cover
Contact Name
Joni Setiawan
Contact Email
setiawanjoni@yahoo.com
Phone
+628151657716
Journal Mail Official
redaksi.dkb@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Kerajinan dan Batik Jl. Kusumanegara No 7 Yogyakarta
Location
Kota yogyakarta,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Dinamika Kerajinan dan Batik : MAJALAH ILMIAH
ISSN : 20874294     EISSN : 25286196     DOI : http://dx.doi.org/10.22322/dkb.v37i1
Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) adalah jurnal ilmiah untuk mempublikasikan hasil riset dan inovasi di bidang kerajinan dan batik. Ruang lingkup DKB adalah meliputi aspek bahan baku perekayasaan teknologi, proses produksi, penanganan limbah dan desain kerajinan dan batik. Jurnal ini diperuntukkan bagi para peneliti, akademisi, dan praktisi industri kerajinan dan batik. Majalah Ilmiah : Dinamika Kerajinan dan Batik (DKB) is a scientific journal publishing research and innovation in field of handicrafts and batik. The scope of DKB is include raw materials, production processes, waste treatment and designs in handicrafts and batik sector. The journal is intended for researchers, scholars and practitioners from handicraft and batik.
Articles 295 Documents
Teknologi Pembuatan Batik Kulit Kayu Jomok (Moraceae) dengan Zat Warna Indigosol untuk Produk Kerajinan Eustasia Sri Murwati
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v23i1.987

Abstract

Kulit kayu jomok dapat diproses menjadi lembaran kulit kayu yang tipis sampai ketebalan sesuai kebutuhan. Kulit kayu jomok dapat dimanfaatkan menjadi produk kerajinan seperti fas, dompet dan sebagainya. Penelitian pembuatan batik kulit kayu jomok dilakukan dengan menerapkan teknologi proses batik dengan sistem cap dengan menggunakan zat warna indigosol biru dan coklat.Hasil evaluasi uji ketebalan, kekuatan tarik, waktu serap, daya serap, ketahanan luntur warna terhadap gosokan dan sinar, menunjukkan sebagai berikut: ketebalan kulit kayu jomok yang ada di pasaran bervariasi antara 0,475 mm 1,02 mm, sesudah diproses menjadi 0,505 mm 1,178 mm. Waktu serap sebelum diproses berbeda dengan sesudah diproses batik, dari rata-rata 54, 28 detik 280,16 detik menjadi 17,6 detik 227,32 detik. Daya serap dari, rata-rata 226,28%-449,51 % menjadi 273,32%-360,43%. Kekuatan tarik sebelum diproses bervariasi dari 23,56 kg, 66,45 kg, sesudah diproses 23,37 kg, 68, 15 kg. Ketahanan luntur warna terhadap gosokan leering rata- rata 3 - 4 (cukup baik) sedangkan gosokan basah rata rata (2-3).Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi proses batik dapat diterapkan pada lembaran kulit kayu jomok dengan tidak merubah kualitas alamiah kulit kayu. Proses penghilangan Iilin pada batik kulit kayu jomok berbeda dengan pada kain karena tidak direbus tetapi hanya direndam pada temperatur 100°C. Kata kunci: kulit kayu jomok, proses batik.
Pengembangan Desain Tekstil 3 Budaya dengan Tema Etnik Kontemporer Isti Kartika
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 27, No 1 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v27i1.1129

Abstract

Kegiatan membuat celup rintang dilakukan banyak negara di dunia. Sejarah asal-usul teknik ini diperkirakan berasal dari Asia dan berkembang ke wilayah India, bersambung ke wilayah Malaysia. Diperkirakan penyebaran kain ini juga melalui Jalur Sutera. Teknik celup rintang mempunyai beberapa teknik pengerjaan, tetapi masih dalam prinsip yang sama, yaitu merintangi zat warna yang masuk ke beberapa bagian kain. Di antaranya adalah celup ikat atau tie dye, Sitched Resist, Wax Resist. Teknik Pleats merupakan bagian kecil dari sejarah kostum pakaian, pada jaman Mesir kuno pleats telah hadir dengan sebutan “Pleated Kalasiris”. Memadukan kedua teknik ini merupakan perpaduan antara budaya barat dan timur, tradisional dan modern, dengan konsep etnik kontemporer.                                                                                                                                                                     Kata kunci: Celup Rintang, Pleats, Pleated Kalasiris, Tie Dye, Stitched Resist, Wax Resist
PENGARUH PENAMBAHAN TALC TERHADAP PENINGKATAN NILAI KEKERASAN CETAKAN RTV SILICONE RUBBER PADA PROSES SPIN CASTING Joni Setiawan; Ady Prasetyo; Risdiyono Risdiyono
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v34i1.2586

Abstract

Proses pembuatan kerajinan pewter dengan teknologi spin casting membutuhkan cetakan berbahan karet silikon. Jenis karet silikon yang tersedia adalah karet silikon dengan sistem vulkanisasi pemanasan dan vulkanisasi pada suhu kamar atau room temperature vulcanized (RTV) silicone rubber. RTV silicone rubber memiliki harga yang lebih murah dibandingkan karet silikon dengan sistem vulkanisasi pemanasan, namun nilai kekerasannya lebih rendah.  Nilai kekerasan menggunakan skala durometer shore-A pada RTV silicone rubber sebesar 16,8 sedangkan karet silikon dengan vulkanisasi pemanasan sebesar 50,6.  Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kekerasan cetakan RTV silicone rubber dengan penambahan talc. Variasi sampel cetakan karet adalah komposisi RTV silicone rubber : katalis (dalam gram) yaitu 50:1 dan 50:2 serta penambahan talc (dalam gram) sebesar 0, 2, 6, 8, 10, 20, 30, 40 dan 50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi RTV Silicone rubber : katalis : talc sebesar 50:1:40 dapat meningkatkan kekerasan cetakan karet menjadi 41,6 dan komposisi 50:2:4 dapat meningkatkan kekerasan menjadi 47,6. Hasil evaluasi produk menunjukkan cetakan berbahan karet dengan penambahan talc menghasilkan produk yang lebih presisi jika dibandingkan dengan cetakan karet tanpa penambahan talc.
Eksplorasi Pewarnaan Teknik Smock Kombinasi Tritik Jumputan untuk Produk Fashion Suryawati Ristiani; Irianti Nugrahani
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v31i2.1071

Abstract

ABSTRAKKain tritik jumputan merupakan salah satu jenis kerajinan tekstil dari Jawa. Jumlah industri pembuat kain tritik jumputan semakin berkurang, sehingga perlu dilakukan pengembangan motif pada tritik jumputan agar lebih menarik. Smock adalah salah satu teknik keterampilan menjahit dan menyulam tangan, yaitu teknik tusukan menjahit untuk membuat kerutan-kerutan yang menghasilkan motif menarik sesuai pola tertentu. Tujuan kegiatan ini adalah melakukan pengembangan teknik smock sebagai teknik dalam pewarnaan yang dikombinasikan dengan teknik tritik jumputan sehingga dapat meningkatkan daya saing produk fashion tritik jumputan. Metode dalam kegiatan ini adalah melakukan survey langsung ke industri tritik jumputan serta eksplorasi literatur. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisa dari segi proses maupun desain motifnya. Tahap berikutnya dilakukan ujicoba pewarnaan dengan mengkombinasikan dua teknik yaitu teknik smock dan teknik tritik jumputan. Ujicoba yang dilakukan tercipta desain motif baru yang indah. Hasil kegiatan diperoleh 23 desain motif baru. Pengamatan visual menunjukkan hasil pewarnaan yang paling optimal adalah pada kain mori Primissima. Berdasarkan hasil uji labolatorium, tekstil kerajinan ini mempunyai ketahanan luntur warna terhadap pencucian, keringat, dan sinar yang bagus, dengan nilai hasil uji 4 – 5. Sedangkan nilai ketahanan luntur warna terhadap gosokan, adalah 3. Dapat dikatakan hasil pewarnaan dengan mengkombinasikan dua teknik ini memenuhi standar kualitas sebagai produk bahan sandang. Ujicoba pasar yang dilakukan menunjukkan bahwa ternyata respon masyarakat sangat bagus. Hasil uji kesukaan responden mendapatkan nilai sangat bagus sebanyak 55%, dan bagus sebanyak 45%. Teknik pewarnaan smock kombinasi tritik jumputan ini prosesnya sederhana, tidak memerlukan alat khusus, sehingga berpotensi untuk dikembangkan menjadi sumber daya ekonomi yang signifikan. Kata kunci: ABSTRACTTritik jumputan is one kind of craft textile from Java. The number of craftsmen in this industrial craft is diminishing from time to time. Therefore it is necessary to execute improvement on its motive so that it will be more attractive. Smock is one technique in handsewing and embroidery. It is a needling technique to create wrinkles stitches that produce attractive motive in accordance with certain pattern. The objective of this research is to carry out an expansion on smock technique as a technique in coloring method that is combined with tritik jumputan technique so that it can enhance its commercial value as a fashion product. The method of this research is by direct surveys on the industry and also by literary exploration. Then, the data are analyzed from the process and motive design point of view. The next stage is executing an experiment in coloring process by combining two techniques namely smock technique and tritik jumputan technique. From the result of the experiment, it creates new beautiful motive design. From this research it creates 23 new motive designs. Visual observation shows that the most optimal result of coloring process is on primissima cloth. Based on the laboratory test, this textile craft has resistance of color fastness toward washing, perspiration and fine light with the test result 4-5. While, the grade of color fastness toward ribbing is 3. Thus, it can be said that the result of coloring process that combines these two techniques accomplish quality standard as clothing material product. The market trial shows that the people respond toward this product is apparently excellent. The result of the respondent keen test derives very good grade 55% and good grade 45%. The process of smock coloring technique combined with tritik jumputan is simple and does not need specific tools so that it is potential to develop becoming significant economical source.Key words: jumputan technique, smock technique, kain tritik jumputan, fashion
Jig Saw Tenaga Kaki Bambang Moyoretno; Tri Haryanto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 9 (1991): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i9.978

Abstract

       Pemotongan papan dengan gergaji tangan untuk mendapatkan bentuk khusus (lengkungan, zig-zag, dsb) mengalami kesulitan. Untuk itu perlu dibuat alat yang dapat mengatasi hal tersebut di atas, salah satu alternatifnya adalah pembuatan Jig Saw tenaga kaki.       Jig Saw tenaga kaki dibuat dari bahan yang mudah didapat di pasaran, antara lain: kayu, besi, beton, suku cadang sepeda dan sebagainya. Kemudian alat ini dicoba untuk memotong kayu, ternyata alt ini lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan gergaji tangan.
Pembuatan Pewarna Biru Dari Tanaman Indigofera tinctoria Kun Lestari; Riyanto Riyanto
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i21.1107

Abstract

Tanaman Indigofera yang terdapat di beberapa daerah di persada nusantara (Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera dll) menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai potensi SDA yang melimpah yang dikaitkan dengan perbendaharaan sumber pewarna alami. Sementara itu telah dilakukan percobaan pengambilan zat warna indigo dari daun dan ranting tanaman liar Indigofera tinctoria secara fermentasi dingin. Dalam daun dan ranting tanaman Indigofera terdapat zat warna alam yang mengandung senyawa indigoida dengan struktur >N-H dan kromofor gugus carbonyl (>C == 0).Daun dan ranting tanaman Indigo/era segar direndam dalam air dengan perbandingan 1: 5. Ekstrak larutan dibuat suasana alkalis dengan penambahan kapur untuk mengendapkan indigo.Dari hasil percobaan ternyata bahwa kondisi optimum pembuatan pasta indigo dari daun segar tanaman Indigofera tinctoria adalah pada penggunaan kapur/alkali 30 g/kg daun, dengan waktu fermentasi antara 24 - 48 jam (24 jam<wakiu fermentasi < 48 jam). Sedang rata - rata hasil /kg daun dan ranting segar adalah 167,2 g pasta murni, 197,2 g pasta dan kapur, dan randemen 16, 72 %. Dengan memvariasikan jenis dan dosis reduktor untuk melarutkan kembali pasta indigo dan kemudian digunakan untuk mewarnai serat katun dan sutera ternyata kesempurnaan proses reduksi pasta indigo dan hasil pewarnaan terbaik (baik sutera maupun katun) dicapai oleh larutan pewarna yang menggunakan reduktor gula merah sejumlah berat pasta. Hasil pewarnaan diuji ketahanan luntur warnanya terhadap pencucian, gosokan, keringat asam dan sinar matahari yang menghasilkan ni/ai baik (4 - 5).Tanaman Indigofera yang terdapat di beberapa daerah di persada nusantara (Jawa, Bali, Kalimantan, Sumatera dll) menunjukkan bahwa Indonesia mempunyai potensi SDA yang melimpah yang dikaitkan dengan perbendaharaan sumber pewarna alami. Sementara itu telah dilakukan percobaan pengambilan zat warna indigo dari daun dan ranting tanaman liar Indigofera tinctoria secara fermentasi dingin. Dalam daun dan ranting tanaman Indigofera terdapat zat warna alam yang mengandung senyawa indigoida dengan struktur >N-H dan kromofor gugus carbonyl (>C == 0).Daun dan ranting tanaman Indigo/era segar direndam dalam air dengan perbandingan 1: 5. Ekstrak larutan dibuat suasana alkalis dengan penambahan kapur untuk mengendapkan indigo.Dari hasil percobaan ternyata bahwa kondisi optimum pembuatan pasta indigo dari daun segar tanaman Indigofera tinctoria adalah pada penggunaan kapur/alkali 30 g/kg daun, dengan waktu fermentasi antara 24 - 48 jam (24 jam<wakiu fermentasi < 48 jam). Sedang rata - rata hasil /kg daun dan ranting segar adalah 167,2 g pasta murni, 197,2 g pasta dan kapur, dan randemen 16, 72 %. Dengan memvariasikan jenis dan dosis reduktor untuk melarutkan kembali pasta indigo dan kemudian digunakan untuk mewarnai serat katun dan sutera ternyata kesempurnaan proses reduksi pasta indigo dan hasil pewarnaan terbaik (baik sutera maupun katun) dicapai oleh larutan pewarna yang menggunakan reduktor gula merah sejumlah berat pasta. Hasil pewarnaan diuji ketahanan luntur warnanya terhadap pencucian, gosokan, keringat asam dan sinar matahari yang menghasilkan ni/ai baik (4 - 5).
Pewter untuk Kerajinan Perhiasan Evi Yuliati Rufaida; Surti Indriastuti
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 26 (2009): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v26i1.1031

Abstract

Ekspor timah Indonesia tahun 2007 mengalami penurunan, sedang kerajinan pewter dari logam timah tersebut semakin berkurang karena harga jual yang tidak sesuai dengan biaya produksi. Oleh karena itu disusun penelitian pewter untuk kerjainan perhiasan agar memberikan nilai tmabah bagi perajin logam pewter.Pelaksanaan penelitian ini adalah dengan memanfaatkan pewter yang ada dibuat kerajinan perhiasan dengan menggunakan teknik produksi perhiasan logam perak. Pewter dengan menggunakan teknik pembuatan plat, kawat cetak tempa, tempa, cetak tuang dan filigri/trap-trapan yang merupakan teknik produksi perhiasan logam perak, hasil dari kerajinan perhiasan diuji secara visual atas esttetika dan warna bekas patri. Pengujian fisika kimia dengan uji tahan keringat dan tahan H2s, kekuatan tarik kawat dan hasil patri secara fisika dan kimia, uji estetika. Keyword: pewter, perhiasan
Upaya Pengembangan Industri Batik di Indonesia Abi Pratiwa Siregar; Alia Bihrajihant Raya; Agus Dwi Nugroho; Fairuz Indana; I Made Yogya Prasada; Riesma Andiani; Theresia Gracia Yunindi Simbolon; Agustina Tri Kinasih
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 37, No 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v37i1.5945

Abstract

Sejak pengakuan UNESCO pada tahun 2009, batik berkembang lebih cepat dibanding tahun-tahunsebelumnya. Namun demikian, hingga saat ini ketersediaan printing mengenai perkembangan batikmasih menjadi kendala yang belum terselesaikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahuiperkembangan batik ditinjau dari jumlah usaha, jumlah tenaga kerja, kapasitas produksi, danpermasalahan yang dihadapi oleh industri batik serta merumuskan upaya dalam pengembanganindustri batik. Penelitian ini dilakukan di 27 provinsi di Indonesia dengan menggunakan metodedeskriptif analitis menggunakan data primer dan data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian,diperkirakan jumlah industri batik di Indonesia mencapai 6.120 unit dengan tenaga kerja sebanyak37.093 orang dan mampu mencapai nilai produksi sekitar 407,5 miliar rupiah per bulan atau setara4,89 triliun rupiah per tahun. Permasalahan yang dihadapi industri batik terdiri dari printing, bahanbaku, keterampilan tenaga kerja, pengembangan usaha kain lokal, pengelolaan limbah, pembinaandan pendampingan oleh Organisasi Perangkat Daerah (OPD), persaingan dengan printing bermotifbatik. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan batik yaitu memperbaharui printingindustri batik, koordinasi sistem database batik, pemanfaatan sumber daya alam lokal denganmeningkatkan penggunaan pewarna alam, optimalisasi pembinaan industri dan peran Balai LatihanKerja (BLK) dalam peningkatan keterampilan tenaga kerja, sosialisasi potensi batik, pembangunanpengolahan limbah dan peningkatan kesadaran industri batik mengenai pengelolaan limbah,penguatan brand batik tulis dan batik cap, dan advokasi dan pemasaran sosial kepada konsumenmengenai batik tulis dan batik cap.
PENGEMBANGAN TEKNIK TRITIK JUMPUTAN DENGAN SISTEM LIPAT IKAT DAN LIPAT JELUJUR Suryawati Ristiani
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v33i1.1102

Abstract

ABSTRAKTritik jumputan adalah proses pewarnaan rintang pada kain dengan menggunakan bahan perintang seperti tali, benang atau sejenisnya menurut corak-corak tertentu. Pada umumnya motif yang dihasilkan dari teknik tritik jumputan adalah bulat-bulat dan garis berupa motif  seperti biji mentimun berderet. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan teknik tritik jumputan sehingga menghasilkan motif selain bulat dan garis. Metode yang digunakan dalam  kegiatan ini  adalah  metode ujicoba  pengembangan tritik jumputan dengan teknik lipat ikat dan lipat jelujur. Hasil ujicoba dianalisa secara kualitatif dengan pengamatan visual dan uji kesukaan. Analisa kuantitatif dilakukan melalui uji laboratorium dan uji kesukaan berdasarkan pengukuran Likert dengan skala 5. Kegiatan ini menghasilkan enam belas teknik lipat tritik jumputan yang terdiri dari sembilan teknik lipat ikat dan tujuh teknik lipat jelujur. Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap pencucian, keringat, cahaya, dan penekanan panas pada kain warna sintetis maupun alam menunjukkan rata-rata 4-5 (baik). Hasil pengujian ketahanan luntur warna terhadap gosokan menunjukkan  rata-rata  3-4 (cukup baik). Hasil uji kesukaan terhadap 10 sampel produk jumputan teknik lipat, menunjukkan bahwa rata-rata responden menilai bagus, dengan nilai rata-rata 116,4.Kata kunci: Teknik lipat, kain, pewarnaan, tritik jumputan ABSTRACT Tritik jumputan is resist dyeing technique on textiles by using rope, yarn or others as resisting materials, following certain motifs. The most common motifs of tritik jumputan are circles and lines, such as a row of cucumber seeds. The purpose of this research is to develop tritik jumputan techniques to produce motif other than circles and lines. The method of this research is experimental exploration of tritik Jumputan motif with folded tie and folded hem technique. The results are analyzed qualitatively by visual observation, being watched with eyes (observe) and preference test. Quantitative analysis were conducted through laboratory and preference test based on the 5-point Likert scale. This research produces sixteen new innovations of tritik jumputan techniques, namely: nine folded tie technique and seven  folded hem technique.The average test results of color fastness to washing, perspiration, light, and heat presseson synthetic or natural color fabricare 4-5 (good). The average results of color fastness to rubbing are 3-4 (rather good). The preference test results for 10 samples of jumputan with folded tie technique show good responds, with an average score of 116,4. Keywords: Folded technique, fabrics, dyeing, tritik jumputan.
Unggulan Ekonomis Penggunaan Zat Penguat Lapisan Peka Sinar Dari Gondorukem untuk Kasa Cap Kun Lestari
Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik
Publisher : Balai Besar Kerajinan dan Batik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22322/dkb.v0i16.1065

Abstract

Dibuat formulasi zat penguat lapisan peka sinar yang komponen utamanya adalah gondorukem. Gondorukem dicairkan dengan beberapa pelarut organik selektif sampai kekentalan tertentu. Untuk meningkatkan laju pengeringan, sistem larutan gondorukem setelah diberi stabilisator diemulsikan dengan kecepatan pengadukan 5000 RPM (konstant, selama 5 menit dengan pengemulsinya dibuat variatif.Formulasi yang mempunyai tingkat ketahanan optimal ditentukan sebagai berikut: zat penguat lapisan peka cahaya setelah dioleskan diatas lapisan peka sinar (pada kasa cap) diamati laju pengeringannya kemudian diuji ketahanannya terhadap gosokan (mekanik) dan pasta zat warna (kimia). Nilai ketahanannya dibandingkan dengan ketahanan zat penguat peka sinar yang biasa dipakai seperti: lak merah, renyulux dan kopal vernis. Dari hasil percobaan, ternyata bahwa formulasi yang menggunakan pelarut organik terpentin dan emulsifier TS memberikan ketahanan yang paling baik dengan laju pengeringan sekitar 3 jam (alamiah) atau 2 jam (dibantu kipas angin), nilai ketahanan gosok 3-4, sedikit lebih rendah dari nilai ketahanan gosok lak merah (4), sedang komposisinya sebagai berikut: gondorukem : terpentin = 1 : 1. asam sitrat 0,5%, air 5% dan pengemulsi 0,325% - 0,35%.Dibuat formulasi zat penguat lapisan peka sinar yang komponen utamanya adalah gondorukem. Gondorukem dicairkan dengan beberapa pelarut organik selektif sampai kekentalan tertentu. Untuk meningkatkan laju pengeringan, sistem larutan gondorukem setelah diberi stabilisator diemulsikan dengan kecepatan pengadukan 5000 RPM (konstant, selama 5 menit dengan pengemulsinya dibuat variatif.Formulasi yang mempunyai tingkat ketahanan optimal ditentukan sebagai berikut: zat penguat lapisan peka cahaya setelah dioleskan diatas lapisan peka sinar (pada kasa cap) diamati laju pengeringannya kemudian diuji ketahanannya terhadap gosokan (mekanik) dan pasta zat warna (kimia). Nilai ketahanannya dibandingkan dengan ketahanan zat penguat peka sinar yang biasa dipakai seperti: lak merah, renyulux dan kopal vernis. Dari hasil percobaan, ternyata bahwa formulasi yang menggunakan pelarut organik terpentin dan emulsifier TS memberikan ketahanan yang paling baik dengan laju pengeringan sekitar 3 jam (alamiah) atau 2 jam (dibantu kipas angin), nilai ketahanan gosok 3-4, sedikit lebih rendah dari nilai ketahanan gosok lak merah (4), sedang komposisinya sebagai berikut: gondorukem : terpentin = 1 : 1. asam sitrat 0,5%, air 5% dan pengemulsi 0,325% - 0,35%.

Page 7 of 30 | Total Record : 295


Filter by Year

1987 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 41, No 1 (2024): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 40, No 2 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 40, No 1 (2023): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 2 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 39, No 1 (2022): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 2 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 38, No 1 (2021): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 2 (2020): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 37, No 1 (2020): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 2 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 36, No 1 (2019): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 2 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 35, No 1 (2018): Dinamika Kerajinan dan Batik : Majalah Ilmiah Vol 34, No 2 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 34, No 1 (2017): DINAMIKA KERAJINAN DAN BATIK : MAJALAH ILMIAH Vol 33, No 2 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik: Majalah Ilmiah Vol 33, No 1 (2016): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 1 (2015): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 2 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2014): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 2 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 30, No 1 (2013): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 32, No 2 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 31, No 1 (2012): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28, No 1 (2011): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 27, No 1 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 28 (2010): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 26 (2009): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 25 (2008): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 24 (2007): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 23 (2006): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 22 (2005): Dinamika Kerajinan dan Batik No 21 (2004): Dinamika Kerajinan dan Batik No 19 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 18 (2001): Dinamika Kerajinan dan Batik No 16 (1997): Dinamika Kerajinan dan Batik Vol 15 (1996): Dinamika Kerajinan dan Batik No 10 (1992): Dinamika Kerajinan dan Batik No 9 (1991): Dinamika Kerajinan dan Batik No 8 (1988): Dinamika Kerajinan dan Batik No 7 (1987): Dinamika Kerajinan dan Batik More Issue