cover
Contact Name
Dian Fita Lestari
Contact Email
dianfita@unib.ac.id
Phone
+6282236859585
Journal Mail Official
konservasihayati@unib.ac.id
Editorial Address
Jl. W.R. Supratman, Kec. Muara Bangka Hulu, Kota Bengkulu, Bengkulu 38119. FMIPA, Universitas Bengkulu
Location
Kota bengkulu,
Bengkulu
INDONESIA
Konservasi Hayati
Published by Universitas Bengkulu
ISSN : 02169487     EISSN : 27221113     DOI : 10.33369
Konservasi Hayati Journal is a Journal majoring in Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Bengkulu University. KonservasI Hayati Journal publish as much as 2 times in one year ie January-June and July-December edition. In 2020, KH began to publish 6 articles in one volume a year in April and October. Special editions in English can be published if necessary. Konservasi Hayati journal fits well for researchers and academics who are inheriting the results of research, scientific thought, and other original scientific ideas. Konservasi Hayati Journal publishes research papers, technical papers, conceptual papers, and case study reports. Konservasi Hayati Journal contains a mixture of academic articles and reviews on all aspects of biological science with the following topics: 1. Bioconservation of plants 2. Bioconservation of animals 3. Microbiology 4. Biotechnology 5. Ecology 6. Genetic and Molecular 7. Any fields related to biology, animal husbandry, fisheries, and agriculture.
Articles 78 Documents
ASPEK BIOLOGI IKAN BELIDA (Notopterus notopterus) PADA PERAIRAN RAWA SUNGAI BARUMUN SEBAGAI UPAYA MONITORING PERLINDUNGANNYA Khairul Khairul; Bagus Andriansah; Rusdi Machrizal; Rivo Hasper Dimenta
Konservasi Hayati Vol 16, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/hayati.v16i2.11641

Abstract

Ikan Belida adalah salah satu ikan endemik di Sumatera yang sudah dilindungi. Kawasan perairan rawa Sungai Barumun diketahui sebagai habitat hidupnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek biologi ikan belida di daerah rawa Sungai Barumun. Penelitian ini sebagai upaya observasi untuk mengetahui aspek biologi terkait pola pertumbuhan dan nisbah kelamin. Pola pertumbuhan dan nisbah kelamin dijadikan sebagai sebagai indikator untuk kondisi populasinya di alam. Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif, stasiun pengamatan ditentukan dengan metode Purposive sampling. pola pertumbuhan ikan belida menunjukan allometrik negative. Nisbah kelamin jantan dan betina ikan belida diketahui dengan perbandian 1,2:0,8. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan kondisi populasi ikan belida di kawasan perairan rawa Sungai Barumun dalam Kondisi terancam. Perlu dilakukan upaya konservasi habitat, sehingga populasinya di alam bisa terjaga.
RASIO JENIS KELAMIN UDANG GALAH (Macrobrachium rosenbergii) PADA KONDISI PERAIRAN SUNGAI BARUMUN KABUPATEN LABUHANBATU SELATAN Elisa Harahap
Konservasi Hayati Vol 16, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/hayati.v16i2.12472

Abstract

Penelitian ini dilaksanakan di Perairan Sungai barumun pada bulan April-Juni 2020, Penentuan 5 lokasi penelitian menggunakan metode Purposive Sampling. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui rasio kelamin udang galah di perairan sungai Barumun Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Total sampel selama penelitian sebanyak 342 ind/m2dengan nilai pendugaan kelimpahan berkisar antara 20-85 ind/m2. Nilai rasio kelamin udang galah tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan jumlah individu jantan 18 ind/m2 dan betina 30 ind/m2, dan rasio terendah pada stasiun 3. Tinggi rendahnya populasi udang ini disebabkan oleh tingginya aktivitas masyarakat, sehingga berpengaruh pada kondisi perairan, dimana yang mungkin mengganggu proses reproduksi udang galah sehingga berdampak pada penurunan populasi udang di sekitar stasiun penelitian.
RAGAM JENIS Streptomyces sp PADA RIZOSFER TANAMAN SUKU LILIACEA DI KAWASAN DESA SUMBER BENING Ririn Fardiyanti; Kasrina Kasrina; Hendri Bustamam
Konservasi Hayati Vol 17, No 1 (2021): APRIL
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/hayati.v17i1.14731

Abstract

Streptomyces merupakan bakteri Gram positif kelompok Actinomycetes. Bakteri ini dikenal sebagai bakteri menguntungkan dalam kehidupan manusia, baik untuk manusia itu sendiri maupun untuk tanaman. Hasil metabolit sekunder Streptomyces dapat digunakan sebagai antibakteri, antifungi, insektisida bagi tanaman dan sebagai antelmintik bagi manusia. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh belum adanya penelitian yang membahas tentang Streptomyces sp pada Rizosfer tanaman dari suku Liliaceae di kawasan Desa Sumber bening. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman Streptomyces sp. pada rizosfer tanah tanaman Suku Liliaceae di kawasan Desa Sumber Bening. Tahapan penelitian meliputi tahap mengisolasi  Streptomyces sp. dari Rizosfer tiga tanaman Suku Liliaceae yaitu Bawang merah (Allium cepa), Bawang Daun (Allium fistulosum) dan Kucai (Allium schoenoprasum L) dengan menggunakan medium YPGA (Yeast Peptone Dextrose Agar) dan teknik isolasi tuang bawah. Setelah isolat didapatkan, isolat dimurnikan dengan teknik gores. Isolat Streptomyces sp yang telah murni diidentifikasi berdasarkan karakteristik morfologinya baik secara mikroskopis dan makroskopis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 11 spesies Streptomyces sp. yang terdapat pada tiga rizosfer tanaman suku Liliaceae dengan 6 spesies ditemukan pada rizosfer bawang merah, 3 spesies ditemukan pada rizosfer daun bawang dan 2 spesies ditemukan pada rizosfer kucai. Spesies-spesies tersebut adalah Streptomyces griseourubiginosus, Streptomyces albovinaceus, Streptomyces griseus, Streptomyces albohelvatus, Streptomyces viridaris, Streptomyces hirsutus, Streptomyces nigrescens, Streptomyces herbaricolor, Streptomyces aureofaciens, Streptomyces nigrogriceolus,dan Streptomyces albolongus
SELEKSI CENDAWAN ENDOFIT UNTUK MENGHAMBAT INFEKSI CENDAWAN PATOGEN TERBAWA BENIH CABAI (Capsicum annuum L.) SECARA IN VITRO Dewi Novina Sukapiring; Nurliana Nurliana
Konservasi Hayati Vol 16, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/hayati.v16i2.12362

Abstract

Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura penting di Indonesia. Infeksi cendawan patogen terbawa benih merupakan salah satu kendala yang menyebabkan rendahnya produksi cabai. Cendawan patogen terbawa benih cabai umumnya adalah Aspergillus flavus, A. niger, A. fumigatus, Alternaria alternata, Drechslera hawiinesis, Fusarium moniliforme, F. oxysporum, dan F. solani yang dapat menjadi sumber inokulum utama penyebab penyakit di lapangan. Salah satu pengendalian yang ramah lingkungan adalah dengan menggunakan cendawan endofit. Cendawan endofit telah diketahui dapat menghambat pertumbuhan cendawan patogen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan metabolit cendawan endofit yang dapat menghambat pertumbuhan cendawan patogen terbawa benih cabai. Metode penelitian yang digunakan adalah isolasi cendawan endofit dari tanaman cabai dan cendawan patogen terbawa benih cabai, seleksi cendawan endofit dengan uji patogenisitas dan uji penghambatan cendawan endofit terhadap cendawan patogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 2 dari 42 isolat cendawan endofit yang diperoleh berpotensi menghambat pertumbuhan cendawan patogen terbawa benih cabai yaitu CECL 19 dan CECL 38.
KEBERADAAN DESMANTHUS VIRGATUS (FABACEAE) MELIAR DI PULAU JAWA Arieh Mountara; Arifin Surya Dwipa Irsyam; Muhammad Rifqi Hariri; Zakaria Al Anshori; Dini Andari
Konservasi Hayati Vol 17, No 1 (2021): APRIL
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/hayati.v17i1.12813

Abstract

Desmanthus virgatus (L.) Willd. merupakan tumbuhan asing dari Amerika Tropis dan telah dilaporkan tumbuh di Hindia Belanda pada tahun 1855. Meskipun demikian, keberadaan populasi meliarnya di Pulau Jawa belum diketahui secara pasti, karena belum tercatat dalam Flora of Java jilid I. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk melaporkan keberadaan Desmanthus virgatus di Jawa. Penelitian ini juga dilakukan sebagai bagian dari penyusunan buku Alien Flora of Java. Pengamatan lapangan telah dilakukan di Jawa Barat (Bekasi, Bogor, Sumedang) dan Jawa Tengah (Batang) menggunakan metode jelajah. Hasil pengamatan menunjukkan adanya populasi meliar Desmanthus virgatus di Bekasi, Sumedang, dan Batang. Dengan demikian, jenis ini dapat ditetapkan sebagai tumbuhan asing rekaman baru untuk informasi Flora Jawa. Desmanthus virgatus diduga telah lolos dari kultivasi dan mampu membentuk populasi meliarnya di alam. 
KOMUNIKASI SINGKAT : LAPORAN KEBERADAAN JAMUR BERACUN Podostroma cf. cornu-damae DARI LUAR BOGOR DI INDONESIA Ivan Permana Putra
Konservasi Hayati Vol 16, No 2 (2020): OKTOBER
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/hayati.v16i2.12408

Abstract

Podostroma cf. cornu-damae di Indonesia pertama kali dilaporkan oleh Boedijn pada tahun 1934 di Buitenzorg (Bogor), Jawa Barat. Sejak saat itu, tidak ditemukan adanya laporan kembali mengenai jamur tersebut di Indonesia. Pada tahun 2020, beberapa masyarakat lokal yang tergabung dalam komunitas pemburu jamur Indonesia membagikan informasi mengenai keberadaan jamur tersebut dari hutan Tamiang Layang (Kalimantan Tengah) dan Sukabumi (Jawa Barat). Identifikasi morfologi yang disertai deskripsi dan karakterisasi makroskopis mengkonfirmasi identitas jamur tersebut sebagai Podostroma cf. cornu-damae dan Podostroma sp. Observasi karakter mikroskopis atau pendekatan molekuler perlu dilakukan untuk memastikan hal tersebut pada penelitian selanjutnya. Informasi ini menambah data inventarisasi kekayaan ragam jamur di Indonesia.
PEMODELAN PROBABILITAS SEBARAN HABITAT UNTUK MENETUKAN KAWASAN PRIORITAS KONSERVASI BURUNG RANGKONG GADING (Rhinoplax vigil) DI GEOPARK SILOKEK, KABUPATEN SIJUNJUNG Rizki Atthoriq Hidayat; Natasyah Febriani
Konservasi Hayati Vol 17, No 1 (2021): APRIL
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/hayati.v17i1.14673

Abstract

Rangkong gading merupakan jenis satwa yang dilindungi di Indonesia berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya dan Peraturan Pemerintah No7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa. Habitat rangkong gading tersebar di lima wilayah negara, yaitu Myanmar, Thailand, Malaysia (semenanjung Malaysia dan Serawak), Brunei, dan Indonesia (Sumatera dan Kalimantan). Kawasan Geopark Silokek, Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat merupakan salah satu wilayah yang teridentifikasi sebagai habitat rangkong gading. Selain bentuk fisiknya yang unik, satwa ini memiliki fungsi ekologis sebagai pemancar biji di dalam hutan. Pemanfaatan Teknologi Penginderaan Jauh (PJ) dan Sistem Informasi Geografis (SIG) sangat dibutuhkan untuk menindetifikasi persebaran habitat rangkong gading dalam penelitian ini. Data yang digunakan adalah citra Landsat OLI 8 dan data geospasial terkait Geopark Silokek. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan Kawasan prioritas konservasi Rangkong gading di kawasan Geopark Silokek. Dengan menggunakan algoritma MaxEnt (maximum entropy) berdasarkan titik satwa, maka dapat diprediksi probabilitas persebaran habitat rangkong di kawasan Geopark Silokek. Berdasarkan hasil penelitian, wilayah yang potensial untuk konservasi rangkong di kawasan Geopark Silokek terdapat di Kawasan perbukitan hutan lindung bagian utara dan timur laut. Parameter yang paling berpengaruh dalam pemodelan ini yaitu jarak dari sungai, lereng, dan penggunaan lahan.
KERAGAMAN GENETIKA BADAK SUMATERA DALAM UPAYA MENDUKUNG KONSERVASI DI INDONESIA Handayani Handayani; Dedy Duryadi; Hadi Allikodra
Konservasi Hayati Vol 17, No 1 (2021): APRIL
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/hayati.v17i1.13037

Abstract

Jumlah  populasi badak Sumatera  semakin menurun dengan peta sebaran yang sudah sangat terbatas pada daerah tertentu saja terutama berada di Taman Nasional Gunung Leuser (Aceh), Taman Nasional Kerinci Seblat (Jambi), Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (Sumatera Selatan) dan Taman Nasional Way Kambas. Koleksi Sample berasal dari SRS (Suaka Rhino Sumatera) TN Way Kambas, sample berupa darah dari 2 ekor badak sumatera berjenis kelamin betina (Rosa berasal dari TN. Bukit Barisan Selatan/TNBBS & Bina berasal dari Bengkulu) dan 2 ekor badak jantan asli indonesia tetapi telah lama ditangkarkan di kebun binatang Inggris (Los Angeles Zoo) dan Amerika (Cincinati Zoo) yaitu (Torgamba berasal dari Riau & Andalas kedua induknya berasal dari Bengkulu).  Darah diambil dengan menggunakan disposible syringe 10 ml pada daerah vena auricularis (bagian telinga). Isolasi DNA dilakukan menggunakan metode Duryadi (2005). Amplifikasi CO I menggunakan pasangan primer tersebut yaitu Primer untuk mengamplifikasi sekuen CO I partial (RHCOIF & RHCOIR). menunjukkan perbedaan basa nukleotida diantara keempat individu badak Sumatera dengan badak India adalah berkisar 95 – 100 nukleotida sedangkan dengan badak putih Afrika 93 – 101 nukleotida. dalam badak Sumatera (Indonesia) sendiri terjadi keragaman. Torgamba terlihat satu kluster dengan Bina, namun Andalas dan Rosa terlihat jauh kekerabatannya baik dengan Torgamba maupun Bina.Berdasarkan karakteristik sekuen gen CO I, walaupun baru parsial 716 bp didapatkan bahwa badak Asia terpisah dengan badak Afrika.
PENGARUH FREKUENSI PENYIRAMAN TERHADAP PERTUMBUHAN BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) Ambar Pratiwi; Arufah Faizah Nafira
Konservasi Hayati Vol 17, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/hayati.v17i2.15034

Abstract

Buncis (Phaseolus vulgaris L.) termasuk tanaman yang mempunyai sensitifitas agak tinggi terhadap kekeringan. Frekuensi penyiraman yang berbeda dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan perlakuan variasi frekuensi penyiraman terhadap pertumbuhan buncis, serta menentukan frekuensi penyiraman optimal untuk menghasilkan pertumbuhan buncis terbaik. Variasi frekuensi penyiraman yang diberikan yaitu 1 hari sekali, 2 hari sekali, 4 hari sekali, 6 hari sekali, dan 8 hari sekali dengan volume air 200 mL. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan analisis data menggunakan uji ANOVA, dan uji lanjut DMRT. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, diameter batang, jumlah daun, lebar daun, jumlah bunga, berat basah, dan berat kering. Hasil penelitian menunjukkan pemberian variasi frekuensi penyiraman terdapat perbedaan signifikan terhadap pertumbuhan buncis. Frekuensi penyiraman 8 hari sekali mengalami penghambatan pertumbuhan dibandingkan dengan frekuensi penyiraman 1 hari sekali terhadap semua parameter kecuali pada parameter lebar daun. Tinggi tanaman mencapai 223,72 cm pada pemberian perlakuan frekuensi penyiraman 1 hari sekali, sedangkan diameter batang mencapai 0,327 cm, demikian pula dengan jumlah daun terdapat 24 daun majemuk. Sedangkan jumlah bunga terbanyak terdapat pada perlakuan frekuensi penyiraman 2 hari sekali yaitu 2 kuntum bunga. Demikian juga berat basah total mencapai 45 gram, dan berat kering mencapai 12,6 gram pada pemberian perlakuan frekuensi penyiraman 1 kali sehari. Semakin lama frekuensi penyiraman yang diberikan, semakin menghambat pertumbuhan buncis. Frekuensi penyiraman 1 hari sekali merupakan frekuensi penyiraman yang paling optimal terhadap semua parameter pertumbuhan kecuali pada parameter lebar daun.
SURVEY KETERSEDIAAN PESTISIDA HAYATI DI PROVINSI BENGKULU Magda Lena; Tunjung Pamekas; Marwanto Marwanto
Konservasi Hayati Vol 17, No 2 (2021): OKTOBER
Publisher : Universitas Bengkulu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33369/hayati.v17i2.16951

Abstract

Pestisida hayati merupakan pestisida yang bahan utamanya bersumber dari makhluk hidup seperti bakteri, cendawan, nematoda atau virus yang bisa mengendalikan atau menghambat pertumbuhan patogen pada tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi ketersediaan pestisida hayati di Kota dan beberapa Kabupaten di Provinsi Bengkulu. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode purposive random sampling, yaitu dengan mempelajari peta kota/kabupaten, kemudian diambil sampel kecamatan yang berada di pinggir jalan raya secara random. Survey dilakukan di Kota Bengkulu (kecamatan Muara Bangkahulu, Teluk Segara, Ratu Agung, Selebar, dan Kampung Melayu), Kabupaten Bengkulu Tengah (Kecamatan Karang Tinggi, Pondok Kelapa, dan Talang Empat), Kabupaten Kepahiang (Kecamatan Kepahiang, Merigi, dan Ujan Mas), dan Kabupaten Rejang Lebong (Kecamatan Curup, Curup Selatan, Curup Tengah, dan Curup Utara). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pestisida/produk hayati hanya tersedia di tiga Kabupaten dan empat Kecamatan, yaitu Kabupaten Bengkulu Tengah (Kecamatan Talang Empat: Futricho berbentuk tepung dan berwarna abu-abu), Kepahiang (Kecamatan Kepahiang: Bionsekta berbentuk tepung dan berwarna merah bata, Kecamatan Merigi: Pembenah Tanah Hayati TAYU berbentuk cair dan berwarna coklat serta baunya sedikit menyengat) dan Kabupaten Rejang Lebong (Kecamatan Curup Tengah: Organic Soil Treatment (OST) Green Botane berbentuk butiran dan berwarna hitam).  Sangat terbatasnya ketersediaan pestisida hayati sehingga penggunaan pestisida kimia tetap tinggi