cover
Contact Name
Febby J. Polnaya
Contact Email
febbyjpolnaya@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
jbdpunpatti@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota ambon,
Maluku
INDONESIA
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN
Published by Universitas Pattimura
ISSN : 18584322     EISSN : 2620892X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN (Journal of Agriculture) first published in 2003 by the Department of Agriculture, Faculty of Agriculture, Pattimura University. Jurnal Budidaya Pertanian is an official publication of the Agriculture Faculty, Pattimura University, publishes primary research paper, review article, policy analysis, and research notes and preliminary results in all areas of agronomy. Manuscripts could be written either in English or in Indonesia.
Arjuna Subject : -
Articles 170 Documents
Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Tumbuhan Bandotan (Ageratum conyzoides L.) dan Waktu Pemberian Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi (Brassica juncea L.) Avia J Matatula; Maria S Batlyel; Abdul K Kilkoda
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 2 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.2.124

Abstract

The presence of weeds in crop cultivation has a negative effect on the crop because of their high competitiveness. One of the roles of weeds as allelopathy because weeds release chemical compounds that can inhibit growth and kill plants around them. This study aimed to determine the effect of concentration of ‘bandotan’ plant extracts plants at various application times on the growth and yield of mustard. The research was carried out at the Greenhouse of the Faculty of Agriculture, Pattimura University, from November 2017 to January 2018. This study used an experimental method with a completely randomized design (CRD) involving two factors and with three replications. The first factor was ‘bandotan’ extract with 4 concentration levels: control (no extract), 100 g/L, 200 g/L and 300 g/L. The second factor was application time with three levels: 5 days after planting (DAP), 10 DAP, and 15 DAP. The variables observed included plant height, leaf number, leaf area, fresh crop weight, and crop dry weight. Data analysis of each variable was conducted using the analysis of variance. If there was a significant treatment effect, it proceeded with the Tukey test at the level of α = 0.05. The results showed that the concentration of ‘bandotan’ extract did not significantly affect all observation variables (plant height, leaf number, leaf area, fresh crop weight, and dry weight of mustard). Time of ‘bandotan’ extract application did not significantly affect all observation variables (plant height, leaf number, leaf area, fresh crop weight, and dry weight of mustard). The interaction between ‘bandotan’ extract concentration and application time did not significantly affect all observed variables. Keywords: application time, ‘bandotan’ extract, green mustard, growth and yield ABSTRAK Keberadaaan gulma pada tanaman budidaya berpengaruh negatif pada tanaman itu karena daya kompetitif yang tinggi. Salah satu peran gulma sebagai alelopati karena gulma mengeluarkanbahan senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan mematikan tumbuhan yang ada disekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh konsentrasi ekstrak tumbuhan gulma ‘bandotan’ pada berbagai interval waktu terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sawi. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura, dan berlangsung pada November 2017 sampai Januari 2018. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan pola Rancangan Acak Lengkap, dengan dua faktor yang diteliti dan dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah ekstrak bandotan dengan 4 taraf konsentrasi: kontrol, 100 g/L, 200 g/L dan 300 g/L. Faktor kedua adalah waktu dengan tiga taraf: 5 HST, 10 HST dan15 HST. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun tanaman, berat segar tanaman dan berat kering tanaman. Analisis data dari peubah yang diamati, dilakukan dengan menggunakan Analisis Ragam dan apabila terdapat pengaruh perlakuan nyata maka di lanjutkan denganuji BNJ pada taraf α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh ekstrak tumbuhan bandotan tidak berpengaruh nyata terhadap semua variable pengamatan (tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, berat segar dan berat kering tanaman sawi). Perlakuan interval waktu pemberian ekstrak tumbuhan bandotan tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan. Interaksi antara ekstrak tumbuhan bandotan juga tidak berpengaruh nyata terhadap semua variabel pengamatan. Kata kunci: ekstak bandotan, interval waktu, pertumbuhan dan hasil, tanaman sawi
Efektivitas Waktu Persilangan Tiga Genotipe Cabai (Capcicum sp) pada Persilangan Dialel Retno D Andayani; Navita Maharani
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 17 No 1 (2021): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2021.17.1.9

Abstract

Chili is an important horticultural commodity in Indonesia. However, its production is still not optimal because there are not many superior seeds available, which causes low productivity. One solution to this problem is to improve planting material (seeds) by a plant breeding program through a hybridization process. Crossing different types of chili requires the right time to increase the chances of success. The purpose of this study was to determine the effectiveness of crossing three genotypes of chili (two introduced and one local). The study was carried out with a factorial randomized design. The first factor was a combination of crosses of three parents, namely Sweet Italian, Garda and Katokkon by dialel crosses. The second factor was the time of crossing, namely at 04.00, 05.00, 06.00, 07.00, 08.00. The results of the analysis showed that the combination of parents had an interaction with crossing time in increasing the dsuccess of the crosses. Each parent combination hah a specific time for crossing. If the female parent was Sweet Italian, the time of crossing early in the morning (low temperature) was more optimal, which was between 04.00-07.00. For Katokkon×Garda crosses and their reciprocals, the percentage of successful crosses increased if it was done at 06.00-08.00. None of the crosses between Garda×Sweet Italian were successful or were entirely lethal. Keywords: chili, crossing time, dialele , introduction genotype ABSTRAK Cabai merupakan komoditas hortikultura yang penting di Indonesia. Namun produksinya masih belum optimal karena belum banyak tersedia benih unggul, yang menyebabkan rendahnya produktivitas. Salah satu solusi masalah tersebut adalah dengan perbaikan bahan tanam (benih) melalui program pemuliaan tanaman dengan proses persilangan (hibridisasi). Persilangan cabai yang berbeda jenis memerlukan waktu yang tepat untuk dapat meningkatkan peluang keberhasilannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas waktu persilangan tiga genotipe cabai (dua introduksi dan satu lokal). Penelitian dilaksanakan dengan rancangan acak kelompok faktorial, Faktor pertama adalah kombinasi persilangan dari tiga tetua, yaitu Sweet Italian, Garda dan Katokkon secara dialel. Faktor kedua adalah waktu persilangan, yaitu pada pukul 04.00, 05.00, 06.00, 07.00, 08.00. Hasil analisis menunjukkan bahwa kombinasi tetua memiliki interaksi dengan waktu persilangan dalam meningkatkan keberhasilan persilangan. Tiap kombinasi tetua memiliki waktu yang spesifik untuk persilangan. Jika tetua betina Sweet Italian, waktu persilangannya semakin pagi (suhu rendah) semakin optimal, yakni di antara pukul 04.00-07.00. Untuk persilangan Katokkon×Garda maupun resiproknya, persentase keberhasilan persilangan semakin meningkat jika dilakukan pada pukul 06.00-08.00. Tidak ada penyerbukan silang antara Garda×Sweet Italian yang berhasil persilangan atau seluruhnya letal. Kata kunci: cabai, dialel , genotipe introduksi, waktu persilangan
Pengaruh Konsentrasi Biostimulan Berbahan Aktif Bacillius subtilis dan Waktu Pemberian Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Anggia Hattalaibessy; Imelda J Lawalatta; Henry Kesaulya
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 2 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.2.132

Abstract

Shallot production is highly dependent on inorganic fertilizers because it provides high yields, but it turns out that it causes a lot of environmental problems. Organic and biological fertilizers containing bio stimulants have been developed as a more environmentally friendly alternative for vegetable production including shallot. This study is aimed at acquiring the right bio stimulant concentration and administration time to the growth and yield of shallot, as indicated by plant height, leaf size, biomass weight, bulb weight, total bulb weight percentage, leaf relative water content and the analysis of chlorophyll content. This research was arranged as a factorial experiment organized in a Randomized Block with two factors, i.e., bio stimulant concentration and administration time. Results of this studies showed that the combination of the bio stimulant concentration of 3.5 mL/L with administration time of every 7 day was the best combination of treatments and could increase plant height, leaf number, tiller number, bulb weight, total bulb weight percentage, bulb number, canopy dry weight, relative water content and leaf chlorophyll. Keywords: biostimulant, concentration, growth, shallot, yield ABSTRAK Produksi bawang merah sangat tergantung pada pupuk anorganik karena dapat memberikan hasil yang tinggi; tetapi ini ternyata berdampak menimbulkan masalah kerusakan lingkungan. Pupuk organik dan hayati yang mengandung biostimulan telah mulai dikembangkan sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk produksi sayuran, termasuk bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan tingkat konsentrasi biostimulan dengan waktu pemberian yang tepat terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah, yang ditunjukkan oleh tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, berat biomasa, berat umbi, presentase berat total umbi, jumlah umbi, berat kering tajuk, analisis kadar air relatif daun dan analisis kandungan klorofil daun. Penelitian ini dilakukan sebagai percobaan faktorial yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor. Kedua faktor tersbut adalah tingkat konsentrasi biostimulan dan waktu pemberian. Hasil penelitian menunjukan bahwa konbinasi antara konsentrasi biostimulan 3,5 mL/L dengan waktu pemberian 7 hari sekali merupakan kombinasi perlakuan terbaik dan dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah anakan, berat umbi, presentase berat total umbi, jumlah umbi, berat kering tajuk, kandungan air relatif dan klorofil daun. Kata kunci: bawang merah, biostimulan, konsentrasi, pertumbuhan, produksi.
Identifikasi dan Kemampuan Jamur Endofitik Asal Jagung (Zea mays L.) Terhadap Patogen Busuk Pelepah (Rhyzoctonia solani) Shiska M Rotasouw; Johanna Taribuka; Handry R D Amanupunyo
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 2 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.2.140

Abstract

Maize is a cereal crop which is an important source of food because it is the second source of carbohydrates after rice. Maize cultivation is faced with various plant diseases, that can reduce the quantity and quality of crop yield. Plant disease is one of the limiting factors for crop production and seed quality. One of the most harmful maize diseases is blight or midrib rot caused by the soil-borne fungus Rhizoctonia solani. The aim of the study was to obtain endophytic microorganisms in maize and to test the antagonistic ability of these fungi as biological control agents against R. solani. The study took place in January-September 2018 in the field and the Laboratory of Plant Pests and Diseases, Faculty of Agriculture, University of Pattimura. Endophytic fungi isolated from maize plants from the roots, stems and leaves. Samples were cleaned in running water and air-dried. Subsequently, the samples were sterilized using 70% alcohol and immersed in sodium hypochlorite solution for 2 minutes and rinsed with sterile water 3 times. The sterilized roots, stems and leaves of maize were peeled, cut to a size of ±5 mm, split and dried on sterile filter paper. Sterile samples were grown on PDA culture media at four points and incubated at room temperature. Visual identification was carried out with the aid of a microscope on fungi growing on the culture media. The results showed the presence of the endophytic fungi Trichoderma sp., Aspergillus sp., Penicillium sp., Diplodia sp. and Mucor sp. These fungal species showed different inhibitory powers, which included mechanisms for direct parasitizing of pathogens, producing antibiotics and competition for space and nutrients. Keywords: antagonism, corn, endophytic fungi, identification, pathogenic fungus, Rhizoctonia solani ABSTRAK Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman serelia yang termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Salah satu kendala dalam budidaya tanama jagung adalah penurunan produksi akibat serangan patogen penyebab penyakit. Untuk menekan perkembangan penyakit dilakukan pengendalian dengan menggunakan mikroorganisme endofitik asal akar, batang dan daun jagung sebagai agensia pengendalian hayati. Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan mengidentifikasi mikroorganisme endofitik asal jagung secara morfologi, mendapatkan mikroorganisme endofitik yang memiliki kemampuan antagonis terhadap jamur Rhizoctonia solani penyebab penyakit busuk pelepah pada jagung. Penelitian berlangsung dalam 2 tahap, yaitu di lapangan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Pattimura. Sampel tanaman diperoleh dari beberapa kebun petani di wilayah Kota Ambon. Hasil penelitian yang diperoleh adalah bahwa jamur endofitik Trichoderma sp, Aspergillus sp, Penicillium sp, Diplodia sp dan Mucor sp. memiliki daya penghambatan yang berbeda-beda, yaitu 78.57% (Trichoderma sp), 65.86% (Penicillium sp), 43.29% (Aspergillus sp), 36.71 (Diplodia sp) dan 34.44% (Mucor sp). Kata kunci: antagonisme, identifikasi, jagung, jamur endofitik, jamurpatogenik, Rhizoctonia solani
Ketahanan Enam Varietas Padi Terhadap Penyakit Blas (Pyricularia oryzea Cav.) pada Lahan Sawah Irigasi dan Sawah Tadah Hujan Christoffol Leiwakabessy; Fahra Inayatri; Edizon Jambormias; Jogeneis Patty; Rhony E Ririhena
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 2 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.2.147

Abstract

Rice (Oryza sativa L) is an economically important carbohydrate-producing plant that ranks second only to wheat. In Indonesia, Malaysia, the Philippines, and several other countries, rice is used as a staple food source. The commodity projection is expected in the coming years to grow to reach 70 percent. Blast disease is known as one of the main obstacles in rice cultivation today. Recommended control alternative to the disease was through the utilization of economically beneficial and environmentally friendly resistant varieties. The study used six varieties tested on different cultivated land and designed using a split plot experiment. The results showed that the resistance of the six varieties of rice to blast disease, with the criteria from susceptible to resistance was: Kabir07 (5%) and IPB8G (3%) classified as susceptible, followed by IPB9G 1.8% (moderate resistance), Inpari32 1.8% (moderate resistant), Fas Memeye 1.8% (moderate resistant), and IPB3S 1.2% (resistant). The study found that irrigated rice fields had a higher severity of blast disease than rain-fed rice fields. Keywords: blast disease, resistant variety, rice fields irrigated, rice rainfed lowland ABSTRAK Padi (Oryza sativa L) adalah tanaman penghasil karbohidrat penting secara ekonomi yang menempati peringkat kedua setelah gandum. Di Indonesia, Malaysia, Filipina, dan beberapa negara lain, padi digunakan sebagai sumber makanan pokok. Proyeksi komoditas tersebut diharapkan pada tahun-tahun mendatang tumbuh mencapai 70 persen. Penyakit blas dikenal sebagai salah satu kendala utama dalam budidaya padi saat ini. Alternatif yang direkomendasikan untuk pengendalian terhadap penyakit ini adalah melalui varietas tahan yang bermanfaat secara ekonomi dan ramah lingkungan. Penelitian bertujuan mengevaluasi ketahanan enam varietas padi pada lahan padi sawah dan sawah tadah hujan terhadap penyakit blas. Penelitian ini menggunakan enam varietas diuji pada lahan budidaya yang berbeda dan dirancang menggunakan percobaan petak terpisah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketahanan keenam varietas padi terhadap penyakit blas, dengan kriteria dari rentan sampai tahan adalah: Kabir07 (5%) dan IPB8G (3%) tergolong rentan, diikuti oleh IPB9G 1,8% (moderat tahan), Inpari32 1,8% (moderat tahan), Fas Memeye 1,8% (moderat tahan), dan IPB3S 1,2% (tahan). Ditemukan bahwa lahan sawah irigasi memiliki keparahan penyakit blas lebih tinggi dibandingkan dengan sawah tadah hujan. Kata kunci: penyakit blas, sawah tadah hujan, sawah irigasi, varietas resisten
Evaluasi Kesesuaian Lahan Tanaman Jagung dan Kelapa Pada Lahan Praktek Sekolah Pertanian Pembangunan Kota Ambon, Provinsi Maluku Hendrico F Hehakaya; Willem A Siahaya; Rafael M Osok
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 2 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.2.157

Abstract

The basic role of land evaluation is to assess the suitability of a land for a particular use. The student practical land of Ambon Agricultural Development School have been utilized without land an evaluation study. This research aimed to determine land suitability for of corn (Zea mays L.) and coconut (Cocos nucifera L.) and to propose the land improvement practices for the student practical land. The method used was a survey with a synthetic approach. The obervation type was Rigrid Grid with 20 m distance between lines and points observation. The results showed three land suitability classes for corn and coconut cultivation,namely S3 (marginally suitable), N1 (currently not suitable) and N2 (permanently not suitable). The limiting factors for land use were root media, nutrient retention, nutrient availability and slope. Improvement efforts to overcome the limiting factors of BS (base saturation) for the cultivation of corn and coconut could be done by liming or adding organic matter, with moderate management. The limiting factors of N-total, and P2O­5­­ could be improved by fertilization, with a low to moderate level of management, while the slope limiting factor could not be improved due to very high costs. Based on the soil fertility criteria, the soil fertility status of the study area is low and very low. Keywords: Ambon City, coconut, corn, land suitabilit, school practical land ABSTRAK Peran dasar evaluasi lahan adalah menilai kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu. Lahan praktek siswa Sekolah Pengembangan Pertanian Ambon telah dimanfaatkan tanpa melalui studi evaluasi lahan yang memadai sehingga hasil yang diperoleh belum optimal. Untuk itu perlu dilakukan evaluasi kesesuaian lahan dalam bentuk penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menetapkan kelas dan sub kelas kesesuaian lahan dan faktor pembatas untuk budidaya tanaman jagung (Zea mays L.) dan kelapa (Cocos nucifera L.) serta merekomendasikan tindakan perbaikan lahan. Metode yang digunakan adalah metode survei dengan pendekatan sintetik dan tipe observasi Rigrid Grid. Jarak jalur observasi dan jarak titik pengamatan dalam jalur 20 meter. Hasil penilaian menunjukkan tiga kelas kesesuaian lahan untuk tanaman jagung dan kelapa, yaitu S3 (sesuai marginal), N1 (tidak sesuai saat ini) dan N2 (tidak sesuai selamanya). Faktor pembatas untuk pemanfaatan lahan adalah media perakaran, retensi hara, ketersediaan hara dan kelerengan. Upaya perbaikan untuk mengatasi faktor pembatas KB (kejenuhan basa) untuk budidaya tanaman jagung dan kelapa dapat dilakukan dengan cara pengapuran atau penambahan bahan organik, dengan tingkat pengelolaan sedang. Sedangkan perbaikan terhadap faktor pembatas N-total, dan P2O­5­­ dapat dilakukan dengan cara pemupukan, dengan tingkat pengelolaan rendah sampai sedang. Untuk faktor pembatas kelerengan tidak dapat dilakukan perbaikan karena sulit diatasi dan memerlukan biaya yang sangat tinggi. Berdasarkan kriteria kesuburan tanah, status kesuburan tanah lokasi penelitian berkisar dari sangat rendah sampai rendah. Kata kunci: jagung, lahan praktek sekolah, kelapa, kesesuaian lahan, kota Ambon
Pengaruh Dosis Pupuk NPK Phonska dan Pupuk Kotoran Sapi Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Kacang Hijau (Vigna radiata L.) Johan Riry; Charles Silahooy; Vilma L Tanasale; Marlita H Makaruku
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 2 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.2.167

Abstract

Mung bean is one of the leguminous plants that is very important to be developed and is a very popular crop for consumption in Indonesia. The use of inorganic fertilizer mix (NPK Phonska) is useful for increasing the production of this crop, but its continuous use without being balanced with soil improvement efforts can lead to negative effects on the soil and crop production. Thus, it is necessary to study the use of combination of inorganic fertilizers (NPK Phonska) with organic cow manure. This study aimed to determine the effects of doses of NPK Phonska fertilizer and cow dung manure on the growth and yield of mung beans. This study used a Randomized Block Design, with two factors. The first factor was dosage of NPK Phonska fertilizer mix, consisting of four levels i.e.: A0 (control, without provision), A1 (75 kg per ha), A2 (150 kg per ha), and A3 (225 kg per ha); and the second factor was composed of three levels, i.e.: K0 (control, without provision), K1 (15 ton per ha) and K2 (30 ton per ha). The experiment was done with three replications, so that there were 36 experimental units. The results showed that NPK Phonska fertilizer at a dose of 200 kg per ha (A3) and manure at a dose of 30 ton per ha (K2) gave the highest yield for all observation variables compared with other treatments, with a yield level of 1.82 tons per ha. Keywords: cow dung, mungbeans, NPK Phonska fertilizer ABSTRAK Kacang hijau merupakan salah satu tanaman leguminoseae yang sangat penting untuk dikembangkan dan merupakan tanaman yang sangat digemari untuk dikomsumsi di Indonesia. Penggunaan pupuk anorganik (NPK Phonska) berguna untuk meningkatkan produksi tanaman ini, namun penggunaannya secara terus menerus tanpa diimbangi upaya perbaikan tanah dapat menimbulkan efek negatif terhadap tanah dan produksi tanaman. Dengan demikian, perlu kajian penggunaan kombinasi pupuk anorganik (NPK Phonska) dengan pupuk organik kotoran sapi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan dosis pupuk NPK Phonska dan kotoran sapi terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman kacang hijau. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) 2 faktor yaitu faktor pertama pemberian pupuk NPK Phonska yang terdiri dari empat taraf yaitu A0 (Kontrol, tanpa pemberian), A1 (75 kg per ha), A2 (150 kg per ha), dan A3 (225 kg per ha) serta faktor kedua terdiri dari tiga taraf yaitu K0 (kontrol, tanpa pemberian), K1 (15 ton per ha) dan K2 (30 ton per ha), dengan 3 ulangan sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK Phonska dengan dosis 225 kg per ha (A3) dan pupuk kotoran sapi dengan dosis 30 ton per ha (K2) memberikan hasil tertinggi untuk semua pengamatan bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya, dengan produksi yang dicapai sebesar 1,62 ton per ha. Kata kunci: kacang hijau, kotoran sapi, pupuk NPK Phonska
Simpanan Karbon Di Atas Permukaan Pada Berbagai Penggunaan Lahan Di Hutan Lindung Sirimau, Pulau Ambon Sandhy H Luhulima; Rafael M Osok; Elizabeth Kaya
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 2 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.2.215

Abstract

Forest conversion is a main contributor to land cover changes in the Sirimau protected forest area in Ambon Island, which reduces forest’s ability to absorb carbon from the atmosphere. This study aimed to calculate above-ground carbon and potential carbon sequestration in Sirimau protected forest area. Sampling techniques were adapted from the method of Hairiah et al. (2001; 2011) and Wibowo et al. (2013), namely non-destructive (for tress) and destructive methods (for understorey). Data analysis included the calculation of biomass and above-ground carbon stocks (trees and understorey) of all land uses based on Hairiah et al. (2001; 2011). The results showed that total carbon stocks in the Sirimau protected forest was 418.98 ton per ha, consisted of tree carbon stocks, 402.25 ton per ha (96%) and understorey 16.69 ton per ha (4%), whereas the largest carbon stock was found in primary dry land forest of 187.59 ton per ha, secondary dryland forest of 100.48 ton per ha, shrubs of 32.59 ton per ha (7.78%), agriculture dry land 31.41 ton per ha (7.5%), mixed dry land and agriculture 59.25 ton per ha (14.14%), savanna 6.78 ton per ha (1.62%) and settlements 0.84 ton per ha (0.2%). The potential carbon sequestration in the Sirimau protected forest was 1,537.50 ton CO2 per ha, and the largest absorption was 1,476.25 ton CO2 per ha or 96% of the total absorbed CO2 by trees. The largest CO2 absorption capacity was 688,45 ton CO2 per ha (44.78%) by primary dryland forest. Keywords: trees and understorey carbon stocks, carbon sequestration, Sirimau protected-forest, Ambon Island ABSTRAK Konversi hutan merupakan penyebab perubahan tutupan lahan di kawasan hutan lindung Sirimau, Pulau Ambon, sehingga mempengaruhi fungsi hutan sebagai penyerap karbon dari atmosfer. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji simpanan dan potensi serapan karbon di atas permukaan pada hutan lindung Sirimau setelah terjadi perubahan penggunaan lahan sejak tahun 2010. Teknik pengambilan sampel diadaptasi dari metode Hairiah et al. (2001; 2011) dan Wibowo et al. (2013), yaitu non-destructive untuk pohon dan destructive untuk tumbuhan bawah. Analisis data meliputi perhitungan biomasa dan cadangan karbon di atas permukaan (pohon dan tumbuhan bawah) pada semua penggunaan lahan dengan mengacu pada Hairiah et al. (2001; 2011). Hasil penelitian menunjukkan bahwa total simpanan karbon pada hutan lindung Gunung Sirimau adalah 418,98 ton per ha, yang berasal dari cadangan karbon pohon, 402,25 ton per ha (96%), dan tumbuhan bawah 16,69 ton per ha (4%). Berdasarkan penggunaan lahan, cadangan karbon terbesar berasal dari penggunaan lahan hutan lahan kering primer sebesar 187,59 ton per ha, hutan lahan kering sekunder 100,48 ton per ha, semak belukar 32,59 ton per ha (7,78 %), pertanian lahan kering 31,41 ton per ha (7,5%), pertanian lahan kering campuran 59,25 ton per ha (14,14%), savana 6,78 ton per ha (1,62%) dan permukiman 0,84 ton per ha (0,2%). Potensi serapan karbon dioksida oleh vegetasi pada hutan lindung Gunung Sirimau sebesar 1.537,50 ton CO2 per ha. Penyerapan terbesar berasal dari vegetasi tingkat pohon sebesar 1.476,25 ton CO2 per ha atau 96 % dari total penyerapan CO2. Berdasarkan penggunaan lahannya, hutan lahan kering primer memiliki kemampuan penyerapan CO2 terbesar yaitu 688,45 ton CO2 per ha atau 44,78% dari total serapan CO2. Kata kunci: cadangan karbon pohon dan tumbuhan bawah, serapan karbon, hutan lindung Sirimau, Pulau Ambon
Efektivitas Minyak Sereh Wangi dalam Mengendalikan Kutu Putih Pepaya Paracoccus marginatus L. Liza Octriana; Mizu Istianto
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 17 No 1 (2021): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2021.17.1.15

Abstract

One of the problems in papaya cultivation is the high attack of pests and diseases. The mealybug, P. marginatus L (Hemiptera: Pseudococcidae) is currently found to attack papaya plants. The infestation of mealybugs greatly affects the yield and quality of fruits. The purpose of this study was to determine the effect of the concentration of citronella oil on mealybugs on papaya plants. The study for the observation of mortality and fecundity used a Randomized Block Design (RAK), with 4 treatment levels of citronella oil concentration, namely 0 (control), 0.5 mL/L, 1 mL/L and 2 mL/L. Observation parameters included preference level of papaya mealybugs on the aroma of citronella oil, repellency, fecundity and mortality of mealybugs, with the application of citronella oil. The results showed that citronella oil has the potential to be used to control papaya mealybugs. The application of citronella oil at concentrations of 0.5, 1 and 2 mL/L showed repellent activity against mealybugs, reducing fecundity and causing mortality. The higher the concentration of citronella oil applied, the more potential to control mealybugs. However, the application of citronella oil must be considered for its impact on plants. Too high a concentration can cause toxicity to plants. Keywords: Citronella oil, mealybug, papaya ABSTRAK Salah satu kendala dalam budidaya pepaya adalah tingginya serangan hama dan penyakit. Kutu putih, P. marginatus L (Hemiptera: Pseudococidae) saat ini ditemukan banyak menyerang tanaman pepaya. Infestasi hama kutu putih sangat berpengaruh terhadap produksi dan kualitas buah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi minyak serai wangi terhadap kutu putih pada tanaman pepaya. Penelitian untuk pengamatan mortalitas dan keperidian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK), dengan 4 taraf perlakuan konsentrasi minyak sereh wangi, yaitu 0 (kontrol), 0,5 mL/L, 1 mL/L dan 2 mL/L. Parameter pengamatan meliputi preferensi (tingkat kesukaan) hama kutu putih pepaya terhadap aroma minyak serai wangi, daya repelensi, keperidian, serta tingkat kematian (mortalitas) hama kutu putih dengan pemberian minyak sereh wangi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa minyak sereh wangi berpotensi digunakan untuk pengendalian hama kutu putih pepaya. Aplikasi minyak sereh wangi pada konsentrasi 0.5, 1 dan 2 mL/L menunjukkan aktivitas repelen (penolak) terhadap kutu putih, menurunkan angka keperidian dan menyebabkan kematian (mortalitas). Semakin tinggi konsentrasi minyak sereh wangi yang diaplikasikan, semakin berpotensi mengendalikan hama kutu putih. Namun, aplikasi minyak serai wangi harus diperhatikan dampaknya pada tanaman. Konsentrasi terlalu tinggi bisa menyebabkan toksisitas pada tanaman. Kata kunci: Kutu putih, minyak sereh wangi, pepaya
Kajian Agronomi Potensi Pengembangan Tanaman Sorgum Varietas Numbu di Kabupaten Ende Murdaningsih Murdaningsih; Adrianus F G Uran
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 17 No 1 (2021): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2021.17.1.23

Abstract

Sorghum is a cereal crop that has the potential to be developed on dry land as a food source, has the ability to adapt widely, and requires less agricultural inputs than other food crops. Ende Regency is an area that has a dry climate and is dominated by dry land agriculture, so it has the potential for the development of sorghum plants. The purpose of this study was to conduct an agronomic study of the development of Nambu sorghum variety with the application of chicken manure. The research was conducted using a randomized block design, with 5 treatments chicken manure doses, i.e. A0: 0 tons per ha (control), A1: 3.25 tons per ha, A2: 6.5 tons per ha, A3: 9.75 tons per ha, and A4: 13 tons per ha. The application of chicken manure of 13 tons per ha to sorghum plants resulted in growth and yield variables with the highest values, i.e., plant height 277.08 cm, leaf number 15.69 pieces, leaf area 8720.03 cm2, fresh stover weight base 354.69 g, dry stover weight 249.38 g, panicle length 20.54 g, panicle dry weight 24.63 g, number of seeds per panicle 1392.19 g, 1000 seeds weight 7.50 g. Keywords: Chicken manure, dry land, food, sorghum. ABSTRAK Sorgum merupakan tanaman serealia yang berpotensi untuk dikembangkan pada lahan kering sebagai sumber pangan, memiliki kemampuan beradaptasi secara luas, serta membutuhkan input pertanian relatif lebih sedikit dibandingkan tanaman pangan lainnya. Kabupaten Ende merupakan daerah yang beriklim kering dan dengan dominasi pertanian lahan kering, sehingga berpotensi untuk pengembangan tanaman sorgum. Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan kajian agronomis pengembangan tanaman sorgum varietas Nambu dengan aplikasi pupuk kandang ayam. Penelitan dilakukan dengan percobaan menggunakan rancangan acak kelompok, dengan 5 perlakuan penggunaan pupuk kandang ayam, yakni A0: 0 ton per ha (kontrol), A1: 3,25 ton per ha, A2: 6,5 ton per ha, A3: 9,75 ton per ha, dan A4: 13 ton per ha. Aplikasi pupuk kandang ayam sebesar 13 ton per ha terhadap tanaman sorgum menghasilkan variabel-variabel pertumbuhan dan hasil dengan nilai-nilai tertinggi, yaitu tinggi tanaman 277,08 cm, jumlah daun 15,69 helai, luas daun 8720,03 cm2, bobot brangkasan basah 354,69 g, bobot brangkasan kering 249,38 g, panjang malai 20,54 g, bobot malai kering 24,63 g, jumlah biji per malai 1392,19 g, bobot 1000 biji 7,50 g. Kata Kunci: Lahan kering, pangan, pupuk kandang ayam, sorgum.

Page 9 of 17 | Total Record : 170