cover
Contact Name
Febby J. Polnaya
Contact Email
febbyjpolnaya@yahoo.com
Phone
-
Journal Mail Official
jbdpunpatti@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota ambon,
Maluku
INDONESIA
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN
Published by Universitas Pattimura
ISSN : 18584322     EISSN : 2620892X     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN (Journal of Agriculture) first published in 2003 by the Department of Agriculture, Faculty of Agriculture, Pattimura University. Jurnal Budidaya Pertanian is an official publication of the Agriculture Faculty, Pattimura University, publishes primary research paper, review article, policy analysis, and research notes and preliminary results in all areas of agronomy. Manuscripts could be written either in English or in Indonesia.
Arjuna Subject : -
Articles 170 Documents
Kemampuan Penghambatan Formulasi Biofungisida Tepung Berbahan Aktif Trichoderma pseudokoningii Rifai Setelah Penyimpanan Terhadap Jamur Ganoderma boninense Pat. secara in vitro Rachmad Saputra; Yetti Elfina; Muhammad Ali
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 15 No 2 (2019): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2019.15.2.106

Abstract

Trichoderma pseudokoningii fungus has been tested as biological control agents against several pathogenic fungi, including the Ganoderma boninense fungus which causes basal stem rot disease on oil palm. However, in-field testing, the efficacy of antagonistic microbes still showed unstable results. Therefore, it is necessary to package antagonistic microbes in the form of formulations. This study aimed to determine the effect of storage time of flour biofungicide formulations on the viability and antagonism of T. pseudokoningii Rifai in inhibiting the G. boninense pathogenic fungus in vitro. The study was arranged in a Completely Randomized Design with 4 treatments: bagasse (F1), rice husks (F2), dregs (F4) and combinations of bagasse, rice husks and dregs (F12), with three replications. The results showed that the powder biofungicide formulation of F2 (rice husk) was able to maintain the viability of the T. pseudokoningii fungus as indicated by the high number of conidia and high growth rate compared to the other formulations. The T. pseudokoningii fungus in F2 formulation also showed the highest inhibition compared to other formulations after storage for 1 and 2 months. Keywords: biofungicide, formulation, Ganoderma boninense, Trichoderma pseudokoningii ABSTRAK Jamur Trichoderma pseudokoningii telah banyak diuji sebagai jamur antagonis pada beberapa jamur patogen termasuk jamur Ganoderma boninense yang menyebabkan penyakit busuk pangkal batang tanaman kelapa sawit. Namun, pada pengujian di lapangan, efikasi mikroba antagonis masih menunjukkan hasil yang tidak stabil. Oleh karenaya perlu pengemasan mikroba antagonis dalam bentuk formulasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu penyimpanan formulasi biofungisida tepung terhadap viabilitas dan daya antagonis T. Pseudokoningii Rifai dalam menghambat jamur G. boninense Pat. secara in vitro. Penelitian disusun dengan menggunakan rancangan acak lengkap dengan empat perlakuan: ampas tebu (F1), sekam padi (F2), dregs (F4) dan kombinasi ampas tebu, sekam padi dan dregs (F12), dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi biofungisida tepung F2 (sekam padi) mampu menjaga viabilitas jamur T. pseudokoningii yang ditunjukkan dengan banyaknya jumlah konidia dan tingginya kecepatan pertumbuhan dibandingkan dengan formulasi lainnya. Jamur T. pseudokoningii pada formulasi F2 juga menunjukkan daya hambat tertinggi dibandingkan dengan formulasi lainnya setelah penyimpanan 1 dan 2 bulan. Kata kunci: biofungisida, formulasi, Ganoderma boninense, Trichoderma pseudokoningii
Analisis Fenomena El Nino dan Dampaknya Terhadap Neraca Air Lahan di Pulau Ambon Samuel Laimeheriwa; Mitha Pangaribuan; Martha Amba
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 15 No 2 (2019): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2019.15.2.111

Abstract

El Nino is one of the global phenomena that has affected the climate system of Indonesia, including Ambon Island of Maluku. One of the direct impacts of the El Nino phenomenon is the decrease of water availability on agricultural land. This study aimed: i) to analyze the period of El-Nino extreme rainfall events in Ambon Island as well as the intensity and its frequency; and ii) to analyze the impact of El Nino events on the water balance of agricultural lands on Ambon Island. Sixty years of climatic data period 1959-2018 from Pattimura Meteorological Station and Karang Panjang Geophysics Station were used to analyze extreme rainfall conditions of El Nino, and to calculate the water balance of land using the methods of Thornthwaite and Mather (1957). The results showed that 16 times El Nino events occurred in Ambon between 1959 and 2018, with the frequency of 1-7 times per year or four times per year. The most extreme El Nino events that occurred in Ambon were in 1977, 1987 and 1997. The results of land water balance calculation during the El-Nino events showed seven months water deficit (September to March) which is 62,6% higher than the normal conditions; meanwhile, the optimum soil moisture occurred four months (June to September) or seven months shorter than the normal conditions which were 11 months (March to January). Keywords: Ambon Island, El Nino, land-water balance ABSTRAK El Nino merupakan salah satu fenomena global yang berdampak terhadap sistem iklim di wilayah Indonesia; termasuk wilayah Pulau Ambon Provinsi Maluku. Salah satu dampak langsung fenomena El Nino terhadap sistem pertanian adalah berkurangnya ketersediaan air pada lahan pertanian. Penelitian bertujuan untuk: a) menganalisis tahun-tahun kejadian curah hujan ekstrim El Nino serta intensitas dan frekuensinya di Pulau Ambon; dan b) menganalisis dampak kejadian El Nino terhadap neraca air lahan pertanian di Pulau Ambon. Penelitian ini menggunakan data iklim selama 60 tahun pengamatan periode 1959-2018 dari Stasiun Meteorologi Pattimura Ambon dan Stasiun Geofisika Karang Panjang Ambon. Analisis data iklim dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a) analisis curah hujan pada kondisi ekstrim El Nino; dan b) perhitungan neraca air lahan menggunakan metode Thornthwaite dan Mather (1957). Hasil penelitian menunjukkan bahwa selama periode 1959-2018 kejadian El Nino berlangsung di Pulau Ambon sebanyak 16 kali dengan frekuensi 1-7 tahun sekali atau rata-rata 4 tahun sekali. Tahun-tahun kejadian El Nino di wilayah Pulau Ambon yang paling ekstrim terjadi pada tahun 1977, 1987 dan 1997. Berdasarkan perhitungan neraca air lahan, ketika El-Nino berlangsung defisit air terjadi selama 7 bulan (September sampai dengan Maret); nilainya bertambah sebesar 626% dari kondisi normal, dan kadar air tanah pada kondisi optimum hanya 4 bulan (Juni sampai dengan September) atau lebih pendek 7 bulan dibandingkan kondisi normalnya, yaitu 11 bulan (Maret sampai dengan Januari). Kata kunci: El Nino, neraca air lahan, Pulau Ambon
Risiko Usahatani Kakao di Kabupaten Kolaka Kabul Budiman; Kartono Kartono; Natelda R Timisela
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 15 No 2 (2019): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2019.15.2.119

Abstract

This study aimed to measure production risk and income risk of cocoa farming in Kolaka Regency and to determine the factors that influenced the behaviour of farmers towards the risk. This study involved 142 cocoa farmers spread across the Kolaka Regency. The research method used to measure production and income risks used the coefficient of variation and to measure risk behaviour using the Ordardi Least Squares (OLS) method of the Moscardi and De Janvry models. The OLS method was used to analyse the factors that influence the behaviour of farmers towards the risk of cocoa farming. The results of the coefficient of production variance and income of cocoa farming were high, which were due to the attack of cocoa pods, the use of various fertilisers and pesticides, as well as fluctuating prices. This means that production in cocoa farming has a high chance of failure. Analysis of the average value of aversion to the risk of cocoa farming is 1.5643, assuming that (1.2 ≤ K (S) ≤ 2.0), meaning that on average cocoa farmers in the Regency are risk averters. Factors that influenced the behaviour of farmers towards risk were the area of ​​arable land (ha), farmer education, farmer experience, number of cocoa plant stands, with significant effects; meanwhile, farmer age, dummy planting patterns of cocoa-coconut-nilam and cocoa-coconut-cashew had insignificant effects. Keywords: cocoa, ordinary least square, risk behaviour ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengukur risiko produksi dan risiko pendapatan usahatani kakao di Kabupaten Kolaka dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani terhadap risiko. Penelitian ini dengan mengambil 142 petani kakao yang tersebar di wilayah Kabupaten Kolaka. Metode penelitian yang digunakan untuk mengukur risiko produksi dan pendapatan mengunakan nilai koefisien variasi dan perilaku risiko mengunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) model Moscardi dan De Janvry. Metode OLS digunkan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku petani terhadap risiko usahatani kakao. Hasil penelitian koefisien varian produksi dan pendapatan usahatani kakao adalah tinggi akibat dari serangan penyakit buah kakao, pengunaan pupuk dan pestisida beragam serta harga yang fluktuatif. Artinya bahwa dalam proses produksi usahatani kakao memiliki peluang gagal yang tinggi. Analisis rata-rata nilai keengganan terhadap risiko usahatani kakao sebesar 1,5643, dengan asumsi bahwa (1,2 ≤ K (S) ≤ 2,0), artinya secara rata-rata petani kakao di Kabupaten adalah menolak risiko (risk overter). Faktor-faktor yang mempemgaruhi perilaku petani terhadap risiko adalah luas lahan Garapan (ha), pendidikan petani, pengalaman petani, jumlah tegakkan tanaman kakao, berpengaruh singnifikan, sedangkan umur petani, dummy pola tanam kakao kelapa nilan dan kakao kelapa jambu mete (KKN dan KJKJ) berpengaruh tidak signifikan. Kata kunci: kakao, ordinary least square, perilaku terhadap risiko
Pengaruh Pupuk Organik Cair dan Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Ketan (Zea mays var. ceratina) Christiforus R Lamakoma; Jacob R Patty; Martha Amba
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 15 No 2 (2019): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2019.15.2.127

Abstract

This study aimed to analyze the benefits of providing liquid and organic fertilizers and to determine the dosage of the liquid organic fertilizer and mixed fertilizers on growth and yield of waxy corn (Zea mays var. ceratina). The study was conducted in August to November 2017 in the Wailete, Wayame Village, Teluk Ambon Subdistrict, with alluvial soil types. The experiment used factorial experiments in a randomized block design with three replications. The first factor was liquid organic fertilizer with four levels, namely: C0 = Control, C1 = 10 mL/L of water, C2 = 20 mL/L of water, C3 = 30 mL/L of water. The second factor is NPK DGW (M) mixed fertilizer with three levels, namely: M0 = Control, M1 = 2.5 g/plant, M2 = 5 g/plant. The parameters observed were plant height, leaf number, ear length, dry ear weight, 100 dry seed weight, dry kernel weight. The data from the study were analyzed using the analysis of variance method and continued with a mean difference test, according to Duncan Multiple Range Test. The treatment of liquid organic fertilizer significantly affected the observation parameters at 2, 3 and 4 weeks after planting (WAP), including ear length, dry ear weight, 100 seeds dry weight, dry kernels weight; however, there were no significant effects on plant height at 5 and 6 WAP and leaf number at 2, 4 and 6 WAP. The mixed fertilizer treatment had significant effects on plant height at 2, 3, 4, 5 and 6 MST, leaf number at 2, 4 and 6 WAP, ear length, dry ear weight, 100 seeds dry weight and dry kernel weight. Keywords: compound fertilizer, liquid organic fertilizer, waxy corn ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis manfaat pemberian pupuk organik cair dan majemuk serta menetapkan dosis pemberian pengaruh pupuk organik cair dan pupuk majemuk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman jagung ketan (Zea mays Ceratina). Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai dengan November 2017 di Dusun Wailete, Desa Wayame, Kecamatan Teluk Ambon Baguala, dengan jenis tanah aluvial. Percobaan menggunakan percobaan faktorial dalam rancangan acak kelompok dengan tiga ulangan. Faktor pertama pupuk organik cair dengan empat taraf, yaitu: C0 = Kontrol, C1 = 10 mL/L air, C2 = 20 mL/L air, C3 = 30 mL/L air. Faktor ke dua pupuk majemuk NPK DGW (M) dengan tiga taraf, yaitu : M0 = Kontrol, M1 = 2,5 g/tanaman, M2 = 5 g/tanaman. Parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, panjang tongkol, berat tongkol kering, berat kering 100 biji, berat Pipilan kering. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis of varians dan dilanjutkan dengan uji beda rataan menurut jarak berganda Duncan. Perlakuan pupuk oragnik cair berpengaruh nyata pada parameter tinggi tanaman pada 2, 3 dan 4 MST, panjang tongkol, berat tongkol kering, berat kering 100 biji, berat Pipilan kering, berpengaruh tidak nyata pada tinggi tanaman 5 dan 6 MST dan jumlah daun pada 2, 4 dan 6 MST. Perlakuan pupuk majemuk memberikan pengaruh yang nyata pada parameter tinggi tanaman pada 2, 3, 4, 5 dan 6 MST, jumlah daun pada 2, 4 dan 6 MST, panjang tongkol, berat tongkol kering, berat kering 100 biji dan berat pipilan kering. Kata kunci: jagung ketan, pupuk majemuk, pupuk organik cair
Pendugaan Erosi Tanah dan Arahan Rehabilitasi Lahan berbasis SIG di DAS Wai Ela Negeri Lima Jazirah Leihitu Pulau Ambon Sisilia Wariunsora; Rafael M Osok; Silwanus Talakua
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.1.11

Abstract

The occurrence of soil erosion in Wai Ela Watershed is related to natural factors such as geology, soil types, slope steepness, and land uses. This study aimed to estimate soil erosion rates and their spatial distribution in Wai Ela watershed, and the results were used to establish land rehabilitation practices. The study used a survey method with a flexible grid observation distance, and field data collection was conducted on 15 sampling areas representing 72 land units. The annual soil erosion rates of Wai Ela watershed were estimated by using RUSLE and GIS, and the results were corrected with 0,2547 (Talakua and Osok’s correction factor). The proposed land rehabilitation practices were established based on the tolerable soil erosion (T) values and CP maximum. The study results showed that the average annual erosion rates in Wai Ela watershed vary from light erosion (8,14 t/ha/yr) to very heavy erosion (381,70 t/ha/yr), while the tolerable soil erosion rates range from 4,60 t/ha/yr to 24t/ha/yr. The proposed land rehabilitation practices include enrichment of the existing unprotected areas (bare lands) with forest and fruit trees, planting cover crops and grasses, and mulching on agricultural land. Keywords: correction factor 0,2547, land rehabilitation practices, RUSLE, Wai Ela watershed ABSTRAK Erosi pada DAS Wai Ela terjadi akibat faktor alam yaitu geologi, jenis tanah, panjang dan kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Tujuan penelitian adalah menduga besarnya erosi di DAS Wai Ela, dan menetapkan arahan rehabilitasi lahannya. Metode yang digunakan adalah survei dengan tipe observasi fleksible grid dan pengumpulan data lapangan dilakukan pada 15 sampel area yang mewakili 72 satuan lahan. Besarnya erosi dihitung menggunakan metode RUSLE dan hasilnya dikoreksi dengan factor 0,2547, dan dipetakan menggunakan program SIG. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rrosbi di DAS Wai Ela berkisar dari sangat ringan (8,14 ton/ha/thn) hingga erosi sangat berat (381,70 ton/ha/thn), sedangkan erosi yang dapat dibiarkan atau nilai T berkisar dari 4,6 ton/ha/thn hingga 24 ton/ha/thn. Arahan rehabilitasi lahan yang disarankan adalah melakukan pengkayaan pada lahan-lahan yang terbuka dengan tanaman hutan dan buah-buahan, menanam tanaman penutup tanah dan rumput pada lahan yang miring dan penggunaan mulsa serasah/jerami, pada lahan-lahan pertanian. Kata kunci: DAS Wai Ela, faktor koreksi 0,2547, usulan rehabilitasi lahan, RUSLE
Korelasi Genotipe dan Fenotipe Antar Sifat Kuantitatif Pada Populasi Segregasi Transgresif Kacang Hijau Julian Timisela; Aca A Anakotta; Adriana Hiariej; Edizon Jambormias
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.1.21

Abstract

Mung bean (Vigna radiata L. Wilczek) is one of the food plants as a source of vegetable protein for humans. One of these is a population of transgressive segregation resulting from crossing in mung beans. This research aims to estimate the correlation between genotype and phenotype values ​​between quantitative traits in the transgressive segregation population of mung beans. Genetic material was 11 lines of transgressive segregated in the selection generation S2:2 of varieties Mamasa Lere Butnem × Lasafu Lere Butnem crosses. Genotype correlation analysis was obtained from the decomposition of genetic variance components from the results of the analysis of variance according to a randomized complete design with sub-sampling, consisting of 13 genotypes (including check varieties) which were two replications. The results showed a genotype correlation between the quantitative traits of mung beans that indicated the possibility of direct selection of the populations of transgressive segregation lines on yields and indirectly through easily observable traits such as harvest age, number of pods, and number of seeds. Keywords: genetic correlation, mungbeans, quantitative traits ABSTRAK Kacang hijau (Vigna radiata L. Wilczek) merupakan salah satu tanaman pangan sebagai sumber protein nabati bagi manusia. Salah satu diantaranya adalah populasi segregasi transgresif hasil persilangan pada kacang hijau. Penelitian ini bertujuan untuk menduga nilai korelasi genotipe dan fenotipe antar sifat-sifat kuantitatif pada populasi segregasi transgresif kacang hijau. Bahan genetik adalah 11 galur segregan transgresif pada generasi seleksi S2:2 zuriat persilangan varietas Mamasa Lere Butnem × Lasafu Lere Butnem. Analisis korelasi genotipe diperoleh dari penguraian komponen ragam-peragam genetik dari hasil analisis peragam sesuai model acak rancangan acak lengkap dengan anak contoh, terdiri atas 13 genotipe (termasuk varietas penguji) yang diulang dua kali. Hasil penelitian memperlihatkan adanya korelasi genotipe antar sifat-sifat kuantitatif kacang hijau yang mengindikasikan kemungkinan seleksi langsung populasi galur segregasi transgresif terhadap hasil maupun tak-langsung melalui sifat yang mudah diamati seperti umur panen, jumlah polong dan jumlah biji. Kata Kunci: kacang hijau, korelasi genetik, sifat kuantitatif
Keragaan Pertumbuhan dan Produksi Aksesi-Aksesi Kacang Tunggak Lokal Asal Maluku Marni Papa; Helen Hetharie; Fransin Polnaya
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.1.88

Abstract

Cowpea belongs to minor legumes that have a prospect for future improvement as a supplementary food source. This research aimed to describe the vegetative growth of local cowpea and obtain genotypes with the highest performances of yield components and yields. This research was conducted as a single factor experiment that tested 14 accessions of cowpea. The study used a Completely Randomized Block Design with three replications. The results showed that KTm‑1, KTm-5, KTm-9, KTm-10, KTm-16, and KTm-26 accessions showed a denser appearance characteristic as indicated by their higher branch number and leaf number. Whereas, KTm-12 and KTm-20 had a characteristic of compact canopy appearance with a relatively short plant, but also with greater branch number and leaf number than that of the KT 6 national variety that did not have a dense canopy performance. The performance of KTm-5 and KTm-19 local accessions showed superior appearance in some of the observed yield variables, i.e. total pod number, full pod number, pod weight per plant, seed number, total seed number, and seed weight per plant, compared to the other local accessions. These two former local accessions showed the potential for all yield variables as good as those of the KT6 superior variety. For the seed number per pod and the seed locus number per pod, all local accessions except KTm-1 and KTm-17 were as excellent and high as those of the KT6 superior variety. Keywords: cowpea, local accessions, performance, yield ABSTRAK Kacang tunggak merupakan kacang-kacangan minor yang mempunyai prospek pengembangan ke depan sebagai sumber makanan tambahan. Penelitian bertujuan mendiskripsikan keragaan pertumbuhan vegetatif kacang tunggak lokal dan mendapatkan aksesi kacang tunggak lokal dengan hasil maupun komponen hasil tertinggi. Penelitian ini merupakan percobaan faktor tunggal yaitu menguji 14 aksesi kacang tunggak. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap Berblok dengan tiga ulangan. Hasil penelitian menunjukkan KTm-1, KTm-5, KTm-9, KTm-10, KTm-16 dan KTm-26 memiliki karakteristik penampilan lebih rimbun berdasarkan jumlah cabang dan jumlah daun banyak. Sedangkan KTm-12 dan KTm-20 memiliki karakteristik rimbun dengan ciri tanaman relatif pendek namun jumlah cabang dan jumlah daunnya banyak dibandingkan varietas Nasional KT 6 dengan penampakan yang tidak rimbun. Keragaan produksi aksesi lokal KTm-5 dan KTm-19 memiliki penampilan lebih unggul pada beberapa peubah produksi yang diamati, yaitu jumlah polong total, jumlah polong bernas, bobot polong per tanaman, jumlah biji, jumlah biji bernas, bobot biji per tanaman, dibandingkan aksesi-aksesi lokal yang lain. Dua aksesi lokal tersebut berpotensi pada semua peubah produksi yang sama baik dengan varietas unggul KT6. Pada peubah jumlah biji per polong dan jumlah lokus biji per polong semua aksesi lokal sama baik dan tinggi dengan varietas unggul KT6 kecuali aksesi lokal KTm-1 dan KTm-17. Kata kunci: aksesi lokal, kacang tunggak, keragaan, produksi
Analisis Pembentukan Harga Komoditas Cabai Rawit dan Bawang Merah Pada Tingkat Eceran di Kota Ambon Natelda R Timisela; Yuliahwati E Salampessy; Yolanda M T N Apituley
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.1.31

Abstract

The distribution channel is one of the significant factors that influence the price formation of a commodity. This research intended to analyze several factors that affect the price formation of cayenne and shallot at the retail level in Ambon City. The data collected in this research were primary and secondary. The samples used in this research consisted of 30 respondents of each commodity (shallot and cayenne), and eight people from each marketing agency or distributors (wholesalers, distributors, and retailers). The collected data were analyzed by applying Multiple Linear Regression analysis. The result of the research depicted that factors that influenced the price formation of cayenne at the retail levels were transportation (X1), the packaging (X3), the difference between in supply and demand (X5), while that factors that influence the price formation of shallots at the retail levels were transportation (X1), the difference between in supply and demand (X5), production (X6), and substitution goods (X7). Keywords: cayenne, shallot, price, retail ABSTRAK Saluran distribusi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan harga suatu komoditas. Penelitian bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor mempengaruhi pembentukan harga cabai rawit dan bawang merah ditingkat eceran di Kota Ambon. Sampel penelitian adalah pengecer komoditi bawag merah dan cabe rawit berjumlah masing-masing 30 responden. Analisis data menggunakan analisis regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pembentukan harga cabai rawit di tingkat eceran adalah transportasi (X1), kemasan (X3) dan selisih pasokan dan permintaan (X5), sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan harga bawang merah di tingkat eceran adalah transportasi (X1), selisih pasokan dan permintaan (X5), produksi (X6), dan barang substitusi (X7). Kata Kunci: bawang merah, cabai rawit, harga, eceran
Keragaan Varietas Kubis (Brassica oleracea L) Dataran Rendah dengan Aplikasi Mulsa di Maluku Marietje Pesireron; Sheny S Kaihatu; Rein E Senewe
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.1.42

Abstract

The low yield of cabbage in Maluku is thought to due to the lack of attention of farmers to grow to crop because so far farmers think it can only grow well and forms crops in the highlands, so no one wants to grow cabbage. This study aimed to determine the yield performance of five cabbage varieties with the use of several types of mulches and was carried out in Gemba Village, Kairatu Subdistrict, Western Seram Regency. The experimental design used was the factorial Randomized Block Design with three replications and the farmers as replications. The first factor was five varieties of cabbage (Sehati-F1, Daehnfeldt, Green Hero, Green Coronet, KK-Koss), the second factor was the type of mulch, consisting of four types, namely: without mulch (M0), black silver plastic mulch, straw mulch, and husk mulch. The data obtained were analyzed with analysis of variance and DMRT test at the level of 5% if necessary. Parameters observed included plant height at 45 days after planting, leaf number, percentage of crop formation, percentage of pest and disease attacks, crop circumference per plant at harvest, fruit weight, and yield. The study results showed that the five varieties tested with the use of various types of mulch had the potentials to be developed in Maluku. Varieties with the highest yields and very good adaptation to lowland environments in Maluku included Sehati-F1 and KK-Cross. Pest control by using plant-based pesticides in a combination with scheduled mechanical control (yellow plates, pitfalls, and stick traps) could reduce the levels of pest and disease attacks and the crops appeared healthy for consumption. Keywords: cabbage, lowland, mulch ABSTRAK Rendahnya produksi kubis di Maluku diduga akibat kurangnya perhatian petani untuk bertanam kubis, yang dikarenakan selama ini petani mengira kubis hanya dapat tumbuh baik dan membentuk krop di dataran tinggi, sehingga sedikit petani yang mau berusahatani kubis. Kajian ini bertujuan mengetahui keragaan hasil lima varietas kubis dengan penggunaan berbagai jenis mulsa di desa Gemba, Kecamatan Kairatu, Kabupaten Seram Bagian Barat. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial dengan tiga ulangan dan petani sebagai ulangan. Faktor pertama adalah lima varietas kubis (Sehati-F1, Daehnfeldt, Green hero, Green Coronet, KK-Cross); faktor kedua adalah jenis mulsa yang terdiri dari empat macam, yaitu: tanpa mulsa (M0), mulsa plastic hitam perak, mulsa jerami dan mulsa sekam. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam dan uji lanjut DMRT pada taraf 5% sesuai kebutuhan. Peubah-peubah yang diamati meliputi tinggi tanaman umur 45 hari setelah tanam (hst), jumlah daun, persentase pembentukan krop, persentase serangan hama dan penyakit, lingkar buah per tanaman saat panen, bobot buah dan hasil panen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelima varietas yang di uji dengan penggunaan berbagai jenis mulsa sangat berpotensi untuk dibudidayakan di Maluku berdasarkan kemampuannya membentuk krop. Varietas dengan produksi tertinggi dan beradaptasi sangat baik terhadap lingkungan dataran rendah di lokasi penelitian adalah Sehati-F1 dan KK-Cross. Penggendalian hama dengan menggunakan pestisida nabati yang dikombinasikan dengan pengendalian secara mekanis (tampan kuning, pitfoll dan sticky trap) secara terjadwal dapat menurunkan tingkat serangan hama dan penyakit, dan menghasilkan tanaman-tanaman yang sehat. Kata Kunci: dataran rendah, kubis, mulsa, varietas
Respon Hama Wereng Coklat Nilaparvata lugens Stal. (Hemiptera: Delphacidae) Terhadap Ketahanan Dan Kerentanan Varietas Padi Rein Estefanus Senewe; Silvia Permatasari; Marietje Pesireron
JURNAL BUDIDAYA PERTANIAN Vol 16 No 1 (2020): Jurnal Budidaya Pertanian
Publisher : Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/jbdp.2020.16.1.51

Abstract

Brown planthopper (BPH) is one of the important pest insects that attack rice plants, which indirectly becomes a vector for the spread of grassy dwarf and empty dwarf diseases caused by viruses, and can consume a lot of food in a short time so that it can cause damage explosions and great losses. The aim of this study was to compare the eating response of brown planthopper to resistant and vulnerable rice varieties through the measurement of secreted honeydews. The study was conducted at the Toxicology Laboratory, Department of Plant Protection, Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University. Rice seedlings for honeydew testing were 30 days after sowing. Testing was done by infesting 3 female BPH into a plastic cage with filter paper (Whatman No.40 9 cm in diameter) placed on the bottom, which had been sprayed with a solution of Ninhydrin 0.01 mg/ml in acetone. The treatment consisted of 3 rice varieties (Ciherang, IR-64 dan Pelita) on each ovened and non-ovened filter paper, with three replicates so that a total of 18 treatments were used by infesting each with the 3 female BPH nymphs. Whereas, 3 treatments with non-ovened papers, with 3 replicates, were infested with 3 female BPH imago each. So that the treatments involved a total of 27 feeding tubes. Honeydews released by BPH that ate on the test varieties for 24 hours were collected on filter papers and formed blue/purple spots. The extent of the honeydew spots formed was measured and analyzed. The results showed that the average value of phloem consumption in Ciherang, IR-64, and Pelita rice varieties showed that these three varieties were very susceptible to BPH sucking pests. The more food nutrients sucked by BPH pests from rice plants, the greater the number of honeydew spots and the wider the honeydew spots that were produced. The areas of honeydew spots of Pelita variety was 33.78 m2, IR-64 28.26 mm2, and Ciherang 22.44 mm2, respectively. Pelita rice varieties had a high susceptibility to BPH pests when compared to Ciherang and IR-64 because Pelita does not have resistance genes to BPH pests. Keywords: Ciherang, IR-64, Pelita, planthopper, rice, honeydew ABSTRAK Wereng batang coklat (WBC) merupakan salah satu serangga hama penting yang menyerang tanaman padi, yang secara tidak langsung menjadi vektor bagi penyebaran penyakit kerdil rumput dan kerdil hampa oleh virus, serta dapat mengkonsumsi makanan yang banyak dalam waktu singkat sehingga dapat menimbulkan ledakan kerusakan dan kerugian yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan respon makan WBC pada varietas padi tahan dan rentan melalui pengukuran embun madu yang disekresikan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Toksikologi, Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bibit padi untuk pengujian embun madu digunakan saat berumur 30 hari setelah semai. Pengujian dengan menginfestasikan WBC betina ke dalam kurungan plastik yang di bagian bawahnya diletakkan kertas saring (Whatman No. 40 berdiameter 9 cm) yang telah disemprot dengan larutan Ninhidrin 0,01 mg/mL aseton. Perlakuan yang terdiri dari 3 varietas padi (Ciherang, IR-64 dan Pelita) pada masing-masing kertas saring oven dan tidak oven dan dengan tiga ulangan sehingga total terdapat 18 perlakuan dengan menginfestasikan masing-masing 3 ekor nimfa betina WBC. Sedangkan pada 3 perlakuan kertas saring tanpa oven, dengan tiga ulangan, yang diinfestasikan masing-masing berupa 3 ekor imago betina WBC. Sehingga total perlakuan seluruhnya meliputi sebanyak 27 tabung makan. Embun madu yang dikeluarkan oleh WBC yang makan pada varietas uji selama 24 jam tertampung pada kertas saring dan membentuk bercak berwarna biru/ungu. Luas bercak embun madu yang terbentuk diukur dan dianalisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata tingkat konsumsi floem pada varietas padi Ciherang, IR-64 dan Pelita, menunjukkan bahwa ketiga varietas ini sangat rentan terhadap hama pengisap WBC. Semakin banyak nutrisi makanan yang disedot oleh hama WBC dari tanaman padi, maka semakin banyak jumlah spot bercak honeydew dan semakin luas spot bercak honeydew yang dihasilkan. Luas spot untuk varietas Pelita adalah 33,78 m2, IR-64 28,26 mm2, dan Ciherang 22,44 mm2. Varietas padi Pelita memiliki kerentanan yang tinggi terhadap hama WBC, bila dibandingkan dengan varietas Ciherang dan IR-64, karena varietas Pelita ini tidak memiliki gen ketahanan terhadap hama WBC. Kata kunci: Ciherang, honeydew IR-64, padi, Pelita, wereng

Page 7 of 17 | Total Record : 170