cover
Contact Name
Desy Ayu Krisna M
Contact Email
kdesyayu@gmail.com
Phone
+6281542316447
Journal Mail Official
kdesyayu@gmail.com
Editorial Address
Dalem Mangkubumen KT III/237, Kraton
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Arsitektur Pendapa
ISSN : 18580335     EISSN : 27155560     DOI : 1037631
Core Subject : Engineering,
Topik yang dapat dipublis dalam jurnal ini mencakup teoritisi, sejarah, filosofi, spiritual, kerajaan, bangsawan, kampung, perdesaan, cagar budaya (heritage), kawasan, lanskap (landscape), dan budaya arsitektur Jawa Mataram, arsitektur lokal Indonesia dan hal-hal seputar ilmu arsitektur pada umumnya baik teoritik, rancang bangun maupun teknologi.
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol. 6 No. 2 (2023): Vol. 6 No. 2 (2023)" : 10 Documents clear
Pengaruh kebudayaan Tionghoa terhadap Vihara Sobhita Tridharma Cisauk Kabupaten Tangerang Romadhona, Sahrul; Refranisa, Refranisa
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 6 No. 2 (2023): Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v6i2.525

Abstract

Kota adalah tempat dimana masyarakat dapat melakukan aktivitas dalam skala besar untuk melakukan segala hal yang berkaitan dengan agama, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Vihara merupakan bagian dari kegiatan masyarakat kota, yang merupakan tempat kegiatan peribadatan yang mempegaruhi kota yang layak huni. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur-unsur kebudayaan Tionghoa dalam hal religi atau sistem kepercayaan yang diimplementasikan pada bangunan Vihara Sobhita Tridharma Cisauk Kab. Tangerang. Dan sebagai acuan apabila pemerintah Kab. Tangerang melakukan revitalisasi pada bangunan kebudayan Tionghoa. Hasil penelitian menunjukan identitas pada bangunan Vihara Sobhita Tridharma Cisauk terbentuk dengan konsistensi terhadap nilai kepercayaan. Kepercayaan yaitu dasar utama yang membentuk Kebudayaan Tionghoa. Oleh karena itu, refleksi dari eksistensi Budaya Tionghoa akan berimplikasi terhadap bangunan Vihara Sobhita Tridharma Cisauk Kab. Tangerang.
Integrasi Kawasan Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul dengan Inovasi Desain Streetscape Koridor Komersial PRATAMA, MUHAMMAD RAFFI ANTON; Wijiarya, Kemal Faruqi; Sholihah, Arif Budi; Hanifah, Ina Fildzah
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 6 No. 2 (2023): Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v6i2.538

Abstract

Kawasan wisata Candi Plaosan memiliki koridor area komersial yang terbangun secara organik oleh masyarakat setempat. Candi Plaosan memiliki keunikan karena terpisah menjadi dua kompleks, Candi Plaosan Lor dan Candi Plaosan Kidul. Koridor area komersial wisata Candi Plaosan memiliki potensi untuk mengintegrasikan dua kompleks Candi Plaosan yang terpisah sebagai koridor penghubung antara dua kompleks candi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk secara kritis mengkaji koridor area komersial jalan diantara Candi Plaosan Lor dan Kidul serta mengkaji inovasi streetscape yang dapat diterapkan pada koridor area komersial tersebut sehingga berdampak pada citra visual dan sosial ekonomi kawasan wisata Candi Plaosan. Peneliti menggunakan metode kualitatif melalui observasi lapangan, pemetaan fisik dan wawancara. Temuan penelitian menunjukkan adanya pemanfaatan koridor komersial yang mampu berimplikasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat namun demikian perlu adanya penataan yang memadai sehingga terintegrasi dengan Kawasan cagar budaya dan tidak merusak situs. Rekomendasi berupa inovasi streetscape di koridor tersebut terutama melalui lima aspek, yaitu feasibility, accessibility, safety, comfort, serta pleasure ability. 
Desain secondary skin dari limbah polyethylene terephthalate sebagai material alternatif pengganti kayu konvensional Suwarlan, Stivani Ayuning; Tan, Hendy; Prakoso, Seno
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 6 No. 2 (2023): Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v6i2.595

Abstract

Menurut Global Forest Watch pada tahun 2020, Indonesia telah menduduki peringkat ke-4 dunia bedasarkan total kehilangan hutam primer. Selain itu, isu mengenai peningkatan jumlah limbah plastik juga menjadi perhatian. Polyethylene Terephthalate atau disingkat menjadi PET merupakan salah satu dari banyaknya jenis plastik yang umumnya sering ditermukan sebagai bahan kemasan seperti botol plastik. Dikarenakan bukan merupakan material yang mudah terurai, satu-satunya cara adalah dengan melalui proses daur ulang demi mengurangi dampak limbah botol plastik yang tidak terkendali.Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif dari hasil studi literatur yang telah ada sebelumnya mengenai limbah botol platik PET yang kemudian dilanjutkan dengan studi komparatif antara hasil temuan berupa prototype hasil daur ulang limbah plastik PET dengan kayu konvensional.Hasil dari penelitian kemudian dikembangankan menjadi pelapis dinding bangunan secondary skin yang terbuat dari olahan limbah botol platik PET dapat dijadikan sebagai material alternatif sebagai pengganti elemen kayu konvensional yang diharapkan dapat mengatasi terkait permasalahan kelangkaan kayu konvensional serta mengurangi jumlah limbah botol plastik.English:According to Global Forest Watch in 2020, Indonesia was ranked 4th in the world based on total primary forest loss. In addition, the issue of increasing the amount of plastic waste is also a concern. Polyethylene Terephthalate or well-known as PET is one of the many types of plastic that are generally often found as packaging materials such as plastic bottles. Since it is not a biodegradable material, the only way is to go through a recycling process to reduce the impact of uncontrolled plastic bottle waste.The method used in this research is to use a descriptive approach from the results of previous literature studies regarding PET plastic bottle waste, which is then followed by a comparative study between the findings in the form of a prototype of recycled PET plastic waste with conventional wood.The results of the research were then developed into a secondary skin as building façade cover made from processed PET plastic bottle waste which can be used as an alternative material to replace conventional wood elements which are expected to overcome the problem of conventional wood scarcity and reduce the amount of plastic bottle waste.
Pengaruh pola, tekstur dan warna pada kualitas desain ruang dalam bangunan Stasiun BNI City Lestari, Devy Wahyu; Rilatupa, James E.D.
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 6 No. 2 (2023): Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kualitas lingkungan ruang dalam suatu bangunan sangat dipengaruhi oleh desain ruang dalam. Untuk mendesain ruangan, perlu dipertimbangankan bagaimana mengaplikasian pola, tekstur dan warna pada elemen pembentuk dan pengisi ruang dalam sehingga menciptakan keindahan secara visual maupun kesesuaian terhadap fungsi ruangan tersebut. Semua komponen tersebut harus diaplikasikan dengan tepat untuk mencapai kualitas lingkungan ruang dalam yang baik. Ruang dalam pada objek penelitian ini, yaitu stasiun kereta api bandara BNI City memiliki beragam pola, tekstur dan warna yang dikombinasikan sehingga memberikan kesan visual tertentu. Maka, penelitian ini akan membahas pengaruh pola, tekstur dan warna pada kualitas desain ruang dalam stasiun dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif berdasarkan kondisi aktual.
Redesain Gedung Auditorium Sarsito Mangoenkusumo RRI Surakarta dengan Pendekatan Restorasi Cagar Budaya Prabowo, Wahyu; Dewi, Tiara Rukmaya
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 6 No. 2 (2023): Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seni pertunjukan tradisional saat ini mulai terdesak oleh seni budaya modern yang lebih disukai oleh berbagai kalangan. Hal ini disebabkan kemasan seni pertunjukan modern lebih menarik jika dibandingkan dengan seni pertunjukan tradisional, sehingga sebagian masyarakat khususnya kaum muda lebih menyukai seni budaya modern. Seni pertunjukan tradisional merupakan peninggalan leluhur nenek moyang yang memiliki nilai-nilai kehidupan manusia. Selain itu, kemasan sebuah pertunjukan tradisional juga menarik untuk dilihat dan dihayati sebagai kesenian tradisional daerah. Gedung auditorium RRI Surakarta didirikan pada tahun 1958 dan merupakan fasilitas yang masih digunakan hingga sekarang. Gedung ini menjadi salah satu tempat pertunjukan kesenian yang ada di Surakarta dan telah mengalami beberapa kali renovasi namun kondisinya saat ini mengalami penurunan kualitas dari segi fungsi. Bangunan RRI Surakarta termasuk gedung cagar budaya sehingga upaya pelestarian aspek fisiknya harus mengacu pada UU RI Nomor 11 tahun 2010 tentang Cagar Budaya.  Kelestarian bangunan ini perlu mendapatkan perhatian lebih bagi pemerintah maupun pihak RRI sendiri. Upaya pelestarian ini sebaiknya diwujudkan dalam penyelenggaraan penataan ruang sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang menjelaskan bahwa dalam penyelenggaraan penataan ruang harus memperhatikan berbagai aspek, termasuk nilai budaya yang terkandung dalam kawasan bersejarah. Dalam lingkup yang lebih mikro, upaya pelestarian perlu dilakukan terhadap bangunan gedung dan lingkungan yang ditetapkan sebagai cagar budaya, sebagaimana yang diamanatkan dalam UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Penelitian ini akan menggunakan metode deskriptif analitik yang menggunakan gambar lokasi untuk kemudian diketahui tingkat kelayakannya. Sehingga akan dihasilkan hasil desain yang mampu meangakomodasi kebutuhan pada era modern saat ini tanpa mengabaikan statusnya sebagai cagar budaya.   Kata Kunci: cagar budaya, redesain, auditorium, budaya
Pengaruh penataan street furniture terhadap kenyamanan pejalan kaki di Koridor Ngurah Rai, Gianyar Utari, Cokorda Istri Arina Cipta; Hartawan, I Putu
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 6 No. 2 (2023): Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v6i2.752

Abstract

Kota Gianyar Elemen street furniture merupakan satu kesatuan dengan elemen tata kota lainnya yang memberikan citra dan karakter khusus pada suatu kota yang dapat meningkatkan identitas kota itu sendiri. Kota Gianyar merupakan kawasan komersial, yaitu tepatnya di sepanjang Jalan Ngurah Rai yang merupakan pusat perdagangan, pemerintahan maupun rekreasi. Sebagai kawasan komersial, Sehingga kualitas fisik sangatlah penting pada kawasan ini. Sebagai salah satu kota komersial, kawasan ini belum sepenuhnya berbenah dan memperbaiki sarana dan prasarana yang ada seperti halnya penataan elemen street furniture yang merupakan salah satu elemen pendukung sebuah ruang publik. Hal ini dapat dicapai dengan perancangan street furniture /perabotan jalan yang memiliki fungsi dan kualitas yang baik dan saling terintergrasi dengan elemen wajah jalan lainnya untuk menghindari ketidakterpaduan lingkungan. Kebutuhan akan street furniture sebagai fasilitas ruang terbuka publik semakin dirasakan dan dibutuhkan oleh masyarakat terutama bagi pejalan kaki sebagai elemen pendukung ruang publik yang ramah di Kota Gianyar untuk memberikan kenyamanan bagi para penggunanya. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekaatan kualitatif. Pendekatan Kualitatif dilakukan pada proses observasi dan analisis elemen street furniture dan kenyamanan pejalan kaki di koridor Ngurah Rai, Gianyar. Penelitian ini bertujuan menciptakan, meningkatkan infrastruktur kota yang nyaman dan ramah bagi pejalan kaki dari berbagai golongan, baik dari segi akses, estetika, keamanan, dan keselamatan serta kenyamanan.
Pengembangan konsep healing environment dalam Metaverse dengan pendekatan desain arsitektur biofilik Putra, Ida Bagus Gede Parama; Wicaksana, Gde Bagus Andhika; Prabawa, Made Suryanatha; Linggasani, Made Anggita Wahyudi; Kotama, I Nyoman Darma
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 6 No. 2 (2023): Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v6i2.761

Abstract

Metaverse sebuah pengembangan teknologi berupa platform digital yang menghadirkan berbagai macam kemungkinan dalam berkreasi. Ruang Virtual dapat dirancang dengan berbagai pendekatan komunikasi visual, elemen interior maupun arsitektur digital yang tanpa batas. Potensi metaverse telah menghadirkan banyak kemungkinan yang tidak terpikirkan. Berbagai sektor seperti pendidikan, teknologi, iklan, retail, real estate dan sektor kesehatan yang menjadi salah satu sektor yang memiliki potensi dalam pengembangan ruang virtual sebagai media terapi. Pengembangan healing environment pada platform virtual dalam penelitian ini berfokus pada menciptakan zona virtual yang dapat digunakan sebagai ruang penyembuhan dan ruang kontemplasi bagi pengguna dengan keterbatasannya dalam melakukan aktivitas. Fokus penelitian ini yaitu melakukan kajian desain arsitektur biofilik dalam merencanakan ruang virtual untuk ruang penyembuhan bagi seseorang yang membutuhkan kenyamanan khususnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam mengkaji sumber dalam perencanaan desain ruang virtual, teori tentang healing environment dan desain arsitektur biofilik, Hal ini bertujuan untuk memberikan ruang interaktif untuk berbaur dan melakukan interaksi yang diharapkan memunculkan kepercayaan diri bagi pengguna.
Akulturasi dalam arsitektur jawa di Yogyakarta: Fasad berpedimen dalam arsitektur jawa di Kraton Yogyakarta dan Dalem Notonegaran Hendria Bagja Prasthia; Putu Ayu P Agustiananda; Revianto Budi Santosa
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 6 No. 2 (2023): Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v6i2.864

Abstract

Di awal era abad ke-20, kolonialisme Eropa mendominasi hampir seluruh dunia. Pada masa tersebut berkembang akulturasi antara budaya Eropa dan budaya setempat di wilayah koloni dalam berbagai dimensi kehidupan, termasuk juga dalam arsitektur. Sejumlah kajian yang berkembang tentang akulturasi arsitektur di negeri jajahan pada masa kolonial akhir sangat menekankan pada agen-agen Eropa dalam upaya mereka mengapresiasi tapi sekaligus mendominasi budaya setempat. Kajian ini bertujuan untuk mengajukan cara pandang alternatif dalam memahami akulturasi arsitektur dengan mengangkat kalangan elite Jawa sebagai tokoh utama dan agen perubahan. Arsitektur Jawa memiliki tradisi yang panjang dengan rumusan langgam yang jelas, namun juga memiliki daya adaptasi yang tinggi sehingga memungkinkan untuk berakulturasi dengan arsitektur dari berbagai langgam. Salah satu dinamika yang menarik pada abad ke-20 adalah perkembangan komponen fasade yang mengadaptasi Arsitektur Neo-Klasik Eropa. Pedimen yang berkembang sejak masa Yunani Kuno ternyata dikembangkan terus sebagai rujukan arsitektur Eropa hingga sekarang. Di Yogyakarta komponen fasade dengan pedimen yang ditopang kolom berganda ternyata dikembangkan di kalangan ningrat dengan ragam akulturasi dengan budaya Jawa yang sangat kaya. Kajian ini berupaya untuk memahami pola-pola bentuk hasil akulturasi pada fasade dengan pedimen ini pada sejumlah bangunan di Kraton Yogyakarta dan di Dalem Notonegaran. Dari pembandingan ini didapati bahwa akulturasi tersebut menampilkan sisi progresif Arsitektur Jawa dengan berbagai kebaruan sintesisnya yang melibatkan elemen-elemen Arsitektur Eropa tapi juga mengangkat berbagai khasanah budaya Jawa dengan kebaruan komposisi, teknologi dan representasi.
Revitalisasi Pusat Kebudayaan dan Pertunjukan Seni Tradisional di Kabupaten Purworejo dengan Pendekatan Desain Infill Krisna Suci, Caesar Corima; Krisna Murti, Desy Ayu
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 6 No. 2 (2023): Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The need to revive ancestral traditions in Purworejo district which many people in Purworejo have not known for a long time. The existence of a government work program to welcome the existence of the Tosan Aji Museum by building an Art Center is considered not to accommodate all traditional culture in Purworejo. The absence of a forum for intangible culture in Purworejo district is a major problem. The second problem is that dance studios do not have private practice areas, so only the home of the founder or the head of the studio serves as a place to place equipment, clothes and offices. Usually the dancers of each studio take turns to practice once a week at the district pavilion. Another reason is that the Dolalak dance, which is used as tourism branding for Purworejo Regency, has received a little less attention regarding its facilities. By studying the function and outer spatial circulation of the Cultural and Performance Center building in general, the condition of the Purworejo district and its traditional culture along with the architectural background of the existing building which is a cultural heritage building from colonial heritage. So using the Infill design approach will answer the problem from a design perspective. The facilities needed to answer the above problems are by designing the supporting mass layout of the performance space, namely the backstage building, dance studio, studio management office, and other public facilities such as control rooms, lobbies, merchandise, and convenience stores.
Preferensi setting pendukung aktivitas gen z di ruang terbuka publik, studi kasus: Alun-alun Kidul Yogyakarta Almadina, Alif Faricha; Marcillia, Syam Rachma
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol. 6 No. 2 (2023): Vol. 6 No. 2 (2023)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Z-generations are adolescents and youths in the development phase of interpersonal competence. This capability can fill through leisure activities which are interacting with peers. Public open space become one of Z generation’s favorite destinations for doing leisure activities. Z-generation activities are formed by setting in public open spaces. This study aims to determine the setting preferences supporting Z-generation activities in public open spaces. The research focus is located at Alun-alun Kidul, a public open space that provides various activities. The method used was questionnaires and interviews with purposive sampling. Results of the study showed that Z generations preferred doing culinarian and having some conversations. Z generations tend to be close with friends while in Alun-alun Kidul. The preferred setting for culinarian and gatherings is the setting that provides comfortable sitting zones, such as a lesehan mat, plastic chair, and grass area.

Page 1 of 1 | Total Record : 10