cover
Contact Name
R Adi Deswijaya
Contact Email
adides2016@gmail.com
Phone
+6281215802433
Journal Mail Official
adides2016@gmail.com
Editorial Address
Jl. Letjend. S. Humardani No. 1 Sukoharjo
Location
Kab. sukoharjo,
Jawa tengah
INDONESIA
Kawruh : Journal of Language Education, Literature and Local Culture
ISSN : 2657134X     EISSN : 26571625     DOI : https://doi.org/10.32585/kawruh.v2i1.652
Core Subject : Education,
Kawruh Journal publishes all articles related to ideas or ideas, and research results in the fields of language education, literature and local culture.
Articles 133 Documents
NILAI SPIRITUAL PENGEMBARAAN PANGERAN WARIHKUSUMA DALAM NOVEL RANGSANG TUBAN KARYA PADMASUSASTRA Darmoko Darmoko; Rizki Wahyu Putra
Kawruh : Journal of Language Education, Literature and Local Culture Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/kawruh.v2i2.888

Abstract

Pengembaraan merupakan proses untuk menjalankan laku dalam tradisi Jawa berupa proses pengemblengandiri dengan tujuan untuk mendapatkan kesempurnaan hidup(ngudi kasampurnan).Nilai-nilai spiritualitas pengembaraan tertanam dalam masyarakat Jawa sebagaimana digambarkan dalam karya sastra Jawa. Rangsang Tuban adalah novel Jawa yang mengangkataspek spiritual pengembaraan pangeran Warihksusuma.Penelitian ini menggunakan konsep pengembaraan dan nilai spiritual menurut Niels Mulder. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai spiritual berupa nilai-nilai hidup, magis, dan lelana brata dalam pengembaraan pangeran Warihkusuma. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana nilai-nilai spiritual digambarkan melalui penggembaraan tokoh pangeran Warihkusuma dalam novel Rangsang Tuban karya Padmasusastra. Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif dan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa pangeran Warihkusumah merupakan manusia Jawa unik karena mampu menyeimbangkan diri sebagai seorang bangsawan dan rohaniawan dalam menjalankan pengembaraan. Pangeran Warihkusuma merupakan seorang bangsawan dari status sosial tinggi namun ia mampu menguasai diri dan menjadi seorang rohaniawan. Hal ini ditunjukkan dengan kemampunnya menyelaraskan diri dengan hal-hal magis (jagad cilik danjagad gedhe) dan mendapat anugerah Tuhan berupa weca selama masa pengembaraannya. Nilai-nilai hidup, magis, dan lelana brata dalam pengembaraan pangeran Warihkusuma menjadi kunci keberhasilan pengemblengan dirinya untuk mencapai pendewasaan dan kesempurnaan hidup.Kata kunci : pengembaraan, nilai spiritual, Warihkusuma, karya sastra, JawaPengembaraan merupakan proses untuk menjalankan laku dalam tradisi Jawa berupa proses pengemblengandiri dengan tujuan untuk mendapatkan kesempurnaan hidup(ngudi kasampurnan).Nilai-nilai spiritualitas pengembaraan tertanam dalam masyarakat Jawa sebagaimana digambarkan dalam karya sastra Jawa. Rangsang Tuban adalah novel Jawa yang mengangkataspek spiritual pengembaraan pangeran Warihksusuma.Penelitian ini menggunakan konsep pengembaraan dan nilai spiritual menurut Niels Mulder. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai spiritual berupa nilai-nilai hidup, magis, dan lelana brata dalam pengembaraan pangeran Warihkusuma. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana nilai-nilai spiritual digambarkan melalui penggembaraan tokoh pangeran Warihkusuma dalam novel Rangsang Tuban karya Padmasusastra. Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif dan metode deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menyatakan bahwa pangeran Warihkusumah merupakan manusia Jawa unik karena mampu menyeimbangkan diri sebagai seorang bangsawan dan rohaniawan dalam menjalankan pengembaraan. Pangeran Warihkusuma merupakan seorang bangsawan dari status sosial tinggi namun ia mampu menguasai diri dan menjadi seorang rohaniawan. Hal ini ditunjukkan dengan kemampunnya menyelaraskan diri dengan hal-hal magis (jagad cilik danjagad gedhe) dan mendapat anugerah Tuhan berupa weca selama masa pengembaraannya. Nilai-nilai hidup, magis, dan lelana brata dalam pengembaraan pangeran Warihkusuma menjadi kunci keberhasilan pengemblengan dirinya untuk mencapai pendewasaan dan kesempurnaan hidup. Kata kunci : pengembaraan, nilai spiritual, Warihkusuma, karya sastra, Jawa
TINGKAT TUTUR BAHASA JAWA DALAM FILM KARTINI Novia Ayu Rizky; Dwi Puspitorini
Kawruh : Journal of Language Education, Literature and Local Culture Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/kawruh.v1i2.406

Abstract

Penelitian ini membahas tingkat tutur bahasa Jawa dengan pendekatan struktural dan sosiolinguistik.Masyarakat Jawa pada abad 19 yang digambarkan dalam film Kartini,yaitu masyarakat Jawa yangmenghormatiseseorang keturunan bangsawan. Hal tersebut terlihat dalam penggunaan tingkat tutur bahasa Jawa Ngoko dan Kramaketika penutur bertutur dengan mitra tutur yang bergelar bangsawan. Penelitian dilakukan untuk menjawab pertanyaan bagaimana cara pandang penutur terhadap mitra tutur di dalam masyarakat Jawa. Pendekatan struktural digunakan untuk menentukan bentuk tingkat tutur. Pendekatan sosiolingistik dilakukan dengan menganalisis faktor yang melatarbelakangi pemilihan tingkat tutur. Teori tingkat tutur yang diajukan oleh Poedjasoedarma (1979) dan Harjawiyaya (2001) digunakan sebagai pisau analisis.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan teknik simak kemudian ditranskripsi. Sumber data penelitian ini adalah tuturan tokoh-tokoh dalam film Kartini. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa faktor yang menguatkan pemilihan tingkat tutur adalah status sosial, bukan relasi kekerabatan atau umur. Kata kunci: tingkat tutur bahasa Jawa; film Kartini; kesantunan; Ngoko; Krama
TINGKAT TUTUR SEBAGAI SARANA PEMBENTUKAN PENDIDIKAN KARAKTER Nurpeni Priyatiningsih
Kawruh : Journal of Language Education, Literature and Local Culture Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/kawruh.v1i1.239

Abstract

Tingkat tutur atau dalam bahasa Jawa disebut unggah-ungguh adalah adat sopan santun, etika, tata susila, tatakrama berbahasa. Tingkat tutur tidak hanya terbatas pada bentuk tuturan tetapi juga menyangkut pada tindak tanduknya, yang dapat dikatakan sebagai patrap dan pocap. Tingkat tutur secara garis besar dibagi menjadi dua yaitu ragam ngoko dan ragam krama. Ragam ngoko sendiri dibagidua yaitu ngoko lugu dan ngoko alus. Demikian juga ragam krama terdiri dari dua yaitu ragamkrama lugu dan krama alus. Pendidikan bahasa Jawa mempunyai fungsi  yang diarahkan untuk dua hal yaitu kultural dan edukatif. Penerapan tingkat tutur/unggah-ungguh melalui pendidikan bahasa Jawa bersifat vertikal artinya yang muda menggunakan ragam krama untuk menghormati yang tua/ dituakan , sebaliknya yang tua tidak boleh sewenang-wenang terhadap yang muda, yang demikian disebut keseimbangan. Konsep keseimbangan itu meliputi duduga, prayoga, watara dan reringa.Penerapan tingkat tutur/ unggah-ungguh dapat dijadikan sarana pembentukanpendidikan karakter. Kata-kata kunci: Bahasa Jawa, Tingkat tutur, Pendidikan Karakter.
Register Bahasa Driver Ojek Online di Basecamp Kabupaten Karanganyar Purbo Anggoro Pudyastowo; Agus Efendi; Harsono Harsono
Kawruh : Journal of Language Education, Literature and Local Culture Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/kawruh.v2i2.1573

Abstract

Register merupakan variasi bahasa dari segi pemakaiannya. Penelitian ini mengkaji bentuk dan fungsi register yang digunakan driver ojek online di basecamp Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk danfungsi register yang digunakan antar driver ojek online dalam berkomunikasi saat berinteraksi di basecamp. Pendekatan penelitian menggunakan landasan teori sosiolinguistik. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk data lisan berupa percakapan dari pembicaraan antara driver ojek online yang berada di basecamp. Data dalam penelitian berupa kata dan kalimat yang mengandung register. Sumber data adalah informan dan aktivitas. Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi dan wawancara mendalam. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik simak yang dilengkapi dengan teknik simak libat tancakap, teknik rekam dan teknik catat. Analisis data  dilakukan model analisis interaktif yang dilakukan melalui reduksi data, sajian data, verifikasi. Simpulan dari penelitian ini terdapat 18 kata yang mengandung register di dalam komunikasi antar driver ojek online di basecamp.  Temuan bentuk register, yaitu tupo, nyantol, pecah telur, gacor, gabluk, banter, on, cancel, mlayu, dor, poin, longtrip, offline, DSU, go-ride, ngebid, orderan fiktif, dan go-food. Fungsi bahasa yang ditemukan ada 3 yaitu representasi, heuristik, dan interaksional. Penelitian ini memberikan manfaat untuk pengembangan kajian teori sosiolinguistik, khususnya pada Register.
Sajen dalam Ruwatan Murwakala sebagai Bentuk Resistensi Agus Efendi
Kawruh : Journal of Language Education, Literature and Local Culture Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/kawruh.v3i1.918

Abstract

Penelitian ini membahas sajen dalam ruwatan, bertujuan menjelaskan bagaimana fenomena keberadaan sajen yang terdapat dalam pertunjukkan ruwatan murwakala sebagai bentuk resistensi.  Pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif penelitian ini dilakukan. Sumber data dikumpulkan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif.  Hasil penelitian berupa deskripsi dan penjelasan berbagai macam dan ragam sajen yang digunakan dalam upacara ruwatan sebagai bentuk resistensi. Sajen dalam prosesi ruwatan dapat diklasifikasikan berupa, (1) hasil pertanian, (2) tumbuh-tumbuhan, (3) alat rias, (4) bumbu dapur, (5) ternak/unggas, (6) pakaian, dan (7) makanan.
Bentuk, Fungsi, dan Makna Kidung Rumekso Ing Wengi : Kajian Hermeneutik Aris Aryanto
Kawruh : Journal of Language Education, Literature and Local Culture Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/kawruh.v3i1.1511

Abstract

Pembicaraan mengenai sastra Jawa tidak akan pernah habis untuk dikuliti. Salah diantaranya sastra Kidung Rumeksa Ing Wengi. Tujuan tulisan ini untuk menyampaikan tafsir mengenai bentuk, fungsi dan makna Kidung Rumeksa Ing Wengi. Tafsir ini setidaknya dapat menambah referensi pengetahuan mengenai kajian sastra Jawa. Penelitian ini merupakan penelitian pustaka dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Data diperoleh dari naskah Jawa dan sumber yang mendukung analisis. Data dianalisis menggunakan kajian isi dengan pendekatan hermeneutik. Hasil penelitian diperoleh bahwa Kidung Rumekso Ing Wengi menyampaikan kepada manusia agar senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehingga terhindar dari kutukan dan malapetaka.
Penerapan Teknik Parafrase Diary Tingkatkan Keterampilan Menulis Geguritan Pada Peserta Didik SMK Arif Wahyu Wantoro
Kawruh : Journal of Language Education, Literature and Local Culture Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/kawruh.v3i1.1426

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan menulis geguritan dan kualitas proses pembelajaran dengan penerapan teknik parafrase diary pada peserta didik kelas X Administrasi Perkantoran 2 SMK Negeri 1 Jati Kabupaten Blora. Hasil penelitian adalah penerapan teknik parafrase diary dapat meningkatkan keterampilan dan  kualitas proses pembelajaran menulis geguritan pada peserta didik kelas X Administrasi Perkantoran 2 SMK Negeri 1 Jati Kabupaten Blora. Hal ini dapat dilihat dari kinerja peserta didik dalam mempersiapkan pembelajaran dengan baik, aktif dalam kegiatan apersepsi, menjawab pertanyaan guru, bertanya kepada guru, menulis geguritan dengan semangat, menciptakan geguritan yang menarik, berperan aktif dalam pembelajaran dan ikut merefleksi dan menyimpulkan kegiatan pembelajaran. Selain itu hasil ketuntasan peserta didik dalam menulis geguritan dari pratindakan 38,7 % ke siklus 1 74,2%   meningkat 35,5% dan dari siklus 1  74,2% ke siklus 2  93,6% meningkat 19,4%. Kriteria ketuntasan minimal yang terdapat di SMKN 1 Jati Kabupaten Blora adalah 75.
Makna Simbolik Sesajen Sedulur Papat Lima Pancer Ing Dhusun Kedungwungkal Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan (Studi Kasus Keluarga Cipto Tukiman-Gami) Anidya Indah Kusuma Pratiwi Priyanto; Nurpeni Priyatiningsih; R. Adi Deswijaya
Kawruh : Journal of Language Education, Literature and Local Culture Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/kawruh.v2i2.1509

Abstract

Penelitian ini berlatar belakang kebudayaan tradisional khususnya upacara tradisi. Dalam penelitian ini membahas tentang upacara tradisi Sedulur Papat Lima Pancer di Dusun Kedungwungkal Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan yang dilaksanakan ketika seorang anak sudah dianggap dewasa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan arti sedulur papat lima pancer, prosesi upacara tradisi, dan makna simbolik sesajen dalam upacara tradisi sedulur papat lima pancer.Penelitian makna simbolik sesajen sedulur papat lima pancer di Dusun Kedungwungkal Kecamatan Karangrayung Kabupaten Grobogan ini mengkaji tentang hakikat simbol, kebudayaan, upacara tradisi, sedulur papat lima pancer dan menjelaskan prosesi tradisi serta makna yang terkandung dalam sesajen dalam tradisi sedulur papat lima pancer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam upacara tradisi sedulur papat lima pancer, prosesi dan sesaji mengandung filosofi kehidupan manusia yang disimbolkan melalui berbagai jenang yang mengandung arti bahwa manusia memiliki empat saudara yang mendampinginya sejak lahir. Upacara tradisi ini juga merupakan wujud syukur karena anak telah dewasa sekaligus meminta perlindungan kepada Tuhan agar anak selamat tanpa aral melintang dan dipermudah segala urusan kehidupannya.
Eksistensi Wayang Suket Sebagai Identitas Budaya Kota Satria Meidawati Suswandari
Kawruh : Journal of Language Education, Literature and Local Culture Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/kawruh.v3i1.1387

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya untuk menjaga eksistensi wayang suket sebagai identitas budaya Kota Satria. Penulisan ini dilakukan melalui studi pustaka. Obyek penelitian ini adalah wayang suket dan identitas budaya. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan penelusuran jurnal-jurnal yang terdapat pada beberapa media elektronik seperti digital library, internet, dengan melalui Google Cendekia. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis anotasi bibliografi (annotated bibliography). Hasil penelitian menunjukan bahwa: upaya untuk menjaga eksistensi wayang suket sebagai identitas budaya Kota Satria melalui pelestarian budaya dalam bentuk permainan ular tangga dengan tema wayang, gantungan kunci dibuat dari kulit seperti ingin membuat wayang, tetapi ukurannya lebih kecil, penayangan wayang suket di bioskop, dan peran pemerintah adalah mendukung penayangan wayang dengan membantu menyuplai dana dan membantu sosialisasi kepada masyarakat. 
Keadiluhungan Keris dalam Budaya Jawa Nurnaningsih Nurnaningsih
Kawruh : Journal of Language Education, Literature and Local Culture Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32585/kawruh.v2i2.1582

Abstract

Keris atau curiga, kadga, suduk, wangkingan, dhuwung dibuat oleh seorang pandai besi yang disebut empu. Secara keseluruhan keris dan warangkanya akan tampak kesatuan yang harmonis antara seni pahat, seni ukir, dan seni patung. Penelitian ini akan membahas nilai estetika sebuah bentuk keris yang meliputi bagian-bagian keris, dhapur, pamor dan tangguh. Penelitian tentang keadiluhungan keris dalam budaya Jawa ini bersifat deskriptif kulitatif. Dalam penelitian ini, data berupa diksi-diksi bahasa Jawa yang berhubungan dengan keris. Sumber data berupa naskah-naskah Jawa yang memuat mengenai keris yaitu Serat Centhini Latin, Serat Bauwarna Padmasusastra, Kawruh Jejeran, Kriya Mranggi, Dhuwung Wesi Aji, dan Kajawen. Teknik pengumpulan menggunakan content  analysis dan teknik pustaka. Teknik analisis data melalui reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selain memiliki unsur seni yang tinggi, keris juga dipercaya memiliki daya magis. Keris dalam perkembangannya telah menempuh masa yang sangat panjang sejak jaman sebelum kerajaan Pajajaran, jaman Pajajaran, jaman Majapahit, jaman Demak Pajang, jaman Mataram sampai jaman Surakarta dan Yogyakarta.

Page 3 of 14 | Total Record : 133