cover
Contact Name
Dr. Ir., Nurtati Soewarno, M.T
Contact Email
nurtati@itenas.ac.id
Phone
+6222-7272215
Journal Mail Official
terracotta@itenas.ac.id
Editorial Address
Tata Usaha Prodi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Bandung - Itenas Gedung 17 Lantai 1 Jl. P.H.H. Mustofa No 23 Bandung - Jawa Barat 40124
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA
ISSN : -     EISSN : 27164667     DOI : https://doi.org/10.26760/terracotta
Core Subject : Engineering,
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA adalah Jurnal Ilmiah yang berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang-bidang utama : Perancangan Arsitektur (gedung), Stuktur dan Konstruksi, Teknologi Bangunan, Perencanaan Kota dan Asitektur Kota, Perumahan dan Permukiman, serta Teori-Metoda dan Sejarah Arsitektur.
Articles 125 Documents
Pengaruh Penggunaan Material Bambu Terhadap Fasad Bangunan Amfiteater Taman Buah Mekarsari Bogor Ardhiana Muhsin
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 2, No 1 (2021)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v2i1.4315

Abstract

AbstrakSeiring dengan isu lingkungan yang berkembang di Indonesia saat ini, arsitek diharapkan dapat menciptakan bangunan dengan material yang ramah lingkungan dan terbarukan. Efisiensi penggunaan material bangunan sangat diperlukan guna mempertahankan sumber daya alam yang ada di negara ini. Salah satu material yang ramah lingkungan serta mudah didapatkan di Indonesia yaitu material bambu. Bambu memiliki beberapa keunggulan dibanding kayu yaitu memiliki masa pertumbuhan yang cepat. Bambu, dalam waktu lima tahun sudah dapat dimanfaatkan sebagai bahan konstruksi bangunan, dapat dilengkungkan karena memiliki elastisitas, serta memberikan nilai dekoratif yang tinggi. Fasad secara arsitektural dapat diartikan kulit terluar/ selubung yang mencerminkan wajah bangunan. Umumnya bagian badan memiliki porsi terbesar karena bidang ini mudah terlihat dan diolah dengan banyak ragam desain namun pada arsitektur bambu bagian yang lebih mendominasi adalah kepala yang direpresentasikan berupa atap. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Bagian yang dianalisis di antaranya adalah kriteria desain bangunan yang dapat mengatasi problematika material bambu di lokasi iklim tropis, karakteristik dan penggunaan material pada bangunan yang menggunakan bambu yang pada akhirnya menentukan ekspresi dan karakter, serta komposisi fasad bangunan yang menggunakan bambu. Hasil akhir diketahui faktor-faktor tersebut ternyata memang mempengaruhi tampilan fasad bangunan bambu secara keseluruhan yang umumnya didominasi oleh atap bangunan.Kata kunci: arsitektur, ramah lingkungan, material, fasad AbstraCTAlong with environmental issues that are currently developing in Indonesia, architects are expected to be able to create buildings with environmentally friendly and renewable materials. Efficient use of building materials is needed in order to maintain the natural resources that exist in this country. One of the materials that are environmentally friendly and easily available in Indonesia is bamboo material. Bamboo has several advantages over wood which is that it has a fast growth period. Bamboo, within five years can be used as a building construction material, can be bent because it has elasticity and provides high decorative value. Architecturally, the facade can be interpreted as the outer shell / sheath that reflects the face of the building. Generally, the body part has the largest portion because this area is easily visible and processed with a variety of designs, but in bamboo architecture, the part that dominates is the head which is represented in the form of a roof. The research method used is qualitative with a case study approach. The sections analyzed include building design criteria that can overcome the problems of bamboo material in tropical climatic locations, the characteristics and use of materials in buildings using bamboo, which ultimately determine the expression and character and composition of building facades using bamboo. The final result is that these factors actually influence the appearance of the bamboo building facades as a whole which is generally dominated by the roof of the building.Keywords: architecture, environmental friendly, material, facade
Representasi Filosofi Islam Pada Rancangan Arsitektur Masjid Nahrul Hayat Cikampek Utami Utami
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v3i1.5074

Abstract

AbstrakFilosofi Islam merupakan cara berfikir yang menjelaskan nilai-nilai Islam, tidak hanya menyangkut bagaimana interaksi sesama manusia tetapi juga dengan lingkungan. Meliputi semua aspek kehidupan. Kekayaan nilai-nilai yang terkandung dalam filosofi Islam menjadi salah satu pilihan referensi bagi seorang arsitek dalam merancang. Nilai-nilai Islam dapat direpresentasikan dalam perancangan  arsitektur. Masjid sebagai tempat ibadah merupakan bangunan yang memiliki peran penting bagi umat Islam. Penelitian ini bermaksud mengamati bagaimana penerapan nilai Islam pada bangunan masjid sebagai tempat ibadah yang tentunya tidak terlepas dari penerapan ibadah secara praktis dalam kehidupan. Objek studi yang dipilih dalam penelitian ini adalah Masjid Nahrul Hayat, Cikampek. Masjid ini memiliki konsep desain dan bentuk yang tidak biasa dan berbeda dengan masjid-masjid pada umumnya dijamannya. Penelitian ini akan menjelaskan bagaimana nilai Islam memberikan pengaruh terhadap konsep dan desain pada bangunan masjid. Lingkup pengamatan penelitian meliputi tatanan lansekap, gubahan massa, olahan fasad, dan interior. Penelitian ini menggunakan metode descriptive- content analysis, yaitu mendeskripsikan nilai-nilai filosofi Islam yang terkandung pada objek yang diteliti. Hasil penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa Masjid Nahrul Hayat Cikampek menerapkan nilai Islam baik dalam konsep maupun desain arsitektur masjid.Kata kunci: filosofi Islam, masjid, perancangan, konsep arsitektur. AbstractIslamic philosophy is a way of thinking that explains Islamic values, not only regarding how humans interact but also with the environment. Covers all aspects of life. The wealth of values contained in Islamic philosophy is one of the reference choices for an architect in designing. Islamic values can be represented in architectural design. The mosque as a place of worship is a building that has an important role for Muslims. This study intends to observe how the application of Islamic values in mosque buildings as places of worship is certainly inseparable from the practical application of worship in life. The object of study chosen in this research is the Nahrul Hayat Mosque, Cikampek. This mosque has a concept design and shape that is unusual and different from other mosques in its era. This study will explain how Islamic values influence the concept and design of mosque buildings. The scope of research observations includes landscape arrangement, mass composition, facade processing, and interior. This study uses descriptive-content analysis method, which describes the values of Islamic philosophy contained in the object under study. The results of this study concluded that the Nahrul Hayat, Cikampek. Mosque applies Islamic values both in the concept and architectural design of the mosque.Keywords: Islamic philosophy, mosque, design, architectural concept
Komparasi Karakteristik Kawasan Permukiman Antara Zona Perairan Dan Zona Peralihan Studi Kasus Permukiman Pesisir Desa Lamanggau Kecamatan Tomia Kabupaten Wakatobi Arifin Arifin; Ishak Kadir; La Ode Amrul Hasan; I Made Krisna Adhi
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v3i1.6064

Abstract

AbstrakIndonesia merupakan negara majemuk dengan keberagaman mulai dari manusianya,kebudayaanya hingga pada tempat tinggal atau permukimannya. Di Sulawesi Tenggara yakni di Kabupaten Wakatobi, Kecamatn Tomia, di sebuah pulau kecil yakni pulau tolandono terdapat sebuah permukiman pesisir yang dihuni oleh masyarakat etnis Wakatobi dan masyarakat etnis bajo. Potensi tersebut diyakini memiliki hubungan dengan dunia arsitektural. Dengan mengungkap karakterisitk permukiman permikiman pesisir tersebut di dua zonasi kawasan yang berbeda yaitu di zona perairan dan zona peralihan yang kemudian di komparasi untuk dilihat perbedaan antara karakteristik kedua zona tersebut merupakan salah satu hal yang penting untuk bisa mengungkap model asitektur permukiman di desa Lamanggau. Potensi ini yang menjadi dasar bagi peneliti untuk mengangkat sebuah judul penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat sebuah nilai arsitektur local khususnya arsitektur permukiman di desa Lamanggau. Penelitan ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan rasionalisitk. Penelitian ini menemukan sebuah gagasan bahwa antara zona perairan dan zona peralihan memiliki perbendaan yang dilihat dari segi Spasial Sistem dan Physical Sistemnya. Dari segi spasial sistemnya terdapat perbedaan di pola permukiman, orientasi hunian dan pemanfaatan ruang halaman hunian, sedangkan dari segi physical sistemnya terdapat perbedaan dari segi fisik permukiman, kompoisis model hunian serta struktur huniannya.Kata Kunci: Karakteristik, Permukiman, Pesisir, Komparasi, Wakatobi AbstractIndonesia is a pluralistic country with diversity ranging from people, culture to the place of residence or settlement. In Southeast Sulawesi, namely in Wakatobi Regency, Tomia District, on a small island namely Tolandono Island there is a coastal settlement inhabited by the Wakatobi ethnic community and the Bajo ethnic community. This potential is believed to have a relationship with the architectural world. By revealing the characteristics of the coastal settlements in two different zones, namely in the water zone and the transition zone, which is then compared to see the difference between the characteristics of the two zones, it is one of the important things to be able to reveal the model of settlement architecture in the village of Lamanggau. This potential is the basis for researchers to raise a title for this research. This study aims to raise the value of local architecture, especially residential architecture in the village of Lamanggau. This research uses a descriptive research method with a rationalistic approach. This research finds an idea that between the water zone and the transition zone there are differences in terms of the Spatial System and the Physical System. From the spatial aspect of the system, there are differences in settlement patterns, residential orientation and spatial use of the residential yard, while in terms of the physical system there are differences in terms of the physical settlements, the composition of the residential model and the structure of the dwelling.Keywords: Characteristics, Settlement, Coastal, Comparison, Wakatobi
Perubahan Bentuk dan Tatanan Massa Bangunan Akibat Penambahan Fungsi Bangunan di Paskal Hypersquare Bandung Dewi Parliana
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v3i1.5201

Abstract

AbstrakKawasan Paskal Hypersquare merupakan salah satu kawasan komersial di Kota Bandung yang mengalami ekstensi bangunan yaitu Mal Paskal 23. Studi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan fungsi baru terhadap elemen kawasan yang diadopsi dari teori elemen pembentuk kota menurut Hamid Shirvani, serta teori urban design lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan disimpulkan tata guna lahan kawasan Paskal Hypersquare berada di zona merah dengan fungsi perdagangan dan jasa, telah sesuai dengan RDTR Kota Bandung, namun bangunan Mal Paskal 23 memiliki multi fungsi, yaitu mal (perdagangan), hotel (jasa), dan kampus (pendidikan) sehingga tidak sesuai dengan peraturan. Terdapat 4 kelompok warna pada kawasan Paskal Hypersquare, yaitu primer, skunder, tersier, dan netral. Material yang digunakan di kawasan tersebut adalah material baru. Bangunan memiliki tekstur halus dari finishing cat, kaca, dan ACP. KDB kawasan telah sesuai regulasi yaitu maksimum 80%. Luas bangunan sebesar 38.200 m2 telah sesuai dengan KLB kawasan yaitu 2,8. GSB pada kawasan 25 m telah sesuai regulasi yaitu 25 m untuk jalan arteri kelas C1. Kawasan ini mengkolaborasikan 2 jenis langgam, yaitu modern dan tradisional. Berdasarkan apa yang dialami di lapangan, skala megah lebih mendominasi kawasan Paskal Hypersquare. Mal Paskal 23 kontekstual dengan lingkungan sekitar. Skyline bangunan pada kawasan ini membentuk garis gelombang dinamis.Kata kunci  : Aspek Bangunan, Bentuk dan Massa Bangunan, Paskal Hypersquare, Tata Guna Lahan
Penerapan Akluturasi Budaya pada Masjid Al-Imtizaj Bandung Widji Indahing Tyas
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 3, No 1 (2022)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v3i1.5291

Abstract

Penerapan akulturasi tersebut dapat ditemukan pada perancangan bangunan Masjid Al – Imtizaj, yang merupakan salah satu masjid di kota Bandung, tepatnya terletak pada area gedung Abdurrahman bin Auf Trade Center. Bangunan ini memiliki konsep desain yang berbeda daripada desain bangunan masjid pada umumnya dan masyarakat sekitar sering menjuluki sebagai “Kelenteng Berkubah”. dimana pada perancangannya memiliki bentuk dan fasad yang unik dan berbeda juga memadukan antara konsep arsitektur Islam dan arsitektur Cina yang menjadi ciri khas tersendiri
Penerapan Material Bambu Terhadap Bangunan Perpustakaan Mikro di Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat Ardhiana Muhsin; Diki Kamaludin; Rafifta Ganiar F; Arvian Nashar Allam; Rizka Dian Utami
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i2.4014

Abstract

ABSTRAKTeknologi yang semakin canggih berdampak besar pada perkembangan dunia arsitektur masa kini. Pengembangan bahan baku material bangunan pun semakin beragam dan menghasilkan hal-hal baru. Sejalan dengan kualitas yang tersaji, tentunya akan menyebabkan dampak pada biaya yang dikeluarkan. Indonesia adalah salah satu negara dengan kekayaan bahan baku dan material tradisional yang lebih terjangkau dari segi manapun. Material yang bersifat tradisional dan konvensional semakin tenggelam oleh penggunaan beton, baja dan material modern lainnya. Bambu pada masa kini menjadi salah satu material yang jarang digunakan sebagai material utama dalam pembangunan suatu objek arsitektur. Disisi lain, material tersebut mempunyai beragam potensi baik sebagai struktur ataupun komponen pengisi pada sebuah bangunan. Penelitian ini akan membahas tentang material bambu yang akan digunakan pada sebuah bangunan perpustakaan mikro baik itu pada aspek struktur maupun penutupnya seperti dinding dan atap. Metode apa saja yang harus dilakukan terhadap material bambu agar dapat mengeluarkan potensi didalamnya dan hal apa saja yang mempengaruhi material tersebut terhadap kondisi iklim maupun keadaan sekitar lokasi pada pengerjaan perpustakaan mikro di Desa Selaawi, Kabupaten Garut, Jawa Barat.Kata kunci : Bambu, Pengawetan, Arsitektur, Perpustakaan Mikro, SelaawiABSTRACTIncreasingly sophisticated technology has a major impact on the development of the architectural world today. The development of raw materials for building materials is increasingly diverse and produces new things. In line with the quality presented, of course, it will cause an impact on the costs incurred. Indonesia is one of the countries with a wealth of raw materials and traditional materials that are more affordable from any aspect. Materials that are traditional and conventional are increasingly sinking by the use of concrete, steel and other modern materials. Bamboo today is one of the materials that rarely used as the main material in the construction of an architectural object. On the other hand, the material has a variety of potential, both as structures or filling components in a building. This research will discuss about bamboo material that will used in a micro library building both in its structural and closing aspects such as walls and roofs. What methods should be used for bamboo material in order to be able to release the potential in it and what things affect the material on the climate conditions and the situation around the location of the micro library work in Selaawi Village, Garut Regency, West Java.Keywords : Bamboo, Curing, Architecture, Micro Library, Selaawi
Pemanfaatan Ruang di Bawah Flyover Kedungkandang Kota Malang Zaid Dzulkarnain Zubizaretta; Rizki Prasetiya; Bunga Rahmasari Suhartono; Alita Dyah Ayu Pratiwi; Putu Putra Hermawan; Dahlia Kusumawati Suhartono
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 3, No 2 (2022)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v3i2.6673

Abstract

AbstrakPenataan ruang berdasarkan, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, diartikan sebagai sistem perencanaan susunan, pemanfaatan dan pengendalian. Setiap kota diharapkan memiliki penataan ruang (ruang fisik dan sosial) yang baik. Perencanaan tata ruang Kota Malang telah diatur pada Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010 - 2030, menjelaskan pada pasal 45 poin 6(k), bahwa ada rencana untuk meningkatkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) pada ruang di bawah Flyover. Terdapat 3 flyover di Kota Malang, salah satunya Flyover Kedungkandang, dimana ruang di bawah flyover belum termanfaatkan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi pemanfaatan ruang eksisting di bawah Flyover dan menganalisa pendekatan rencana pemanfaatan ruang di bawah Flyover Kedungkandang. Metode yang digunakan yaitu Metode High and Best Use, dengan data masukkan berasal dari observasi, dokumentasi dan wawancara serta kuisioner, untuk menentukan pendekatan rencana pemanfaatan ruang di bawah Flyover Kedungkandang. Pada kondisi eksisting, ruang di bawah Flyover Kedungkandang paling sering digunakan sebagai tempat berteduh dan tempat berolahraga. Berdasarkan analisa High and Best Use, ruang di bawah Flyover Kedungkandang direkomendasikan sebagai Taman RW dan memenuhi kriteria sesuai dengan Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan.Kata kunci: Flyover, High and Best Use, Ruang Publik, Taman, Tata Ruang. AbstractSpatial planning, based on the Law of the Republic of Indonesia Number 11 of 2020 concerning Job Creation, is defined as a system of planning composition, utilization, and control. Every city is expected to have good spatial planning (physical and social space). Malang City spatial planning has been regulated in Malang City Regional Regulation Number 4 of 2011 concerning Malang City Spatial Planning 2010 - 2030, explaining in article 45 point 6(k), that there is a plan to increase Green Open Space (RTH) in space under Flyover. There are 3 flyovers in Malang City, one of which is the Kedungkandang Flyover, where the space under the flyover has not been utilized. This study aims to identify the utilization of the existing space under the Flyover and analyze the approach to the space utilization plan under the Kedungkandang Flyover. The method used is the High and Best Use Method, with input data derived from observations, documentation, and interviews as well as questionnaires, to determine the approach to space utilization plans under the Kedungkandang Flyover. In the existing condition, the space under the Kedungkandang Flyover is most often used as a shelter and a place to exercise. Based on the High and Best Use analysis, the space under the Kedungkandang Flyover is recommended as a RW Park and meets the criteria following the Guidelines for Provision and Utilization of Green Open Space in Urban Areas.Keywords:Flyover, High and Best Use, Public Space, Park, Spatial. 
Penyediaan Air Bersih Sistem Kolektif: Analisis Kebutuhan Air Bersih Domestik pada Perumahan Klaster Wahyu Buana Putra; Nitih Indra Komala Dewi; Tjahyani Busono
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i2.4018

Abstract

ABSTRAKAir bersih merupakan kebutuhan dasar di lingkungan hunian. Penyediaan air bersih kota dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Akan tetapi tidak semua wilayah terjangkau dan terlewati jalur distribusi air minum kota. Pada perumahan sistem klaster yang berada di luar jalur distribusi air minum kota, suplai air bersih dan sistem distribusi yang efisien dan efektif menjadi tantangan tersendiri. Klaster perumahan The Sariwangi Village terletak di wilayah yang tidak terjangkau oleh pelayanan dari jaringan induk PDAM, oleh karena itu penyediaan air bersih disediakan oleh pengembang perumahan ini dan dikelola secara independen oleh warga. lingkungan ini mengandalkan sumber air tanah dalam dan mata air. Perumahan ini memiliki 100 kavling dengan 94 unit hunian sudah terbangun. Terdapat dua sistem penyediaan air yang diterapkan pada perumahan ini, 31 unit memiliki sumber air tanah secara mandiri melalui sumur bor yang dilengkapi dengan pompa hisap. Sedangkan sistem penyediaan air bersih pada 63 unit hunian menerapkan sistem kolektif dengan sistem tangki tekan. Distribusi air bersih dari tangki induk menuju setiap unit hunian dengan memanfaatkan gravitasi. Jaringan air bersih yang dibangun oleh pengembang, seringkali mengalami permasalahan terutama pada kecukupan debit air yang terdistribusi ke setiap hunian. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kebutuhan air bersih dalam skala perumahan pada saat beban puncak. Berdasarkan hasil analisis dengan perkiraan jumlah penghuni 252 jiwa, perhitungan pemakaian kebutuhan air per hari 30.240 liter/ hari dengan pemakaian air pada jam puncak 4,86 m3/jam. Kecukupan kebutuhan air bersih per hari, diperlukan kapasitas efektif tangki atas sebesar 4,8 m3 dengan laju aliran pompa 81 liter per menit. Berdasarkan hasil analisis, diperlukan penambahan titik sumber air tanah dalam untuk memenuhi kebutuhan debit air bersih sistem kolektif.Kata kunci: Sistem Tangki Tekan, Beban Puncak, Kapasitas Efektif Tangki, Kapasitas Pompa Pengisi.ABSTRACTDomestic water supply and distribution is a basic need in a residential environment. Water supply in the city is managed by the Regional Water Supply Company (PDAM). However, some areas are not covered by the city's water supply distribution channels. In cluster system housings outside urban water distribution channels, the efficiency of water supply and effective distribution systems is a challenge. The Sariwangi village housing cluster is located in an area unreachable by the PDAM pipeline installation, therefore the water supply is provided by this housing developer and managed independently by residents. There are two water supply systems implemented in this housing complex, 31 units have independent groundwater sources through boreholes equipped with suction pumps. Whereas the clean water supply system in 63 residential units applies a collective system of water supply with a pressure tank system. Distribution of clean water from the main tank to each residential unit by using gravity. The clean water network built by developers often experiences problems, especially in the adequacy of water discharges distributed to each dwelling. This study aims to analyze the need for clean water on a housing scale at peak times. The results of the analysis, the projected number of inhabitants is 252 occupants, the calculation of the use of water needs per day is 40,320 liters/day with an average usage of 4.03 m3/hour. Adequate need for clean water per day, an effective tank capacity of 5.4 m3 is required with a pump flow rate of 2.7 m3 per minute. Based on the results of the analysis improvements are needed to the addition of groundwater sources for a collective system clean water.Keywords: Press Tank System, Peak Load, Effective Tank Capacity, Filling Pump Capacity.
Konsep Ekowisata Dalam Perancangan Resort di Kabupaten Ciamis Azka Inatsan Ghassani; Asep Yudi Permana; Indah Susanti
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i1.3359

Abstract

ABSTRAK Kabupaten Ciamis merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Jawa Barat yang memiliki 10 prioritas rencana pembangunan, dimana salah satunya adalah pembangunan di sektor pariwisata oleh karena itu, sarana akomodasi berupa jasa penginapan pun semakin dibutuhkan. Keberadaan alam Ciamis yang masih asri, perancangan resort dengan tema ekowisata dibutuhkan , dimana diharapkan mampu memberikan kesadaran kepada pengunjung akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, budaya setempat, dan hubungan sosial .Perancangan ini menampilkan bentuk bangunan yang mencirikan ciri khas bangunan di Kabupaten Ciamis.Tidak hanya pada bentuk bangunan, ciri khas Kabupaten Ciamis pun diperlihatkan pada penggunaan material batu kali bulat dan material yang menjadi potensi alam disana seperti bambu dan kayu.Hasil studi ini diharapkan pembaca dapat memperoleh informasi dan pengetahuan terutama mengenai penerapan tema ekowisata pada resort. Kata Kunci : Ciamis, Resort, Ekowisata
Pengolahan Lahan Berkontur Pada Kawasan Ekowisata, Cijaringao, Bandung Utami Utami; Dwi Nurhayati; Fatimah Aulia Dina; Emalia Yulistia F.
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 3 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i3.4105

Abstract

AbstrakPentingnya konservasi alamiah suatu kawasan pada saat ini merupakan suatu pemikiran yang penting ditengah isu penataan kawasan yang ramah lingkungan. Mengingat banyaknya pembangunan di suatu kawasan yang dilakukan tanpa mempertimbangkan aspek alamiah tapak. Salah satu kasus yang cukup penting diulas adalah pengolahan lahan berkontur. Bandung Utara memiliki karakteristik topografi tanah dengan kemiringan yang cukup besar bahkan beberapa memiliki kecuraman yang ekstrim. Berkembangnya kawasan Bandung Utara menjadi objek wisata atau villa pada saat ini merupakan suatu hal yang kadang kala tidak diperhatikan lagi. Skala prioritas pada aspek bisnis, menjadikan beberapa karakteristik lahan kontur alamiah mengalami perombakan besar-besaran. Akibatnya lingkungan alamiah menjadi rusak, erosi bahkan longsor. Penelitian terhadap kawasan ekowisata Cijaringao, kawasan Bandung Utara yang memiliki karakteristik topografi berkontur merupakan objek studi yang sesuai dengan tema tersebut. Tujuannya adalah menganalisa pengolahan dan pemanfaatan kontur pada fungsi wisata. Metode kuantiatif - normatif digunakan sebagai analisis pengolahan lahan kontur dengan mengujinya terhadap standar ideal pengolahan perancangan pada lahan berkontur. Harapannya,penelitian ini dapat membuka wawasan para perencana dalam merancang fasilitas (built environment) pada lahan berkontur.Kata Kunci : Kontur, lingkungan alamiah, ekowisata, Cijaringao ecoland AbstractThe importance of natural conservation of an area at this time is an important thought amid the issue of environmentally friendly zoning. Given the large number of developments in an area that are carried out without considering the natural aspects of the site. One of the important cases to review is contour land management. North Bandung has a characteristic topography of the land with a fairly large slope and some even have extreme steepness. The development of the north bandung area to become a tourist attraction or a villa at this time is something that is sometimes overlooked. The scale of priority in the business aspect has made some of the characteristics of the natural contour land underwent a major overhaul. As a result, the natural environment is damaged, erosion and even landslides. Research on the ecotourism area of Cijaringao, North Bandung which has a contour topographical characteristic is an object of study in accordance with this theme. The aim is to analyze the processing and utilization of contours in the tourism function. The quantitative - normative method is used as a contour tillage analysis by testing it against the ideal standard of design processing on contoured land. It is hoped that this research can open the insights of planners in designing built facilities on contoured land.Keywords: Contours, natural environment, ecotourism, Cijaringao ecoland

Page 6 of 13 | Total Record : 125