cover
Contact Name
Darmawati Majid
Contact Email
telagabahasa@gmail.com
Phone
+6285256649282
Journal Mail Official
telagabahasa@gmail.com
Editorial Address
Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo, Jalan DOkter Zainal Umar Sidiki, Desa Tunggulo, Kecamatan Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, 96583
Location
Kab. bone bolango,
Gorontalo
INDONESIA
Telaga Bahasa : Jurnal Ilmiah Kebahasaan dan Kesastraan
ISSN : 23549521     EISSN : 26865572     DOI : 10.36843/tb.v8i1.203
TELAGA BAHASA adalah jurnal yang bertujuan memublikasikan hasil-hasil penelitian Bahasa Sastra, baik bahasa Indonesia, daerah, maupun asing. Seluruh artikel yang terbit telah melewati proses penelaahan oleh mitra bestari dan penyuntingan oleh redaksi pelaksana. TELAGA BAHASA diterbitkan oleh Kantor Bahasa Gorontalo. Jurnal ini terbit dua kali dalam satu tahun, pada bulan Juni dan Desember. Mulai tahun 2020, akan terbit setiap bulan April dan Oktober. TELAGA BAHASA is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literature. All articles in TELAGA BAHASA have passed the reviewing process by reviewers and edited by editors. Telaga Bahasa is published by Kantor Bahasa Gorontalo twice a year, June and December. For the 2020 issue and on, this journal will be published on April and October)
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2019): TELAGA BAHASA VOL.7 NO.1 TAHUN 2019" : 10 Documents clear
PENANDA KESANTUNAN IMPERATIF DALAM BAHASA BANJAR:TINJAUAN PRAGMATIK NFN Jahdiah
TELAGA BAHASA Vol 7, No 1 (2019): TELAGA BAHASA VOL.7 NO.1 TAHUN 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v7i1.33

Abstract

Kesantunan di dalam tuturan imperatif sangat penting dilakukan oleh penutur untuk menghargai mitra tutur. Secara lingusitik, kesantunan dalam pemakaian bahasa sangat ditentukan oleh muncul tidaknya ungkapan-ungkapan penanda kesantunan. Penanda kesantunan sangat berperan dalam komunikasi antara penutur dan mitra tutur. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan penanda kesantunan imperatif dalam bahasa Banjar. Metode dasar yang diterapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Peneliti menggunakan beberapa teknik, pertama, teknik sadap, yaitu teknik yang digunakan dengan cara penyadap penutur tanpa sepengatahuan narasumber sehingga peneliti mendapatkan data semungkin, 2) kedua, teknik simak libat cakap (LBC), Teknik simak libat cakap (LBC) adalah teknik yang dilakukan dengan cara terlibat langsung dalam proses pembicaraan dengan narasumber atau informan. Ketiga, teknik rekam adalah teknik pencarian data dengan merekam penggunaan bahasa. Teori yang digunakan dalam penelitian ini kesantunan yang dikemukakan oleh Leech berdasarkan enam maksim, yaitu 1) maksim kebijakan, 2) maksim kedermawanan, 3) maksim penghargaan, 4) maksim kesederhanaan, 5) maksim permufakatan, dan maksim kesimpatisan. Hasil penelitian menunjukan bahwa dalam bahasa Banjar terdapat a) penanda kesantunan tulung, b) penanda kesantunan muhun, c) penanda kesantunan ayunah, d) penanda kesantunan cubapang, e) penanda kesantuan biar haja, f) penanda kesantunan hakunlah.Kata Kunci: penanda kesantunan, imperatif, pragmatikPoliteness in imperative speech is very important to be applied by the speaker to appreciate the dialogue partner. Linguistically, politeness in language depends on the appearance of expression. The politeness marker has an important role in communication between the speaker and the dialogue partner. This study aims to describe the imperative politeness marker in the Banjar language. The method which is used in this study is descriptive. The writer uses several steps, first, tapping. It is a step to tap the speaker where the resource person doesn’t know it, so the writer gains the real data. 2) Second, the conversation technique, this technique is done by having a conversation with the resource person. 3) Third, recording. It is a technique where the writer records the use of language. This study uses politeness theory by Leech based on three maxim, they are 1) wisdom maxim, 2) philanthropy maxim, 3) appreciation maxim, 4) simplicity maxim, 5) agreement maxim, and sympathizer maxim. The result shows that there are several markers in Banjar language, a) politeness marker tulung, b) politeness marker muhun, c) politeness marker ayunah, d) politeness marker cubapang, e) politeness marker biar haja, f) politeness marker hakunlah.Keywords: politeness marker, imperative, pragmatic
PENGHINAAN TERHADAP SIMBOL DAN PEJABAT NEGARA DALAM KAJIAN LINGUISTIK FORENSIK Kity Karenisa
TELAGA BAHASA Vol 7, No 1 (2019): TELAGA BAHASA VOL.7 NO.1 TAHUN 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v7i1.57

Abstract

AbstrakTulisan ini mendeskripsikan bagaimana kajian linguistik forensik dilakukan dalam delik aduan penghinaan terhadap simbol dan pejabat negara. Data dikumpulkan dan diolah menjadi transkripsi forensik dari tuturan berupa video dan tangkap layar unggahan Facebook yang mengandung tuturan yang berkasus hukum sebagai data tersedia prakasus, serta video dan tangkap layar unggahan Facebook dengan topik serupa dari subjek penelitian yang sama sebagai data galian kasus. Tuturan yang berkasus hukum dianalisis secara semantis dan pragmatik. Analisis semantis digunakan untuk memperoleh gambaran makna sekunder tuturan yang disampaikan tersidik. Analisis pragmatik digunakan untuk memperoleh makna berdasarkan konteks tuturan tersidik. Perbandingan data tuturan berdelik hukum dengan tuturan dari data pembanding digunakan untuk memperoleh gambaran profil bahasa tersidik berdasarkan gaya diksi tersidik.  Hasil analisis menunjukkan bahwa transkripsi forensik dari data tuturan seperti video atau tulisan di media sosial dijadikan dasar untuk melakukan analisis dalam kajian linguistik forensik. Berdasarkan analisis semantis dengan melihat penggunaan kata, frasa, dan kalimat juga dilihat koteks penggunaannya dan berdasarkan analisis pragmatik dengan melihat konteks penggunaannya disimpulkan bahwa HRS tidak melakukan penghinaan terhadap Pancasila, HBS melakukan penghinaan terhadap pejabat negara, dan SSG tidak melakukan penghinaan terhadap simbol atau lambang negara, yaitu Pancasila.Kata kunci: penghinaan, simbol, negara, linguistik forensikInsulting the State Symbol and Official in Forensic Linguistics Studies  AbstractThis paper is describes on how the study of forensic linguistics conducted in the complaint offense of insulting against the state symbols and officials. Data is collected and processed into a forensic transcriptions from videos and screenshots uploaded on Facebook containing legal-related speeches as a pre case provided data, as well as videos and screenshots uploaded on Facebook with similar to the same research subject as a case study data. The Legal-related speeches are analyzed semantically and pragmatically. Semantic analysis is used to obtain a picture of the secondary meaning of the speeches expressed by the accused. A pragmatic analysis is used to gain meaning based on the speeches of the accused context. Comparison of the legal-related speeches data with the speeches of comparative data is used to obtain an overview of the language profile of the accused based on the diction style used by the accused. The result of the analysis indicates that the forensic transcriptions from the videos and posts on social media are used as a basis for conducting analysis in forensic linguistics studies. Based on the semantic analysis by looking at the use of words, phrases, and sentences as well as the usage co-text, and based on the pragmatic analysis by looking at the usage context, it was concluded that HRS did not insult Pancasila, HBS insulted the state officials, and SSG did not insult the state symbols, namely Pancasila.Keywords: insults, symbols, state, forensic linguistics
SUBJEKTIVITAS EKA KURNIAWAN MELALUI NOVEL LELAKI HARIMAU Muhammad Teguh Saputro
TELAGA BAHASA Vol 7, No 1 (2019): TELAGA BAHASA VOL.7 NO.1 TAHUN 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v7i1.63

Abstract

Paradigma humanis dalam kajian sastra memposisikan manusia sebagai pusat. Penelitian ini mengkaji subjektivitas tokoh dan pengarang dalam semesta novel Lelaki Harimau karya Eka Kurniawan menggunakan teori subjektivitas Slavoj Zizek. Zizek memfokuskan pemikirannya pada tatanan riil dan simbolik dalam kehidupan manusia. Menurutnya, manusia mampu meraih kebebasan dan keotentikan dirinya selama ia bertindak melampaui norma-norma simbolik dan bergerak menuju dimensi riil dalam kehidupannya. Sebaliknya, manusia akan tetap terpenjara dalam dimensi simbolik, selama ia membiarkan dirinya tetap hanyut dalam kesadaran palsu ideologi. Penelitian ini menunjukkan bahwa ada upaya radikal yang dilakukan oleh tokoh utama untuk mencapai kondisi riil melalui tindakan sadis dan tak berkeprimanusiaan yang melanggar aspek normatif dalam lingkaran simbolik. Akan tetapi, peristiwa yang dihadapi oleh tokoh tersebut berlawanan dengan diri pengarang sebagai subjek. Pengarang justru tidak menunjukkan adanya upaya radikal dalam kehidupannya sehingga ia tetap berada dalam fantasi ideologis.Kata Kunci:Subjektivitas, Slavoj Zizek, Eka Kurniawan, Tindakan Radikal, Fantasi ideologis. The humanist paradigm in literature study assigns humans as the center. This research examines the subjectivity of the characters and the author in Lelaki Harimau novel by Eka Kurniawan using Slavoj Zizek's theory of subjectivity. Zizek focused his thoughts on the real and symbolic order in human life. According to him, humans are able to achieve freedom and authenticity as long as they act beyond the symbolic norms and move towards the real dimension in their life. On the contrary, humans will remain imprisoned in a symbolic dimension as long as they allowed themselves drifted away on a false consciousness of ideology. This research indicates that there are radical efforts made by the main characters to achieve the real conditions through sadistic and inhumane actions that violate the normative aspects in a symbolic circle. However, the events faced by these characters are opposite to the author as the subject. In fact, the author does not perform any radical efforts in his life so that he remains in ideological fantasies.Keywords: subjectivity, Slavoj Zizek, Eka Kurniawan, radical act, ideological fantasy
PENGEMBANGAN MEDIA 圆形卡yuán Xíng Kă BAGI PENGUASAAN KOSAKATA TEMAKEHIDUPAN SEKOLAH DALAM PEMBELAJARAN BAHASA MANDARIN Irine Cyntia Firdasari
TELAGA BAHASA Vol 7, No 1 (2019): TELAGA BAHASA VOL.7 NO.1 TAHUN 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v7i1.35

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media berupa Circular Card untuk penguasaan kosakata bahasa Mandarin bagi siswa kelas X lintas minat di SMA Negeri 2 Kota Malang. Penelitian dan pengembangan ini menggunakan metode pengembangan dari Sugiyono. Tahapan yang digunakan telah dimodifikasi oleh peneliti sehingga terdapat tujuh tahap. Sumber data penelitian ini adalah siswa kelas X lintas minat di SMA Negeri 2 Kota Malang. Data penelitian didapatkan dari hasil angket siswa dan hasil observasi pada saat uji coba lapangan di SMA Negeri 2 Kota Malang kelas X lintas minat. Penelitian dan pengembangan ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Penelitian ini berhasil mengembangkan media permainan berupa Circular Card. Media ini merupakan jenis 2 dimensi serta memiliki bentuk lingkaran dengan diameter 30 cm. Satu Circular Card memiliki 2 lapisan. Satu set media Circular Card terdiri dari 3 buah Circular Card, 1 set kartu kata sederhana, 1 buah buku petunjuk penggunaan Circular Card. Ahli media menyatakan media ini valid dengan skor 82%. Ahli materi menyatakan media ini valid dengan skor 83%. Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa media Circular Card layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran bahasa Mandarin. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa media dinilai menarik, siswa merasa terbantu dalam menguasai kosakata bahasa Mandarin serta mendapat respon positif dari siswa. Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa media permainan ini layak digunakan untuk pembelajaran kosakata bahasa Mandarin siswa kelas X lintas minat di SMA Negeri 2 Kota Malang. Kata Kunci: Pengembangan, Media Circular Card, Kosakata, Bahasa Mandarin
PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DI RUANG PUBLIK DI KOTA GORONTALO Armiati Rasyid
TELAGA BAHASA Vol 7, No 1 (2019): TELAGA BAHASA VOL.7 NO.1 TAHUN 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v7i1.64

Abstract

AbstrakTulisan ini bertujuan mendeskripsikan keterkendalian penggunaan bahasa Indonesia dan bentuk kesalahan penggunaan bahasa Indonesia pada ruang publik di Kota Gorontalo. Kajian ini bersifat kuantitatif. Data dikumpulkan dengan cara observasi dan dokumentasi serta dianalisis dengan teknik persentase. Kajian ini menemukan keterkendalian penggunaan bahasa ruang publik di Kota Gorontalo berada pada kategori Terkendali C(wilayah yang penggunaan bahasa di ruang publik kurang terkendali: secara fisik kurang didominasi bahasa asing; mulai lebih banyak berbahasa Indonesia dengan penerapan kaidah dan tipografi yang mulai baik). Hal tersebut dapat dilihat pada aspek kebahasaan yang belum sepenuhnya mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia karena memiliki masalah pada ejaan, pilihan kata, dan struktur kalimat. Berdasarkan aspek fisik kebahasaan,posisi, ukuran, dan warna huruf pun belum maksimal mendukungpengutamaan bahasa Indonesia.masih terdapat data yang menempatkan bahasa Indonesia sejajar/bersanding dengan posisi di bawah atau di atas bahasa asing atau bahasa daerah.Sementara itu, berdasarkah aspek tipografi kebahasaannya, bahan, desain, dankejelasan hurufnya sudah proporsional.Kata kunci: ruang publik, aspek kebahasaan, aspek fisik kebahasaan, aspek tipografi kebahasaan, terkendali This paper aims to describe the control of the use of Indonesian and the forms of misuse of Indonesian in public spaces in Gorontalo City. This study is quantitative. Data collected by observation and documentation and analyzed by percentage techniques. This study found that the control over the use of public space languages in Gorontalo City was in the Controlled C category (areas where the use of language in public spaces was less controlled: physically less dominated by foreign languages; started to speak more Indonesian with the application of rules and typography that began well). This can be seen in the linguistic aspects that have not fully prioritized the use of Indonesian because they have problems with spelling, choice of words, and sentence structure. Based on the physical aspects of language, position, size, and color of letters are not yet optimally support the priority of the Indonesian language. There are still data that place Indonesian in line with / position below or above a foreign language or regional language. Meanwhile, based on the typographic aspects of the language, the material, design, and clarity of the letters are proportional. Keywords: public space, linguistic aspects, physical aspects of linguistics, typographic aspects of language, controlled
RITUAL ADAT NGUNDANG DAYAK HALONG : MENANAMKAN KARAKTER BANGSA DAN MELESTARIKAN BUDAYA DAERAH NFN Hestiyana
TELAGA BAHASA Vol 7, No 1 (2019): TELAGA BAHASA VOL.7 NO.1 TAHUN 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v7i1.36

Abstract

Ngundang traditional rituals are one cultural heritage of the Dayak Halong people which continues to be maintained and carried out in traditional rituals. In the Dayak Halong indigenous people, there are several traditional rituals: inviting, namely ngundang baharin malem manta, ngundang baharin malem mandruu, ngundang wadian malem manta, ngundang wadian malem mandruu, ngundang palas kapateian, and ngundang palas nimbuk. This study aims to describe the preservation of regional culture in traditional rituals ngundang Dayak Halong as a means of instilling national character. The method used in this study is a qualitative descriptive method. This research data in the form of oral speeches in traditional rituals ngundang. In collecting data techniques used observing, recording, and interviewing. Analyzing is done with understanding, interpretation, and meaning, then they are presented in the form of description. From the results of the study, it is found that the preservation of regional culture in traditional rituals ngundang Dayak Halong as a means of instilling national character through values as follows: (1) religious, (2) honest, (3) tolerance, (4) discipline, (5) love for the homeland, (6) care for the environment, (7) social care, and (8) responsibility. Keywords: ngundang rituals, Dayak Halong, national character, preservingRitual adat ngundang merupakan warisan budaya leluhur masyarakat Dayak Halong yang terus dipelihara dan dilaksanakan dalam setiap ritual. Pada masyarakat adat DayakHalong, terdapat beberapa ritual adat ngundang, yakni ngundang baharin malem manta, ngundang baharin malem mandruu, ngundang wadian malem manta, ngundang wadian malem mandruu, ngundang palas kapateian, dan ngundang palas nimbuk. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelestarian budaya daerah dalam ritual adat ngundang Dayak Halong sebagai sarana menanamkan karakter bangsa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif  kualitatif. Data penelitian ini berupa tuturan-tuturan lisan dalam tata ritual adat ngundang. Dalam pengumpulan data, digunakan teknik simak, catat, dan cakap. Penganalisisan dilakukan dengan pemahaman, interpretasi, dan pemaknaan, kemudian disajikan dalam bentuk deskripsi. Dari hasil penelitian ditemukan pelestarian budaya daerah dalam ritual adat ngundang Dayak Halong sebagai sarana menanamkan karakter bangsa dilakukan melalui nilai-nilai sebagai berikut: (1) religius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin, (5) cinta tanah air, (6) peduli lingkungan, (7) peduli sosial, dan (8) tanggung jawab. Kata kunci: ritual, ngundang, Dayak Halong, karakter bangsa, pelestarian
KETIDAKADILAN GENDER DALAM NOVEL PEREMPUAN DI TITIK NOL KARYA NAWAL EL-SAADAWI NFN Suparman
TELAGA BAHASA Vol 7, No 1 (2019): TELAGA BAHASA VOL.7 NO.1 TAHUN 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v7i1.60

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ketidakadilan gender dalam bidang sosial, politik dan ekonomi serta bentuk perlawanan tokoh utama dalam Perempuan di Titik Nol, novel Karya Nawal el-Saadawi. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan bersifat deskriptif  kualitatif. Sumber data adalah novel Perempuan di Titik Nol Karya Nawal el-Saadawi yang diterbitkan oleh Yayasan Obor Indonesia 2006. Data dalam penelitian ini berupa kutipan kata, frasa, klausa, kalimat dan paragraf dari novel. Dari hasil penelitian ini, ditemukan dua hal yakni, 1) ketidakadilan gender dalam bidang sosial pada novel Perempuan di Titik Nol berupa tindakan kekerasan, penghinaan dan pelecehan terhadap tokoh utama serta cacian dari kaum laki-laki. Ketidakadilan gender dalam bidang politik berupa batasan untuk memperoleh pendidikan dan dibatasinya ruang bagi kaum perempuan untuk terlibat dalam ranha politik. Ketidakadilan gender dalam bidang ekonomi pada novel Perempuan di Titik Nol berupa beban kerja yang dialami oleh tokoh Firdaus yang sangat padat sehingga dia harus bekerja keras untuk bertahan hidup. Bentuk perlawanan tokoh utama dalam Novel Perempuan di Titik Nol berupa perlawanan tokoh utama terhadap proses stereotip, subordinasi marginal dan kekerasan terhadap perempuan.Kata kunci: novel, ketidakadilan gender, feminisme  This research aimed to reveal and describe gender inequity in Perempuan di Titik Nol novel by Nawal el-Saadawi in social, political, and economic sectors and the main character’s resistance. This is a library research using descriptive qualitative method. Data source of this study is Perempuan di Titik Nol novel by Nawal el-Saadawi, published by Yayasan Obor Indonesia in 2006. Data of the research are quoted words, phrases, clauses, sentences, and paragraphs from the novel Perempuan di Titik Nol by Nawal el-Saadawi. The results of this study discovered 3 issues, i.e. 1) gender inequities in social sector in the novel Perempuan di Titik Nol are the main character experienced many acts of violence, humiliation, and harassment against her as well as insult from men, 2) gender inequities in politic sphere are a limitation to obtain education and space for women to be involved in politic field, and 3) gender inequities in economic sector are the workload experienced by Firdaus is extremely heavy so he must work hard to be able to survive. The main character’s resistance in the novel Perempuan di Titik Nol is the resistance to the stereotyping, marginal subordination, or violence against women.Keywords: novel, gender inequity, feminism
MAKNA SYAIR SENGO DALAM RITUAL RAMBU SOLO’ Resnita Dewi
TELAGA BAHASA Vol 7, No 1 (2019): TELAGA BAHASA VOL.7 NO.1 TAHUN 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v7i1.65

Abstract

Penelitian ini mengkaji makna syair Sengo dalam ritual Rambu Solo’  dengan menggunakan sudut pandang Semiotika. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan mengungkapkan makna yang terdapat dalam syair Sengo.   Penelitian ini berjenis deskriptif kualitatif. Data bersumber dari tuturan atau syair Sengo yang digunakan pada ritual adat Rambu Solo’  di kabupaten Toraja Utara yang dikumpulkan dengan teknik rekam, teknik catat, dan teknik wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna dalam syair Sengo (1) Ungkapan duka yang mendalam; (2) Harapan  dari yang merasakan dukacita; (3) Perjuangan hidup mendiang menuju alam Puya (surga) Kata Kunci : Makna Syair, Sengo, Ritual Rambu Solo  ABSTRACTThis study examines the meaning of Sengo in Rambu Solo’ which is used Semiotika theory. Thus, this study aims to reveal the meaning contained in the Sengo rhyme. This research is a qualitative descriptive type. The data is sourced from utterance or Sengo rhyme, which is used in the indigenous ritual of the Rambu Solo ' in North Toraja Regency, which is collected with record techniques, record-taking techniques, and interview techPenelitian ini mengkaji makna syair Sengo dalam ritual Rambu Solo’  dengan menggunakan sudut pandang Semiotika. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan mengungkapkan makna yang terdapat dalam syair Sengo.   Penelitian ini berjenis deskriptif kualitatif. Data bersumber dari tuturan atau syair Sengo yang digunakan pada ritual adat Rambu Solo’  di kabupaten Toraja Utara yang dikumpulkan dengan teknik rekam, teknik catat, dan teknik wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna dalam syair Sengo (1) Ungkapan duka yang mendalam; (2) Harapan  dari yang merasakan dukacita; (3) Perjuangan hidup mendiang menuju alam Puya (surga) Kata Kunci : Makna Syair, Sengo, Ritual Rambu Solo THE MEANING OF SENGO RHYMEIN RAMBU SOLO’  RITUAL ABSTRACTThis study examines the meaning of Sengo in Rambu Solo’ which is used Semiotika theory. Thus, this study aims to reveal the meaning contained in the Sengo rhyme. This research is a qualitative descriptive type. The data is sourced from utterance or Sengo rhyme, which is used in the indigenous ritual of the Rambu Solo ' in North Toraja regency, which is collected with record techniques, record-taking techniques, and interview techniques. The results showed that the meaning in Sengo rhyme (1) a profound expression of grief; (2) The hope of the sorrow; (3) The struggle of life of the deceased to the nature of Puya (Paradise)    niques. The results showed that the meaning in Sengo rhyme (1) a profound expression of grief; (2) The hope of the sorrow; (3) The struggle of life of the deceased to the nature of Puya (Paradise)    
KEMAHIRAN BERBAHASA INDONESIA GURU SD DI KABUPATEN GORONTALO Wahyuni Wumu
TELAGA BAHASA Vol 7, No 1 (2019): TELAGA BAHASA VOL.7 NO.1 TAHUN 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v7i1.71

Abstract

Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan kemampuan bahasa Indonesia para pendidik di tingkat SD yang ada di Kabupaten Gorontalo. Teknik pengumpulan data yang digunakan menggunakan angket berisi 50 butir soal mencakup 5 aspek kebahasaan yaitu aspek ejaan, bentuk dan pilihan kata, pengembangan kosakata dan istilah, kalimat, serta paragraf dan wacana. Kajian ini menemukan tingkat kemahiran bahasa Indonesia pendidik di Kabupaten Gorontalo masih rendah, yang ditunjukkan oleh nilai persentase pada tiap-tiap aspek yang rendah. Pada aspek ejaan didapatkan nilai persentase 48,79. Pada aspek bentuk dan pilihan kata didapatkan nilai persentas sebesar 17.069. Aspek kosakata dan istilah menunjukkan nilai persentase 43,966. Nilai persentase pada aspek kalimat menunjukkan angka 23,793, sementara aspek paragraf dan wacana menunjukkan nilai persentase 34,828.Kata kunci: kemahiran, ejaan, bentuk dan pilihan kata, pengambangan kosakata dan istilah, kalimat, paragraf dan wacana.
PEREMPUAN BURUK RUPA DI DALAM SASTRA Wahyu Heriyadi
TELAGA BAHASA Vol 7, No 1 (2019): TELAGA BAHASA VOL.7 NO.1 TAHUN 2019
Publisher : Kantor Bahasa Provinsi Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36843/tb.v7i1.52

Abstract

AbstractThe concept of beauty written by the authors of Indonesian contemporary women at this time can be said to experience significant changes, these changes can also be said to be a resistance effort in literature that presents the ugly concept of female characters written by female authors. Ugly is no longer a weak phase, but it is increasingly becoming a force and even power that is presented through the ugly main character. Through literature research on contemporary Indonesian women's novels and short stories, namely Saman's novel by Ayu Utami, the short story of Mereka Bilang, Saya Monyet! The work of Djenar Maesa Ayu, the Wanita Berwajah Penyok by Ratih Kumala, and Si Manis dan Lelaki Ke Tujuh by Intan Paramaditha. The result obtained is that even though the ugly woman has been defeated but at the same time she must be presented in a literary text, or give symbolic resistance through the character of a bad female character apparently towards the establishment of a beauty ideology and patriarchy.Key words: Female, Ugly, Short Story, Novel AbstrakKonsep kecantikan yang ditulis oleh pengarang perempuan kontemporer Indonesia pada saat ini dapat dikatakan mengalami perubahan yang signifikan, perubahan tersebut juga dapat dikatakan sebuah upaya perlawanan di dalam sastra yang menghadirkan konsep buruk rupa pada tokoh perempuan yang ditulis oleh pengarang perempuan. Buruk supa bukan lagi sebagai suatu fase yang lemah, tetapi semakin hadir menjadi sebuah kekuatan bahkan kekuasaan yang dihadirkan melalui tokoh utamanya yang buruk rupa tersebut.Melalui penelitian pustaka pada novel dan cerpen karya perempuan Indonesia kontemporer yaitu Novel Saman karya Ayu Utami, cerpen Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu, Wanita Berwajah Penyok karya Ratih Kumala, dan Si Manis dan Lelaki Ke Tujuh karya Intan Paramaditha. Hasil yang didapatkan adalah meskipun perempuan buruk rupa telah dikalahkan namun sekaligus ia harus dihadirkan dalam teks sastra, atau memberikan perlawanan yang simbolis melalui karakter tokoh perempuan buruk rupanya terhadap kemapanan ideologi kecantikan dan patriarki.Kata-kata kunci: Perempuan, Buruk Rupa, Cerpen, Novel

Page 1 of 1 | Total Record : 10