cover
Contact Name
Lukman Hakim Husnan
Contact Email
elha@stiqlathifiyyah.ac.id
Phone
+628115701309
Journal Mail Official
stiqlathifiyyah@gmail.com
Editorial Address
Jl. Basuki Rahmat, Lrg. Zuriah, No. 173 Kel. Talang Aman, Kec, Kemuning, Palembang
Location
Kota palembang,
Sumatera selatan
INDONESIA
Jurnal Al-Dirayah
ISSN : 2621315X     EISSN : 27212580     DOI : -
Core Subject : Religion,
Jurnal Al-Dirayah adalah Jurnal Studi Al-Quran dan Al-Hadits yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Al-Quran (STIQ) Al-Lathifiyyah Palembang. Memuat berbagai naskah akademik yang berkaitan dengan Ilmu Al-Quran dan Ilmu Hadits berupa: (1) Hasil penelitian; (2) Naskah Opini, (3) Resensi Buku, atau artikel-artikel keagamaan lainnya.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 61 Documents
REAFIRMASI POSISI PEREMPUAN: MENGULAS PANDANGAN LAMA Handayani, Tri
Jurnal Al-Dirayah Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : STIQ Al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2562.455 KB)

Abstract

Perbincangan tentang perempuan sejak zaman dahulu memang tidak ada habisnya. Setiap perbincangan tentang perempuan akan menempati posisi paling dihormati, namun di sisi lain perempuan akan menempati posisi paling rendah, baik dalam dataran sosial, budaya, ekonomi, politik, bahkan agama. Dalam tradisi Islam, sebagaimana diungkap oleh Yunahar Ilyas (1997), ada empat macam yang diyakini sebagai cara penciptaan manusia ; 1. Dari tanah (penciptaan Adam as); 2. Diciptakan dari (tulang rusuk) Adam (penciptaan Hawa); 3. Diciptakan melalui seorang ibu dengan proses kehamilan tanpa ayah, baik secara hukum maupun biologis (penciptaan Nabi Isa as); 4. Diciptakan melalui kehamilan dengan ayah secara biologis dan hukum atau minimal secara biologis semata (penciptaan manusia selain Adam, Hawa, dan Isa). Titik berat dari tulisan ini terletak pada pandangan lama, yakni mengenai penciptaan hawa. Sehingga timbul pertanyaan dari gambaran ini apakah Hawa diciptakan dari tanah, bahan yang sama sebagaimana Adam diciptakan ataukah dari bagian tubuh Adam?
PENDIDIK BERKARAKTER SUFI: STUDI ANALISIS TAFSIR AL-QUR’AN SURAT AL-KAHFI AYAT 17 Hasanah, Siti Alfiatun
Jurnal Al-Dirayah Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : STIQ Al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (469.693 KB)

Abstract

In the view of Islam, educator essentially is the Prophet?s heir. He has a great responsibility to build the student?s character in order to be good and knowledgable. This is in accordance to the purpose of man?s creation, i.e. to worship Allah. Thus the main purpose of education is to direct mankind to in total obedience to Allah who are able to maintain the earth (khalifah fil ?ardh) based on divine values.  Educator therefore should become a figure who can the divine mission and spread it The divinemission of an educator should be realized in a sufistic character by educating his students both intellectually and spiritually.
PERENCANAAN PERUBAHAN DALAM SUDUT PANDANG AL-QURAN: ANALISA AL-QURAN DALAM FUNDAMENTAL PERUBAHAN PENDIDIKAN Majid, Zamakhsyari Abdul
Jurnal Al-Dirayah Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : STIQ Al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (531.289 KB)

Abstract

This paper is behind the concept of innovation that became one of the universal and fundamental strategy. The substance of innovation in education has the purpose of improving and updating the context of human development and educational institutions. Reference and inspiration of Islamic principles into modern theoretical problematic have a significant impact as the basic foundation of management science study in the future. Planning is part of a management science resulting from the process of human innovation of the object of education. This paper uses a method of commentary maudu'I or thematic interpretive analysis, which refers to a unity of certain themes in the verses of the Qur'an, as well as analyze the innovative part of planning in the perspective of Al-Quran. The study of educational innovation embodied in the Qur'an has implications for the human mindset to be able to plan the educational process systematically, objectively and dynamically. Planning human resources to the stage of management is a manifestation of human success to improve the paradigm of innovation that entered the world of education.
AKTUALISASI NILAI KHALIFAH DALAM AL-QURAN Kurniawan, Agung
Jurnal Al-Dirayah Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : STIQ Al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1727.858 KB)

Abstract

Tulisan ini membahas tentang upaya mengaktualisasikan nilai-nilai khilafah menurut Al-Qur?an. Manusia berkedudukan sebagai penguasa? dan pengatur kehidupan di bumi (Qs. al-Baqarah : 30). Setidaknya ada tiga unsur yang saling berhubungan antara manusia dan lingkungan, pertama adalah manusia sebagai khalifah. Khalifah adalah seorang hamba Allah yang mendapatkan mandat sebagai pelaksana, pengatur, penentu kebijakan dan menetapkan hukum-hukum sesuai dengan kehendak Allah dan aspirasi orang-orang yang membaiatnya sebagai khalifah, kedua, adalah bumi. Bumi atau wilayah tertentu adalah tempat atau sarana dalam melaksanakan kekhalifahan. Dengan demikian, seorang khalifah harus memiliki ilmu pengetahuan untuk mengelola objek kekuasaan itu, ketiga adalah hubungan antara pemilik kekuasaan dengan wilayah dan hubungannya dengan pemberi kekuasaan (Allah) sebagai mustakhlilf. Pengalaman empirik menunjukkan bahwa faktor utama yang memberikan andil penting dalam usaha pengelolaan lingkungan secara baik adalah faktor leadership yang melekat pada pemimpinnya. Kemampuan menahan diri untuk tidak merusak lingkungan dan menyadari keberlanjutan pembangunan. Peran manusia sejatinya adalah sebagai makhluk yang didelegasikan Allah bukan hanya sekadar sebagai penguasa di bumi. Akan tetapi juga perannya untuk memakmurkan bumi. Kontekstualisasi peran khalifah inilah sejatinya menjadi langkah awal dalam memelihara lingkungan hidup yang semakin hari semakin rusak, bahkan membawa pada kehancuran dunia secara total.
MASLAHAT DALAM PENETAPAN HUKUM QISHAS: STUDY TERHADAP TAFSIR AHKAM KARANGAN SYEKH MUHAMAD ALI SAYS QS. AL-MAIDAH: 45 Ahmadi, Nurul; Pranata, Rendi
Jurnal Al-Dirayah Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : STIQ Al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.84 KB)

Abstract

Maslahat is the fundamental purpose of Islamic law. All that are Allah commanded by Allah through His lawcontain benefit dan kindness to anyone who done it and vice versa all that Allah prohibited contain vices. None of His law is meaningless. Allah has put human beings at the highest level of creation, honored them among His creations, and protects and look after mankind?s life. Qishas was created by Allah to prevent human beings from the vice of human act that endangerhis spirit and body.
PERGESERAN PARADIGMA TAFSIR ALA LINGUIS: MEMAHAMI IDE PEMBARUAN DAN MODEL PENAFSIRAN M. SYAHRUR Supriyanto, John
Jurnal Al-Dirayah Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : STIQ Al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2967.294 KB)

Abstract

Tulisan ini mencoba mengupas salah satu dari pemahaman anak zaman tentang keilmuan Al Qur?an dan tafsir. Adalah Muhammad Syahrur ad-Dayyub yang seorang linguis dan berbasis keilmuan teknik sipil menawarkan pendekatan baru dalam memahami Al Qur?an. Ide-ide Syahrur tentang Al Qur?an yang dimuatnya dalam ?Al-Kitab wa al-Qur?an : Qira?ah Mu?ashirah? ditawarkan sebagai cara pembacaan kontemporer yang paling ideal dan sesuai dengan dinamika sosial kekinian. Dalam hal ini, Syahrur menginginkan seakan-akan Al Qur?an adalah kitab suci yang baru saja diturunkan. Tawaran tersebut telah mendekonstruksi sekaligus merekonstruksi keilmuan Al Qur?an dan tafsir yang selama ini telah ?dianggap? mapan. Sebagian tokoh memandang ide-ide Syahur sebagai sesuatu yang benar-benar baru sehingga perlu diapresiasi secara positif dalam wacana kreatifitas pembacaan teks-teks keagamaan. Akan tetapi tidak sedikit juga yang merespon pemikirannya dengan cibiran, bahkan hujatan.
DISKUSI NASKH DALAM WACANA STUDI AL QUR’AN Supriyanto, John
Jurnal Al-Dirayah Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : STIQ Al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.209 KB)

Abstract

This paper decribes the existence of the Qur?an abrogation or it?s popularly called the naskh of Qur?an which was introduced by  the ?ulama? in early days of growth and development of Qur?an sciences. The study of abrogation in the Qur?an as part of tehe study ?Ulum al-Qur?an is still questionable until now.  It can be proved tha there are a lot of ulama who oppose the theory of naskh by reducing the verses of Qur?an which are considered have been abrogated. Thus, from time to time the number of abrogation verses is decreasing. Nevertheless, this theme is still warm to be discussed especially when the position of the Qur?an as a holy text that has undergone a transformation and as a culture product.
KONSEP MUHASABAH DALAM AL-QUR’AN: TELAAH PEMIKIRAN AL-GHAZALI Hasanah, Siti Alfiatun
Jurnal Al-Dirayah Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : STIQ Al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2404.842 KB)

Abstract

Tulisan ini mengkaji konsep muhasabah menurut al-Ghazali yang ada di dalam al-Qur?an. Bagi al-Ghazali, muhasabah yang sempurna terdiri dari enam tahapan. Pertama, Musyarathah atau penetapan syarat. Kedua, Muraqabah atau diawasi. Ketiga, Muhasabah atau diaudit. Keempat, Mu?aqabah atau diberi sanksi. Kelima, Mujahadah atau bersungguh-sungguh. Keenam, Mu?atabah atau mencela diri. Tahapan-tahapan tersebut dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu amalan sebelum, saat bermuhasabah dan amalan sesudahnya. Musyarathah dan Muraqabah dapat dikategorikan sebagai amalan yang dilakukan sebelum bermuhasabah yang berfungsi mengontrol dan mengawasi niat sebelum melakukan suatu amalan. Sedangkan Mu?aqabah, Mujahadah dan Mu?atabah merupakan amalan yang dilakukan setelah bermuhasabah. Ketiganya berfungsi memberikan reward atau punishment kepada diri yang telah mendapatkan hasil evaluasi dari proses muhasabah.
TAFSIR AYAT HIJAB: ANALISIS METODE TAFSIR RAWAIUL BAYAN MUHAMMAD ALI ASH SHABUNI Hariyono, Andy; Lutfiah, Ida
Jurnal Al-Dirayah Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : STIQ Al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (544.657 KB)

Abstract

This study discussed the method of tafsir Rawaiul Bayan by Muhammad Ali Ash Shabuni is related to hijab, especially in Surah Annur ayah 30-31. Ash Shabudi prioritised his overview that wearing of veil (cadar) is obligated. On the other hand, the referral literature  used is dissagred that woman?s face is ashame. This literature study  uses Rawaiul Bayan as fundamental literature.
FENOMENOLOGIS SAINS BERBASIS SPIRITUALITAS DALAM KAJIAN AL-QUR’AN Majid, Zamakhsyari Abdul
Jurnal Al-Dirayah Vol 1, No 1 (2018)
Publisher : STIQ Al-Lathifiyyah Palembang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1764.034 KB)

Abstract

Tulisan ini menunjukan kebrhasilan Al-Quran sebagai representasi perubahan keilmuan sains yang sangat mendasar dan mendalam. Fenomenologis sains dalam kehidupan manusia mengalami peradaban yang sangat pesat dan menyeluruh. Hal ini akan seimbang dengan meningkatkan struktur berpikir manusia dalam melihat dan menjalani kehidupan global seperti saat ini. Al-Qur?an memberikan pengetahuan tentang prinsip-prinsip sains dan pendidikan, yang selalu dikaitkan dengan pengetahuan metafisika, moralitas dan spritualitas. Kajian ini pun bermaksud akan menyikapi bukti pendidikan sains terpadu dalam perspektif Al-Qur?an. Serta berusaha memaksimalkan pendidikan sians modern dengan pengetahuan spritualitas berdasarkan kajian Ilmu Al-Qur?an dalam kehidupan manusia. Fenomena ini membawa paradigma kepada manusia, dalam pandangan sains, yang menjadikan dasar asumsi pengetahuan dimulai dari kecerdasan (Intelektual) manusia dalam memahami fenomena yang terjadi.