cover
Contact Name
Hakimatul Mukaromah
Contact Email
hakimatul.m@ft.uns.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
desakota@mail.uns.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Desa-Kota : Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Pemukiman
ISSN : -     EISSN : 26565528     DOI : -
Desa-Kota, adalah jurnal perencanaan wilayah, kota, dan permukiman, yang tujuan utamanya adalah untuk memperdalam pemahaman tentang kondisi perkotaan, perdesaan, dan kewilayahan, serta perubahan dan dinamika yang terjadi di area tersebut, baik dari perspektif empiris, teoretis, maupun kebijakan.
Arjuna Subject : -
Articles 96 Documents
JAYENGAN KAMPUNG PERMATA (JKP) SEBAGAI BAGIAN DARI PROGRAM WISATA KAMPUNG TEMATIK DI SURAKARTA Fistira Dini Elanissan; Winny Astuti; Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.50747.38-52

Abstract

Kota Surakarta memiliki banyak kampung tematik yang berpotensi membentuk wisata kampung tematik. Jayengan Kampung Permata (JKP) merupakan salah kampung tematik yang berada dalam tahap pengembangan dari tujuh kampung tematik di Kota Surakarta. Pengembangan JKP memerlukan pelibatan dari banyak pihak dan kebijakan. Pihak dan kebijakan yang disusun harus diintegrasikan dengan JKP supaya bisa berkembang secara optimal sebagai wisata kampung tematik. Integrasi obyek daya tarik wisata adalah konsep totalitas produk wisata yang saling terkait untuk meningkatkan daya saing tiap klaster pariwisata, sehingga terjadi aglomerasi ekonomi serta memudahkan promosi pariwisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis integrasi antara komponen wisata JKP sebagai kampung tematik dengan wisata kampung tematik yang ada di Surakarta. Integrasi komponen pariwisata JKP dengan wisata kampung tematik dilihat dari sisi dukungan kelembagaan, atraksi pariwisata, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, dan keterlibatan masyarakat lokal. Dengan menggunakan pendekatan penelitian deduktif, penelitian kuantitatif, teknik analisis skoring, dan metode perbandingan berpasangan, JKP dikatakan terintegrasi apabila mendapatkan total skor satu (1) dan dikatakan tidak terintegrasi apabila mendapatkan skor kurang dari 1  dari seluruh komponen yang diteliti. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah bahwa JKP tidak terintegrasi dengan wisata kampung tematik di Kota Surakarta karena mendapat total skor kurang dari 1. Skor kurang dari satu ini diperoleh  karena komponen yang tidak terintegrasi lebih dominan, yaitu dukungan kelembagaan, fasilitas pariwisata, dan aksesibilitas.
MODA TRANSPORTASI DAN FAKTOR PEMILIHAN MODA DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SISTEM ZONASI: STUDI KASUS SMA NEGERI DI KECAMATAN BOYOLALI Dimas Eko Ardyannas; Rufia Andisetyana Putri; Murtanti Jani Rahayu
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.53668.67-77

Abstract

Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.14 Tahun 2018 tentang PPDB, memiliki salah satu tujuan untuk menghilangkan istilah sekolah favorit. Pada tahun 2019, SMAN di Kecamatan Boyolali menetapkan peraturan zonasi tersebut dalam PPDB jalur reguler mulai tahun ajaran 2019/2020. Setelah kebijakan ini diterapkan, terjadi peningkatan penggunaan moda transportasi pribadi dalam mengakses sekolah dikarenakan jarak yang cenderung lebih dekat. Terdapat beberapa variabel yang dapat mempengaruhi pemilihan moda transportasi, diantaranya ada jarak, waktu perjalanan, lama perjalanan, dan lain lain. Pada kasus ini variabel jarak merupakan hal yang paling mencolok, dikarenakan siswa tidak lagi mendaftar menggunakan nilai akan tetapi menggunakan pengukuran jarak sekolah ke domisili siswa tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor pemilihan moda transportasi terhadap moda transportasi yang digunakan siswa menggunakan teknik analisis regresi logistik. Menggunakan sampel dari populasi siswa SMAN di Kecamatan Boyolali dengan teknik pengambilan data secara kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor kepemilikan motor, kepemilikan mobil, kepemilikan lisensi, jenis kelamin, jarak, waktu yang dibutuhkan dalam satu pergerakan, dan keamanan memiliki pengaruh terhadap pemilihan moda transportasi siswa SMAN PPDB jalur reguler di Boyolali.
PENGARUH GUNA LAHAN PADA PERFORMA JALAN KAPTEN MULYADI SURAKARTA Ramadhani Husni Saadun; Murtanti Jani Rahayu; Erma Fitria Rini
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.53594.78-86

Abstract

Pemanfaatan lahan merupakan segala jenis campur tangan manusia yang dilakukan dengan mengolah lahan menjadi beberapa jenis pemanfaatan lahan yang dapat mendukung segala aktivitas manusia. Aktivitas tersebut meliputi aktivitas perekonomian, kesehatan, pendidikan, ibadan, dan aktivitas lainnya. Jalan Kapten Mulyadi merupakan salah satu ruas jalan dengan pemanfaatan lahan yang beragam. Adanya aktivitas akibat pemusatan sarana perdagangan berskala besar, kawasan pariwisata kebudayaan dan religi, serta aktivitas dari jenis pemanfaatan lahan lainnya tentunya mempengaruhi kondisi bangkitan dan tarikan perjalanan pada Jalan Kapten Mulyadi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya pengaruh yang diakibatkan pemanfaatan lahan terhadap bangkitan dan tarikan perjalanan di Jalan Kapten Mulyadi. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan deduktif. Sedangkan teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah teknik analisis non parametrik dengan Uji Kruskal-Wallis. Berdasarkan hasil penelitian melalui Uji Kruskal-Wallis, dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh dari adanya pemanfaatan lahan terhadap bangkitan dan tarikan perjalanan di Jalan Kapten Mulyadi.
POTENSI PENERAPAN TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD) DI KAWASAN SEKITAR STASIUN LEMPUYANGAN Adi Janatra; Paramita Rahayu; Tendra Istanabi
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.55017.87-102

Abstract

Transit oriented development merupakan konsep pengembangan lokasi dengan beragam penggunaan lahan di kawasan stasiun transit untuk mengurangi tingkat ketergantungan penggunaan kendaraan pribadi. Tujuan penelitian adalah mengetahui potensi penerapan Transit Oriented Development di Kawasan Sekitar Stasiun Lempuyangan. Menurut Peraturan Daerah DIY Nomor 5 Tahun 2019 tentang RTRW Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2019 – 2039 pasal 14 Nomor 4, Stasiun Lempuyangan akan dikembangkan sebagai kawasan transit oriented development seiring dengan dibangunnya Bandara Yogyakarta International Airport di Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo. Namun, ada beberapa permasalahan yang terdapat di Kawasan Sekitar Stasiun Lempuyangan, yaitu kurang teraturnya kepadatan bangunan di seluruh Kawasan Sekitar Stasiun Lempuyangan yang mengakibatkan kepadatan bangunan eksisting di kawasan tersebut tidak merata. Penataan penggunaan lahan eksisting di kawasan tersebut juga bermasalah karena terbatasnya ketersediaan lahan yang mengakibatkan fungsi dari masing-masing penggunaan lahan kurang maksimal. Metode penelitian yang diterapkan adalah kuantitatif dan metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk mengukur kesiapan Kawasan Stasiun Lempuyangan sebagai kawasan Transit Oriented Development (TOD) berdasarkan penggunaan lahan dan intensitas pemanfaatan ruang. Kesesuaian tersebut dilihat dari beberapa indikator sebagai berikut: persentase penggunaan lahan, ketersediaan fasilitas umum, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, kepadatan hunian, tinggi bangunan, jumlah hunian, dan tipe hunian. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan dan data sekunder dari instansi terkait. Berdasarkan dari hasil skoring, didapatkan persentase indikator yang sesuai dengan konsep transit oriented development sebesar 41,6%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa Kawasan Stasiun Lempuyangan belum siap sebagai kawasan transit oriented development dan masih harus dilakukan peningkatan pemenuhan indikator, yaitu koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dimensi blok, tinggi bangunan, dan tipe hunian untuk mencapai kesesuaian dengan konsep transit oriented development.
KOMPONEN INTEGRASI FISIK PADA KAMPUNG WISATA SOSROMENDURAN YOGYAKARTA Pascal Rivandi; Rufia Andisetyana Putri; Murtanti Jani Rahayu
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.53680.53-66

Abstract

Untuk mencapai strategi pariwisata yang semakin baik, model pengembangan pariwisata yang ideal terus dikembangkan. Pada proses ini, integrasi pariwisata muncul sebagai paradigma baru. Kota Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata berusaha merespon adanya pergeseran minat wisatawan terhadap apresiasi budaya dan masyarakat lokal melalui pengembangan kampung wisata. Kampung Wisata Sosromenduran hadir sebagai kampung wisata rintisan dengan keberagaman daya tarik dan dukungan beragam fasilitas. Sebagai sebuah kampung wisata yang merupakan bauran antar komponennya, Kampung Wisata Sosromenduran dengan beragam potensi berupaya menjadi produk wisata yang utuh. Artikel ini berupaya melihat kesesuaian Kampung Wisata Sosromenduran ditinjau dari komponen integrasi fisik. Komponen integrasi fisik dipilih karena sesuai dengan karakteristik Kampung Wisata Sosromenduran yang memiliki beragam atraksi dalam satu kampung dan didukung kelengkapan fasilitas. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa Kampung Wisata Sosromenduran tergolong sesuai ditinjau dari komponen integrasi fisik, baik dalam komponen daya tarik dan komponen pendukung. Kampung Wisata Sosromenduran telah mempunyai keberagaman atraksi yang ditawarkan dalam satu kesatuan wilayah kampung, serta mampu menyediakan sarana yang lengkap dan menjangkau seluruh kawasan, juga penyediaan jaringan prasarana, serta aksesibilitas yang mendukung kegiatan pariwisata. Kampung Wisata Sosromenduran telah membentuk bauran unsur fisik ke dalam satu destinasi wisata pada suatu wilayah geografis yang meliputi daya tarik dengan komponen pendukungnya.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERTAHANAN PERMUKIMAN NELAYAN DI DESA BANYUTOWO KABUPATEN PATI Cinthya Rahmawati; Galing Yudana; Winny Astuti
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.54495.1-15

Abstract

Permukiman nelayan merupakan permukiman yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan. Permukiman nelayan Desa Banyutowo berlokasi di Kabupaten Pati. Desa Banyutowo ditinjau sebagai kampung nelayan nasional dikarenakan memiliki sumber daya kelautan yang melimpah dan menjadi pemasok retribusi lelang terbesar di Kabupaten Pati. Akan tetapi, di permukiman nelayan Desa Banyutowo dihuni oleh golongan nelayan kecil, dimana merupakan nelayan dari golongan rendah. Berdasarkan potensi tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebertahanan permukiman nelayan Desa Banyutowo Kabupaten Pati. Jenis penelitian yang digunakan, yaitu penelitian deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi lapangan, pembagian kuesioner, dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, bahwa kebertahanan permukiman nelayan Desa Banyutowo Kabupaten Pati memiliki kebertahanan yang dilihat dari sistem sosial masyarakat dengan adanya ikatan spiritual dan memberikan dampak positif bagi ekonomi serta lingkungan. Sedangkan, ketidakbertahanan dilihat dari adanya nelayan yang tidak memiliki pekerjaan sampingan, tidak adanya peran pemerintah dalam pemeliharaan layanan dasar, tidak adanya peraturan yang memayungi habitat pesisir, sarana kesehatan, pendidikan, pemerintahan, ruang terbuka hijau tidak melayani kebutuhan masyarakat, tempat penjemuran ikan tidak memadai, drainase menggenang, tidak ada layanan kebutuhan air bersih, serta lokasi bangunan rumah berada pada area rentan.
JALUR DISTRIBUSI PRODUK BATIK DI KELURAHAN LAWEYAN, KOTA SURAKARTA Dian Pramita Sari; Istijabatul Aliyah; Rufia Andisetyana Putri
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i1.54893.16-37

Abstract

Batik merupakan produk unggulan bagi Kota Surakarta. Salah satu kelurahan yang ditetapkan sebagai sentra batik di Kota Surakarta berdasarkan Surat Keputusan Walikota Surakarta Nomor 536/60 Tahun 2019 adalah Kelurahan Laweyan. Berdasarkan hasil interpretasi, Kelurahan Laweyan sebagai sentra batik memiliki dominasi aktivitas perdagangan dibandingkan dengan industri. Selama ini diketahui bahwa sentra batik di Kota Surakarta mampu memasarkan produknya hingga pasar global. Saluran distribusi memiliki peranan dalam memenuhi permintaan batik yang luas tersebut untuk terus berkembang dan meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Oleh karena itu, penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui saluran distribusi produk batik dari produsen di Kelurahan Laweyan. Penelitian ini merupakan penelitian deduktif dengan teknik analisis deskriptif kuantitatif dan pemetaan. Data didapat dari menyebar kuesioner kepada lembaga distribusi batik di Kelurahan Laweyan, observasi, dan melakukan studi literatur pembahasan terkait yang dipublikasikan secara resmi. Temuan pertama menunjukkan bahwa secara garis besar, produsen batik di Kelurahan Laweyan terbagi menjadi dua jenis, yaitu produsen batik cap-tulis dan produsen batik printing. Temuan kedua adalah produsen cenderung terletak mengikuti Jalan Sidoluhur, selebihnya memiliki persebaran yang acak. Temuan terakhir, sebanyak 25% produsen batik printing di Kelurahan Laweyan menyalurkan produknya kepada konsumen saja, 75% lainnya menyalurkan produknya ke pedagang besar dan pengecer. Sedangkan, 86% produsen batik cap dan tulis  menyalurkan kepada konsumen saja, dan 14% lainnya menyalurkan produknya kepada konsumen dan pengecer. Sehingga, saluran distribusi yang terbentuk dari produsen batik di Kelurahan Laweyan adalah produsen – pedagang besar – pengecer – konsumen, produsen – pengecer – konsumen, dan produsen – konsumen. Secara keseluruhan, 53% wilayah yang menjadi tujuan produk batik dari produsen batik di Kelurahan Laweyan adalah Pulau Jawa, diikuti luar negeri sebanyak 35%, dan luar Pulau Jawa sebanyak 12%. Maka dapat disimpulkan bahwa produsen batik di Kelurahan Laweyan menggunakan saluran distribusi langsung, tidak langsung, dan campuran dengan wilayah pemasaran yang mendominasi berada di dalam Pulau Jawa.
PERI-URBANISASI DAN DINAMIKA PERKEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN SEKUNDER (STUDI KASUS: BOSUKAWONOSRATEN) Suci Astin Kurniati; Paramita Rahayu; Tendra Istanabi
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i2.55247.167-180

Abstract

Pada abad ke-21, gelombang urbanisasi melaju dengan cepat memicu transformasi kawasan menjadi lebih modern dan city-oriented. Lebih dari 50% penduduk dunia adalah penduduk perkotaan. Fenomena ini membuat terjadinya proses perluasan kawasan perkotaan ke daerah pinggiran kota-kota administratif, yang dikenal sebagai proses peri-urbanisasi. Proses ini melahirkan kawasan-kawasan baru dengan fungsi dan peran yang berbeda-beda, diantaranya kawasan perkotaan sekunder. Sebagai kawasan penyangga, kawasan perkotaan sekunder memiliki peluang pengembangan tinggi, yang dibuktikan dengan pesatnya laju urbanisasi di kawasan tersebut dibandingkan di kota intinya. Kawasan perkotaan sekunder Bosukawonosraten (Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Klaten) memiliki laju urbanisasi sebesar 5,2%, terpaut jauh dari kota intinya yang hanya sebesar 0,2%. Kawasan ini memiliki tiga klaster utama dengan karakteristik yang beragam. Masing-masing klaster berinteraksi secara intensif, baik eksternal maupun internal kawasan. Hal ini berdampak pada kapasitas masing-masing klaster dalam menerima pengaruh peri-urbanisasi dari pusat kota maupun kawasan di sekitarnya. Akan tetapi, pemerintah belum mampu mengoptimalkan peluang ini sebagai dasar pengembangan kawasan perkotaan sekunder ke depannya. Minimnya inventaris data mengenai karakter kawasan perkotaan sekunder hingga tidak dipetakannya arah urbanisasi menjadi sejumlah tantangan yang harus dihadapi pemerintah agar pembangunan di kawasan perkotaan sekunder Bosukawonosraten dapat terintegrasi dengan baik. Melalui penelitian ini, karakteristik kawasan perkotaan sekunder akan digali menggunakan pendekatan multisektoral, diantaranya karakter demografi, karakter ekonomi, dan karakter spasial. Selain itu, tren peri-urbanisasi yang terjadi di dalamnya akan dijelaskan menggunakan data lintas tahun dari 2010 hingga 2019, sehingga akan diperoleh gambaran secara mendalam mengenai karakteristik dan proses perkembangan kawasan perkotaan sekunder Bosukawonosraten.
KAJIAN PERBANDINGAN KETERSEDIAAN FASILITAS PENDIDIKAN ANTAR-KECAMATAN SEBELUM DAN SESUDAH PEMEKARAN DI KABUPATEN KERINCI Wellvy Firstia Diany; Fadjar Hari Mardiansjah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i2.50103.226-240

Abstract

Kesempatan untuk mengikuti pendidikan merupakan suatu hak dan kewajiban setiap warga negara berdasarkan amanat konstitusi negara, yang juga menjadi kewajiban pemerintah untuk menyediakannya. Oleh karena itu, pelayanan pendidikan merupakan suatu pelayanan dasar yang sangat penting di dalam proses pembangunan wilayah maupun nasional. Untuk mewujudkan tekad tersebut, pemerintah menuangkan urusan pendidikan ke dalam kebijakan desentralisasi, dimana pemerintah daerah diberi kewenangan untuk menyediakan dan mengelola penyelenggaraan pelayanan pendidikan dasar dan menengah. Dengan menggunakan kasus pemekaran wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh pada tahun 2008, penelitian ini ditujukan untuk menganalisis dampak pemekaran terhadap pelayanan fasilitas pendidikan dasar dan menengah di daerah. Penelitian yang mempergunakan data sekunder dari data statistik daerah ini mengamati tingkat pelayanan fasilitas pendidikan, yang direpresentasikan oleh tingkat kecukupan sediaan fasilitas di setiap wilayah, dan melakukan perbandingannya antarwilayah untuk memahami dinamika tingkat pelayanan sebelum dan sesudah pemekaran. Analisis yang dilakukan mengacu kepada standar pelayanan nasional serta memanfaatkan perhitungan yang menggunakan model Koefisien Indeks Gini dilakukan untuk melihat perbandingan pemerataan penyediaan tingkat pelayanan fasilitas pendidikan antarkecamatan. Selain itu, perhitungan yang dilakukan secara antartahun dilakukan untuk memahami dinamika pemerataan sebelum dan sesudah pemekaran terjadi. Hasil penelitian memperlihatkan menurunnya tingkat pelayanan yang berasal dari ketersediaan pelayanan fasilitas pendidikan secara agregat di Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh, dimana terkonsentrasinya beberapa jenis layanan fasilitas pendidikan menengah Kabupaten Kerinci pada wilayah Kecamatan Sungai Penuh memberi pengaruh kepada perubahan tingkat pelayanan dan tingkat pemerataan layanan setelah dilakukan pemekaran Kota Sungai Penuh dari Kabupaten Kerinci.
POTENSI PENERAPAN KONSEP KOTA KOMPAK DI KOTA DEPOK DARI ASPEK TATA GUNA LAHAN DAN SISTEM TRANSPORTASI Navrida Ratnaningtyas; Paramita Rahayu; Tendra Istanabi
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v4i2.55498.181-195

Abstract

Urbanisasi yang terus terjadi tanpa perencanaan akan berakibat negatif pada pergeseran perkembangan kota ke arah pinggiran kota atau urban sprawl. Konsep compact city atau kota kompak menjadi solusi dari perkembangan kota yang sprawl dengan adanya intensifikasi lahan dan pemerataan sistem transportasi. Kota Depok merupakan salah satu wilayah yang memiliki kecenderungan sprawl dengan isu-isu guna lahan dan transportasi. Kota Depok memiliki strategi pengembangan kota yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 55 tahun 2018 tentang Rencana Induk Transportasi Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi tahun 2018-2029 dengan meningkatkan keterpaduan antara tata guna lahan dan transportasi melalui penerapan konsep kota kompak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi guna lahan dan sistem transportasi Kota Depok dalam penerapan konsep kota kompak. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif kuantitatif dengan metode analisis spasial dan statistik deskriptif. Penelitian ini menggunakan delapan indikator konsep kota kompak yang dilihat dari aspek tata guna lahan dan sistem transportasi. Dari hasil analisis aspek tata guna lahan, persentase wilayah dengan kepadatan tinggi di Kota Depok sebesar 50%, kepadatan perumahan dan permukiman tinggi sebesar 23%, wilayah yang memiliki guna lahan campuran sebesar 41%, serta keterjangkauan dan ketersediaan sarana sebesar 46%. Sementara itu, dari aspek transportasi, aksesibilitas tinggi berada pada persebaran guna lahan perkotaan dan peribadatan. Konektivitas jalan di Kota Depok memiliki rasio 1.6, dan terdapat tujuh nodal multimoda di Kota Depok. Penelitian menemukan bahwa 2.422 Ha atau 12% wilayah Kota Depok sudah memiliki potensi kota kompak karena wilayahnya mendukung keseluruhan indikator perkembangan konsep kota kompak.

Page 6 of 10 | Total Record : 96