cover
Contact Name
Hakimatul Mukaromah
Contact Email
hakimatul.m@ft.uns.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
desakota@mail.uns.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Desa-Kota : Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Pemukiman
ISSN : -     EISSN : 26565528     DOI : -
Desa-Kota, adalah jurnal perencanaan wilayah, kota, dan permukiman, yang tujuan utamanya adalah untuk memperdalam pemahaman tentang kondisi perkotaan, perdesaan, dan kewilayahan, serta perubahan dan dinamika yang terjadi di area tersebut, baik dari perspektif empiris, teoretis, maupun kebijakan.
Arjuna Subject : -
Articles 96 Documents
KENAMPAKAN FISIK KOTA DAN DAERAH PERI URBAN SURAKARTA Nur'Aini Amalia Mataufani; Paramita Rahayu; Erma Fitria Rini
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v2i2.41509.130-142

Abstract

Perkembangan suatu kota dapat menimbulkan dampak pada wilayah sekitarnya terutama wilayah pinggirannya (peri urban). Kota Surakarta adalah salah satu kota yang mengalami perkembangan sangat pesat, akan tetapi perkembangan ini tidak sebanding dengan ketersediaan lahan yang ada, akibatnya kenampakan fisik kekotaan meluas pada wilayah peri urban. Kenampakan fisik ini akan membentuk pola morfologi tertentu. Morfologi dapat diartikan sebagai kenampakan fisik yang terdiri dari tiga komponen yaitu penggunaan lahan, pola jaringan jalan, dan pola bangunan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola morfologi Kota Surakarta dan wilayah peri urban dengan meninjau komponen morfologi yang ada di dalamnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan tiga tahap yaitu mengidentifikasi wilayah peri urban Kota Surakarta, mengidentifikasi komponen morfologi pada Kota Surakarta dan wilayah peri urban dan mengidentifikasi pola morfologi yang terbentuk. Wilayah peri urban diidentifikasi berdasarkan kriteria karakteristik wilayah peri urban, yang selanjutnya akan dilihat komponen morfologi di dalamnya. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa Kota Surakarta dan wilayah peri urban memiliki kesamaan pada dominasi penggunaan lahan dan pola jaringan jalan, tetapi terdapat perbedaan pada tekstur kawasan. Dominasi penggunaan lahan adalah berupa permukiman dan pola jaringan jalan adalah berupa pola grid. Tekstur kawasan yang teridentifikasi pada Kota Surakarta adalah homogen, sedangkan pada wilayah peri urban adalah heterogen. Hal ini disebabkan oleh masih tersedianya ruang terbuka hijau berupa sawah dan tegalan pada wilayah peri urban. Dari hasil analisis kondisi eksisting pada ketiga komponen, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pola pada Kota Surakarta dan wilayah peri urban. Kota Surakarta memiliki pola bujur sangkar sedangkan wilayah peri urbannya cenderung pada pola pita.
PEMILIHAN LOKASI PERUMAHAN BAGIAN BARAT URBAN FRINGE KOTA SURAKARTA Nabila Anindita; Winny Astuti; Ana Hardiana
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i1.31490.61-76

Abstract

Perkembangan Kota Surakarta menjadikanya memiliki daya tarik yang kuat bagi pendatang. Hal tersebut menjadi pendorong berkembangnya daerah di sekitarnya. Perkembangan yang pesat, ramai, dan padat meminimalkan ketersediaan lahan serta menjadikan Kota Surakarta tidak lagi sesuai untuk menjadi lokasi tempat tinggal. Urban fringe merupakan daerah perbatasan antara kota dan desa yang memiliki sifat mirip dengan perkotaan. Sejalan dengan perkembangan Kota Surakarta yang mempunyai berbagai aktivitas yang kompleks, urban fringe berfungsi sebagai penyangga yang secara langsung mendapat dampak terhadap perkembangan Kota Surakarta. Kebutuhan tempat tinggal merupakan permasalahan yang berkaitan dengan aktivitas kependudukan. Semakin banyaknya penduduk, semakin banyak pula kebutuhan akan rumah. Minimnya ketersediaan lahan di Kota Surakarta untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal, dan kondisi bagian barat urban fringe Kota Surakarta yang ternyata mempunyai kriteria sebagai lokasi yang sesuai sebagai daerah perumahan dan permukiman, mendorong munculnya perumahan-perumahan baru. Sebagai dampaknya perumahan baru yang dibangun di bagian barat urban fringe Kota Surakarta antara lain  Perumahan Permata Buana, Perumahan Puri Angkasa, Perumahan The Aleya, dan lainnya. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor prioritas yang mempengaruhi pemilihan lokasi perumahan bagian barat urban fringe Kota Surakarta menggunakan analisis AHP. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa faktor prioritas secara berurutan yaitu kenyamanan lingkungan perumahan, kemudahan dalam aksesibilitas, ketersediaan sarana & prasarana penunjang perumahan, kondisi lingkungan fisik & sosial, kebijakan & hukum pendirian perumahan, dan harga kawasan perumahan.
KEBERTAHANAN MASYARAKAT PADA PERMUKIMAN KUMUH BERDASARKAN ASPEK SOSIAL EKONOMI DI KELURAHAN SALATIGA, KOTA SALATIGA Muhamad Ilham Satrio; Annisa Mu'awanah Sukmawati
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i1.43694.36-48

Abstract

Permukiman kumuh merupakan lingkungan hunian yang kurang layak huni. Permukiman kumuh memiliki karakteristik, seperti kepadatan bangunannya yang tinggi, luasan wilayah permukiman yang terbatas, rawan terjadi penyakit sosial dan penyakit lingkungan, kualitas bangunan yang rendah, dan kurang terlayani sarana dan prasarana yang memadai. Penelitian berlokasi di RW 7 Turusan, Kelurahan Salatiga, Kota Salatiga. RW 7 Turusan termasuk salah satu kawasan permukiman kumuh di Kota Salatiga akibat keragaman aktivitas masyarakat yang menimbulkan berbagai permasalahan, mencakup sosial, ekonomi, dan lingkungan. Meskipun dihadapkan pada permasalahan kumuh, namun masyarakat masih bertahan untuk tetap tinggal di kawasan tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kebertahanan masyarakat pada permukiman kumuh di RW 7 Turusan Kelurahan Salatiga, Kota Salatiga ditinjau dari aspek sosial ekonomi masyarakatnya. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik analisis deskriptif kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada tujuh responden, observasi lapangan, dan telaah dokumen/ literatur terkait. Penelitian menunjukkan bahwa penyebab kumuh di RW 7 Turusan adalah akibat kondisi fisik/topografi lingkungan serta perilaku masyarakat yang kurang sehat. Meskipun dihadapkan pada persoalan kumuh, beberapa hal yang menyebabkan masyarakat bertahan tinggal di sana adalah karena faktor kedekatan jarak dengan pusat kota terkait mata pencaharian mereka, lama tinggal, ikatan sosial yang erat, dan nilai keguyuban di masyarakat. Namun demikian, faktor ikatan sosial adalah faktor yang paling berpengaruh bagi kebertahanan masyarakat di permukiman kumuh karena mendorong terciptanya inisiasi program lokal untuk peningkatan kualitas lingkungan tempat tinggal.
FENOMENA PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI PERUMAHAN: STUDI KASUS KAWASAN PERI-URBAN KECAMATAN COLOMADU Aditya Chrisma Pradana; Soedwiwahjono Soedwiwahjono; Kuswanto Nurhadi
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i1.37622.24-35

Abstract

Kecamatan Colomadu, Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kawasan pinggiran atau peri urban dari Kota Surakarta. Laju pertumbuhan penduduk Kota Surakarta yang selalu meningkat mengakibatkan pemenuhan kebutuhan termpat tinggal merambat ke kawasan pinggiran kota contohnya di Kecamatan Colomadu. Kecamatan Colomadu mengalami perkembangan yang cukup pesat terutama dari segi fisik kota. Menurut data Badan Pusat Statistik (2013, 2018), Kecamatan Colomadu mengalami penurunan luas penggunaan lahan pertanian sebesar 62,52 Ha antara tahun 2012 hingga 2017. Lalu pada tahun 2012, luas lahan pertanian di Provinsi Jawa Tengah berkurang seluas 300.000 Ha akibat alih fungsi lahan dan Kecamatan Colomadu mengalami alih fungsi lahan tertinggi di Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini bertujuan untuk memahami proses perubahan penggunaan lahan pertanian menjadi perumahan di kawasan peri urban Kecamatan Colomadu. Penelitian ini menggunakan pendekatan deduktif serta teknik analisis statistik deskriptif. Penilaian setiap jawaban dari responden dihitung menggunakan rumus deskriptif persentase. Data dalam penelitian diperoleh melalui wawancara kepada warga yang telah menjual lahan pertaniannya kepada pihak pengembang atau developer. Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor yang mempengaruhi penjualan lahan pertanian tersebut adalah harga lahan pertanian, status lahan yang merupakan tanah warisan, besarnya kebutuhan/pengeluaran, pendapatan dari hasil pertanian dan profesi di luar sektor pertanian. Sedangkan dari sisi pemilihan lokasi perumahan, konversi lahan pertanian dipengaruhi oleh aksesibilitas, fasilitas sosial ekonomi, lingkungan dan harga lahan.
PENILAIAN PENERAPAN KONSEP LIVABLE SETTLEMENT DI PERMUKIMAN KOTA SURAKARTA William Chrysostom Gonta; Winny Astuti; Ana Hardiana
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v2i2.31496.186-202

Abstract

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan. Konsep livable settlement merupakan suatu konsep tentang permukiman yang disesuaikan dengan aspek-aspek permukiman layak huni. Berdasarkan persepsi masyarakat, Kota Surakarta merupakan salah satu dari beberapa kota layak huni di Indonesia berdasarkan Most Liveable City Index (MLCI) Tahun 2017. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak permasalahan di dalam permukiman khususnya kawasan perkotaan Kota Surakarta. Tujuan dari penelitian untuk menganalisis tingkat kesesuaian dari permukiman Kota Surakarta berdasarkan aspek-aspek livable settlement. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode teknik analisis skoring dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permukiman Kota Surakarta mendekati sesuai dengan konsep livable settlement dengan skor sebesar 68,75%. Komponen permukiman yang sudah sesuai dengan indikator layak huni di antaranya: kondisi bangunan, jalan lingkungan, air bersih, persampahan, pengelolaan air limbah, pengamanan bahaya kebakaran, kepadatan bangunan yang tidak tinggi, biaya hidup yang terjangkau, ketersediaan transportasi umum, aksesibilitas, dan tarif transportasi umum. Untuk komponen permukiman yang belum sesuai dengan indikator layak huni di antaranya: luas bangunan, ketersediaan ruang terbuka hijau publik, fungsionalitas ruang terbuka hijau publik, drainase lingkungan, dan jalur pedestrian yang belum aman.
ALIH FUNGSI HUNIAN MENJADI KOMERSIAL DAN KENYAMANAN BERMUKIM DI BINTARO SEKTOR 9 TANGERANG SELATAN Ambayu Gracia Cintyarani; Rizon Pamardhi-Utomo; Nur Miladan
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i1.45907.17-23

Abstract

Alih fungsi hunian menjadi komersial merupakan hal yang tidak dapat dihindari dari pertumbuhan kota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pergeseran fungsi yang terjadi di Bintaro Jaya masih terus terjadi hingga saat ini dan belum menunjukkan adanya tanda-tanda penurunan. Dampak alih fungsi hunian menjadi komersial di lingkungan perumahan yang dirasakan oleh masyarakat adalah ketidakserasian fungsi, kepadatan lalu lintas, penurunan privasi dan kualitas lingkungan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat tingkat kenyamanan bermukim masyarakat Bintaro Sektor 9 setelah adanya alih fungsi hunian menjadi komersial, yang dilihat dari kompatibilitas, aksesibilitas, privasi dan kualitas lingkungan. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif, berupa data yang terukur menggunakan kuesioner. Selanjutnya hasil kuesioner dianalisis dengan teknik skoring untuk melihat kecenderungan gangguan yang dirasakan. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa tingkat kenyamanan bermukim masyarakat adalah rendah. Untuk menghindari adanya penurunan tingkat kenyamanan lebih jauh lagi, perlu adanya pengendalian pembangunan komersial dengan peraturan zonasi.
RUMAH DERET DAN KRITERIA BERKELANJUTAN DI KOTA SURAKARTA Ridho Wicaksono; Ana Hardiana; Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i1.35112.92-102

Abstract

Di Kota Surakarta, rumah deret merupakan salah satu solusi untuk penataan bantaran Kali Pepe dan penyediaan hunian. Setiap tahun selama kurun waktu 2015 – 2018 dibangun rumah deret di beberapa titik bantaran Kali Pepe Kota Surakarta. Pembangunan tersebut dinilai memiliki potensi untuk mewujudkan hunian bagi masyarakat di permukiman kumuh, bahkan diperkirakan memiliki potensi lebih besar dibandingkan dengan rumah susun. Rumah deret dibangun dengan memperhatikan aspek fisik, sosial, ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan rumah deret di Kota Surakarta terhadap kriteria keberlanjutan. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan teknik analisis skoring. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari delapan variabel, rumah deret telah sesuai dengan tujuh kriteria berkelanjutan. Tujuh variabel tersebut, yaitu: 1) pemberdayaan fisik lingkungan yang bermanfaat bagi sekitar; 2) penyediaan sarana prasarana dasar perumahan & permukiman; 3) pemberdayaan ekonomi masyarakat; 4) daya dukung institusi/lembaga ekonomi, sosial, budaya; 5) pembangunan sumber daya manusia; 6) pembangunan tidak merusak integritas sosial masyarakat; 7) mempertahankan keanekaragaman budaya. Pengecualian adalah pada variabel dampak terhadap lingkungan yang menunjukkan bahwa rumah deret kurang sesuai dengan kriteria berkelanjutan dari aspek ini. Secara keseluruhan, penilaian skoring menunjukkan kesesuaian antara pembangunan rumah susun dan prinsip-prinsip keberlanjutan.
PERAN SENTRA BATIK KAUMAN DAN PESINDON UNTUK MENCAPAI KOTA PEKALONGAN SEBAGAI KOTA KREATIF KERAJINAN Rifdahastuti Andriani; Winny Astuti; Rufia Andisetyana Putri
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v2i2.31540.203-216

Abstract

Kota Pekalongan merupakan kota kreatif pertama kategori kerajinan dan kesenian rakyat di Indonesia versi UNESCO yang ditetapkan pada tahun 2014. Hal ini tidak terlepas dari adanya sentra-sentra batik yang menjadi ikon dalam perkembangan industri batik di Kota Pekalongan termasuk di Sentra Batik Kauman dan Pesindon. Kedua sentra industri batik ini menjadi salah satu alternatif promosi batik dan rekreasi di Kota Pekalongan. Pelibatan aspek komunitas kreatif dan lingkungan kreatif berupa penyelenggaraan event mempengaruhi pemasukan dan kegiatan di Sentra Batik Kauman dan Pesindon sehingga mengalami perubahan. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis perubahan di Sentra Batik Kauman dan Pesindon sejak penetapan Kota Pekalongan sebagai kota kreatif kerajinan. Ada beberapa aspek yang dilihat perubahannya  yaitu: (1) pemeliharaan ekonomi kreatif, (2) komunitas kreatif, (3) lingkungan kreatif dan (4) penyelenggaraan event. Artikel ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik analisis statistik deskriptif. Teknik analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis perubahan pada empat aspek tersebut. Survei yang dilakukan untuk penelitian ini adalah survei primer yang terdiri dari kuesioner, wawancara dan observasi serta survei sekunder dalam bentuk data. Hasilnya adalah pada aspek pemeliharaan ekonomi kreatif mengalami perubahan yaitu dari sisi SDM yang berinovasi, penyerapan tenaga kerja, jumlah perusahaan dan teknologi. Pada aspek komunitas kreatif yang mengalami perubahan yaitu dari sisi organisasi masyarakat. Untuk aspek lingkungan kreatif, yang mengalami perubahan yaitu dari sisi sarana untuk pusat pelatihan dan toko kerajinan. Sedangkan pada aspek lingkungan kreatif di Sentra Batik Pesindon yang mengalami perubahan hanya pada sarana untuk pusat pelatihan. Selanjutnya pada aspek penyelenggaraan event yaitu dari sisi program penyelenggaraan event untuk promosi mengalami perubahan.
AKSESIBILITAS FISIK PUSKESMAS RAMAH LANSIA MENUJU AGE FRIENDLY CITY KOTA YOGYAKARTA Oriza Husna Lativa; Winny Astuti; Hakimatul Mukaromah
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i1.42692.1-16

Abstract

Kota Yogyakarta adalah kota yang mulai menerapkan Age Friendly City. Puskesmas adalah salah satu fasilitas penting dalam kosep Age Friendly City. Namun dari segi aksesibilitas fisik, puskesmas masih terkendala pada beberapa aspek. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengetahui aksesibilitas fisik pada puskesmas ramah lansia dalam mencapai Age Friendly City di Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan analisis skoring dan pemetaan ArcGIS 10.2. Aksesibilitas dibagi menjadi 3, yakni tinggi, sedang, dan rendah. Kajian aksesibilitas fisik pada puskesmas ramah lansia menunjukkan tingkat jangkauan pelayanan puskesmas bagi lansia adalah tinggi, sedangkan pelayanan sistem jaringan transportasi ramah lansia adalah rendah. Berdasarkan hasil analisis aspek aksesibilitas, empat dari enam skor total aspek adalah tinggi, sehingga tingkat aksesibilitas fisik pada fasilitas puskesmas ramah lansia secara keseluruhan dianggap memiliki tingkat sedang dalam mendukung penerapan Age Friendly City di Kota Yogyakarta. Penelitian ini merekomendasikan untuk memperbaiki kondisi aksesibilitas fisik puskesmas bagi lansia terutama dengan melakukan evaluasi akses pelayanan rute angkutan umum puskesmas, evaluasi letak lokasi halte terhadap puskesmas, dan perbaikan kualitas kondisi jalur pejalan kaki yang belum ramah lansia, serta penyediaan ruang parkir prioritas pada setiap sarana puskesmas agar dapat meningkatkan aksesibilitas fisik puskesmas bagi lansia.
NGEMPLAK SUTAN SEBAGAI KAMPUNG ZERO WASTE DI SURAKARTA Shinta Ahdiani Zulfa; Paramita Rahayu; Erma Fitria Rini
Desa-Kota: Jurnal Perencanaan Wilayah, Kota, dan Permukiman Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Urban and Regional Planning Program Faculty of Engineering Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20961/desa-kota.v3i1.34463.49-60

Abstract

Permasalahan persampahan terutama dalam hal volume harian sampah yang sangat besar di Indonesia dipengaruhi oleh kondisi masyarakat yang masih menganut paradigma lama persampahan, yaitu kumpul, angkut, buang. Konsep zero waste menjadi solusi bagi kawasan yang ingin mengatasi masalah persampahan. Surakarta dengan produksi sampah mencapai 310 ton perhari menggagas solusi yang salah satunya dengan membentuk kampung yang menerapkan pengelolaan sampah dari sumber yang diimplementasikan pada Kampung Ngemplak Sutan RW 37, Mojosongo. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi sejauh mana dan bagaimana penerapan konsep zero waste di Kampung Ngemplak Sutan. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deduktif dengan metode penelitian kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis skoring dengan skala likert dan statistik deskriptif. Teknik analisis skoring dengan skala likert pada penelitian ini dilakukan untuk melakukan evaluasi yang didasarkan pada persepsi masyarakat yang kemudian dituangkan dalam skala penilaian. Hasil skoring likert berupa persentase pencapaian dari masing-masing komponen. Analisis deskriptif digunakan untuk memperkaya informasi dari analisis skoring likert. Secara keseluruhan, hasil analisis menunjukkan bahwa Kampung Ngemplak Sutan telah menerapkan konsep zero waste dengan persentase realisasi 67,78% dan masuk dalam range penilaian baik. Komponen yang paling memberikan pengaruh pada capaian persentase tersebut adalah infrastruktur (34.7%), sumber daya manusia/SDM (16.73%), dan kebijakan (13.64%). Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa infrastruktur, SDM, dan kebijakan merupakan tiga komponen penting yang harus diperhatikan dalam upaya menerapkan konsep zero waste di suatu lingkungan. Disamping itu, sub komponen lain seperti potensi ekonomi dan kelembagan juga penting untuk dipertimbangkan karena secara keseluruhan semua komponen tersebut akan mempengaruhi keberhasilan penerapan konsep zero waste.

Page 4 of 10 | Total Record : 96