. Keunikan dari Situs ini yaitu teradapat peninggalan masa hindu dan masa islam seperti terdapat Batu Entog (Trimurti), Batu Panggeresan (Pangcalikan Raja), Patilasan Prabu Silihwangi, Patilasan Ulama Besar Syekh Abdul Kodir Jaelani, Patilasan Raja Cipta Permana Lengkap Dengan Patih, Para Petinggi Kerajaan, Juru Keuangan, Para Duta Besar Kerajaan, Putra Mahkota Raja, Gudang Persenjataan, serta pernah dijadikan tempat pertapaan oleh tokoh Proklamator Bangsa Indonesia. Situs Salawe merupakan salah satu bukti peninggalan sejarah Galuh Pangauban yang bercorak islam, namun terdapat pula peninggalan arkeologi masa hindhu-budha dan banyak patilasan-patilasan petinggi kerajaan Galuh lainnya serta pernah dijadikan tempat pertapaan oleh Pak Sukarno ketika Indonesia belum merdeka. situs ini perlu dilestarikan dan dirawat serta diperhatikan oleh berbagai pihak, terutama Dinas Kepurbakalaan agar generasi mendatang dapat melihat kebesaran para pendahulunya.Kata Kunci: Cagar budaya dan Sanghyang Maharaja Cipta Permana Prabudigaluh SalaweABSTRACTThe result of this research in outline can be concluded that Cagar budaya Sanghyang Maharaja Cipta Permana Prabudigaluh Salawe archeological site is an archeological remains history of Galuh Pangauban Gara Tengah Empire which commanded by Cipta Permana King (1595-1618 M), He is the first ruler of Galuh Pangabuan Islam, previously islam couldn’t able to penetrate the defense of Galuh inside. The king of Galuh Pangauban is the descent of Prabu Siliwangi from his wife Inten Kedaton. The uniqueness of this archeological site were archeological remains of hindu period and islam period, that contained like Batu entog (Trimurti), Batu panggeresan (the chair of the king), Patilasan Prabu Siliwangi, Patilasan Ulama Besar Syekh Abdul Kodir Jaelani, functionary of empire, clerk of finances, ambassadors, crown price, weaponry room, and also have used as asceticism by proclamation personage Indonesian. Salawe archeological site is one of proof of archeological remains history of Galuh Pangauban that have the design of islam, however there are also archeological remains history of Hindu-Budha period and many others archeological history that had been used as asceticism by Mr. Sukarno before the independence of Indonesia. This archeological site need to be conserved and treated by all the people as well, especially by Archeological service so that the next generation can see the greatness of their predecessor.Keywords: Cultural heritage and Sanghyang Maharaja Cipta Permana Prabudigaluh Salawe
PENGARUH PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP SIKAP DEMOKRATIS MAHASISWA TINGKAT II PENDIDIKAN SEJARAH UNIGAL CIAMIS TAHUN AJARAN 2013/2014 Agus Budiman
Jurnal Artefak Vol 3, No 1 (2015): Maret (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (609.097 KB) | DOI: 10.25157/ja.v3i1.1107

Abstract

Sebagai negara yang menganut sistem demokrasi, setiap warga negara perlu diberikan pemahaman dan kemampuan mengaktualisasikan demokrasi di kalangan warga negara. Nilai-nilai demokrasi hendaknya dapat diaktualisasikan dalam kehidupan nyata melalui suatu transformasi yaitu melalui pendidikan, khususnya Pendidikan Kewarganegaraan yang merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang demokratis, memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Tujuan adanya penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan terhadap sikap demokratis Mahasiswa Tingkat II Pendidikan Sejarah Unigal Ciamis. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahamahasiswa Tingkat II Pendidikan Sejarah Unigal Ciamis tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 52 mahasiswa. Sampel diambil secara acak sebanyak 20 mahasiswa. Pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi untuk mengetahui prestasi belajar mahaasiwa, dan metode angket untuk mengukur sikap demokratis mahasiswa. Metode analisis data yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan analisis korelasi dan regresi. Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa nilai korelasi antara prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan dengan sikap demokratis Mahamahasiswa adalah 0,313 dan koefisien determinasi sebesar 9,8%. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh positif antara prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan terhadap sikap demokratis Mahasiswa Tingkat II Pendidikan Sejarah Unigal Ciamis tahun ajaran 2013/2014Kata kunci: prestasi belajar, pendidikan kewarganegaraan, sikap demokratis
TRADISI NYEPUH DI DESA CIOMAS KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS Yeni Wijayanti; Ai Wulan
Jurnal Artefak Vol 2, No 2 (2014): Agustus (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.824 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i2.1066

Abstract

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi nyepuh adalah bentuk penghormatan kepada para leluhur yang telah berjasa dalam menyebarkan agama islam di desa Ciomas. Agar dapat diteladani oleh para generasi muda untuk menghormati generasi yang lebih tua dan menjadi contoh bagi generasi penerus. Tradisi yang dilaksanakan secara turun temurun setiap satu tahun sekali pada pertengahan bulan rewah atau seminggu sebelum menjelang bulan suci ramadhan. Supaya mendapatkan kemudahan, kekuatan dan keberkahan selama melaksanakan ibadah puasa serta meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Proses pelaksanaan dari tradisi nyepuh terdiri dari beberapa acara, yaitu sehari sebelum melaksanakan tradisi nyepuh dan acara ketika pelaksanaan berlangsung. Dalam upaya melestarikan tradisi nyepuh ini di tentukan oleh adanya pewarisan kebudayaan yang berada dilingkungan masyarakat dari satu generasi ke generasi berikutnya serta dapat melestarikan dan menjaga dari masuknya budaya asing dari luar.Kata Kunci: Pelestarian dan Tradisi nyepuhABSTRACTThe result of this research showed that the ritual tradition of nyepuh is a form of homage to the ancestors who had been instument in spreading the islamic religion in the ciomas village. In order to be emulated by the younger generation to respect the older generation, and became an example for the future generations. This tradition was held for generation annually In mid rewah or a week before the holly month of ramadhan. So get ease, strenght and blessing during fasting and increase faith and devotion to God Almighty. The process of implementation of the ritual tradition of nyepuh consist of several events, namely the day before carrying out ritual tradition of nyepuh and events when the execution took place. In the effort to conservate the ritual tradition of nyepuh is determined by their culture inheritance which is within the community from one generation to the next generation and can preserve and safeguard of the influx of foreign culture from the outside.Keywords: Preservation and Tradition Nyepuh
PERANAN SJAM KAMARUZZAMAN DALAM GERAKAN 30 SEPTEMBER TAHUN 1965 Soedarmo, Uung Runalan; Muslimin, Rini Sri
Jurnal Artefak Vol 2, No 1 (2014): Maret (Media Cetak)
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (354.501 KB) | DOI: 10.25157/ja.v2i1.1054

Abstract

Keterlibatan Sjam Kamaruzzaman dalam Gerakan 30 september 1965, adalah dari latar belakang pendidikannya yang berpindah-pindah tempat hingga akhirnya ia ke Yogyakarta. Disanalah terlihat Keterlibatan Sjam diadalam politik berhaluan kiri (komunis) dimulaai sejak ia ikut kelompok Pathuk dan aktif dalam organisasi buruh dan petani. Kemudian pada tahun 1947 ia bertemu dengan Aidit dan menjadi asisten pribadinya hingga akhirnya resmi menjadi anggota dari partai PKI. Kepercayaan Aidit pada Sjam sangat besar dan kemudian dijadikannya Sjam sebagai ketua Biro Chusus suatu organisasi ilegal dibawah pimpinan Aidit langsung. Adanya Biro Chusus adalah untuk melakukan Infiltrasi terhadap ABRI sebagai usaha strategi untuk melakukan kudeta dengan kekuatan militer. Meletusnya Gerakan 30 September tahun 1965 telah membuat peranan Sjam terlihat semakin jelas dengan ditunjuknya ia sebaga pimpinan pelaksana Gerakan, alasannya karena ia tidak begitu dikenal dikalangan luas dan merupakan ketua Biro Chusus yang mengetahui informasi mengenai perwira-perwira tinggi ABRI. Akhir perjalanan Sjam dalam kariernya setelah kegagalan Gerakan 30 September berakhir di Mahmilub dan memberikan kesaksian-kesaksian mengenai kudeta terseut. Hingga dari kesaksiannya menimbulkan pendapat bahwa ia seorang Agen Ganda. Manfaat penelitian ini adalah dapat dipergunakan sebagai bahan pembelajaran sejarah disekolah serta pengembangan nilai-nilai perjuangan bagsa dan implikasinya bagi kehidupan berbangsa dan bernegara. Penelitian ini juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan pribadi peneliti, khusunya bagi kepentingan pembelajaran di sekolah.Kata Kunci: Sjam Kamaruzzaman dan G.30. SABSTRACTSjam Kamaruzzaman involvement in the thirtieth of September movement 1965 was in education background. He move from one place to another place till found Yogyakarta. The involvement of Sjam Kamaruzzaman in Communist Party started when he joined Pathuk group and he took part actively in farmer and lakor organization. In 1947 h7 he met Aidit and met Aidit and became Aidit’s assistant. Then, he became Aidit’s assistant. Then, he became communist party member, Aidit b became communist party member, Aidit belliveived sja sja sjam vem verry much. Then, Aidit took Sjam out as trry much. Then, Aidit took Sjam out as the leader of Chusus Bureau (an illegal organization directed by Aidit) Chusus Bureau did some infiltration to ward Indonesian Army (ABRI) as strategic coup attempt by means of milirattempt by means of military force. Becaming the leader of the thirtieth of september movement 1965 made the role of Sjam appeared. The reason are Sjam was unknow people before. Beside, Sjam knew more information about the leader of millitary officer. Sjam career ender after the failure of the thirtieth of september movement in Mahmilub movement, Sjam told some avidence about the coup attempt. The benefits of this research is expected to be able to be used as the literature source for studying history subject. Besides, it expected to be able to give contribution to arrise students awreness toward the nation fighter. The last, this research is expected to be able to improve the writer’s knowledge. Aspecially, in teaching and learning process.Kata Kunci: Sjam Kamaruzzaman dan G.30. S

Page 5 of 22 | Total Record : 216