cover
Contact Name
Dr. Ir., Nurtati Soewarno, M.T
Contact Email
nurtati@itenas.ac.id
Phone
+6222-7272215
Journal Mail Official
terracotta@itenas.ac.id
Editorial Address
Tata Usaha Prodi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Bandung - Itenas Gedung 17 Lantai 1 Jl. P.H.H. Mustofa No 23 Bandung - Jawa Barat 40124
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA
ISSN : -     EISSN : 27164667     DOI : https://doi.org/10.26760/terracotta
Core Subject : Engineering,
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA adalah Jurnal Ilmiah yang berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang-bidang utama : Perancangan Arsitektur (gedung), Stuktur dan Konstruksi, Teknologi Bangunan, Perencanaan Kota dan Asitektur Kota, Perumahan dan Permukiman, serta Teori-Metoda dan Sejarah Arsitektur.
Articles 125 Documents
Tingkat Kenyamanan Pejalan Kaki dan Pesepeda Pada Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit Dukuh Atas Roby Dwiputra; Raetami Adira Saraswati; Bachtiar Marpaung
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 3, No 2 (2022)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v3i2.6667

Abstract

AbstrakPembangunan pedestrian yang terintegrasi dengan sistem transportasi publik diusung sebagai salah satu upaya pengendalian kemacetan lalu lintas di DKI Jakarta. Dalam membuat konsep pembangunan kota yang memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi pengguna jalan di Kawasan Dukuh Atas, Pemerintah telah menerbitkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 107 Tahun 2020 tentang Panduan Rancang Kota Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit Dukuh Atas. Kajian tingkat kenyamanan pejalan kaki dan pesepeda pada pengembangan kawasan pembangunan berorientasi transit dukuh atas penting karena kawasan ini berlokasi di pusat kota Jakarta yang berpotensi menjadi preseden bagi kawasan ramah pejalan kaki dan pesepeda di ruas-ruas jalan lainnya di Jakarta. Pengumpulan data menggunakan data sekunder dan observasi yang dilakukan melalui Google Streetview. Parameter yang bersumber dari modifikasi Global Walkability Index (GWI) dengan parameter yang digunakan yaitu kenyamanan, keamanan, keselamatan, disabilitas dan jalur sepeda. Penilaian menggunakan Skala Likert dari angka 1 sampai 10 yang diberikan kepada setiap indikator yang kemudian dikelompokkan berdasarkan tipe kawasan dengan bobot tertentu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kenyamanan pejalan kaki dan pesepeda pada Kawasan Pembangunan Berorientasi Transit Dukuh Atas dengan radius 350 meter dari Stasiun MRT Dukuh Atas sebagai titik pusat pengembangan memiliki angka walkability index sebesar 48,39 (empat puluh delapan koma tiga sembilan).Kata kunci: dukuh atas, kondisi jalan, pejalan kaki, pesepeda, walkability index AbstractPedestrian development that is integrated with the public transportation system is one of the obstacles to public traffic jams in DKI Jakarta. In making the concept of city development that provides convenience and comfort for road users in the Dukuh Atas area, the Government has issued Gubernatorial Decree No. 107/2020 concerning Urban Design Guidelines (UDGL) for the Dukuh Atas Transit-Oriented Development (TOD). The study of the comfort level of pedestrians and cyclists in the development of the Dukuh Atas TOD area is important because this area is located in the center of Jakarta, which may set a precedent for pedestrian and cyclist-friendly areas on other roads in Jakarta. Data collection uses secondary data and observations made through Google Streetview. Parameters sourced from the modification of the Global Walkability Index (GWI) with the parameters used are security, safety, disability, and bicycle paths. The assessment uses a Likert Scale from numbers 1 to 10 which is given to each indicator which is then built based on the type of area with a certain weight. The results showed that the comfort level of pedestrians and cyclists in the Dukuh Atas TOD Area with a radius of 350 meters from the Dukuh Atas MRT Station as the development center point had a walkability index of 48.39 (forty-eight point three nine).Keywords: cyclist, dukuh atas, pedestrian, road condition, walkability index.
Kontekstualitas Dalam Perancangan Superblok Kepatihan, Kota Bandung Azmi Nur Shofa
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i2.4015

Abstract

ABSTRAKPermasalahan sosial seperti kemacetan yang ditimbulkan oleh mobilitas kota yang tinggi dapat menghambat efisiensi aktivitas di kota Bandung. Kemacetan mengakibatkan ruang publik kota semakin berkurang. Faktor penyebabnya adalah tingginya pertumbuhan penduduk akibat dari urbanisasi yang diprediksikan akan mencapai 60% pada 2025. Dalam aspek desain, pola tata fungsi kota yang terpisah-pisah merupakan salah satu faktor penyebabnya. Konsep superblok yang mengintegrasikan fungsi-fungsi berbeda dan menyediakan ruang publik menjadi solusi permasalahan tersebut. Penerapan konsep superblok di Kepatihan yang merupakan kawasan pusat kegiatan kota Bandung menjadi strategis untuk pengembangan kota berkelanjutan dengan konsep superblok. Perancangan superblok Kepatihan menggunakan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual dilakukan dengan menerapkan prinsip-prinsip desain yang responsif sehingga perancangan superblok dapat mempertahankan identitas kota dan selaras dengan lingkungan sekitarnya.Kata kunci: superblok, pusat perbelanjaan, ruang publik.ABSTRACTSocial problems such as congestion caused by high city mobility can hamper the efficiency of activities in the city of Bandung. Congestion causes city public space to decrease. The contributing factor is the high population growth due to urbanization which is predicted to reach 60% in 2025. In the aspect of design, the pattern of urban functioning is one of the factors causing it. The superblock concept that integrates different functions and provides public space is the solution to the problem. The application of the superblock concept in Kepatihan, which is the center of Bandung's city activity, is strategic for developing sustainable cities with the superblock concept. The design of the Kepatihan superblock uses a contextual approach. The contextual approach is carried out by applying responsive design principles so that the design of the superblock can maintain the city's identity and be in harmony with the surrounding environment.Keywords: superblock, shopping center, public space.
Penilaian Sumber Dan Siklus Material Arsitektural Dalam GBCI Pada Gedung Kuliah Bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) Agung Prabowo Sulistiawan; Dzaki Arif Maryanto Arif Maryanto; Muhammad Ilham Aprizal; Fikry Fathur Rachman
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 3, No 2 (2022)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v3i2.6795

Abstract

AbstrakPermasalahan lingkungan dan krisis energi merupakan persoalan dunia dan isu utama yang dihadapi oleh manusia saat ini. Di beberapa negara maju dibidang industri konstruksi menghabiskan sekitar 30% energi yang berdampak negatif terhadap lingkungan sekitar. Untuk mengurangi konsumsi energi dalam bidang konstruksi maka bangunan hijau dinilai sebagai sebuah upaya untuk mereduksii dampak negatif pada lingkungan sekitar. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi serta menilai Gedung Kuliah Bersama Institut Pertanian Bogor berdasarkan dua kriteria, yaitu Sumber serta Siklus Material pada Greenship versi 1.2 GBCI atau Green Building Council Indonesia. Penelitian ini menerapkan metode kualitatif dengan menganalisis data hasil survey ke objek studi dengan beberapa sumber yang berkaitan. Studi literature dilakukan di awal untuk mencari teori dan literatur yang relevan dengan pembahasan prinsip bangunan hijau yang ramah terhadap lingkungan yang mendukung analisa dalam penelitian ini. Analisis mengacu pada enam kriteria Sumber dan Siklus Material berdasarkan ketentuan Greenship GBCI. Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan bahwa Gedung Kuliah Bersama Institut Pertanian Bogor (IPB) masih belum memenuhi persyaratan Bangunan Hijau dengan total presentase sebesar 21,4% berdasarkan penilaian dua kriteria, yaitu: Sumber dan Siklus Material pada Greenship GBCI.Kata kunci: Bangunan hijau, Greenship,GBCI, Institut Pertanian Bogor (IPB) ABSTRACTEnvironmental problems and energy crises are world problems and the main issues faced by humans today. In some developed countries, the construction industry consumes about 30% of energy which has a negative impact on the surrounding environment.  To reduce energy consumption in the construction sector, green buildings are considered as an effort to reduce negative impacts on the surrounding environment.  The purpose of this research was to identify and assess the Gedung Kuliah Bersama Institut Pertanian Bogor based on the criteria of Source and Material Cycle in Greenship version 1.2 Green Building Council Indonesia (GBCI). This research applies a qualitative method by analyzing survey object’s data with several related sources. The literature study was carried out at the beginning to find theories and literature relevant to the discussion of the principles of green buildings that are friendly to the environment that support the analysis in this study. The analysis carried out refers to the six criteria of the Source and Material Cycle according to the Greenship GBCI. Based on the results of the analysis, it can be concluded that Gedung Kuliah Bersama the Bogor Agricultural University (IPB) still does not meet the Green Building requirements with a total percentage of 21.4% based on the assessment of two criteria, namely: Source and Cycle of Materials in the GBCI Greenship. Keywords: Green Building, Greenship, GBCI, Bogor Agricultural University (IPB)
Keberlanjutan Aktivitas Sehari-hari Pengunjung Alun-alun Ujung Berung Pasca Perubahan Desain Rentang Waktu tahun 2014 dan tahun 2017 Eggi Septianto; Damayanti Damayanti Putri; Amanda Rahmalia Syafitri; Ading Amirul Haj; Annisa Karmelia
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 3 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i3.3230

Abstract

AbstrakPada tahun 2014 dilakukan revitalisasi dengan membuat perubahan fisik di hampir seluruh bagian alun-alun Ujung Berung. Perubahan desain ini membuat wajah fisik dan menciptakan bentukan ruang-ruang baru di beberapa lokasi. Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi terhadap aktivitas pengunjung sehari-hari setelah terjadi perubahan desain alun-alun  di tahun 2014. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan studi litelatur juga wawancara terkait kondisi dan gambaran aktivitas alun-alun Ujung Berung sebelum revitalisasi (2014), lalu membuat identifikasi pada aktivitas pengunjung selama 1(satu)  minggu di waktu pagi, siang, sore dan malam hari setiap harinya juga mengukur dimensi ruang dan sarana penunjang di alun-alun Ujung Berung. Selanjutnya proses analisis dilakukan untuk identifikasi terpenuhinya kebutuhan aktivitas masyarakat dalam ruang-ruang hasil desain baru setelah revitalisasi dengan cara disesuaikan berdasarkan standar aktivitas ruang dan aktivitas yang ada. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai rujukan bagaimana sebuah desain alun-alun yang baik sebagai ruang publik suatu kawasan yang tetap dapat digunakan untuk kegiatan sehari-hari masyarakat.Kata kunci: alun-alun, aktivitas, desain, ruang publik.  AbstractIn 2014, revitalization was carried out by making physical changes in almost all parts of the Ujung Berung square. This design change creates a physical form and creates the formation of new spaces in several locations. This study aims to identify the activities of daily visitors after a change in the design of the Alun-alun in 2014. The method used in this research is to conduct literature studies as well as interviews related to the conditions and description of the Alun-alun Ujung Berung activity before revitalization (2014), then make identification on visitor activities for 1 (one) week in the morning, afternoon, evening and night each day also measure the dimensions of space and supporting facilities in the Ujung Berung square. Furthermore, the analysis process is carried out to identify the fulfillment of the needs of community activities in the newly Alun-alun designed after the revitalization by adjusting them based on the existing standard of spatial activities and current activities. The results of this study can be used as a reference for how a good plaza design can be used as a public space for an area that can still be used for people's daily activities.Keywords: square, activity, design, public space
Koridor Jl. R.E. Martadinata ditinjau dari Kelengkapan Elemen, Ukuran, Peletakan dan Material Jalur Pedestrian Irfan Sabarilah Hasim; Annisa Tresna Budi; Dearesti Ozadita Prabandani; Rika Amalia Suhendro
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i1.3360

Abstract

ABSTRAK Jalur pedestrian merupakan salah satu elemen dari kota yang sangat penting dalam menunjang aktifitas perkotaan yang sehat dan berkelanjutan. Banyak jalur pedestrian pada jalan-jalan utama Kota Bandung sedang diperbaiki, salah satunya adalah jalur pedestrian di Jl. R.E.Martadinata. Sebagai sebuah ruang publik, jalur pedestrian Jl. R.E. Martadinata harus bisa diakses oleh semua kalangan dengan baik dan aman. Jalur pedestrian yang baik harus mempunyai elemen-elemen yang baik dan menunjang aktifitas pejalan dan rancanganya harus sesuai dengan standar-standar yang berlaku. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rancangan pedestrian berdasarkan kelengkapan elemen, standar ukuran, peletakan dan jenis material melalui metode survey dan studi pustaka. Metode survey digunakan untuk mengamati dan mengukur obyek penelitian sementara studi pustaka untuk mencari teori yang sesuai yang akan digunakan untuk mengkaji obyek penelitian. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Koridor Jl. R.E. Martadinata sudah memiliki kelengkapan elemen material dan pendukung jalur pedestrian dan sebagian besar sudah memenuhi standar, ukuran, peletakan dan jenis material yang dikeluarkan oleh Pemerintah. Kata Kunci :Jalur Pedestrian,Koridor, Jalan, R.E.Martadinata
Koridor Karangwangi Sebagai ‘Main Street’ Kota Cirebon Yoyon Indrayana
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 3 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i3.4106

Abstract

AbstrakKoridor Karangwangi adalah salah satu Jalan protokol di kota Cirebon,yang merupakan gabungan dari 2(dua) ruas Jalan , yaitu Jalan Karanggetas dan Jalan Siliwangi. Koridor Karangwangi memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi dan peran yang sangat penting bagi kota Cirebon. Melihat sejarah yang dimiliki Koridor Karangwangi, ini dapat mejadi potensi yang sangat menarik untuk pengembangan ‘Main Street’ pada koridor Jalan dimaksud. Adanya folklore atau mitos pada koridor Karangwangi menjadikan koridor Karangwangi ini selalu berada dalam benak sebagian besar warga kota Cirebon khususnya. Koridor Karangwangi merupakan koridor utama yang bisa memberikan kesan pertama bagi pengguna Jalan atau pendatang dari luar kota saat memasuki kota Cirebon. Dengan demikian koridor ini semestinya menjadi ‘landmark’ yang memberikan informasi dan kesan yang baik tentang kota cirebon. Dengan kata lain koridor ini berpeluang untuk menjadi ‘Main Street’, simbol atau identitas bagi kota Cirebon.Pada era globalisasi seperti saat ini, adanya main street sebagai identitas kota atau citra kota dapat berfungsi sebagai penambah daya tarik wisata bagi kota. Main street menjadi sesuatu yang penting untuk memperkuat identitas dan wajah kota sehingga membuat kota tersebut menarik dan memiliki daya tarik bagi wisatawan.Kata kunci: koridor karangwangi, landmark, main street, identitas kota, wisata AbstraCTThe Karangwangi Corridor is one of the protocol roads in the city of Cirebon, which is a combination of 2 (two) roads, namely Jalan Karanggetas and Jalan Siliwangi. The Karangwangi Corridor has a very high historical value and a very important role for the city of Cirebon. Looking at the history of the Karangwangi Corridor, this can be a very attractive potential for the development of 'Main Street' in the intended road corridor. The existence of folklore or myths in the Karangwangi corridor has made the Karangwangi corridor always in the minds of most Cirebon residents in particular. The Karangwangi Corridor is the main corridor that can give a first impression to road users or migrants from outside the city when entering the city of Cirebon. Thus, this corridor should be a 'landmark' that provides information and a good impression of the Cirebon city. In other words, this corridor has the opportunity to become 'main street', a symbol of identity for the city of Cirebon. In the current era of globalization, the existence of the main street as a city identity or the image of a city can serve as an addition to tourist attraction for the city. The main street is something important to strengthen the identity and face of the city so that it makes the city attractive and attractive to tourists.Keywords: Karangwangi corridor, landmark, main street, city identity, tourism
Rekontekstualisasi Kontemporer Arsitektur Vernakular Di Studio Akanoma Reinaldi Primanizar
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 3, No 2 (2022)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v3i2.6671

Abstract

AbstrakIndonesia sebagai negara kepulauan terdiri dari berbagai masyarakat yang masing-masing memiliki tradisi yang berbeda-beda. Masing-masing tradisi mempunyai ciri khas dan keunikan yang terermin pada gaya arisitektur bangunannya. Bangunan-bangunan tradisional ini dikenal sebagai bangunan vernakular yang memadukan antara budaya masyarakat dengan unsur alam. Saat ini banyak dilakukan penggalian mengenai manfaat dan keindahan ragam tradisi. Keragaman tradisi vernakular dinilai dapat menjadi sumber gagasan atau ide dalam perancngan yang kemudian diproses dan diinterpretasikan kembali sebagai sebuah solusi arsitektural pada konteks kontemporer, salah satunya di lakukan pada disain Studio Akanoma. Tulisan ini bertujuan mengupas bagaimana khasanah arsitektur vernakular diterapkan pada Studio Akanoma direkontekstualisasi dalam dimensi waktu dan tempat yang berbeda. Paparan dilakukan dengan metoda deskriptif eksploratif. Studio Akanoma diidentifikasi melakukan proses transformasi dalam perancangan dengan meminjam dan mengkombinasikan konsep tradisi Indonesia dalam menyelesaikan isu kontemporer yang relevan. Hal ini dapat menjadi sebuah solusi disain yang baik yang dapat diikuti terutama oleh para Arsitek muda dengan mengangkat potensi dan keindahan dari beragam tradisi Indonesia serta menggabungkannya dengan gaya-gaya kontemporer kekinian. Diharapkan dengan penerapan konsep ini dapat menghasilkan disain yang menampilkan ciri khas spesific yang hanya dimiliki oleh para arsitek Indonesia sesuai dengan daerah asalnya.Kata kunci: arsitektur kontemporer, arsitektur vernakular, rekontekstual, transformasi. AbstraCTIndonesia as an archipelagic country consists of various communities, each of which has different traditions. Each tradition has its characteristics and uniqueness which is reflected in the architectural style of the building. These traditional buildings are known as vernacular buildings that combine community culture with natural elements. Currently, many excavations are carried out regarding the benefits and beauty of various traditions. The diversity of vernacular traditions is considered to be a source of ideas or ideas in designs which are then processed and reinterpreted as an architectural solution in a contemporary context, one of which is done in the design of Studio Akanoma. This paper aims to explore how the repertoire of vernacular architecture applied to Studio Akanoma is recontextualized in different dimensions of time and place. Exposure is done by using the descriptive exploratory method. Studio Akanoma is identified as carrying out a transformation process in its design by borrowing and combining traditional Indonesian concepts in solving relevant contemporary issues. This can be a good design solution that can be followed, especially by young architects by highlighting the potential and beauty of various Indonesian traditions and combining them with contemporary styles. It is hoped that the application of this concept can produce designs that display specific characteristics that are only owned by Indonesian architects according to their area of origin.Keywords: contemporary architecture, recontextual, transformation, vernacular architecture.
Revitalisasi Tirtomoyo Sebagai Sport And Wellness Center Di Surakarta dengan Pendekatan Konsep Arsitektur Dekonstruksi Dhani Mutiari; Intan Mentari Putri Gesyari
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 2 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i2.4016

Abstract

AbstrakRevitalisasi merupakan upaya untuk menghidupkan kembali suatu daerah, kawasan atau bangunan agar dapat berfungsi kembali. Tirtomoyo merupakan fasilitas olah raga berenang pertama yang ada di Kota Surakarta. Fasilitas ini dahulu digunakan untuk PON pertama kali pada taun 1948 dan belum pernah diperbarui hingga sekarang. Seiring berjalannya waktu muncullah fasilitas-fasilitas  olahraga berenang yang lebih menarik hingga Tirtomoyopun tertinggal karena tidak terurus dan sempat mangkrak selama beberapa tahun. Nilai sejarah pada Tirtomoyo sebagai tempat diadakan PON yang pertama menjadi motivasi untuk di revitalisasi. Permasalahannya adalah bagaimanakah konsep bangunan yang mampu mempertahankan Tirtomoyo sebagai kenangan masa lalu tetapi tetap dapat diterima untuk konsisi masa kini dan yang akan datang. Perencanaan wahana olahraga, rekreasi, dan sarana edukasi untuk masyarakat di sekitar Kota Surakarta menjadi pilihan sebagai upaya  menghidupkan kembali kolam renang di Tirtomoyo. Konsep desain dilakukan dengan menggabungkan bangunan lama dengan bangunan baru menggunakan penerapan trace of memory dan adaptive re-use hingga menghasilkan bangunan yang tetap mempertahankan kenangan masa lalu tirtomoyo dengan fungsi dan nuansa kekinian. Tirtomoyo Sport And Wellness Center Surakarta , selain tempat olah raga juga menjadi tempat untuk membuat masyarakat menjadi baik.Kata kunci: adaptive re-use, edukasi, kolam renang, rekreasi, trace of memory Inggris. AbstraCTRevitalization is an effort to revive an area, area or building so that it can function again. Tirtomoyo is the first swimming sport facility in the city of Surakarta. This facility was used for PON for the first time in 1948 and has not been updated until now. Over time came the more attractive swimming sport facilities until Tirtomoyopun was left behind because it was neglected and had been stalled for several years. The historical value of Tirtomoyo as the first PON venue was motivated to be revitalized. The problem is how the concept of a building that is able to maintain Tirtomoyo as a memory of the past but still acceptable for present and future concessions. Planning a sports vehicle, recreation, and educational facilities for the community around the city of Surakarta is an option as an effort to revive the swimming pool in Tirtomoyo. The design concept is carried out by combining old buildings with new buildings using the application of trace of memory and adaptive re-use to produce buildings that still retain tirtomoyo's past memories with the functions and nuances of the present. Tirtomoyo Sport and Wellness Center Surakarta, in addition to sports venues, is also a place to make the community better.Keywords: adaptive re-use, education, swimming pool, recreation, trace of memory UK
Unsur Hijau pada Ruang Publik dan Sisa Halaman Rumah Kampung Cibunut RW 07 RT 05 Kota Bandung Irfan Sabarilah Hasim
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 3 (2020)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i3.4107

Abstract

AbstrakTanaman sangat penting untuk menunjang kehidupan sebagai penunjang kesehatan, pengendali iklim mikro, menyerap polusi bahkan berguna meningkatkan kualitas visual. Kehadiran tanaman di lingkungan perkotaan semakin sulit, mengingat lahan-lahan perkotaan semakin sempit terutama di lingkungan permukiman kota yang umumnya padat dan menyisakan sedikit ruang untuk tanaman. Berbeda dengan permukiman-permukiman padat pada umumnya, Kampung Cibunut RW 07 khususnya RT 05 Kota Bandung terlihat lebih asri, banyak sekali tanaman di lingkungan ini, meskipun lahan terbuka sedikit, gang juga tidak terlalu besar dan teras-teras rumah sangat terbatas. Melihat perkembangan yang sangat baik di Kampung Cibunut, maka penelitian ini layak untuk dilakukan dengan tujuan untuk mengidentifikasi jumlah dan jenis tanaman, serta cara dan metoda penanaman di ruang sempit dan mengetahui luas diameter tajuk tanaman. Digunakan metoda deskriptif kualitatif, data dikumpulkan melalui survey dan studi pustaka. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, pengukuran dan pencatatan langsung di lapangan. Setiap tanaman diberi nomor, dan dicatat kemudian seluruh data akan dimasukan ke dalam matrik untuk memudahkan perhitungan. Pembahasan dilakukan untuk mendapatkan ragam jenis tanaman, sistem dan cara penanaman, dan luas total tajuk tanaman. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat ditiru dan diterapkan di permukiman padat sejenis di kota Bandung agar dapat meningkatkan keasrian kawasan dan penyerapan polusi.Kata kunci : Tanaman, Unsur Hijau, Lahan sempit, permukiman padat. AbstraCTPlants are very important to support life as health support, control the microclimate, absorb pollution, and even improve visual quality. The presence of plants in urban environments is increasingly difficult, given that urban lands are increasingly narrow, especially in urban residential areas which are generally dense and leave little room for plants. Unlike the dense settlements in general, Kampung Cibunut RW 07, especially RT 05 Kota Bandung, looks more beautiful, there are lots of plants in this environment, although there is little open land, the alleys are not too big and the terraces of the houses are very limited. Seeing the excellent development in Cibunut Village, this research is feasible to do the aim of identifying the number and types of plants, as well as methods and methods of planting in narrow spaces and knowing the diameter of the plant canopy. Qualitative descriptive method is used, data is collected through surveys and literature studies. Primary data obtained through field observations, measurements, and direct notes in the field. Each plant is numbered, recorded and then all data will be entered into a matrix to facilitate calculation. Discussions were conducted to obtain various types of plants, planting systems and methods, and the total area of the plant canopy. It is hoped that the results of this research can be replicated and applied in similar dense settlements in the city of Bandung to increase the beauty of the area and the absorption of pollution. Keywords: Plants, Green Element, Narrow land, dense settlement.
Kualitas Pencahayaan Alami pada Gang di Kawasan Kampung Kota Terhadap Aktivitas Eggi Septianto; Adi Kusmayadi; Ditta Fadhilah; Intan Fadila Noor Fajriani; Hanifah Nur Nadiyah
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 1, No 1 (2019)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v1i1.3375

Abstract

ABSTRAK Perkembangan permukiman di daerah perkotaan berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk. Ciri yang menonjol dari permukiman di kampung kota adalah gang sempit, kerapatan bangunan yang tinggi dan ketinggian bangunan yang beragam. Gang di permukiman kampung-kota tidak hanya berfungsi sebagai sarana sirkulasi tetapi juga menjadi sarana berbagai aktivitas masyarakat lainnya dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Kualitas pencahayaan di kampung kota yang padat memiliki pengaruh sangat besar terhadap kenyamanan, keamanan, dan keselamatan. Pada penelitian ini, analisa dilakukan pada kondisi fisik bangunan terhadap kualitas pencahayaan yang terkait aktivitas masyarakat bertujuan untuk mengetahui bagaimana kualitas pencahayaan terhadap aktivitas pada gang di kawasan kampung kota . Kawasan yang menjadi objek pengamatan adalah perkampungan di daerah Sukasenang, Kelurahan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung karena dianggap dapat mewakili karakteristik kampung – kota yang ada di Bandung. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif penentuan rasio dan arah jalur sirkulasi yang baik dalam memperoleh kualitas pencahayaan optimal dan layak untuk melakukan aktivitas pada gang kampung kota. Kata Kunci : gang, kondisi fisik, aktivitas, pencahayaan alami. ABSTRACT The development of settlements in urban areas is directly proportional to the population of growth. A prominent feature of the village settlements in the city is a narrow alley, building high density and height of buildings that vary. Alleys in the hometown not only serves as a means of circulation but also a means of various other community activities in performing daily life Quality lighting in the crowded hometown has a very big influence on comfort, security, and safety. In this study, the analysis conducted on the physical condition of the building on the quality of lighting-related community activities aimed to determine how the quality of light on the activities of the alleys in the hometown area of the city. Regions that become the object of observation is a village in the area Sukasenang, Village Cikutra, District Cibeunying Kidul, Bandung City. because it is considered to represent the characteristics of the hometown in Bandung. The results of this study can be used as an alternative to the determination of the ratio and good circulation path toward obtaining optimal lighting quality and worth to conduct activities in the alleys of howmetown. Keywords : alleys, physical condition, activity, natural lighting.

Page 7 of 13 | Total Record : 125