cover
Contact Name
Joni Setiawan
Contact Email
setiawanjoni@yahoo.com
Phone
+628151657716
Journal Mail Official
redaksi.dkb@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No 7 Yogyakarta
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Dinamika Kerajinan dan Batik : MAJALAH ILMIAH
ISSN : 20874294     EISSN : 25286196     DOI : http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v37i1
Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) adalah jurnal ilmiah untuk mempublikasikan hasil riset dan inovasi di bidang kerajinan dan batik. Ruang lingkup DKB adalah meliputi aspek bahan baku perekayasaan teknologi, proses produksi, penanganan limbah dan desain kerajinan dan batik. Jurnal ini diperuntukkan bagi para peneliti, akademisi, dan praktisi industri kerajinan dan batik. Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) is a scientific journal publishing research and innovation in field of handicrafts and batik. The scope of DKB is include raw materials, production processes, waste treatment and designs in handicrafts and batik sector. The journal is intended for researchers, scholars and practitioners from handicraft and batik.
Articles 295 Documents
Preface DKB Vol.33 No.2 Redaksi, Tim
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v33i2.2282

Abstract

Teknik Pewarnaan Agel dengan Zat Warna Alam dari Daun Jati Eustasia Sri Murwati; Endang Pristiwati; Lucius Pradana Adhi Nugroho
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 28, No 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v28i1.1010

Abstract

ABSTRAKAgel (Corypha gebanga BL) merupakan jenis tanaman yang banyak tumbuh di Indonesia dan telah dimanfaatkan oleh para perajin untuk dibuat menjadi berbagai jenis barang kerajinan bernilai ekonomis. Namun proses pewarnaan yang sering digunakan selama ini adalah pewarnaan menggunakan zat warna sintetis yang kurang ramah lingkungan. Hal ini terjadi karena masih banyak kendala dalam pewarnaan alam, salah satunya adalah warna yang didapatkan menjadi kusam. Untuk itu diperlukan penelitian teknik pewarnaan yang tepat untuk memperoleh hasil yang optimal. Daun jati dipilih menjadi bahan dasar zat warna alam karena jumlah yang melimpah di Indonesia, regenerasi yang cukup cepat dibandingkan bahan pewarna alam dari kayu, dan termasuk jenis zat warna yang memiliki afinitas besar terhadap serat selulose. Penelitian ini bertujuan memperoleh suhu, lama perendaman, dan proses mordan yang tepat untuk pewarnaan agel dengan zat warna alam dari daun jati. Metoda eksperimental dengan tahapan; penelitian bahan baku, uji kekuatan tarik sebelum dan sesudah diwarna, diproses mordan, diwarna dengan variasi suhu (60°C, 80°C, 100°C) dan waktu pencelupan 30 menit, pengujian (ketahanan luntur warna terhadap cuci, gosok, dan sinar matahari), dan ketuaan warna. Hasil pengujian ketuaan warna pada suhu 100°C didapatkan warna paling tua (penyerapan optimal) dengan %T (Transmitansi) terkecil, suhu 80°C %T lebih tinggi dari pada suhu 100°C, dan pada suhu 60° C %T memiliki nilai tertinggi dengan warna kurang tua. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap cuci,gosok, dan sinar matahari baik. Sesudah pewarnaan tidak menurunkan kekuatan tarik.Kata kunci: agel, daun jati, ketuaan warna, suhu,warna alamABSTRACTAgel (Corypha gebanga BL) grow widely in Indonesia and has been used by craftmen as material for various kinds of valuable handicrafts. However the coloring process of agel still use the staining with synthetic dyes that are less environmentally friendly. It is caused by there are still manyobstacles using of natural dyes, one of them is obtained color becomes dull. It required research techniques and the proper coloring to obtain optimal results. Teak Leaves is selected to be basic ingredients of natural dyes because the amount is abundant in Indonesia, regeneration is quite fast compared to the natural color materials from various woods, included in the type of dye and has a great affinity towards cellulose fibers. This study aimed to obtain the temperature, dipping time, and appropriate mordan process for staining agel with natural dyes from teak leaves. Experimental method by stages; research materials, tensile strength before and after dyes,staining with variations in temperature (60°C, 80°C, 100°C) and 30 minutes duration of immersion, the mordant process, the test results (color fastness to washing, rubbing, and light sun), and aging color. The test color decay at a temperature of 100°C obtained oldest color (optimal absorption) with the smallest %T (transmittance), at 80°C resulting higher %T than at a temperature of 100°C, and at 60°C has the highest value %T with color less dark. The test result color, fastness to washing, rubbing, and light sun have good. After dyesnot decrease tensile strength. Keywords: agel, teak leaf, aging color,temperature, natural color 
Pengaruh Konsentrasi, Waktu Perendaman dan Jenis Kayu pada Pengawetan Alami Kayu Menggunakan Ekstrak Daun Sambiloto Istihanah Nurul Eskani; I Made Arya Utamaningrat
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 36, No 1 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v36i1.5022

Abstract

Kayu yang digunakan sebagai bahan baku kerajinan biasanya dari jenis kayu yang tergolong kelas awet rendah sehingga diperlukan pengawetan untuk memperpanjang masa pakainya. Banyak faktor yang mempengaruhi hasil pengawetan kayu, antara lain metode pengawetan, jenis bahan pengawet, konsentrasi pengawet, waktu pengawetan, dan jenis kayu yang diawetkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi bahan pengawet, waktu perendaman, dan jenis kayu pada pengawetan alami kayu menggunakan bahan pengawet ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata). Kayu yang diawetkan adalah kayu matoa (Pometia pinnata), kayu mahoni (Swietenia mahogany), kayu ketapang (Terminalia catappa), dan kayu manggis (Garcinia mangostana). Masing- masing kayu diawetkan secara rendaman panas menggunakan ekstrak daun sambiloto dengan variasi konsentrasi 10%, 12,5%, dan 16,67% dan waktu perendaman 1 jam, 2 jam, dan 3 jam. Dilakukan perhitungan nilai retensi dan pengolahan data menggunakan statistik rancangan acak lengkap (RAL). Hasil penelitian menunjukkan, pada pengawetan alami kayu matoa dan kayu ketapang, konsentrasi berpengaruh nyata terhadap nilai retensi sedangkan waktu perendaman berpengaruh sangat nyata. Pada pengawetan kayu manggis, konsentrasi dan waktu perendaman berpengaruh sangat nyata terhadap nilai retensi. Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan pengawet dan semakin lama waktu perendaman maka nilai retensi akan semakin besar. Pada pengawetan kayu mahoni, konsentrasi tidak berpengaruh nyata terhadap nilai retensi, sedangkan waktu perendaman berpengaruh sangat nyata. Hal ini disebabkan karena kayu mahoni mengandung zat ekstraktif tinggi yang menghalangi masuknya bahan pengawet ke dalam kayu. Jenis kayu berpengaruh sangat nyata terhadap nilai retensi, yang menujukkan bahwa untuk jenis kayu yang berbeda akan memberikan nilai retensi yang berbeda pula.
Penggunaan Larutan Ekstrak Etanol dari Temulawak Sebagai Fotosensitizer di Dalam Pemutihan (Pengelantangan) Pulp dengan Penyinaran Lampu Arif Perdana
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v30i2.1153

Abstract

ABSTRAKEkstrak etanol dari temulawak (Curcuma Xanthorriza) dapat digunakan sebagai fotosensitiser pada pemutihan pulp dengan penyinaran lampu, dimana pada pemutihan ini menghasilkan oksigen singlet yang mendegradasi lignin di dalam pulp (delignifikasi) sehingga kenaikan kecerahan pulp meningkat secara signifikan. Kenaikan kecerahan pulp yang didapatkan pada pemutihan dengan penyinaran lampu pada saat waktu pemutihan 60 menit dan menggunakan ekstrak etanol temulawak sebagai fotosensitizer sebesar 4,23 %. Pemutihan dengan tidak menggunakan lampu tidak dapat meningkatkan kecerahan pulp yang cukup signifikan karena tidak menghasilkan oksigen singlet. Hasil kenaikan kecerahan pulp yang didapatkan pada pemutihan ini adalah 2,36 % pada generator oksigen singlet ditutup, dan 3,28 % pada generator oksigen singlet tidak ditutup dan 2,75 % pada pemutihan dengan pengaliran oksigen langsung ke reaktor pemutihan. Penyebab kenaikan kecerahan pulp yang lebih besar pada pemutihan pulp dengan tidak menggunakan penyinaran lampu dan generator oksigen singlet tidak ditutup daripada pemutihan pulp dengan tidak disinari lampu dan generator oksigen singlet ditutup adalah adanya kemungkinan jumlah foton yang masuk ke dalam reaktor oksigen singlet pada pemutihan dengan tanpa lampu dan reaktor oksigen singlet tidak ditutup adalah lebih besar, sehingga kemungkinan elektron dari fotosensitizer tereksitasi dan terbentuknya oksigen singlet lebih besar. Sedangkan penyebab kenaikan kecerahan pulp yang lebih besar pada pengaliran oksigen langsung ke reaktor pemutihan lebih besar daripada pemutihan pulp tidak disinari lampu dan generator oksigen singlet ditutup adalah dikarenakan pada pemutihan tanpa lampu dan tidak ditutup, oksigen triplet yang mengoksidasi pulp tidak menuju langsung ke pulp, akan tetapi melewati terlebih dahulu larutan fotosensitizer. Jadi sebagian oksigen masih ada di dalam larutan fotosensitizer, dan apabila oksigen menuju ke pulp membutuhkan waktu yang lebih lama apabila dibandingkan dengan oksigen dialirkan secara langsung menuju pulp.    Kata Kunci : pemutihan, pulp, oksigen singlet, kecerahanABSTRACTEtanol extract from temulawak can used as fotosensitizer in  pulp bleaching with lamp irradiating, which is in this pulp bleaching obtained singlet oxygen. This singlet oxygen can degradate lignin in pulp so that pulp  brightness increase  significantly after pulp bleaching. The brightness increasing obtained in pulp bleaching with lamp irradiating with bleaching time 60 minute dan use etanol extract from temulawak as fotosensitizer which the  brightness increasing is 4,23 %. Non lamp irradiating bleaching pulp cant increase brightness significantly. Brightness increasing which is obtained in this bleaching is 2,36 % in singlet oxygen generator not closed and 3,28 % in singlet oxygen generator closed. In bleaching with direct addition oxygen in bleaching reactor obtain brightness increase equal to 2,75 %. The cause increase of brightness in non lamp irradiating bleaching pulp and singlet oxygen generator not closed more than non lamp irradiating bleaching pulp and singlet oxygen generator closed is the existence of probability amount of foton which come into reactor is more in non lamp irradiating bleaching pulp and singlet oxygen generator not closed, so that amount of excited electron from fotosensitizer and singlet oxygen formed larger. While the cause of increase of brightness in bleaching with direct addition oxygen in bleaching reaktor is larger than non lamp irradiating bleaching pulp and singlet oxygen generator closed is triplet oxygen which oxydize pulp indirectly go to bleching reactor, but pass fotosensitizer solution particularly. So there is some of oxygen still in fotosensistizer solution and if oxygen go to bleaching pulp require some time more than compared with direct addition oxygen in bleaching reactor.                               Keywords : bleaching, singlet oxygen, pulp, brightness
Pengembangan Pembuatan Prototipe Peralatan Penghalus Iratan Bambu Kun Lestari WF; Widjanarko Widjanarko
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 7 (1987): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i7.962

Abstract

Pengembangan alat penghalus iratan bambu diarahkan kesempurnaannya, agar menghasilkan produk yang halus dan seragam tebalnya.Alat yang dikembangkan ini dilengkai dengan pengatur tebal, sehingga keseragaman ukuran iratan yang dihasilkan lebih terjamin.Beberapa ketebalan iratan (0,3; 0,4; 0,5) dapat dipilih dalam menggunakan alat ini, hanya sudut penarikan harus diperhatikan agar posisinya sesuai.Faktor yang mempengaruhi hasil penghalusan ini adalah kadar air. Pengoperasian alat ini tidak memerlukan tenaga yang terampir, sehingga alat ini akan mudah dipergunakan oleh masyarakat.
PIRANTI TRADISI DALAM KREASI BATIK PAPUA Irfa'ina Rohana Salma; Suryawati Ristiani; Anugrah Ariesahad Wibowo
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i2.3326

Abstract

Perkembangan IKM Batik Papua mengalami berbagai kendala, antara lain stagnasi pembuatan motif yang hanya berorientasi pada maskot daerah yaitu burung cederawasih. Oleh karena itu perlu dilakukan diversifikasi desain dengan mengambil ide alternatif dari budaya masyarakat Papua. Tujuan penelitian ini adalah untuk menciptakan desain motif batik  yang inspirasinya diambil dari piranti tradisi masyarakat Papua. Piranti tradisi yaitu alat-alat tradisional yang biasa digunakan oleh masyarakat Papua ketika di rumah, saat bekerja, berperang suku, dan berkesenian. Metode yang digunakan yaitu pengumpulan data, pengkajian sumber inspirasi, pembuatan desain motif, dan perwujudan menjadi batik. Hasilnya berupa 6 motif batik yaitu: (1) Motif Honai Besar, (2) Motif Honai Kecil, (3) Motif Tifa Besar, (4) Motif Tifa Kecil, (5) Motif Tambal Ukir Besar, dan (6) Motif Tambal Ukir Kecil. Hasil uji kesukaan terhadap motif kepada 50 responden menunjukkan bahwa motif yang paling disukai yaitu Motif Honai Kecil. Hasil selengkapnya:  Motif Honai Kecil 21 %, Motif Tifa Kecil 19 %, Motif Honai Besar 17 %, Motif Tambal Ukir Kecil 16 %, Motif Tambal Ukir Besar 15%, dan Motif  Tifa Besar 12 %.
Penilaian Kandungan Komponen Teknologi Humanware pada IKM (Studi Kasus: IKM Mebel Propinsi DI. Yogyakarta) Siti Rohmatul Umah
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 31, No 1 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i0.1082

Abstract

ABSTRAKKemampuan sumber daya manusia (humanware) merupakan faktor penentu dalam keberhasilan suatu organisasi dalam menghadapi tantangan-tantangan perusahaan dalam era globalisasi. Usaha perbaikan dan pengembangan SDM dapat dilakukan secara terarah dan optimal bila diketahui terlebih dahulu kondisi dari komponen humanware pada suatu perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kandungan komponen humanware pada IKM mebel di propinsi DI Yogyakarta. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan metode technometrik. Data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner pada sampel 20 IKM mebel DIY dengan dua kategori pemilik dan pekerja. Perhitungan data dilakukan dengan metode teknometrik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa batas bawah kecanggihan humanware kategori pemilik ada pada level 1 klasifikasi kemampuan mengoperasikan dan batas atas ada pada level 3 klasifikasi kemampuan memperbaiki. Sedangkan untuk kategori pekerja, batas bawah ada pada level 1 klasifikasi kemampuan mengoperasikan dan batas atas pada level 3 klasifikasi memperbaiki. Hal ini mengimplikasikan bahwa sumber daya manusia pada IKM Mebel baik pemilik dan pekerja memiliki kemampuan yang sama yaitu mempunyai kemampuan dan ketrampilan mengoperasikan dan memperbaiki peralataan produksi. Kata kunci : Kandungan teknologi, humanware, IKM MebelABSTRACTOne of methods performance improving in Small and Medium Industries is by improve technology capability. One of technology components is humanware, where human resource capability in a organization is determinant of organization’s succesfull in facing treats in globalization era. The Improvement and development programs for human resources can be implemented optimally if is known already the conditions of humanware in a organization. The paper is aim to assess humanware content in SME’s in furniture industry with using technometric method. Sample of observation was 20 participants from SME’s Furniture in Yogyakarta province. Respondents includes owner and employee. Data are processed using technometric method.The result of research shows the lower limit of humanware state of the art for owner is on classification level 1 (operating abilities) and the Upper limit is on classification level 3 (repairing abilities). And the lower limit for employee is on classification level 1 (operating abilities) and the upper limit is on classification level 3 (repairing abilities). It implicated that human resourch in SMEs in furniture industries have ability and skill to operate, set up and repaire production equipment. Key word : Technology Content, Humanware, Furniture SME’s,
Teknik Pembengkokan Rotan Manau (Calamus manau) Menggunakan Steamer Eustasia Sri Murwati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 31, No 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i1.1045

Abstract

ABSTRAKIndonesia merupakan penghasil rotan terbesar di dunia, mampu memasok 80% dari kebutuhan rotan dunia. Rotan adalah tanaman yang termasuk suku Palmae atau Arecaceae. Rotan yang dipergunakan untuk kontruksi mebel antara lain dari genus/marga Calamaus. Spesies Calamus Manau. Rotan yang dibuat untuk bahan mebel dapat dibengkokkan menurut desain tertentu dengan memasukkannya ke dalam steamer. Di dalam steamer tersebut rotan dikukus/diuapi dengan uap basah agar jaringan rotan menjadi lunak sehingga mudah dibengkokkan. Penelitian dilakukan di Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta dengan variabel penampang lintang (Ø) rotan 2,4 cm, 2,8cm, dan 3,2 cm, waktu pengukusan rotan 5 menit, 10 menit dan 15 menit, suhu ketel uap dan tabung steamer 110o C, serta tekanan maksimum 2 bar (kg/cm2). Adapun bentuk kelengkungan yang dilakukan adalah bentuk U, bentuk setengah lingkaran, bentuk omega, dan bentuk spiral. Hasil pembengkokan yang paling baik pada waktu pengukusan rotan selama 15 menit untuk keempat bentuk pembengkokan dan ketiga variabel penampang lintang rotan. Rotan tidak pecah, tidak retak maupun tidak gembos.Kata kunci: mebel, pembengkok, rotan, steamerABSTRACTIndonesia is the biggest rattan producer in the world, capable to supply 80 % of world’s rattan needs. Rattan is a species of  Palmae or Arecaceae family. Rattan that is mostly used for furnitures is of genus Calamus, species Calamus manau. Rattan furniture materials can be bent into specific design by putting them into the steamer. In the steamer, rattan is steamed using wet steam so the tissues become soft and easy to bent. The research experiment is conducted at the Center for Craft and Batik Yogyakarta with variables: 2,4 cm, 2,8 cm and 3,2 cm of rattan cross section diameter), 5 minutes, 10 minutes and 15 minutes of steaming time, 110o C of boiler and steamer temperatures, and 2 bar (kg/cm2) of maximum pressures. The experimented curve shapes are U-shape, semi-circular shape, omega shape, and spiral shape. The best bending result is attempted at 15 minutes of steaming time for the four bending shapes and three rattan cross section. Rattan is not broken, cracked, or deflatted.Keywords: furniture, bending, rattan, steamer
Krustasea Arafura sebagai Ide Penciptaan Batik Farid Abdullah; Theresia Widiastuti; Bandi Sobandi; Bambang Tri Wardoyo
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v37i2.5948

Abstract

ABSTRAKPotensi sumber daya alam perikanan saat ini terus digali, namun mengubah potensi sumber daya alam menjadi penciptaan kreasi batik masih sangat terbatas. Tujuan tulisan ini adalah menghasilkan eksperimentasi berdasarkan sumber ide krustasea Arafura yang dikembangkan menjadi desain busana batik. Metode yang dipergunakan adalah deskriptif-eksperimentatif, memakai model 4-D Thiagarajan (1974) yaitu (1) Definisi; (2) Desain; (3) Pengembangan; dan (4) Diseminasi. Dimulai dengan mengidentifikasi potensi lokal Arafura, seleksi, merumuskan ide-ide, eksperimentasi, hingga penciptaan desain. Hasil dari eksperimen ini adalah purwarupa busana batik berdasarkan ide krustasea yang melimpah di Arafura. Kesimpulan berupa potensi ekonomi kreatif bersumber ide lokal sumber daya alam laut Arafura, dapat menambah nilai ekonomi bagi masyarakat setempat. Rekomendasi yang diberikan adalah terus menggali potensi-potensi alam lainnya yang terkait dengan sumber daya alam kelautan untuk diubah menjadi produk ekonomi kreatif.ABSTRACTThe potential of fisheries resources has been explored continuously, but transforming the resources into creative idea of batik creation is still limited. This study aims to conduct experiment based on Arafura crustaceans, as an idea for batik fashion designs. The method used is descriptive-experimental method, using Thiagarajan 4D model (1974), namely (1) Definition; (2) Design, (3) Development; and (4) Dissemination. The study was started by identifying the local potential of Arafura, selection, formulating ideas, experiments, and creating the design. The result of this experiment is a prototype of batik clothes using design based on the idea of crustacean which is abundant in Arafura. The conclusion from this experiment is creative economic potential comes from local ideas of crustacean Arafura natural resources. The recommendation is to continue the exploration of other marine natural potentials resources as ideas for creative economic products.
PENGARUH KONSENTRASI ZAT PENGEMBAN PADA PEWARNAAN ALAM BATIK KAIN CAMPURAN CHIEF VALUE OF COTTON (CVC) Agus Haerudin; Dana Kurnia Syabana; Dwi Wiji Lestari
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v33i2.1597

Abstract

Mekanisme pewarnaan alam pada batik untuk kain campuran chief value of cotton (CVC) membutuhkan suatu zat pengemban (Carrier)  yang berfungsi membuka pori-pori serat, sehingga dapat meningkatkan daya difusi zat warna pada serat, salah satu komersial zat pengemban yang umum digunakan adalah carrier T59. Sehingga tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh penambahan konsentrasi  Carrier T59 pada pewarnaan alam batik kain campuran CVC, dilihat dari hasil evaluasi uji ketahanan luntur warna pada pencucian dan gosokan serta hasil uji ketuaan warna. Metode yang digunakan ekperimen variasi carrier T59 dengan dua perlakuan proses iring cuci dan tidak cuci. Dari hasil pengamatan didapatkan dimana penambahan konsentrasi carrier T59 memberikan pengaruh pada nilai uji ketahanan luntur warna terhadap pencucian, gosokan dan ketuaan warna konsentrasi carreir T59 yang paling baik pada konsentrasi 10 gram/liter. Tingkat ketuaan warna meningkat dengan ada penambahan konsentrasi carrier. Proses iring cuci dan tidak cuci setelah proses simultan tidak banyak memberikan pengaruh karena tidak ada kenaikan nilai uji yang signifikan.Kata kunci : Kain Campuran CVC, Zat Pengemban (Carrier), Zat Warna Alam, Batik. 

Page 6 of 30 | Total Record : 295


Filter by Year

1987 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 41, No 1 (2024): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 40, No 2 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 40, No 1 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 2 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 1 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 2 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 1 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 1 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 1 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28, No 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 27, No 1 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 26 (2009): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik No 10 (1992): Dinamika Kerajinan dan Batik No 9 (1991): Dinamika Kerajinan dan Batik No 8 (1988): Dinamika Kerajinan dan Batik No 7 (1987): Dinamika Kerajinan dan Batik More Issue