cover
Contact Name
Reni Ambarwati
Contact Email
reniambarwati@unesa.ac.id
Phone
+6281231173525
Journal Mail Official
sainsmatematika@unesa.ac.id
Editorial Address
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Gedung D1 Kampus UNESA Ketintang Surabaya Kode Pos 60213 E-mail: sainsmatematika@unesa.ac.id Telp : 031-8280009
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Sains dan Matematika
ISSN : 23027290     EISSN : 25481835     DOI : -
Core Subject : Science, Education,
Jurnal ini menerbitkan artikel asli hasil penelitian di bidang biologi, fisika, kimia, dan matematika. Redaksi hanya menerima naskah asli yang belum pernah dipublikasikan dan tidak sedang dalam proses penerbitan di jurnal lain. Naskah dapat ditulis dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan ejaan yang baik dan benar atau bahasa Inggris yang baik dan benar.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 213 Documents
Pengaruh Frekuensi Bathing terhadap Tingkat Serangan Ektoparasit Hamidah Ghoziah Akbar; Al Widyan Dinar; Sulthon Jihadul Haq
Sains dan Matematika Vol. 4 No. 2 (2016): April, Sains & Matematika
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kenari (Serinus canaria) merupakan salah satu contoh burung anggota Passeriformes yang banyak diperdagangkan dan dipelihara karena keindahan bulu dan kicauannya, namun tidak semua burung kenari yang diperdagangkan memiliki kondisi fisik yang baik, kondisi tersebut dikarenakan adanya ektoparasit yang menyerang tubuh burung kenari tersebut. Bathing merupakan salah satu cara mengurangi ektoparasit pada burung. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh frekuensi bathing terhadap tingkat serangan ektoparasit pada burung kenari, pengaruh frekuensi bathing terhadap perilaku burung kenari dan menentukan frekuensi yang optimal untuk mengurangi tingkat serangan ektoparasit pada burung kenari. Penelitian ini dilakukan dengan rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan, yaitu bathing sehari sekali, dua hari sekali, dan tiga hari sekali. Sebanyak 9 burung kenari sebagai sampel diperoleh dari penangkaran dan belum memperoleh pengobatan. Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan selama tiga bulan. Data tingkat serangan ektoparasit, perilaku preening dan kicau burung dianalisis dengan uji Kruskall-Wallis dan Uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan tingkat serangan ektoparasit yaitu terdapat penurunan jumlah ektoparasit pada tubuh kenari di akhir perlakuan. Frekuensi bathing yang optimal untuk mengurangi tingkat serangan ektoparasit adalah frekuensi bathing sehari sekali, namun yang memberikan pengaruh terbaik untuk kicau burung adalah bathing dua hari sekali.Canary (Serinus canaria) is one of member of Order Passeriformes, which are frequestly traded because of the beauty of its feather and song. However, canary that are kept as pets are often found in unhealthy condition. For example infected by ectoparasites. Bathing is one of efforts that can be applied to reduce the infection level of ectoparasites. The purposes of this study were to describe the influence of bathing frequency on the infection level of ectoparasites and the preening and singing behaviour of birds; as well as define the best frequency of bathing. This research was done by using completely randomized design with three treatments, namely bathing every day, every two days, and every three days. Nine canaries obtained from captive breeding were used as sample. The treatment was conducted for three months. Data of infection level of ectoparasites, preening and singing behaviour were analysed by using Crustal-Wallis test and Wilcoxon test. The result showed that the infection level after treatment decrease significantly. The best treatment of bathing frequency to reduce the infection level of ectoparasites was one a day. However, the treatment that gave the best influence on the singing behavior was bathing every two days.
Pemanfaatan Limbah Cangkang Kupang Sebagai Sumber Kitin dan Kitosan Arina Mana Sikana; Nur F. Ningsih; Miftahul R. Saputri; Shelly A. T. Wandani; Reni Ambarwati
Sains dan Matematika Vol. 4 No. 2 (2016): April, Sains & Matematika
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kupang merupakan nama lokal kerang kecil yang telah lama dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan lontong kupang, makanan khas asal Sidoarjo dan Surabaya. Produksi lontong kupang dilakukan setiap hari sehingga dihasilkan limbah berupa cangkang kupang yang sangat melimpah. Limbah cangkang kupang tersebut berpotensi menjadi bahan alternatif pembuatan kitin dan kitosan, yang selama ini lebih banyak diekstraksi dari cangkang krustasea dan gastropoda. Penelitian ini bertujuan untuk mengekstraksi kitin dan kitosan dari limbah cangkang kupang putih (Potamocorbula faba) dan kupang merah (Muschulita senhausia) serta mengukur besar kandungan kitin dan kitosan tersebut. Sampel cangkang kupang diambil dari Desa Balongdowo, Candi, Sidoarjo. Pemurnian kitin dilakukan menggunakan metode Hong dan pembuatan kitosan dilakukan dengan metode Knorr. Validasi produk kitin dan kitosan dilakukan dengan spektrofotometer (Fourier Transform InfraRed) FTIR, kemudian hasilnya dianalisis menggunakan statistika deskriptif. Kitin yang didapat dari hasil deproteinasi dan demineralisasi limbah cangkang kupang merah dan putih sebesar 97% dan 93%. Kitosan yang didapat dari hasil deasetilasi limbah cangkang kupang merah dan putih sebesar 22% dan 16% dengan derajat deasetilasi masing-masing adalah 76,30% dan 70,21%. Kupang is small mussel that has been used by people of Sidoarjo and Surabaya as traditional food for a long time. Therefore, the waste of the shells is very abundant. The shells of those mussels are potential as raw materials of chitin and chitosan. This study aimed to extract chitin and chitosan from shells of white mussel (Potamocorbula faba) and red mussel (Muschulita senhausia) and measuring the content of chitin and chitosan. The samples of the shells are taken from the village of Balongdowo, Candi, Sidoarjo. Purification of chitin was performed using Hongs method, while chitosan isolation is done by Knorrs method. Identification of chitin and chitosan is done by FTIR (Fourier Transform InfraRed) spectrophotometer, and the data were analyzed using descriptive statistics. Chitin obtained from the results of demineralization-deproteination of red and white mussel shells were 97% and 93% respectively. Chitosan resulted from deacetylation of red and white mussel shells were 22% and 16% respectively; and the deacetylation degree were 76.30% and 70.21% respectively.
Analisis Nilai Kapasitansi Spesifik Pada Elektroda Karbon Aktif/PVDF Yuvita Nur Fidiyanti; Lydia Rohmawati; Nugrahani Primary Putri; Woro Setyarsih
Sains dan Matematika Vol. 4 No. 2 (2016): April, Sains & Matematika
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman kelapa merupakan salah satu jenis tanaman serba guna. Bagian luar buah kelapa yaitu batok kelapa dapat memiliki nilai ekonomis tinggi jika diubah menjadi karbon aktif yang merupakan bahan dasar elektroda superkapasitor. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penambahan persen berat PVDF terhadap ukuran pori, luas permukaan dan nilai kapasitansi karbon aktif  batok kelapa (cocos nucifera). Karbon hasil karbonisasi dilakukan aktivasi kimia dengan perendaman selama 24 jam dan dipanaskan pada suhu 800ºC selama 5 jam. Setelah itu,  dicuci dengan aquades dan HCl 1 kemudian dikeringkan pada suhu 110ºC selama 10 menit untuk didapatkan karbon aktif. Selanjutnya, karbon aktif dipadukan dengan PVDF variasi % berat yaitu, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, dan 10% dengan metode mixing. Hasil paduan, dilakukan karakterisasi BET dan voltametri siklik. Hasil voltametri siklik menunjukkan bahwa dengan penambahan 8% berat PVDF, elektroda memiliki nilai kapasitansi terbaik sebesar 197,680 F/g dengan ukuran pori dan luas permukaan sebesar 2,53 nm dan 56,85 m2/g (hasil BET).Coconut plants are one type of multipurpose plants. The outside of the coconut fruit, coconut shell, can have high economic value if it is converted into activated carbon which is the basic material of super capacitor electrodes. The purpose of this study was to determine the effect of adding weight percent PVDF to pore size, surface area and the value of the coconut shell activated carbon capacitance (cocos nucifera). Carbonized carbon is chemically activated by immersion for 24 hours and heated at 800ºC for 5 hours. After that, washed with distilled water and HCl 1 then dried at 110ºC for 10 minutes to obtain activated carbon. Furthermore, activated carbon is combined with PVDF% by weight variation, that is, 5%, 6%, 7%, 8%, 9%, and 10% by mixing method. The results of the alloys were characterized by BET and cyclic voltammetry. The results of cyclic voltammetry showed that with the addition of 8% by weight of PVDF, the electrodes had the best capacitance values of 197,680 F / g with pore size and surface area of 2.53 nm and 56.85 m2 / g (BET results).
Modifikasi Elektroda Pasta Karbon dengan Antrakuinon untuk Identifikasi Nikotin pada Rokok Komersial Nuril Khoiriyah; Pirim Setiarso
Sains dan Matematika Vol. 5 No. 1 (2016): Oktober, Sains & Matematika
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian mengenai modifikasi elektroda pasta karbon dengan antrakuinon untuk identifikasi nikotin dalam rokok komersial telah dilakukan. Nikotin, 3-(1-metil-2-pirolidinil) piridin, merupakan suatu basa yang mudah menguap sehingga dalam identifikasinya memerlukan perlakuan khusus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi terbaik elektroda pasta karbon termodifikasi antrakuinon, pH, dan waktu deposisi sehingga dapat digunakan untuk mengidentifikasi nikotin dalam rokok komersial secara voltametri siklik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin menghasilkan puncak tunggal oksidasi pada komposisi terbaik EPKA 3:3:4 dengan jumlah antrakuinon yang lebih banyak dari karbon dan minyak parafin. pH optimum pengukuran berada pada pH 9 dengan waktu deposisi 30 detik. Kadar nikotin dalam tiga merk rokok A, B, C berturut-turut yang terukur dengan EPKA secara voltametri adalah 0,62; 1,12; 1,24 mM. Hasil penelitian divalidasi dengan metode pengukuran lain. Pengukuran secara HPLC menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan selisih rata-rata 0,074 M untuk konsentrasi sampel nikotin dalam rokok. The research about modifying carbon paste electrode by anthraquinone for nicotine identification in commercial cigarettes has been developed. Nicotine, 3-(1-methyl-pirolidin-2-yl) piridine, is a volatile base that its identification needs particular treatment. This research aims to determine the best condition of carbon paste electrode modified anthraquinone include composition, pH, and deposition time that could be applied in identifying nicotine from commercial cigarettes by cyclic voltammetry. The result shows that nicotine yields single oxidation peak at best composition of CPE-A 3:3:4 with the amount of anthraquinone is more than two other materials. Optimum pH at pH 9with deposition time 30 s. Quantity of nicotine in three cigarettes products A, B, C that measured with CPE-A voltammetrically were 0.62; 1.12; 1.24 mM, consecutively. The result has been validated with another measurement. A measurement by HPLC shows not much different result with the average difference 0.074 M.
Penyerapan Pb dalam Daging Kupang Putih (Potamocorbula faba) dengan Pemberian Kitosan dari Cangkang Kupang Putih Arina Mana Sikana; Sunu Kuntjoro; Reni Ambarwati
Sains dan Matematika Vol. 5 No. 1 (2016): Oktober, Sains & Matematika
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kupang putih (Potamocorbula faba) dikenal sebagai produk perikanan yang potensial, tetapi juga berbahaya karena terkontaminasi oleh Pb. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh perlakuan konsentrasi dan waktu perendaman kitosan untuk menurunkan kadar Pb dalam daging kupang putih serta untuk menentukan kombinasi perlakuan terbaik dalam menurunkan kandungan Pb dalam daging kupang putih. Kitosan yang digunakan dalam penelitian ini adalah optimalisasi kitin hasil transformasi cangkang kupang dengan derajat deasetilasi 70,21%. Sampel kupang diambil dari muara sungai Kepetingan, Sidoarjo. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan dua faktor, yaitu konsentrasi (0%, 1,5%, 2,0%, dan 2,5%) dan waktu perendaman (30, 60, dan 90 menit). Kadar Pb dianalisis dengan menggunakan metode AAS (Atomic Absorption Spectrometry). Pengaruh konsentrasi dan waktu perendaman terhadap kandungan Pb dalam daging kupang putih dianalisis dengan ANOVA dua arah dan dilanjutkan dengan uji LSD untuk menentukan pengobatan kombinasi terbaik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi dan waktu perendaman berpengaruh signifikan terhadap kandungan Pb di kupang putih. Kombinasi perlakuan kitosan yang dioptimalkan pada konsentrasi 2,0% dengan waktu perendaman 60 menit memberikan pengurangan Pb yang optimal, sebesar 94,53%. White Kupang (Potamocorbula faba) is known as potential fishery products, but on the other hand It is also dangerous because It's contaminated by Pb. This research aimed to describe the treatment effect of concentration and immersion time of chitosan to decrease the content of Pb in the white kupang's flesh as well as to define the best treatment combination in decreasing the content of Pb in the white kupang's flesh. The chitosan used in this research was optimized chitin resulted from the transformation of kupang shell with the degree of deacetylation 70.21%. The samples of kupang were taken from the estuary of the river Kepetingan, Sidoarjo. This research used completely randomized design with two factors treatment items, namely concentration (0%, 1.5%, 2.0%, and 2.5%) and immersion time (30, 60, and 90 minutes). The content of Pb was analyzed by using AAS (Atomic Absorption Spectrometry) method. The influence of concentration and immersion time to the content of Pb in the white kupangs flesh was Analyzed by two-way ANOVA and Followed by LSD test to determine the best combination treatment. The results showed that the concentration and immersion time significantly affected on the content of Pb in white kupang. The combined treatment of optimized-chitosan at concentration of 2.0% with immersion time of 60 minutes gave the optimal reduction of Pb, amounting to 94.53%.
Pemurnian Batu Kapur Berbasis Nano Kalsit dengan Metode Kopresipitasi Nugrahani Primary Putri; Diah Hari Kusumawati
Sains dan Matematika Vol. 5 No. 1 (2016): Oktober, Sains & Matematika
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sintesis nano kalsit yang terbuat dari batu kapur menggunakan metode kopresipitasi berhasil diimplementasikan. Sintesis dilakukan dengan memvariasikan tekanan gas CO2 dan waktu pengendapan untuk mendapatkan kalsit dengan kemurnian tinggi dan ukuran partikel kecil. Data difraksi dikumpulkan menggunakan XRD, yang kemudian dianalisis menggunakan perangkat lunak Match dan Rietica untuk mendapatkan informasi tentang kecocokan, tingkat kemurnian, kepadatan, dan ukuran partikel. Dari analisis menggunakan Match, ditemukan bahwa batu kapur sebagai bahan dasar memiliki fase CaCO3 dan Ca(OH)2, sedangkan sampel yang disintesis dengan metode kopresipitasi memiliki fase kalsit. Hasil analisis berdasarkan Rietica menunjukkan bahwa hasil terbaik adalah sampel yang disintesis dengan variasi tekanan gas CO2 37,5 kgf/cm3 dan waktu pengendapan selama 36 jam.Synthesis nano calcite made of limestone using coprecipitation method has been succesfully implemented. Synthesis is held by varying the CO2 gas pressure and precipitation time in order to obtain calcite with high purity and small particle size. Diffraction data were collected using a XRD, which then analyzed using software Match and Rietica to obtain information about fitness, degree of purity, density and particle size. From analysis using Match, it was found that limestone as base material has CaCO3 and Ca(OH)2 phases, while samples which synthesized by coprecipitation method has calcite phase. Analysis result by Rietica shows that the best result is sample which synthesized with CO2 gas pressure variation of 37.5 kgf/cm3 and the settling time for 36 hours.
Keanekaragaman dan Distribusi Bivalvia di Pantai Modung, Kabupaten Bangkalan Madura Reni Ambarwati; Ulfi Faizah; Guntur Trimulyono
Sains dan Matematika Vol. 5 No. 1 (2016): Oktober, Sains & Matematika
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pantai Modung merupakan salah satu pantai landai yang berada di pesisir selatan Pulau Madura. Pantai ini memiliki tipe substrat yang kompleks, yaitu sebagian bersubstrat pasir berlumpur, berbatu karang, dan juga beberapa bagian berhutan mangrove sehingga memiliki substrat yang cenderung berpasir. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji keanekaragaman, distribusi, dan pemanfaatan bivalvia di Pantai Modung Madura. Penelitian dilakukan di zona intertidal Pantai Modung, Kecamatan Modung, Kabupaten Bangkalan Madura. Sampel diambil dengan menggunakan metode transek dan koleksi bebas. Di setiap daerah intertidal atas, tengah, dan bawah diambil dua kuadran sampling berukuran 1 m x 1 m. Setelah preservasi, sampel diidentifikasi berdasarkan karakter morfologi. Wawancara dengan penduduk setempat dilakukan untuk mengetahui jenis-jenis bivalvia yang dimanfaatkan oleh penduduk. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pantai Modung memiliki keanekaragaman bivalvia yang tinggi, yaitu terdapat 38 spesies bivalvia yang tergolong dalam 15 famili. Bivalvia di Pantai Modung tersebar di daerah intertidal atas, bawah dan tengah. Bivalvia yang terdapat di intertidal atas merupakan bivalvia epifauna, yaitu sebanyak sepuluh spesies. Bivalvia infauna memiliki kemampuan meliang yang berbeda dan ciri taksonomi yang penting untuk mengetahui distribusi vertikal ini adalah kondisi lekuk palial. Sebagian besar bivalvia (82%) yang terdapat di Pantai Modung dikonsumsi oleh masyarakat dan semua bivalvia tersebut tergolong dalam pemakan suspensi. Modung Beach is located at the sourthen shore of Madura. It has complex bottoms, namely mud, muddy sand, and rocky substratum. These kinds of substratum support variety of bivalves. The purpose of this research was to know the diversity, distribution, and economic significance of bivalves in the intertidal zone of this beach. Both of death shells and living specimens were collected and preserved for further identification.  The results revealed that different substratum was occupied by different families of bivalves. Field study were done in intertidal zone by using transect lines method as well as free collection. It was defined three intertidal zone, namely upper, middle, and lower intertidal. All samples were preserved in ethanol 70%. After preservation, samples were indentified based on their morphological characters.  In addition to sampling and identification, interview was done to the local people to know the bivalves that were consumsed by them. Data were analyzed descriptively. The results revealed that there were 38 species of bivalves that belong to 15 families. All of them were distributed in upper, middle, and lower intertidal. Bivalves that occupied the upper zone were epifauna (there were 10 species). Infauna bivalves which were found in the middle and lower zones have different burrowing ability, and these related to their characters of pallial sinus. Pallial sinus is important taxonomic character to know the vertical distribution of bivalves. Majority of bivalves (82%) were consumed by local people, and all of those bivalves were suspension feeder bivalve.
Status Konservasi Reptilia Anggota Ordo Squamata yang Diperdagangkan di Surabaya Mochammad Fendi Purwosanto; Khairul Yazid; Dining Nika Alina; Gilang Noval Abdillah
Sains dan Matematika Vol. 5 No. 1 (2016): Oktober, Sains & Matematika
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ordo Squamata terdiri atas kelompok ular, kadal dan kadal cacing. Anggota ordo ini merupakan yang terbanyak dalam kelas Reptilia. Kelompok ular dan kadal memiliki keunikan bentuk dan corak sisik yang indah sehingga kedua hewan ini banyak diperdagangkan di beberapa kota besar di Indonesia. Perdagangan hewan reptil tersebut dapat ditemukan juga di kota Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi spesies reptilia anggota ordo Squamata yang diperdagangkan secara bebas di wilayah Surabaya dan mendeskripsikan status konservasi reptilia anggota ordo Squamata yang diperdagangkan secara bebas di wilayah Surabaya. Metode penelitian yang dilakukan adalah observasi langsung dan wawancara. Observasi dilakukan di tiga pasar hewan di Surabaya antara lain: Pasar Bratang, Pasar Burung Kupang, dan Pasar Gunung Sari. Wawancara dilakukan dengan pedagang dan kolektor untuk memperoleh data tambahan tentang ordo Squamata yang diperdagangkan. Data dianalisis secara deskriptif. Hasil yang diperoleh yaitu sebanyak 17 jenis reptilia ordo Squamata yang diperdagangkan di Surabaya. Status konservasi ketujuh belas reptilia tersebut ditinjau dari IUCN Red List yaitu: Least Concern (LC), Vulnerable (Vu),  Near Threatened (NT), dan Not Evaluated (NE). Ditinjau CITES terdiri atas 10 jenis statusnya Appendiks II dan 7 lainnya memiliki status konservasi Not Listed. Berdasarkan PP RI No.7/1999 status konservasi tujuh belas reptilia anggota ordo Squamata tersebut terdiri atas 16 jenis yang tidak dilindungi dan terdapat 1 jenis yang dilindungi. Squamata consist of snakes, lizards, and warm lizards. Member of this order is the most number in Reptilian classis. Snakes and lizards have unique type and attractive scale until both of this animals traded freely in some big city in Indonesia. This reptilian trade also occours in Surabaya. The purposes of this study were to identify species from member of Order Squamata which counted on animal trade in Surabaya and to describe  the status of conservation from Reptilian classis member of Order Squamata, which counted on animal trade in Surabaya. This study used two method, there were observation and interview. Observation took place in tree different animal markets, there were Bratang Market, Kupang Birds Market, and Gunung Sari Market. Interview hold with animal trader and animal collector for collecting additional information about animal trade from Squamata Ordo. Data were analyzed descriptively. Result of this study showed that 17 species of Squamata traded freely in Surabaya. The status of conservation of those, seventeenth animals, based on IUCN Red List are Least Concern (LC), Vulnerable (Vu), Near Threatened (NT), dan Not Evaluated (NE). Based on CITES, the status of conservation from Reptilian classis member of Squamata Ordo which counted on animal trade in Surabaya consist of Appendix II and not listed category. Based on Government Regulation Number 7 Year 1999, the status of conservation of those reptiles were one protected animal and 16 unprotected animals.
Sintesis Lapisan Tipis PANi/PVA sebagai Bahan Elektrokromik Ria Novita; Nugrahani Primary Putri
Sains dan Matematika Vol. 5 No. 2 (2017): April, Sains & Matematika
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Polianilin (PANi) merupakan bahan polimer konduktif yang banyak diteliti dikarenakan memiliki karakteristik yang unik yaitu, konduktivitas listrik yang baik, sifat optik yang baik dan stabil terhadap lingkungan. PANi dapat digunakan dalam berbagai aplikasi, salah satunya sebagai bahan elektrokromik. Bahan elektrokromik merupakan bahan yang dapat berubah warna secara reversible jika diberi beda potensial. Pada penelitian ini telah dilakukan sintesis PANi/PVA dengan metode polimerisasi emulsi dan deposisi lapisan tipis dengan metode spin-coating menggunakan substrat Indium tin Oxide (ITO). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik awal lapisan tipis PANi/PVA sebagai bahan elektrokromik meliputi reversibilitas, nilai band gap dan nilai absorbansi pada pemberian potensial yang berbeda.  Metode karakterisasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah Uji FTIR, Uji Voltametri Siklik, Uji UV-Vis, dan SEM. Dari pengujian FTIR PANi/PVA terlihat bahwa pola serapan khas dari kedua polimer masih muncul yaitu pada puncak 669,32 cm-1, 1114,89 cm-1, 1265,35 cm-1, 1458,23 cm-1, dan 1654,98 cm-1yang merupakan puncak khas milik polianilin sedangkan pada puncak 1654,98 cm-1, 2929,97 cm-1, dan 3448,84 cm-1  merupakan puncak khas PVA. Dari data Voltametri Siklik lapisan tipis bersifat reversible dan ada puncak oksidasi pada potensial 0,4 V dan 0,74 V, sedangkan puncak reduksi pada potensial 0,45 V dan 0,22 V. Dari data pengujian UV-Vis didapatkan nilai absorbansi PANi/PVA tertinggi adalah 0,80 pada potensial 0,75 V dan memiliki nilai energi band gap sebesar 3,1-4,1 eV. Dari hasil pengujian SEM didapatkan bahwa persebaran PVA sudah cukup merata dan hanya sedikit terlihat retakan. Polyaniline (PANi) is a conductive polymer material that has been widely studied because it has unique characteristics namely, good electrical conductivity, and good optical properties and is stable to the environment. PANi can be used in a variety of applications, one of which is as an electrochromic material. Electrochromic material is a material that can change color reversibly if given a potential difference. In this research, PANi/PVA synthesis was carried out by emulsion polymerization method and thin layer deposition via spin-coating method using Indium tin Oxide (ITO) substrate. The purpose of this study was to determine the initial characteristics of PANi/PVA thin films as electrochromic materials including reversibility, band gap values and absorbance values at different potential applications. The characterization methods used in this study were FTIR Test, Cyclic Voltammetry Test, UV-Vis Test, and SEM. From the PANi/PVA FTIR test it is seen that the typical absorption patterns of the two polymers still appear at the peak 669.32 cm-1, 1114.89 cm-1, 1265.35 cm-1, 1458.23 cm-1, and 1654, 98 cm-1 which is the typical peak of PANi while at the peak 1654.98 cm-1, 2929.97 cm-1, and 3448.84 cm-1 is the typical peak of PVA. From the data of cyclic voltammetry the film is reversible and there is an oxidation peak at a potential of 0.4 V and 0.74 V, whereas a reduction peak at a potential of 0.45 V and 0.22 V. From the UV-Vis test data, the highest PANi/PVA absorbance value is 0.80 at a potential of 0.75 V and has a band gap energy value of 3.1-4.1 eV. From the SEM test results found that the spread of PVA is quite evenly distributed and only slightly visible cracks.
Pemanfaatan Tumbuhan Famili Zingiberaceae oleh Masyarakat Sekitar Kawasan Wisata Pantai Rancabuaya Kecamatan Caringin Kabupaten Garut Asep Zainal Mutaqin; Mohamad Nurzaman; Tia Setiawati; Ruly Budiono; Ela Noviani
Sains dan Matematika Vol. 5 No. 2 (2017): April, Sains & Matematika
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia adalah negara yang memiliki keragaman suku bangsa dan budaya, termasuk pengetahuan tradisional di dalamnya. Salah satu pengetahuan yang ada di masyarakat adalah pengetahuan mengenai pemanfaatan tumbuhan. Penelitian ini dilakukan untuk mendokumentasikan pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan famili Zingiberaceae oleh masyarakat desa di kawasan Wisata Pantai Rancabuaya Kecamatan Caringin Kabupaten Garut. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif bersifat deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara semistruktur terhadap informan kunci. Penentuan informan dilakukan dengan teknik snowball sampling. Hasil wawancara menunjukan bahwa terdapat 12 jenis tumbuhan famili Zingiberaceae yang dimanfaatkan masyarakat, yaitu laja bodas (Alpinia galanga (L.) Willd.), laja beureum (Alpinia purpurata K. Schum.), kapolaga (Amomum cardamomum Maton), koneng temen (Curcuma domestica Val.), koneng gede (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), cikur (Kaempferia galanga Linn.), jahe gajah (Zingiber officinale var. Roscoe), jahe emprit (Zingiber officinale var. Amarum), jahe beureum (Zingiber officinale var. Rubrum), koneng bodas (Curcuma zedoaria (Berg.) Rosc.), lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.), dan panglay (Zingiber cassumunar Roxb.). Berdasarkan genusnya, masyarakat memanfaatkan Alpinia, Amomum, dan Kaempferia sebagai bumbu masak dan obat; Curcuma sebagai bumbu masak, bahan jamu, dan obat; serta Zingiber sebagai obat, bumbu masak, bahan minuman, dan ritual adat. Tumbuhan-tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan liar dan hasil budidaya yang diperoleh dari pekarangan, kebun, dan sawah. Indonesia is a country that has a diversity of ethnic groups and cultures, including traditional knowledge in it. One of the existing knowledge in society is knowledge about the use of plants. This research was conducted to document the utilization of Zingiberaceae family of plant species by rural communities in the Rancabuaya Coastal area of Caringin District, Garut Regency. The method used in this research is descriptive qualitative analysis. Data collection techniques were carried out by direct observation and semistructured interviews of key informants. Determination of informants is done by snowball sampling technique. Interview results show that there are 12 species of plants of the Zingiberaceae family that are utilized by the community, namely laja bodas (Alpinia galanga (L.) Willd.), laja beureum (Alpinia purpurata K. Schum.), kapolaga (Amomum cardamomum Maton), koneng temen (Curcuma domestica Val.), koneng gede (Curcuma xanthorrhiza Roxb.), cikur (Kaempferia galanga Linn.), jahe gajah (Zingiber officinale var. Roscoe), jahe emprit (Zingiber officinale var. Amarum), jahe beureum (Zingiber officinale var. Rubrum), koneng bodas (Curcuma zedoaria (Berg.) Rosc.), lempuyang wangi (Zingiber aromaticum Val.), dan panglay (Zingiber cassumunar Roxb.).  Based on its genus, people use Alpinia, Amomum, and Kaempferia as cooking spices and medicines; Curcuma as cooking spices, herbal ingredients, and medicine; and Zingiber as medicine, cooking spices, beverage ingredients, and traditional rituals. These plants are wild plants and cultivation results obtained from the yard, garden, and rice fields.

Filter by Year

2012 2025