Garuda - Garba Rujukan Digital

BODY IMAGE DENGAN INTERAKSI SOSIAL PENDERITA KUSTA YANG SEDANG MENJALANI PENGOBATAN DI DUSUNSUMBER GLAGAH DESA TANJUNG KENONGO PACET MOJOKERTO Windu Santoso, Ekawati Diana Sari
Adi Husada Nursing Journal Vol 1 No 2 (2015): Adi Husada Nursing Journal
Publisher : STIKes Adi Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (479.242 KB)

ABSTRAKMasalah yang dihadapi oleh penderita kusta berasal dari diri sendiri, keluarga dan komunitas, hal ini berdampak pada aspek fisik dan konsep diri sehingga mempengaruhi interaksi social. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan body image dengan interaksi sosial penderita kusta yang sedang menjalani pengobatan. Penelitian menggunakan korelasional dengan pendekatan cross-sectional. Variabel independen adalah body image dan variabel dependen adalah interaksi sosial. Populasi penelitian adalah seluruh penderita kusta yang sedang mengjalani pengobatan yaitu 36 orang. Teknik sampling yaitu teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan diuji menggunakan Spearman-Rho Test. Hasil menunjukkan 19 responden menunjukkan body image yang negatif dan interaksi sosial yang buruk adalah 14 responden. Uji Spearman-rho menunjukkan p= 0.02 (α<0.05) sehingga terdapat hubungan antara body image dan interkasi sosial penderita kusta yang sedang menjalani pengobatan di Dusun Sumber Glagah, Tanjung Kenongo, Pacet, Mojokerto. Kusta tidak hanya hidup di lingkungan tetapi juga perlu sosialisasi dengan masyarakat, interaksi yang buruk dapat menyebabkan penderita kusta semakin tertekan di PB yang akan menimbulkan masalah baru dalam pengobatan kecacatan yang akan jatuh kepadanya. Keluarga dapat memberikan dukungan keluarga dalam pengobatan kusta sehingga penderita kusta akan lebih termotivasi untuk menyembuhkan lebih cepat sehingga untuk menghindari penilaian negatif terhadap dirinya dan mampu membangun interaksi sosial yang baik dengan masyarakatKata kunci: body image, interaksi sosial, kustaABSTRACTThe problem that’s facing of leprosy can give both from theirself, family, and community, giving influence on aspects of psychic lepers and self concept that will affect in social interaction. The purpose of this research is to know the relationship of body image with social interaction lepers who were undergoing treatment. This analytical research design korelasional type crossectional. Research variables i.e. body image as the independent variable and the dependent variable as social interaction. Population research are whole lepers who were undergoing treatment at the village of Sumberglagah Tanjung Kenongo Pacet Mojokerto as much as 36 lepers. Samples taken with the total sampling techniques. Data collected by questionnaire instrument and tested with test spearman rho. The results showed of the 19 respondents experienced a negative body image that was experiencing poor social interaction there are 14 respondents. Spearman rho test results retrieved data ρ = 0.02, α = 0.05 so that ρ < α means accepted H1 so there is a relationship of body image with social interaction lepers who were undergoing treatment at the village of Sumberglagah Tanjung Kenongo Pacet Mojokerto. Leprosy was not only live in the environment but also need to socialization with society, a bad interaction can lead to increasingly depressed lepers in PB which will cause new problems in the treatment of disability that had be fallen him. Family can provide family support in treatment of leprosy so that lepers would be more motivated to heal faster so as to avoid a negative judgement against him and be able to establish a good social interaction with the community.Keywords: Body Image, Social Interaction, Lepros. DOWNLOAD FULL TEXT PDF >>

HUBUNGAN PENGGUNAAN PAMPERS DENGAN INTEGRITAS KULIT PADA LANSIA DI RW 1 DAN 7 KELURAHAN BULAK KECAMATAN BULAK SURABAYA Roberto Goenarso
Adi Husada Nursing Journal Vol 4 No 1 (2018): Adi Husada Nursing Journal
Publisher : STIKes Adi Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (125.931 KB)

ABSTRAKBeberapa lansia yang mengalami hambatan mobilitas fisik, kelemahan otot dan membutuhkanbantuan ADL akan membutuhkan pampers dan hal ini berdampak positif dan negatif. Penggunaanpampers yang baik akan menghasilkan integritas yang positif namun apabila penggunaan pampersyang tidak baik maka berdampak negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah adahubungan penggunaan pampers dengan integritas kulit pada lansia di RW 1 dan 7 KecamatanBulak Kelurahan Bulak Surabaya. Pada penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasispearman dengan pendekatan crossectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia >45 tahun.Cara pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Purposive sampling. Variabel independendalam penelitian ini adalah penggunaan pampers dan variabel dependennya adalah integritas kulit.Dengan jumlah populasi sejumlah 40 dengan perhitungan sampel 36 responden. Instrumen yangdigunakan dalam pengumpulan data adalah lembar koesioner. Penelitian dilakukan denganpengisian kuisioner yang diisi oleh responden. Data reponden yang telah didapat akan diprosesdalam tabulasi data. Hasil penelitian didapatkan karakteristik penggunaan pampers dengan baikyaitu 27 orang (75%). Integritas kulit yang cukup, yaitu 17 orang (47,2%) menunjukkanberdasarkan uji korelasi Spearman, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikanantara penggunaan pampers dengan integritas kulitnya dengan p = 0,187. Dari hasil tersebutdisimpulkan bahwa lansia dapat mengerti dan mengetahui cara menggunakan pampers denganbenar.Kata kunci : Penggunaan pampers, Integritas kulit, LansiaABSTRACTSome elderly people who experience physical mobility impairment, muscle weakness and need ADLhelp will need pampers and this has a positive and negative impact. The use of good pampers willproduce a positive integrity but if the use of pampers is not good then it will have a negativeimpact. This study aims to determine whether there is a relationship between the use of pamperswith skin integrity in the elderly in RW 1 and 7 districts bulak subscription. In this research usespearman correlation approach. Population in this study is is elderly >45 years. How to sample byusing purposive sampling technique. This independent variable is the use use of pampers and thisdependent variable is the integrity of the skin. With a total population of 40 with a samplecalculation of 36 respondents. The data of respondents that have been obtained will be processedthat have been obtained will be processed in tabulation of file. Result of research get characteristicusage of pampers is 27 people (75%). Enough integrity is 17 orang (47,2%). Showed that based onspearman correlation test, it was found that there was no significant relationship between the useof pampers and their skin integrity with p = 0,187. From the results it is concluded that the elderlycan understand and know how to use pampers correctly.Keywords: use of pampers, skin integrity, elderly

CULTURE SHOCK DAN INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Difran Nobel Bistara
Adi Husada Nursing Journal Vol 1 No 2 (2015): Adi Husada Nursing Journal
Publisher : STIKes Adi Husada

ABSTRAKPendidikan adalah salah satu alasan mengapa beberapa orang bermigrasi dan bersedia pergi untuk mendapatkan pendidikan lebih tinggi dan memiliki kualitas baik. Pertemuan dengan akademisi dari berbagai budaya, terutama pada mahasiswa Universitas Respati Yogyakarta menjadi suatu bentuk interaksi sosial. Kegagalan untuk berinteraksi secara efektif dengan orang lain akan mengakibatkan gangguan interaksi sosial seseorang. Kesulitan dalam berinteraksi disebabkan oleh keanekaragaman budaya. Studi yang pernah dilakukan dalam ilmu keperawatan dari Universitas Gajah Mada ada 100% mengalami culture shock. Penelitian ini menggunakan desain analitik korelasi dengan pendekatan cross-sectional. Sampel adalah mahasiswa baru diambil dengan teknik stratified sampling. Analisis data yang digunakan adalah rank spearman. Hasil uji statistik diperoleh p=0.075 (α<0.05) dan r=0348 sehingga tidak ada hubungan culture shock dengan interaksi sosial pada mahasiswa ilmu keperawatan di Universitas Respati Yogyakarta. Mahasiswa diharapkan mampu beradaptasi dengan lingkungan untuk meningkatkan interaksi sosial.Kata kunci: culture shock, interaksi sosialABSTRACTEducation is one of the reasons why some people migrate and are willing to go to get a higher education and have a good quality. Meeting with academics from various cultures, particularly in Yogyakarta Respati University student into a form of social interaction. Failure to interact effectively with others will result in impaired social interaction a person. Difficulty in interacting caused by cultural diversity. The study ever conducted in nursing science from the University of Gajah Mada there 100% experienced a culture shock. This study uses correlation analytic design with cross-sectional approach. Samples are taken with the new students stratified sampling technique. The data analysis used was Spearman rank. Statistical test results obtained p = 0.075 (α <0,05) and r = 0348 so that there is no relationship with the culture shock of social interaction in nursing science students at the University of Respati Yogyakarta. Students are expected to adapt to the environment to improve social interaction.Keywords: culture shock, sosial interaction DOWNLOAD FULL TEXT PDF >>

KUALITAS TIDUR DAN FATIGUE PADA KLIEN CANCER Santoso Tri Nugroho, Anggorowati, Andrew Johan
Adi Husada Nursing Journal Vol 3 No 1 (2017): Adi Husada Nursing Journal
Publisher : STIKes Adi Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.137 KB)

Sebanyak 40% sampai 100% penderita cancer mengalami fatigue. Kondisi fatigue yang terus-menerus, bisa mempengaruhi kualitas hidup klien. Berdasarkan model konservasi Levine, untuk bisa survive individu harus mampu mempertahankan integritas dengan prinsip konservasi yang meliputi konservasi integritas struktural, konservasi energi, konservasi integritas personal dan konservasi integritas sosial. Dengan memandang fatigue sebagai suatu masalah, maka untuk mengetahui prediktor fatigue, haruslah meliputi keempat prinsip konservasi tersebut. Dengan pemikiran tersebut maka ditemukan prediktor fatigue yaitu status ekonomi, stadium cancer, kemotherapi, nyeri, depresi, kualitas tidur, status nutrisi, exercise dan dukungan keluarga. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan fatigue untuk menentukan intervensi keperawatan yang tepat dalam mengatasi fatigue. Cross Sectional, dengan cara membagikan kuisioner tentang faktor prediktor fatigue pada klien cancer sebagai variabel independen dan fatigue sebagai variabel dependen. Jumlah sampel sebanyak 53 klien ca mammae yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data dianalisis dengan menggunakan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Diantara beberapa faktor, faktor kualitas tidur yang menunjukkan adanya hubungan yang bermakna dengan kejadian fatigue pada penderita Ca Mamae (p= 0,004). Tidak dilakukan analisis multivariat karena hanya ditemukan 1 faktor yang berhubungan dengan fatigue pada klien ca mammae. Diperlukan intervensi keperawatan terhadap kualitas tidur dalam upaya mengatasi fatigue pada klien cancer. Kata kunci: kualitas tidur, fatigue, ca mammae ABSTRACT About 40% to 100% cancer patients complaint of fatigue. Persistent cancer related fatigue can impact on patient quality of life. Related to Levine’s Conservational Model, if want to survive, individu should preserve his integrity by conservation principal. There are including structural integrity conservation, energy conservation, personal integrity conservation, and social integrity conservation. To determine fatigue predictor, we could use Levine’s Conservatioal Model as guidance Researcher found some factor that may can be used as fatigue predictor. There are economical status, stadium cancer, khemotherapy, pain, depression, sleep quality, nutritional status, exercise, and family support. The aim of this study was to identify the most significant factor that related to cancer related fatigue in order to find the best nursing intervention to be implemented to care for cancer related fatigue. Cross Sectional, 53 breast cancer patient are asked to answer quosioner accordingly. Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) to mesure anxiety and depression, Pittsburg Sleep Quality Index (PSQI) to measure sleep quality, quosioner about family support and Fatigue Assesment Scale (FAS) to meassure fatigue. Independent variable was fatigue predictor factors and fatigue as dependent variabel Analitical data using univariat, bivariat dan multivariat analisis. Among several factors, sleep quality factors showed a relationship with the incidence of fatigue in Ca Mamae (p = 0.004). Multivariat analysis was not done because only one factor that related to cancer related fatigue. Need nursing intervention against sleep quality to overcome cancer related fatigue. Keywords : Sleep quality, fatigue, ca mamae DAFTAR PUSTAKA American Cancer Society (2014). Fatigue in People With Cancer. cancer.org. Diunduh: 3 Februari 2015. Canadian Association of Psychosocial Onchology (2011). A Pan-Canadian PracticeGuideline : Sreening, Assesment, and Care of Cancer Related Fatigue in Adult With Cancer. http// capo.ca/FatigueGuideline_FRpdf. National Comprehensive Cancer Network (NCCN) (2014). Cancer Related Fatigue Clinical Practice Guidelines in Oncology. http/nccn.org/professionals/physician-gls/pdf/fatigue.pdf Hinds PS, Quargnenti A, Bush AJ, et.al, (2000). An Evaluation of The Impact of a self care Coping Intervention and Psychological and Clinical Outcomes in Adolescents With Newly Diagnosed Cancer. Eur. J Oncology Nurs 2000; 4: 6-17.http//www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed. 12849624. National Cancer Institute (2014) General Information About Fatigue. Article. The National Institute of Health. USA. Diunduh 4 Februari 2015. Silberfarb PM, Hauri PJ, Oxman TE, et al. Assessment of sleep in patients with lung cancer and breast cancer. Journal of Clinical Oncology. 1993;11:997–1004. Janda M, Gerstner N, Obermair A, et.al. (2000). Quality of Life Changes During Conformal Radiation Therapy for Prostate Carcinoma. 2000 : 89-1322 http//www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed. 11002229. DOWNLOAD FULL TEXT PDF >>

KEBIASAAN MEMBACA DAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA SISWA KELAS IV SDN GUBENG I SURABAYA Rukmini, Ellyta Dwi Anggraini
Adi Husada Nursing Journal Vol 3 No 2 (2017): Adi Husada Nursing Journal
Publisher : STIKes Adi Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (117.802 KB)

ABSTRAKPenurunan ketajaman penglihatan pada anak usia sekolah merupakan masalah kesehatan yang serius. Kelainan tersebut bisa disebabkan oleh kebiasaan membaca yang terlalu dekat, pencahayaan, durasi dan posisi saat membaca sehingga dapat menyebabkan kelelahan mata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan membaca dengan ketajaman penglihatan pada siswa kelas IV SDN Gubeng I Surabaya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional dan pendekatan case control. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017 dengan jumlah populasi 99 siswa. Menggunakan teknik Simple Random Sampling didapat sampel 95 responden. Alat pengambilan data menggunakan kartu Snellen dan kuesioner. Analisa data yang digunakan adalah Chi Square. Dari hasil penelitian responden yang memiliki kebiasaan membaca buruk dan ketajaman penglihatan tidak normal sebanyak 35 responden (36,8%) serta hasil uji Chi Square didapatkan p = 0,028 sehingga ada hubungan antara kebiasaan membaca dengan ketajaman penglihatan pada siswa kelas IV SDN Gubeng I Surabaya. Implikasi penelitian bahwa untuk menjaga penglihatan siswa maka harus dilakukan skrining ketajaman penglihatan, menyediakan kartu Snellen agar dapat melakukan pemeriksaan mata pada siswa dan melakukan pengaturan tempat duduk yang berubah-ubah setiap harinya agar tidak menimbulkan bias-bias penglihatan. Kata kunci : Kebiasaan Membaca dan Ketajaman Penglihatan ABSTRACTDecrease in visual acuity in children of school age is important health problem. Ordinary refractive disorders caused by factor habit of reading too closely, lighting, duration, position, causing eyestrain. This study aims at knowing the relationships reading habits with vision acuity of student grade IV in Gubeng I Elementary School Surabaya. This research used correlational research design and case control approach. Research has been conducted in Gubeng I Elementary School in March 2017 the number of population 99 by using Simple Random Sampling technique in getting samples of 95 respondents used Snellen Chart and questionnaires. Analysis of the data used Chi Square. From the results of research respondents who have bad reading habits and abnormal visual acuity as much as 35 respondents (36.8%) and Chi Square test results obtained p = 0.028 so there is a correlation between Reading Habits with Visual Acuity of Student Grade IV in Gubeng I Elementary School Surabaya. The implication of the research is to keep the students' eyesight visually screened for visual acuity, to provide Snellen cards in order to perform eye checks on the students and to adjust the changing seating every day so as not to cause vision biases. Keywords : Reading Habits and Visual Acuity DAFTAR PUSTAKA1. Anderson. (2007). Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori da Praktek. Jakarta:EGC.2. Hidayat, Aziz Alimul. (2008). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika.3. Ilyas, Sidarta. (2012). Dasar-Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata Edisi ke-4. Jakarta:Badan Penerbit FKUI.4. Ilyas, Sidarta dan Sri Rahayu Yulianti. (2013). Ilmu Penyakit Mata Edisi Keempat. Jakarta:Badan Penerbit FKUI.5. Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Edisi 2. Jakarta:Salemba Medika.6. Pheasant, Stephen. (2005). Economics, Works and Health. USA:Aspen Publisher Inc.7. Riskesdas. (2013). Riset Ketajaman Penglihatan pada Anak Usia Sekolah. Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan Kesehatan Kementrian RI.8. Tampubolon. (2005). Kemampuan Membaca (Teknik Membaca Efektif dan Efisien). Bandung:Angkasa.9. Tarigan. (2008). Membaca (Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa). Bandung: Angkasa. DOWNLOAD FULL TEXT PDF >>

PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU TENTANG UPAYA PREVENTIF PENYAKIT ISPA PADA BALITA MELALUI FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) Etika Purnama Sari
Adi Husada Nursing Journal Vol 2 No 2 (2016): Adi Husada Nursing Journal
Publisher : STIKes Adi Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (975.007 KB)

Balita mudah terkena penyakit ISPA karena tubuh balita masih rentan terhadap penyakit infeksi. Banyak ibu yang tidak tahu tentang pencegahan penyakit ISPA. Metode FGD (focus group discussion) dapat digunakan untuk meningkatkan pengetahuan. Tujuan dari penelitian ini adalah menjelaskan peningkatan pengetahuan ibu melalui FGD. Desain penelitian adalah pra eksperimental one group pra post test design. Variabel yang diteliti adalah tingkat pengetahuan ibu. Sampel yang digunakan adalah ibu yang memiliki balita di wilayah RT 3 RW 1 Kelurahan Sidotopo Wetan Kecamatan Kenjeran sebanyak 13 orang. Pengambilan data menggunakan kuesioner. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon Sign Rank Test dengan tingkat signifikansi α<0,05, didapatkan nilai p=0,002 yang berarti ada peningkatan pengetahuan ibu melalui FGD. Adanya peningkatan dikarenakan faktor pendidikan, usia, pengalaman serta proses diskusi dalam FGD. Bagi para ibu harus tetap mengakses informasi tentang preventif ISPA dalam berbagai media. Kata kunci: Focus Grup Discussion, Pengetahuan, ISPA ABSTRACT Children with age 12-60 months are susceptible to ISPA due to their body was still susceptible to infectious diseases. Many mother do not know about the prevention of ISPA. FGD (focus group discussion) can be used to increase their knowledge. The aim of this study is to explain the increasing mother’s knowledge through the FGD. The study design was a pre-experimental one-group pre-post test design. The variables studied were the level of mother’s knowledge. The samples used were mothers with babies aged 12-60 months as many as 30 people. Data was collected by questioner. Based on the test results of the Wilcoxon Sign Rank Test with a significance level of α<0,05, p value = p=0,002 which means there is the increasing mother’s knowledge through the FGD. The increasing knowledge due to factors of education, age, experience, and the discussion process in the FGD. For mother must still access information about preventive ISPA in a variety of media. Keywords: Focus Grup Discussion, knowledge, ISPA DOWNLOAD FULL TEXT PDF >>

KEPATUHAN DIET DENGAN KEJADIAN KOMPLIKASI PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS SIDOTOPO WETAN SURABAYA Susanti Susanti
Adi Husada Nursing Journal Vol 5 No 1 (2019): Adi Husada Nursing Journal
Publisher : STIKes Adi Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (201.733 KB)

ABSTRAK Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi dimana tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan tekanan darah diastolik diatas 90 mmHg. Pasien dnegan hipertensi, yang tidak mendapatkan perawatan yang baik, akan menderita berbagai penyakit jantung koroner, gagal jantung, gagal ginjal, retinopati. Hipertensi dapat dikontrol dengan mengubah gaya hidup terutama diet dan aktivitas fisik serta obat (oral dan infeksi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara kepatuhan diet dan kejadian komplikasi pada pasien dengan hipertensi di Puskesmas Sidotopo Wetan Surabaya. Rancangan penelitian ini adalah penelitian korelasi analitik yang menjelaskan hubungan, prediksi, uji berdasarkan teori yang ada. Populasi adalah penderita hipertensi di Puskesmas Sidotopo Wetan yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel sebanyak 52 responden menggunakan simple random sampling. Variabel bebas adalah kepatuhan diet pada pasien hipertensi dan variabel terkait adalah kejadian komplikasi pada pasien hipertensi. Data dianalisis secara statistic menggunakan “Uji Chi Square test” dengan nilai significant α ≤ 0.05. Hasili penelitian menunjukkan bahwa responden yang memiliki kepatuhan diet ada 14 responden (26%) dan responden yang tidak patuh diet ada 38 responden (73%) sedangkan responden yang terjadi komplikasi ada 38 responden (73%) dan yang tidak terjadi komplikasi ada 14 responden (26%). Hasil uji statistic Chi Square test menunjukkan p=0.000. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan diet dan kejadian komplikasi pada pasien hipertensi. Perlu untuk mengembangkan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kataatan dalam menjalankan diet rendah garam, rendah lemak, rendah serat, merokok dan alkohol untuk pasien dengan hipertensi. Kata kunci : Kepatuhan, Komplikasi, Hipertensi ABSTRACT Hypertension or high blood pressure is a condition which systolic blood pressure is higher than 140 mmHg and diastolic is higher 90 mmHg. Patient with hypertension, who does not get good treatment, would suffer of complicated disease such as coronary heart disease, heart failure, renal failure, retinopathy. Hypertension can be controlled by changing life style especially diet and physical activity as well as medicine (oral and infection). The objective of this research is to analyze correlation between diet obedience and complicated incident to patient with hypertension in wards Puskesmas Sidotopo Wetan Surabaya. The design of this research was analytic correlation research that explains a relation, predict, test based on existed theory. The populations were 52 respondents using sample random sampling. The independent variable was diet obedience to patient with hypertension and the dependent variable was complication incident to patient with hypertension. Data was analyzed statistically using “Uji Chi Square” with significant level α≤0.05. The result respondent who have diet compliance there are 14 respondent (26%) and respondents who are not obedient to the diet there are 38 responden (73%) while the responden who had complication there were 38 respondents (73%) and no complication there were 14 respondents (26%). Statistical analysis of “Uji Chi Square test p=0.000. It could be concluded that there was correlation between negative diet obedience and complication incident to patient with hypertension. it is necessary to develop about other factors trhat influence the obedience in running low salt diet, maintaining of body weight and avoiding, smoke, and alcohol to patient with hypertension. Keywords : Obedience, Complication, Hypertension.

SUPPORT GROUP PROGRAM PADA PASIEN HEMODIALISA Nugroho Lazuardi, Henny Kusuma, Herry Djagad
Adi Husada Nursing Journal Vol 3 No 1 (2017): Adi Husada Nursing Journal
Publisher : STIKes Adi Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (176.707 KB)

Support group adalah suatu proses terapi pada suatu kelompok yang memiliki permasalahan yang sama untuk mengkondisikan dan memberi penguatan pada kelompok maupun perorangan dalam kelompok sesuai dengan permasalahnnya sehingga tercapainya kemampuan coping yang efektif terhadap masalah ataupun trauma yang dialami dan peningkatan kualitas hidup pasien. Studi ini bertujuan untuk menjelaskan terkait program/upaya intervensi support group pada pasien penyakit ginjal kronis (PGK) yang menjalani hemodialisis. Penelusuran artikel ini melaui Google Scholar dan Pro Quest, dengan kata kunci support group, hemodialisis, chronic renal failure. Penelusuran tersebut mendapatkan 7 artikel yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, antara lain artikel terbit tahun 2009–2016, dalam bentuk full text. Artikel yang sudah sesuai kriteria, kemudian dianalisa secara narasi. Penelusuran data mengunakan kata kunci dan kriteria pada electronic data based diatas, di dapatkan 7 artikel. Dari artikel-artikel tersebut, program support group yang dijalankan dapat dikategorikan menjadi lima program, yaitu Education Intervention and Support Program, Self Help Group, Telephone-Based Peer Support, The Kidney Connect Peer Support Program, dan Camp COOL Program. Program support group terbukti efektif meningkatkan kemampuan pasien dalam memanjemen kondisinya dan meningkatkan kualitas hidup.Penelitian lanjutan terkait program support group untuk mengetahui sejauh mana efektifitas jika diterapkan di Indonesia. Kata kunci: support group; hemodialisis; chronic renal failure ABSTRACT Support group is a process of therapy in a group have similar problems to condition and provide reinforcement to the groups and individuals in the group in accordance thus achieving the capability of coping effectively the problems or trauma and improving the quality of life of patients. The purpose this study to explain the related program / support group interventions in patients with chronic kidney disease (CKD) undergoing hemodialysis. This article searches via Google scholar and proquest, with the key words of support groups, hemodialysis, chronic renal failure. The search get 7 articles appropriate inclusion and exclusion criteria, among other articles published in 2009-2016, in full text. Articles that already fit the criteria, then analyzed the narrative. Data searches using keywords and criteria based on electronic data above, in get seven articles. Of these articles, programs that run support group can be categorized into five programs, namely educational intervention and support programs, Self Help Group, Telephone-Based Peer Support, The Kidney Connect Peer Support Program, and Camp COOL Program. Support group programs proven effective in improving the patient's ability memanjemen condition and improve quality of life.Advanced research related of program support group needs to determine the extent of the effectiveness if applied in Indonesia. Key Words: support group; hemodialysis; chronic renal failure DAFTAR PUSTAKA Arlija, L. (2006). Dukungan Sosial pada Pasien Gagal Ginjal Terminal yang Melakukan Terapi Hemodialisa. Diunduh dari http://library.usu.ac.id/ download/fk /06010311 pada tanggal 14 Juni 2015. Suryarinilsih, Y. (2010). Hubungan Peningkatan Berat Badan antara Dua Waktu Hemodilisis Dengan Kualitas Hidup Pasien Hemodialisis. Tesis. Universitas Indonesia. Depok Wells JR, Anderson ST. (2011) Self-Efficacy and Social Support in African Americans Diagnosed with End Stage Renal Disease. ABNF Journal. 2011 Winter 2011;22(1):9-12. PubMed PMID: 868177920; 21462795. English Walker, R., Marshall, M., & Polaschek, N. (2013). Improving self-management in chronic kidney disease: a pilot study. Renal Society of Australasia Journal, 9(3), 116-125. Joanna Briggs Institute. (2011). The Joanna Briggs Institute Best Practice Information Sheet: music as an intervention in hospitals. Nursing & health sciences, 13(1), 99. Lingerfelt, K. L., & Thornton, K. (2011). An educational project for patients on hemodialysis to promote self-management behaviors of end stage renal disease. Nephrology Nursing Journal, 38(6), 483. Relawati, A., & Hakimi, M. (2015). Pengaruh Self Help Group terhadap Kualitas Hidup pasien hemodialisa di rumah sakit Pusat Kesehatan Umum Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan, 11(3). Mugihartadi, Elsye Maria Rosa, Moh.Afandi.(2015). efektifitas Self Help Group terhadap kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronik. Prosiding Interdisciplinary Postgraduate Student Conference 1st (PPs UMY),ISBN: 978-602-19568-2-3.Yogyakarta National Kidney Foundation, (2009). Peer Support In People With Chronic Kidney Disease. National Kidney Foundation, Inc ©2009. Supported by the Amgen Foundation All rights reserved. 02-10-0204_CBB. The Kidney Foundation of The KIDNEY CONNECT Peer Support Program. Canada Sattoe, J. N., Jedeloo, S., & van Staa, A. (2013). Effective peer-to-peer support for young people with end-stage renal disease: a mixed methods evaluation of Camp COOL. BMC nephrology, 14(1), 1. DOWNLOAD FULL TEXT >>

AKTIVITAS FISIK DENGAN PERILAKU SEDENTARI PADA ANAK USIA 9-11 TAHUN DI SDN KEDURUS III/430 KELURAHAN KEDURUS KECAMATAN KARANG PILANG SURABAYA Dwi Yuniar Ramadhani, Roseda Riantara Bianti
Adi Husada Nursing Journal Vol 3 No 2 (2017): Adi Husada Nursing Journal
Publisher : STIKes Adi Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (133.706 KB)

ABSTRAKAnak usia sekolah lebih sering melakukan aktivitas sedentary sehari-hari seperti main game, menonton televisi dan kurang dalam melakukan aktivitas fisik. Anak yang lebih sering menghabiskan waktu luang untuk melakukan aktivitas sedentary tanpa melakukan aktivitas fisik akan memberikan dampak obesitas bagi anak. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan perilaku sedentary pada anak usia 9-11 tahun di SDN Kedurus III/430. Desain penelitian menggunakan studi korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian yaitu anak usia 9-11 tahun di SDN Kedurus III/430 yang berjumlah 120, sampel yang diambil 92 dengan menggunakan teknik sampling, purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan proporsi perilaku sedentary sering dengan aktivitas fisik pasif sebesar 96,9%. Hasil Spearman Rho dengan nilai p=0,00 dan nilai r=0,764. Dukungan keluarga, guru dan sekolah membantu anak dalam melakukan aktivitas fisik aktif dan memberi kemudahan dengan menyediakan fasilitas untuk berolah raga. Orang tua dapat melakukan perubahan pada anak dengan menetapkan peraturan untuk membatasi lama anak melakukan aktivitas berbasis layar dan mematikan televisi selama belajar. Kata kunci : Aktivitas Fisik, Perilaku sedentary, anak sekolah dasar ABSTRACTSchool-age children are more likely to engage in every day activities such as playing games, watching television and lacking in physical activity. Children who spend more free time to do sedentary activities without physical activity will have an impact on childhood obesity. The purpose of study was to investigate the relationship of physical activity with sedentary behavior in children aged 9-11 years in SDN Kedurus III/430. This research design use correlation study with cross sectional approach. The population of study are children aged 9 to11 years in SDN Kedurus III/430 which amounted to 120, samples taken 92 by using sampling techniques, purposive sampling. The results showed the proportion of sedentary behavior often with passive physical activity of 96,9%. Spearman Rho result with p value=0,00 and r value= 0,764. Family, teacher and school support help children in performing active physical activity and providing facilities by providing facilities for exercise. Parents can make changes to children by setting rules to limit the length of children performing screen-based activities and turning off the television during learning. Keywords : Physical Activity, Sedentary Behavior, Elementary School Children DAFTAR PUSTAKA1. Almatsier, Sunita. 2011. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.2. Hadi, H. 2007. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Yogyakarta : UGM3. Arundana, dkk. 2013. Aktivitas Fisik dan Asupan Kalsium sebagai Faktor Resiko Obesitas. Yogyakarta : Bumi Aksara.4. Guow, et al. 2010. Assiciations Betwen Diet and Activity Behaviors with Overweight and Obesity Among 10-18 Year Old. Public Health Nutr 13 (10) : London.5. Ochoa, et al. 2013. Predictor Factors For Childhood Obesity in a Spanish Case Control Study. Nutrition Journal 23 : Spanyol.6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013. Riset Kesehatan Dasar RISKESDAS 2013. Kementerian Kesehatan RI.7. Yu et al. 2012. Trends in Overweight and Obesity Among Children and Adolescents in China 1981 to 2010. Am J Prev Med 6 : China8. Palilingan, Pingkan. 2010. Apakah Anak Anda Obesitas?. Betterhealth 9 (3) : Jakarta9. Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Anak dan Permasalahanya. Jakarta Sagung Seto.10. Arundhana, Andi. I, dkk. 2013. Hubungan Aktivitas Fisik dengan Perilaku Sedentari Sebagai Faktor Resiko Kejadian Obesitas pada Anak Sekolah Dasar Usia 8-12 Tahun di Kota Yogyakarta dan Kabopaten Bantul. Jurnal Gizi dan Dietik Indonesia 5 (1) : Yogyakarya.11. Nurmalina, D. 2011. Gambaran Karakteristik Aktifitas Fisik dengan Kejadian Obesitas pada Anak Usia 9-12 Tahun di SDN III Cirendu. Jurnal Gizi Klinik Indonesia 9 (1) : Yogyakarta.12. Ramadhani, A. 2011. Gambaran Aktivitas Sedentary Diukur dengan Jumlah Durasi Aktivitas Sehari-hari pada Anak Usia 7-12 Tahun di SD Katolik Cendrawasih Makassar. Jurnal Kesehatan Masyarakat Madani 2 (4) : Makassar.13. Raynor, et al. 2012. Physical Activity and Sedentary Life Style Among Children From Privateand Public Schools. Rev Study Publica 6 (44) : Brazil.14. Khader, et al. 2009. Modifiable Characteristics Associated With Sedentary Behavior Among Youth. Internasional Journal of Pediatrics Obesity 3 (2) : Amerika15. Atkinson, R. L. 2008. Etiologies Of Obesity. Totowa, New Jersey : Humana Press.16. Stanish, et al. 2008. Health-Promoting Physical Activity. Medicine and Sciene in Sports and Exercise 12 (1) : London.17. Anderson, et al. 2010. Physical Activity, Active Play, and Screen Time In US Children Aged 7 to 11 Yeas to Weight Status Characteristic. BMC Public Health 8 (36) : America18. Oktariza, E. 2011. Pengaruh Aktivitas Fisik dengan Perilaku Sedentary Pada Anak Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta. Jurnal Gizi dan Dietik Indonesia 12 (2) : Yogyakarta.

HUBUNGAN STIMULASI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 1-3 TAHUN Sisilia Indriasari Widianingtyas
Adi Husada Nursing Journal Vol 2 No 1 (2016): Adi Husada Nursing Journal
Publisher : STIKes Adi Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (145.003 KB)

ABSTRAKPertumbuhan berhubungan dengan fisik, sedangkan perkembangan berkaitan dengan proses kematangan fungsi organ. Masa prenatal dan postnatal adalah dua hal besar dalam tumbuh kembang anak.Dua unsur penting yaitu genetik dan faktor lingkungan, yang mana lingkungan mempunyai peran paling penting karena dapat dikendalikan. Stimulasi atau rangsangan sangat diperlukan terutama pada masa balita karena pada masa ini pertumbuhan dasar akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan stimulasi dengan perkembangan anak usia 1-3 tahun. Desain penelitian adalah korelasional dengan pendekatan secara cross sectional.Variabel dalam penelitian ini adalah stimulasi dan perkembangan anak usia 1-3 tahun. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah simple random sampling dan jumlah sampel sebanyak 73 responden. Instrumen yang digunakan adalah kuisioner perkembangan anak dengan formulir KPSP, dan kuisioner untuk menilai stimulasi yang diberikan oleh orang tua.Uji statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah correlations rank spearman, pengolahan data menggunakan SPSS 16, dengan tingkat signifikansi α <0.05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: ada hubungan positif sedang antara stimulasi dengan perkembangan pada anak usia 1-3 tahun. Keluarga merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari anak, maka perlunya orang tua melakukan rangsangan atau stimulasi yang diberikan kepada anak secaraterarah, rutin dan berkesinambungan dengan tetap memperhatikan kebutuhan anak dan stimulasi diberikan menyesuaikan dengan usia dan tugas perkembangan anak.Kata kunci: stimulasi, perkembangan anak ABSTRACTGrowth related to the physical, while the developments related to the maturity of organ function. Prenatal and postnatal care are two things in the development of the child. Two important elements that genetic and environmental factors, which the environment has the most important role because it can be controlled. Stimulation is needed, especially in childhood because at this time the basic growth will influence and determine the development. The purpose of this study was to identify the correlation stimulation to the development of children aged 1-3 years. The design of this study was correlational research design with cross sectional approach. The variable in this research is the stimulation and development of children aged 1-3 years. The sampling technique used in this study is simple random sampling and the total sample of 73 respondents. The instrument used wasquestionnaire (KPSP) and a questionnaire to assess the stimulation provided by the parents. The statistical test used in this study is the Spearman rank correlations, used SPSS 16 with a significance level α < 0.05. The results showed that: there was a positive correlation between stimulation to the development of children aged 1-3 years. The family is a part that can not be separated from the child, then the need for parents perform stimulation given to children regular and sustained, to adjust the child development. Keywords: stimulation, development DOWNLOAD FULL TEXT PDF >>

Home Page

OAI Link

Editorial Team

Contact

Reviewer

Google Scholar

Contact Name
Siti Nur Qomariah

Contact Email
-

Phone
+6285717524488

Journal Mail Official
jurnalakperah@gmail.com

Editorial Address
Jl. Kapasari No. 95 Surabaya

Location
Kota surabaya,

Jawa timur

INDONESIA

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Home Page

OAI Link

Editorial Team

Contact

Reviewer

Google Scholar

Contact Name Siti Nur Qomariah

Contact Email -

Phone +6285717524488

Journal Mail Official jurnalakperah@gmail.com

Editorial Address Jl. Kapasari No. 95 Surabaya

Location Kota surabaya, Jawa timur INDONESIA

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Abstract

Contact Name
Siti Nur Qomariah

Contact Email
-

Phone
+6285717524488

Journal Mail Official
jurnalakperah@gmail.com

Editorial Address
Jl. Kapasari No. 95 Surabaya

Location
Kota surabaya,

Jawa timur

INDONESIA