cover
Contact Name
Apriana Vinasyiam
Contact Email
akuakultur.indonesia@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
akuakultur.indonesia@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Akuakultur Indonesia
ISSN : 14125269     EISSN : 23546700     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Akuakultur Indonesia (JAI) merupakan salah satu sarana penyebarluasan informasi hasil-hasil penelitian serta kemajuan iptek dalam bidang akuakultur yang dikelola oleh Departemen Budidaya Perairan, FPIK–IPB. Sejak tahun 2005 penerbitan jurnal dilakukan 2 kali per tahun setiap bulan Januari dan Juli. Jumlah naskah yang diterbitkan per tahun relatif konsisten yaitu 23–30 naskah per tahun atau minimal 200 halaman.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia" : 8 Documents clear
Phenotype of the First Generation of Koi Hibridization Sumantadinata, K.; Hadiroseyani, Yani
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (112.605 KB) | DOI: 10.19027/jai.1.93-96

Abstract

ABSTRACTThis experiment was conducted to study phenotype of F1 koi that were obtained from hybridization. Females koi that was used for this experiment were white-red koi, red-black koi, and white-black koi; whereas males used white-red koi, red-black koi, white-black koi and white-red-black. Spawning for hybridization was done using hormonal stimulation with 0.5 ml ovaprim/kg body weight, and fertilization were artificially performed. Analysis on body coloration was carried out at three months old fish. Normal F1 of white-red koi as well red-black koi produced three kind of koi, while white-black koi produced seven kind of koi, i.e. white koi, red koi, black koi, white-red koi, white-black koi, red-black koi and white-red-black koi. Hybridization of those koi produced seven kind of koi such as normal F1 of white-black koi.Key word :  Koi fish, phenotype, hybridization, first generation (F1) ABSTRAKStudi tentang genotipe keturunan pertama ikan koi hasil hibridisasi telah dilakukan di Laboratorium Pengembangbiakan dan Genetika Ikan, Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB. Ikan koi betina yang dipakai adalah ikan koi putih-merah, merah-hitam dan putih-hitam, sedangkan jantannya adalah putih-merah, merah-hitam, putih-hitam dan putih-merah-hitam. Ikan-ikan tersebut diperoleh dari teknik ginogenesis. Pemijahan untuk persilangan antar jenis ikan koi dilakukan dengan rangsangan hormonal ovaprim 0,5 ml/kg, dan pembuahan dilakukan secara buatan. Analisis warna pada ikan dilakukan setelah ikan berumur 3 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkawinan normal koi putih-merah maupun merah hitam masing-masing menghasilkan tiga tipe warna (dua warna polos dan satu warna kombinasi) sedangkan koi putih-hitam menghasilkan tujuh tipe warna. Perkawinan silang antara ketiga ikan tersebut menghasilkan tujuh warna yang sama dengan keturunan normal merah-hitam, yaitu putih, merah, hitam, putih-merah, putih-hitam, merah-hitam dan putih-merah-hitam.Kata kunci :  Ikan koi, fenotip, hibridisasi, turunan pertama (F1)
The Phenotype of Diploid and Triploid F1 of Female Kohaku and Sanke Koi with Males White and Red Koi Alimuddin, .; Sumantadinata, K.; Hadiroseyani, Yani
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (86.578 KB) | DOI: 10.19027/jai.1.97-100

Abstract

ABSTRACTThis study was done to discover the effect of addition of chromosome number on phenotype F1 hybrid of females kohaku (white-red) and sanke (white-red-black) koi with males white and red koi. The white and red males koi were the F1 of gynogenesis. Spawning of koi was done by hormonal (ovaprim 0,5 ml/kg body weight) and fertilization was done artificially. Triploidization was done by heat shock at 40°C during 1,0-1,5 minutes after 2-3 minute from egg fertilization. Colour analysis was done on 4 months old fish. Triplodization was succeeding on 86,67%.  Addition of chromosome number on koi due to triploidization was suppressed the percentage of koi with combination color (kohaku, shiro-bekko, hi-utsuri, and sanke). It was seen on hybridization of sanke vs white koi as much as 5,55%, while on sanke vs red koi reached 45,02%. Hybridization of kohaku vs white koi as well as kohaku vs red koi produced higher percentages of kohaku compared to kohaku vs kohaku.Key words: Phenotype, diploid, triploid, koi fish, hybrid, chromosome AbstrakStudi ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan jumlah set kromosom terhadap fenotipe keturunan persilangan ikan koi kohaku (putih-merah) dan sanke (putih-merah-hitam) betina dengan jantan putih dan merah. Ikan koi jantan putih dan merah merupakan hasil ginogenesis generasi pertama. Pemijahan ikan koi dilakukan dengan rangsangan hormonal ovaprim 0,5 ml/kg induk dengan sistim pembuahan buatan. Triploidisasi dilakukan dengan memberikan kejutan panas 400C selama 1,0-1,5 menit pada saat 2,0-3,0 menit setelah pembuahan telur. Analisis warna dilakukan setelah ikan berumur 4 bulan. Tingkat keberhasilan triploidisasi yang diperoleh cukup tinggi, yaitu sebesar 86,67%. Penambahan jumlah set kromosom ikan koi akibat triploidisasi menurunkan persentase ikan koi yang berwarna kombinasi (putih-merah, putih-hitam, merah-hitam dan putih-merah-hitam) sebesar 5,55% untuk persilangan sanke vs putih, dan 45,02% untuk persilangan sanke vs merah. Tingginya penurunan koi warna kombinasi diduga disebabkan adanya dominansi warna tertentu, misalnya dominansi warna hitam yang persentasenya meningkat sebesar 31,7% pada persilangan sanke vs merah. Pada persilangan kohaku dengan koi putih dan dengan koi merah, persentase kohaku lebih besar daripada perkawinan normal kohaku yang diperoleh pada tahap pertama. Persentase kohaku dari perkawinan normal kohaku hanya sebesar 18,6%, sedangkan kohaku vs putih atau dengan merah adalah sekitar 27% untuk triploidisasi dan 33% untuk persilangan  normal. Tingkat kelangsungan hidup ikan normal lebih besar daripada ikan hasil triploidisasi, kecuali persilangan sanke vs putih.Kata kunci : Fenotipe, diploid, triploid, ikan koi, hibrid dan kromosom
Feeding of Marbled Goby, Oxyeleotris marmorata (Blkr.), Larvae in the Two Weeks of Their Early Life Effendi, Irzal; Sumawidjaja, K.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (149.147 KB) | DOI: 10.19027/jai.1.101-108

Abstract

ABSTRACTThe experiment was carried out at the Laboratory of Aquaculture System and Technology, Faculty of Fisheries, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Factorial arrangement in randomised block design was used in this experiment with two factors: kind of feed and feed density for sand goby, Oxyeleotris marmorata (Blkr.) larvae. There were 3 kinds of feed: rotifer, enriched-rotifer, and egg yolk-premix. Rotifer density of 20, 30, and 40 individuals/ml were maintained troughout the experiment. Egg yolk-premix were given per day in equivalent quantity as those rotifers in the treatment. Larvae of 40 individuals/l were kept in the 250 l plastic tanks, filled with 200 l of aerated ground water for 15 days indoor. Larvae fed rotifer showed better survival and growth rate than those fed egg yolk-premix. Increased rotifer density tended to increase survival and growth rate of larvae.Key words :  marbled goby, Oxyeleotris marmorata, larvae, feeding, rotifers ABSTRAKPercobaan ini dilakukan di Kolam Percobaan Babakan, Laboratorium Bogor, Bogor, dan dirancang berbentuk factorial dalam rancangan acak kelompok, dengan faktor: (1) jenis pakan dan (2) kepadatan pakan. Jenis pakan dibedakan menjadi: rotifera, rotifera-diperkaya, dan kuning telur-premiks, sedangkan kepadatan rotifera dibedakan menjadi : 20,30, dan 40 individu/ml, dipertahankan setiap hari. Kuning telur-premiks diberikan kepada larva ikan betutu, Oxyeleotris marmorata setiap hari yang setara dengan bobot rotifera setiap perlakuan, berdasarkan bobot kering keduanya. Larva sebanyak 40 ekor/l dipelihara dalam tangki plastik bervolume 250 l yang diisi air 200 l selama 15 hari dalam ruangan. Larva yang diberi rotifera cenderung memiliki kelangsungan hidup dan pertumbuhan lebih besar daripada kuning telur-premiks. Kepadatan rotifera yang semakin tinggi cenderung dapat meningkatkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva.Kata kunci :  ikan betutu, Oxyeleotris marmorata, larva, pemberian pakan, rotifera
Feeding with Artificial Feed on Sand Goby, Oxyeleotris marmorata (Blkr.), Fry Sudrajat, Agus Oman; Effendi, Irzal
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.916 KB) | DOI: 10.19027/jai.1.109-118

Abstract

ABSTRACTThe influence of feed shape and protein resource of artificial feed on the growth and survival rate of sand goby, Oxyeleotris marmorata (Blkr.), fry were evaluated in this experiment. This experiment purposed to determine growth rate, survival rate, feeding efficiency, protein retention, lypid retention and look for the suitable artificial feed for sand goby. This experiment was carried out at the Laboratory of Aquaculture System and Technology, Department of Aquaculture, Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Bogor Agricultural University in Bogor. Factorial design was used in this experiment with two factors: feed shape and protein resource. There were two kinds of feed shape: dry pellet and moist pellet. Protein resource consisted: fish, squid, and shrimp. The sand goby juveniles were kept in aquarium 60x30x40 cm was filled 40 litre of aerated. The fish were fed of 7% (dry weight based) of body weight in three time of feeding (10:00, 14:00, 18:00 WIB), 30, 30, 40% total feed/day respectively. The amount of feed was adjusted every 7 days with sampling. The juveniles feeding with shrimp-moist showed better survival rate, growth rate, feeding efficiency, protein retention, lypid retention than those fed shrimp-dry, squid-dry, squid-moist, fish-dry, and fish-moist. Dry pellet and moist pellet can be used for sand goby feeding. The artificial feed for sand goby juvenile suggested contain attractant and had highly water stability. Shrimp and squid can be used as main protein resources in artificial feed for sand goby. Key Word :  Feeding, artificial feed, sand goby, Oxyeleotris  marmorata, fry. ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bentuk pakan dan sumber protein dari pakan buatan terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan betutu, Oxyeleotris marmorata (Blkr.). Rancangan faktorial dengan 2 faktor, bentuk pakan (pelet basah dan pelet kering) dan sumber protein (ikan, cumi dan udang) digunakan dalam penelitian ini. Ikan diberi pakan 7% bobot badan basah yang diberikan dalam 3 kali per hari. Ikan yang diberi pakan dengan kombinasi bentuk pelet basah dan sumber protein udang (pelet basah-udang) menunjukkan kelangsungan hidup, pertumbuhan, efisiensi pemberian pakan dan retensi protein terbaik dari perlakuan lainnya. Udang dan cumi dapat digunakan sebagai sumber protein utama dalam pakan buatan untuk ikan betutu. Pakan buatan untuk benih ikan betutu disarankan mengandung atraktan dan memiliki stabilitas dalam air yang tinggi.Kata kunci :  Pemberian pakan, pakan buatan, ikan betutu, Oxyeleotris marmorata, benih.
Utilization of MS 222 in Transport of Catfish (Pangasius sutchi) Seed Arfah, Harton; Supriyono, Eddy
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (118.028 KB) | DOI: 10.19027/jai.1.119-122

Abstract

ABSTRACTProblems faced in supplying seed out of Java especially Bogor to Sumatera, for instance, are it only contains few seed (100 seeds/l) and it has a high mortality rate because of stress during transport.  This experiment was conducted to know the effect of MS 222 in keeping fish metabolism activity down while taking note of its survival rate and change of water quality. The experimental design used here was factorial design 3x5 with 3 repetitions.  Dosages of MS–222 were 0, 25 and 50 ppm and the fish densities were 100, 300, 400, 500 and 600 per liter.  As container was plastic bag (volume 10 l).  After putting the fish into the plastic bag, it was filled up with oxygen, which the volume was 3 times than water volume, than the plastic bag was closed by tying it.  After 18 hours of treatment the survival rate and water quality were checked.  Based on evaluation of survival rate, it was concluded that the combination between 25 ppm of MS 222 and fish density, which was 500 per liter, gave an optimum result.Keywords: Catfish, Pangasius sutchi, live transport, stress, MS–222, survival rate ABSTRAKKendala yang dihadapi dalam pemasokan benih ikan patin dari pulau Jawa terutama Bogor, keluar pulau Jawa terutama Sumatera adalah jumlah ikan yang terangkut masih sedikit (± 100 ekor/l) dan tingkat kematian yang cukup tinggi, karena stres selama perjalanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan MS–222 dalam menekan aktivitas metabolisme ikan dengan memperhatikan tingkat kelangsungan ikan dan perubahan kualitas air. Penelitian ini menggunakan rancangan faktorial 3x5 dengan 3 ulangan. Dosis MS–222 yang digunakan: 0,25 dan 50 ppm dan kepadatan ikan: 100, 300, 400, 500 dan 600 ekor/l. Wadah pengangkutan berupa kantong plastik (volume 10 l). Ikan yang diangkut dimasukkan ke dalam kantong plastik, kemudian dipompakan oksigen sebanyak 3 kali volume air, selanjutnya dilakukan pengikatan. Setelah 18 jam perlakuan dilakukan perhitungan terhadap tingkat kelangsungan hidup ikan dan perubahan kualitas air media. Hasil penelitian ini menunjukkan kombinasi penggunaan MS–222 25 ppm dan kepadatan ikan 500 ekor/l memberikan tingkat kelangsungan hidup yang optimal.Kata kunci: Ikan patin, Pangasius sutchi, pengangkutan hidup, stres, MS–222, tingkat kelangsungan hidup.
Parasites Inventory on Ornamental Fish Transported in Soekarno-Hatta Airport, Cengkareng, Jakarta Alifuddin, M.; Priyono, A.; Nurfatimah, A.
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (130.345 KB) | DOI: 10.19027/jai.1.123-128

Abstract

ABSTRACTStudy of parasites inventory on ornamental fish transported in Soekarno-Hatta Airport, Cengkareng, Jakarta was done.  Parasites were identified from coral platy fish (Xiphophorus maculatus), guppy cobra fish (Poecilia reticulata), red nose tetra fish (Hemigrammus rhodostomus) and serpe minor fish (Hyphessobrycon serpae).  Parasites found from coral platy fish were identified as Dactylogyrus  and Argulus japonicus; Trichodina heterodentata and Lerneae infected guppy cobra fish;  red nose tetra fish was infected by Gyrodactylus, whilst Ichthyoph-thirius multifiliis were found in serpe minor fish only. All of the parasites were known as ectoparasites and excluded from the List of Pest and Parasite Fish Quarantine. From this study, there was a correlation between present of parasites with length of fish.Key words : Ornamental fish, fish parasites, fish quarantine ABSTRAKPenelitian inventarisi parasit pada ikan hias yang dilalulintaskan melalui Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Jakarta telah dilakukan.  Inventarisasi parasit dilakukan terhadap ikan platis koral (Xyphophorus maculatus), ikan gupi kobra (Poecilia reticulata), ikan red nose tetra (Hemgrammus rhodostomus) dan ikan serpe minor (Hyphessobrycon serpae).  Pada ikan platis koral ditemukan parasit Dactylogyrus  dan Argulus japonicus; pada ikan gupi kobra ditemukan parasit  Trichodina heterodentata dan Lerneae; pada ikan red nose tetra hanya ditemukan parasit Gyrodactylus  dan pada ikan serpe minor hanya ditemukan parasit Ichthyophthirius multifiliis. Semua parasit yang ditemukan tergolong ektoparasit dan tidak tergolong sebagai patogen karantina.  Dari penelitian ini terlihat adanya hubungan keberadaan parasit dengan ukuran panjang ikan.Kata kunci : Ikan hias, parasit ikan, karantina ikan.
The Role of Calyx and Fruit Extract of Mangrove Sonneratia caseolaris (L) on Infection by Bacteria Vibrio harveyi in Shrimp (Penaeus monodon Fab.) Maryani, .; Dana, D.; Sukenda, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (196.937 KB) | DOI: 10.19027/jai.1.129-138

Abstract

ABSTRACTBacteriological disease that caused by bacteria V. Harveyi often lead to any damage in shrimp cultivation. The study of the role of calyx and fruit extract of mangrove S. Caseolaaaris (L) for preventation and healing on infection by bacteria V. Harveyi to shrimp (P.monodon Fab) have conducted. Dosage level that applied in  this study, both preventation and healing is 100 ppm and 200 ppm, respectively, obtained in the result of the preventation and healing experiment. For hemocyt, percent of granulosit increased and decrease for percent of hialin, contrastly if compared with  control. Application of mangrove extract can  also increase the resistence of shrimp after infectedby bacteria V. harveyi and decreasing of bacteria level in the body of shrimp. By histological observation, appearing normality of digestion system with the rich of food in digestion tract after application of mangrove S. caseolaris (L) can  applicated for preventation and healing to infection of bacteria V. harveyi to shrimp.Key words :  Bacterial infection, Vibrio harveyi, Sonneratia caseolaris, tiger shrimp. ABSTRAKPenyakit bakterial yang disebabkan oleh bakteri Vibrio sering menimbulkan masalah pada budidaya udang. Penelitian untuk mengetahui peranan ekstrak kelopak dan buah mangrove Sonneratia caseolaris (L), untuk pencegahan dan pengobatan terhadap infeksi bakteri Vibrio harveyi pada udang windu (Penaeus monodon Fab.) telah dilakukan.  Dosis yang digunakan pada percobaan ini adalah 100 ppm untuk  pencegahan dan 200 ppm untuk pengobatan.  Didapatkan hasil pada percobaan pencegahan dan pengobatan untuk jenis hemosit terjadi kenaikan persentase granulosit dan penurunan persentase hialin dan bila dibandingkan  dengan kontrol hal ini terjadi sebaliknya.  Pemberian ekstrak mangrove juga meningkatkan ketahanan hidup udang windu setelah diinfeksi dengan bakteri V. harveyi dan penurunan jumlah bakteri yang terdapat pada tubuh udang.  Gambaran pengamatan histologis memperlihatkan terjadinya kenormalan pada organ pencernaan dengan penuhnya saluran pencernaan oleh pakan setelah pemberian ekstrak mangrove.  Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak kelopak dan buah mangrove (S. caseolaris) dapat dipergunakan untuk pencegahan dan pengobatan terhadap infeksi bakteri V. harveyi  pada udang windu.Kata kunci :  Infeksi bakteri, Vibrio harveyi, Sonneratia caseolaris, udang windu.
Program for Fish Germ Plasm Conservation in Inland Waters Maskur, .
Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia
Publisher : Indonesian Society of Scientific Aquaculture (ISSA)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (82.184 KB) | DOI: 10.19027/jai.1.139-143

Abstract

-

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2002 2002


Filter By Issues
All Issue Vol. 24 No. 2 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 24 No. 1 (2025): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 2 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 23 No. 1 (2024): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 2 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 22 No. 1 (2023): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 2 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 21 No. 1 (2022): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 2 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 20 No. 1 (2021): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 2 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 19 No. 1 (2020): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 2 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 18 No. 1 (2019): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 2 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 17 No. 1 (2018): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 2 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 16 No. 1 (2017): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 2 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 15 No. 1 (2016): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 2 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 14 No. 1 (2015): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 2 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 13 No. 1 (2014): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 2 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 12 No. 1 (2013): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 2 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 11 No. 1 (2012): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 2 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 10 No. 1 (2011): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 2 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 9 No. 1 (2010): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 2 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 8 No. 1 (2009): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 2 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 7 No. 1 (2008): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 2 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 6 No. 1 (2007): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 2 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 5 No. 1 (2006): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 2 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 4 No. 1 (2005): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 3 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 2 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 3 No. 1 (2004): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 2 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 2 No. 1 (2003): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 3 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 2 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia Vol. 1 No. 1 (2002): Jurnal Akuakultur Indonesia More Issue