cover
Contact Name
Dian Kresnadipayana
Contact Email
Dian Kresnadipayana
Phone
-
Journal Mail Official
dian.kresnadipayana@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Biomedika
Published by Universitas Setia Budi
ISSN : 20892136     EISSN : 23021306     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
JURNAL BIOMEDIKA (p-ISSN:1979-035X, e-ISSN: 2302-1306) is a scientific publication media that accommodates the scientific creativity of lecturers and researchers as outlined in scientific writing, both for academics in Setia Budi University and observers of medical biology and health. Articles published are the results of research in the field or in laboratories, scientific studies and studies of books that have never been published in other media. Information on scientific works can range from biotechnology, health, pharmacology, microbiology, biochemistry, and food analysis and health management.
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Biomedika" : 10 Documents clear
Uji Kadar Anti-HBs pada Balita Penerima Imunisasi Dasar Lucia Sincu Gunawan; Ratna Herawati
Biomedika Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.768 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v10i2.269

Abstract

Hepatitis B merupakan masalah kesehatan global, diperkirakan sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terpapar virus Hepatitis B (HBV). Angka prevalensi infeksi HBV di Asia Pasifik cukup tinggi, yaitu melebihi 8% dan penularannya umumnya terjadi secara vertikal (pada periode perinatal) dan horizontal (pada masa anak-anak) sehingga risiko menjadi infeksi yang kronis menjadi cukup besar. Pencegahan dengan vaksinasi merupakan strategi terpenting untukmenurunkan risiko infeksi virus hepatitis B kronis dan komplikasinya. Antibodi anti-HBs berdasarkan pengukuran antibodi Anti HBs secara in vitro dengan menggunakan test diagnostik laboratorium secara imunologis. Titer antibodi hepatitis B ini dikatakan protektif bila titernya lebih dari 10mIU/ml. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan kadar anti-HBs secara semi kuantitatif pada anak balita penerima imunisasi dasar yang lengkap, menggunakan rapid test dan dilakukan pengenceran pada serum dengan serokonversi positif. Diperoleh serum dari 23 balita yang memenuhi syarat dan dari hasil pemeriksaan anti-HBs didapatkan 20 anak (87%) dengan serokonversi positif dan 3 anak (13%) dengan serokonversi negatif. Untuk serum dengan serokonversi positif, maka selanjutnya dilakukan pemeriksaan serum dengan pengenceran, hasilnya 4 sampel (20%) negatif pada pengenceran 1:2, 3 sampel (15%) positif sampai pengenceran 1:2 saja, 5 sampel (25%) positif sampai pada pengenceran 1:4, 4 sampel (20%) positif pada pengenceran 1:6, 2 sampel(10%) positif pada pengenceran 1:8 dan 2 sampel (10%) tetap positif pada pengenceran 1:10.
Uji Aktivitas Antibakteri Salep Ekstrak Kulit Batang Kesambi (Schleichera oleosa Merr) terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 yang Diinfeksikan pada Kelinci Anastasia P Dhego; Lina Susanti; D. Andang Arif Wibawa
Biomedika Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (499.652 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v10i2.270

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri salep ekstrak etanolik kulit batang kesambi (Scheichera oleosa Merr.) dan konsentrasi yang efektif dari salep ekstraknya pada kulit punggung kelinci yang terinfeksi Staphylococcus aureus ATCC 25923. Ekstraksi dilakukan secara maserasi menggunakan pelarut etanol 70%. Formula salep ekstrak kulit batang kesambi dibuat dengan basis hidrokarbon dengan tiga konsentrasi yaitu 6,25%, 12,5% dan 25% dengan salep Gentamicin sebagai kontrol positif. Pengamatan waktu penyembuhan dilakukan dengan cara mengamati lamanya penyembuhan infeksi pada kulit punggung kelinci setelah pemberian salep ekstrak kulit batang kesambi yang ditandai dengan hilangnya eritema dan nanah. Data yang diperoleh dianalisis dengan ANOVA satu jalan (signifikansi p<0,05). Hasil dari penelitian menunjukan bahwa salep ekstrak kulit batang kesambi memiliki efektivitas pada penyembuhan infeksi bakteri Staphylococcus aureus dan terdapat perbedaan efektivitas pada setiap konsentrasi. Konsentrasi salep ekstrak kulit batang kesambi 25% memberikan efek penyembuhan yang lebih efektif dibandingkan dengan konsentrasi 12,5% dan 6,25%.
Identifikasi Pseudomonas aeruginosa dan Uji Sensitivitas terhadap Antibiotik dari Sampel Pus Infeksi Luka Operasi di RSUD Dr. Moewardi Aulia Wahyu Sulviana; Nony Puspawati; Rizal Maarif Rukmana
Biomedika Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (857.231 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v10i2.271

Abstract

Infeksi luka operasi merupakan bagian dari infeksi nosokomial. Salah satu bakteri penyebab tertinggi infeksi luka operasi adalah Pseudomonas aeruginosa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Pseudomonas aeruginosa pada sampel pus infeksi luka operasi dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi dan untuk mengetahui pola sensitivitasnya terhadap beberapa antibiotik. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Bakteri Pseudomonas aeruginosa yang telah diisolasi dari sampel pada media Pseudomonas Selective Agar lalu dilakukan pengecatan Gram dan uji biokimia, kemudian dilakukan uji sensitivitas terhadap beberapa antibiotik yaitu: siprofloksasin, seftriakson, meropenem, sefotaksim, gentamisin, dan tobramisin dengan metode difusi Kirby Bauer. Hasil diameter zona hambat pada uji sensitivitas dibandingkan dengan standar diameter zona hambat menurut Clinical Laboratory Standard Institute. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 45 sampel pus infeksi luka operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi teridentifikasi 11 sampel positif Pseudomonas aeruginosa. Hasil uji sensitivitas menunjukkan bahwa Pseudomonas aeruginosa sensitif 100% terhadap meropenem. Hasil uji sensitivitas menunjukkan sensitif 90,90% terhadap siprofloksasin, tobramisin dan gentamisin. Hasil uji sensitivitas menunjukkan sensitif 63,63% pada seftriakson dan hasil uji sensitivitas menunjukkan sensitif 9,09% pada sefotaksim.
Identifikasi Jamur Kontaminan yang Bersifat Xerofilik pada Lada Bubuk Santika Widowati; Kartinah W.; Guruh Sri Pamungkas
Biomedika Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (769.358 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v10i2.272

Abstract

Lada merupakan salah satu jenis rempah yang cukup penting, baik ditinjau dari peranannya sebagai penyumbang devisa negara maupun kegunaannya yang khas dan tidak dapat digantikan oleh jenis rempah lainnya. Pada proses pengolahan lada yang masih dilakukan dengan cara yang kurang higienis, risiko produk terkontaminasi oleh jamur selama proses pengolahan lada bubuk masih sangat besar, khususnya jamur xerofilik, yaitu jamur yang mampu tumbuh pada produk kering atau kadar air yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya jamur xerofilik pada lada bubuk dan mengetahui spesies jamur xerofilik apa saja yang berpotensi sebagai penghasil toksin pada lada bubuk. Metode yang digunakan untuk pemeriksaan yaitu metode taburan. Sampel lada bubuk di encerkan dengan menggunakan aquades steril, dengan pengenceran 10-1, 10-2, dan 10-3, masing-masing di inokulasikan ke dalam medium DG18 pada cawan petri steril dan diinkubasi selama 5-7 hari. Kemudian di identifikasi secara makroskopis dan mikroskopis. Hasil identifikasi menunjukan lada bubuk terkontaminasi jamur xerofilik. Spesies jamur xerofilik yang terdapat pada lada bubuk yaitu Aspergillus candidus, Aspergillus ochraceus, Aspergillus fumigatus, Eurotium herbariorum, Aspergillus tamarii, Eurotium chevalieri, Aspergillus penicilloides, Aspergillus niger, dan Aspergillus oryzae. Dari 9 spesies jamur yang ditemukan, 6 diantaranya dapat berpotensi sebagai penghasil mikotoksin.
Kontaminasi Bakteri Coliform pada Saus Siomai dari Pedagang Area Kampus di Surakarta Liss Dyah Dewi Arini; Rahaju Muljo Wulandari
Biomedika Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1849.758 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v10i2.273

Abstract

Siomai merupakan salah satu makanan pokok yang menggunakan bahan pelengkap (tambahan) makanan berupa saus. Pada saat sekarang ini banyak siomai yang dijual dengan menggunakan sepeda ontel yang ditaruh di bagian belakang sepeda. Akan tetapi dalam kenyataannya kebersihan dari siomai sering juga terabaikan salah satunya karena banyaknya udara dan debu yang masuk ke makanan siomai. Penelitian ini mempunyai tujuan utuuk menguji adanya cemaran bakteri Coliform yang terdapat pada olahan saus yang dijual sebagai pelengkap makanan pada siomai dan mengidentifikasi adanya kandungan bakteri Escherichia coli yang terdapat pada olahan saus yang dijual sebagai pelengkap makanan siomai. Metode penelitian ini adalah penelitian survey lapangan dengan pengambilan sampel secara acak dan deskriptif untuk mengetahui keberadaan bakteri Coliform pada beberapa produk olahan saus yang terdapat pada makanan siomai. Pengambilan sampel penelitian dilakukan mengambil 10 sampel olahan saus dari makanan siomai yang ada di area kampus di Surakarta. Pemeriksaan bakteri Coliform dilakukan di Laboratorium Biologi UNS, Surakarta dengan uji most probable number (MPN), uji Escherichia coli dan pewarnaan gram. Dari uji Most Probable Number melalui uji praduga dan penegasan sampel uji coba menunjukkan hasil positif Coliform, dari hasil pewarnaan gram bakteri yang ditemukan termasuk ke dalam golongan bakteri gram negatif dan dari hasil uji biokimia bakteri-bakteri yang ditemukan pada sampel termasuk spesies Enterobacter dan Escherichia coli. Hasil pengujian yang didapat dari semua uji tidak memenuhi syarat yang telah ditetapkan dalam SNI 01-3546-2004 tentang batas maksimum Angka Lempeng Total (ALT) pada saus tomat adalah 2 x 102 koloni/g sedangkan menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia nomor HK. 00.06.1.52.401, batas maksimum Most Probable Number (MPN) Coliform pada saus tomat adalah 100 koloni/g.
Pengaruh Ekstrak Bawang Merah (Allium ascalonicum L) terhadap Bilangan Peroksida Pada Penggunaan Berulang Minyak Goreng Kelapa Sawit Rosyid Ash Shidiq; Nur Hidayati; Mardiyono Mardiyono
Biomedika Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (501.452 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v10i2.274

Abstract

Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk menjaga kesehatan tubuh manusia. Penggunaan berulang minyak goreng kelapa sawit akan mengalami kerusakan apabila mengalami pemanasan berulang, kontak dengan air, udara, dan logam. Kerusakan minyak dapat dicegah dengan menambahkan antioksidan, karena senyawa antioksidan ini dapat menghambat proses kerusakan minyak terutama oksidasi. Penelitian ini menggunakan ekstrak bawang merah sebagai antioksidan alami. Minyak goreng kelapa sawit sebelum digunakan untuk penggorengan ditetapkan sebagai kontrol tanpa penyimpanan 24 jam (P0) dan dengan penyimpanan 24 jam (P024). Minyak goreng kelapa sawit digunakan untuk menggoreng tempe dengan pengulangan penggorengan pertama, kedua, dan ketiga. Perlakuan yang diberikan dengan penambahan ekstrak bawang merah dan tanpa ekstrak bawang merah. Penetapan bilangan peroksida pada penggunaan berulang minyak goreng kelapa sawit dilakukan dengan metode Iodometri. Hasil penelitian diperoleh bilangan peroksida pada minyak goreng kelapa sawit sebagai kontrol tanpa penyimpanan 24 jam (P0) dan Kontrol dengan penyimpanan 24 jam (P024) adalah 1,79 mek O2/kg dan 2,92 mek O2 /kg, selanjutnya pada perlakuan minyak goreng kelapa sawit tanpa ekstrak bawang merah pada P1, P2, P3 adalah 9,72 mek O2 /kg, 11,11 mek O2 /kg, 12,35 mek O2 /kg, sedangkan pada perlakuan minyak goreng kelapa sawit dengan penambahan ekstrak bawang merah pada P1, P2, P3 adalah 5,29 mek O2 /kg, 6,63 mek O2 /kg, 9,19 mek O2 /kg. Berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat pengaruh yang nyata antara minyak goreng kelapa sawit tanpa penambahan ekstrak bawang merah dandengan penambahan ekstrak bawang merah.
Gambaran Infeksi Enterobiasis, Ascariasis, Trichuriasis, dan Infeksi Hookworm, pada Murid Sekolah Dasar 03 Plumbon Karanganyar dan Sekolah Dasar Negri Pajang I Tri Mulyowati
Biomedika Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.094 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v10i2.275

Abstract

Infeksi kecacingan termasuk Negleted Tropical Disease. Infeksi dan penyakit yang disebabkan kelompok cacing penting bagi manusia karena seringkali mempunyai dampak serius pada penderita maupun masyarakat. Anak-anak usia sekolah biasanya memiliki intensitas infeksi cacing tertinggi pada semua kelompok usia. WHO mencanangkan progam untuk membebaskan kecacingan pada tahun 2020 setidaknya 75% dari perkiraan 873 juta anak di daerah yang prevalensinya tinggi. WHO melakukan kampanye cacingan pertama di lakukan di mesir tahun 2016 dengan cara membentuk Endemic Disease Departement dan membagikan 4 juta tablet kunyah albendazole dengan tujuan supaya prevalensi parasit intestinal bisa terkurangi dan bisa mencegah komplikasi misalnya diare, anemia, gizi buruk sehingga bisa mempengaruhi tingkat pertumbuhan dan konsentrasi pada Anak usia sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran infeksi Enterobiasis, Ascariasis, Trichuriasis dan infeksi hookworm pada murid Sekolah Dasar 03 Plumbon Karanganyar dan SDN Pajang I . Metode penelitian menggunakan pendekatan Crossectional . Metode pemeriksaan menggunakan metode pemeriksaan feces secara langsung. Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan makroskopis pada sampel feces murid Sekolah Dasar 03 Plumbon Kranganyar dan SDN Pajang I tidak menunjukkan abnormal sedangkan pemeriksaan mikroskopis pada sampel feces murid Sekolah Dasar 03 Plumbon Karanganyar dan SDN Pajang I juga tdk ditemukan adanya parasit, serta persentase untuk Enterobiasis 0 %. Ascariasis 0%, Trichuriasis 0 % dan Hookworm 0%.
Analisis Vegetasi Mangrove (Rhizophora) di Pesisir Pantai Pulau Menjangan Besar Karimunjawa Susilo Susilo
Biomedika Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (525.963 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v10i2.276

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola penyebaran dan vegetasi mangrove yang dominan di pesisir pantai dan Tracking Mangrove di Pulau Menjangan Besar, Karimunjawa. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2017. Analisis profil vegetasi dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi FKIP UHAMKA. Penelitian ini bersifat eksploratif menggunakan metode eksplorasi non desdruktif dengan teknik Sampling Acak Sederhana (simple random sampling). Hasil penelitian diperoleh 5 jenis mangrove pada stasiun tracking mangrove, dan 10 jenis pada stasiun Menjangan Besar. Spesies yang mendominasi baik di Pulau Menjangan Besar maupun di Tracking Mangrove adalah Rhizhopora mucronata, dan Rhizhopora stylosa. Spesies lain yang ditemukan selain kedua spesies diatas yaitu Rhizhoporaceriops tagal dan Rhizhopora apiculata. Indeks Nilai Penting (INP) yang tertinggi untuk tingkat tiang ditemukan pada spesies Rhyzophora stylosa dengan nilai INP 300% di kedua tempat tersebut. Pola penyebaran spesies di area Tracking Mangrove adalah seragam (Indeks Dispersi Morosita 0-4), sedangkan di area Pulau Menjangan Besar adalah mengelompok (Indeks Dispersi Morosita 0-8). Untuk Indeks Kemiripan Komunitas berkisar 0%-200% yang tersebar di setiap stasiun di setiap tingkatnya, dengan demikian dikatakan bahwa masing-masing stasiun pada setiap tingkat komunitas mangrove memiliki struktur yang sama antara stasiun satu dengan stasiun lainnya.
Penentuan Kadar Protein Pada Ampas Bir Limbah Industri Pabrik Bir Reni Feginanda; Soebiyanto Soebiyanto; Petrus Darmawan
Biomedika Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.778 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v10i2.277

Abstract

Ampas bir merupakan residu dari limbah industri yang telah diambil sarinya melalui proses pengolahan dengan bahan baku malt yang berasal dari biji barley. Ampas bir oleh masyarakat dimanfaatkan sebagai susbtitusi pakan untuk ternak. Apabila diperhatikan ampas bir dalam ketersediaan dan kontinuitas pengadaannya sudah mencukupi, sehingga masyarakat bisa lebih mudah dalam mendapatkannya. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kadar protein pada ampas bir. Sampel dalam penelitian ini berupa ampas bir yang diperoleh dari distributor ampas bir di Kota Wonogiri. Penentuan kadar protein pada ampas bir yaitu menggunakan metode Gunning. Penentuan kadar protein ini melalui tiga tahap yaitu tahap dekstruksi, tahap destilasi, dan tahap titrasi. Kadar protein pada sampel ampas bir dihitung berdasarkan jumlah Nitrogen dikalikan dengan faktor konversi dari ampas bir yaitu Malt. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar protein pada ampas bir adalah 9,45%
Pengaruh Konsentrasi Aktivator Asam Sulfat pada Arang Aktif Kulit Kelapa Muda untuk Menurunkan BOD dan COD Sumardiyono Sumardiyono; Dewi Astuti Herawati; Supriyono Supriyono
Biomedika Vol 10 No 2 (2017): Jurnal Biomedika
Publisher : Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Setia Budi Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (699.327 KB) | DOI: 10.31001/biomedika.v10i2.278

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi aktivator optimum asam sulfat pada arang aktif kulit kelapa muda untuk mendapatkan kapasitas maksimum dalam penurunan angka COD dan BOD limbah cair tahu. Pembuatan arang aktif kulit kelapa muda dilakukan melalui pemilihan, pencucian, pengeringan, pengarangan, dan aktivasi menggunakan berbagai konsentrasi asam sulfat dengan variabel waktu perendaman. Pengujian BOD dan COD dengan metode titrasi. Konsentrasi asam sulfat yang dipergunakan 0,5 N; 1 N; 1,5 N; 2N; dan 2,5 N dengan waktu perendaman masingmasing konsentrasi 0,5 jam, 1 jam, 1,5 jam, 2 jam dan 2,5 jam. Hasil percobaan menunjukkan penurunan BOD paling besar pada penyerapan menggunakan arang aktif konsentrasi aktivator asam sulfat 2,5 N dan waktu perendaman 0,5 jam. Effisiensi penurunan BOD limbah cair tahu sebesar 76,86 % yaitu dari 912 mg/L menjadi 211 mg/L. Sedangkan penurunan COD limbah cair tahu terbaik dihasilkan saat penyerapan menggunakan arang aktif konsentrasi aktivator asam sulfat 2,5 N dengan waktu kontak 0,5 jam. Besarnya COD limbah cair tahu terendah 270 mg/L, efisiensi penurunan sebesar 85,60%. Arang yang telah diaktivasi menggunakan asam sulfat meningkatkan daya penyerapan terhadap angka COD dan angka BOD dibandingkan dengan arang tanpa aktivasi. Peningkatan daya penyerapan masing-masing sebesar 57,76% dari 27,8 % menjadi 85,56% dan sebesar 49,54 % dari 27,62 % menjadi 76,86%.

Page 1 of 1 | Total Record : 10