cover
Contact Name
Ahmad Syauqi
Contact Email
sainsalami@unisma.ac.id
Phone
+62341551932
Journal Mail Official
syauqi.fmipa@unisma.ac.id
Editorial Address
Fakultas MIPA, Gedung Usman bin Affan Lantai 1 Kompleks Universitas Islam Malang, Jl. MT. Haryono 193 Malang 65144, Indonesia
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Sains Alami (Known Nature)
ISSN : -     EISSN : 26571692     DOI : http://dx.doi.org/10.33474/j.sa.v3i2.8449
Alami menunjuk kepada material yang ada dalam makhluk hidup (ciptaan). Semua senyawa yang ada dalam tubuh makhluk hidup dan sintesis oleh peristiwa biokimia merupakan produk organik. Proses perubahan menuju mineralisasi oleh mikroorganisme merupakan peristiwa dekomposisi dan dalam hal ini juga terjadi dalam suatu kehidupan. Selanjutnya, biogeokimia merupakan suatu perputaran zat dan hal ini sangat penting dalam kehidupan.
Articles 105 Documents
Analisis Konsentrasi Pestisida Klorpirifos pada Letal Ikan Mas (Cyprinus carpio) Ririn Alfiatu Rohimah; Hari Santosa; Ahmad Syauqi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.11954

Abstract

ABSTRACTChlorpyrifos is classified as an organophosphate type pesticide, in its use it is often applied to agricultural activities. The uncontrolled use of pesticides has an impact on environmental pollution, especially aquatic biota such as fish. The purpose of this study was to analyze the acute concentration of the pesticide chlorpyrifos on Goldfish (Cyprinus carpio). The organism that is used as the object of this experiment is the goldfish (Cyprinus carpio) because it is considered that this type of fish has characteristics that are sensitive to all environmental change activities in the aquatic ecosystem and have fulfilled the requirements as one of the bioindicators of waters to changes in the surrounding environment. The research method is experiment with preliminary research, acute toxicity test (LC50), real test (sub lethal). The concentration of treatment in experimental animals included sublethal test K0 (control) 0 ppm, K1 0.25 ppm, K2 0.30 ppm, K3 0.35 ppm, K4 0.40 ppm, K5 0.45 ppm. The upper lethal threshold value was 0.5 ppm and the lower lethal threshold was 0.25 ppm based on the results of the preliminary test. Acute toxicity test ranges from K1 0.25 ppm to K5 0.45 ppm. The results of the acute toxicity test (LC50) at K1 0.25 ppm. There is a relationship between increased mortality of test animals with increasing concentrations of pesticides in the research media. An increase in the concentration of chlorpyrifos pesticide in the media of goldfish test animals has a very strong correlation with the number of operculum movements (opening and closing). The greater the concentration of chlorpyrifos pesticide, the faster the goldfish will experience a decrease in operculum movement.Keywords:Goldfish (Cyprinus carpio), Chlorpyrifos pesticideABSTRAK Klorpirifos digolongkan pada pestisida jenis orghanoposfat, dalam penggunaannya sering diaplikasikan pada kegiatan pertanian. Penggunaan pestisida yang kurang terkontrol berdampak terhadap pencemaran lingkungan, khususnya biota perairan seperti ikan. Tujuan daripada dilaksanakannya penelitian ini adalah melakukan analisis terhadap konsentrasi akut pestisida klorpirifos terhadap Ikan Mas (Cyprinus carpio). Organisme yang dijadikan sebagai objek dari eksperimen ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio) karena dinilai ikan jenis ini memiliki karakteristik yang sensitif terhadap segala aktivitas perubahan lingkungan dalam ekosistem akuatik dan telah memenuhi persyaratan sebagai salah satu bioindikator perairan terhadap perubahan lingkungan sekitarnya. Metode penelitian adalah eksperimen dengan penelitian pendahuluan, uji toksisitas akut (LC50), uji sesungguhnya (sub letal). Konsentrasi perlakuan pada hewan coba meliputi uji subletal K0 (kontrol) 0 ppm, K1 0,25 ppm, K2 0,30 ppm, K3 0,35 ppm, K4 0,40 ppm, K5 0,45 ppm. Diperoleh nilai ambang letal atas sebesar 0,5 ppm dan letal bawah sebesar 0,25 ppm berdasarkan hasil uji pendahuluan. Uji toksisitas akut kisaran K1 0,25 ppm sampai dengan K5 0,45 ppm. Hasil uji toksisitas akut (LC50) pada K1 0,25 ppm. Terdapat hubungan peningkatan mortalitas hewan uji dengan meningkatnya konsentrasi pestisida pada media penelitian. Adanya peningkatan konsentrasi pestisida klorpirifos pada media hewan uji ikan mas berkorelasi sangat kuat terhadap jumlah gerak operculum (membuka dan menutup). Semakin besar konsentrasi pestisida klorpirifos berakibat Ikan Mas semakin cepat mengalami penurunan gerak operculum. Kata kunci : Ikan Mas (Cyprinus carpio), Pestisida Klorpirifos, Uji Toksisitas Akut
Etnobotani Kopi di Desa Bambang Kecamatan Wajak Kabupaten Malang Nasrul Jauhari; Luchman Hakim; Hasan Zayadi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.12386

Abstract

This study aims to determine the types and characterization of coffee in Bambang Village and the pattern of cultivation and utilization of coffee in Bambang Village, Malang Regency. The method used in this study is observation and semi-structured interviews. Qualitative data analysis is presented in descriptive form. There are three types of coffee that are cultivated in Bambang Village, namely Coffea canephora, Coffea liberica and Coffea arabica. There are three constituent layers in coffee agroforestry, the top layer functions as a canopy consisting of Kaliandra, Jackfruit, Waru, Avocado, Lamtoro, Petai, Coconut. The middle layer consists of coffee, papaya and banana and the lower layer consists of taro, ginger and tubers. The complexity of making up coffee agroforestry is used as animal feed, firewood reserves, food sources, nutritional sources and building wood materials and the form of coffee utilization as a drink is often used as a daily dish, guest treats, arts, celebrations and traditional rituals.Keywords: Ethnobotany, Types of Coffee, Coffee AgroforestryABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis karakteristik kopi lokal dan pola budidaya serta pemanfaatan kopi yang ada di Desa Bambang Kabupaten Malang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi dan wawancara semi terstruktur. Analisis data kualitatif disajikan dalam bentuk deskriptif. Terdapat tiga jenis kopi yang dibudidayakan di Desa Bambang yaitu jenis Coffea canephora, Coffea liberica dan Coffea arabica. Ada tiga lapisan penyusun di dalam agroforestri kopi Desa Bambang, lapisan atas berfungsi sebagai kanopi terdiri dari Kaliandra, Nangka, Waru, Alpukat, Lamtoro, Petai, Kelapa. Lapisan tengah terdiri dari Kopi, Pepaya dan Pisang dan lapisan bawah terdiri dari Talas, Jahe dan Umbi-umbian. Kompleksitas penyusun agroforestri kopi dimanfaatkan sebagai pakan ternak, cadangan kayu bakar, sumber makanan, sumber nutrisi dan bahan kayu bangunan dan bentuk pemanfaatan kopi sebagai minuman sering digunakan sebagai  sajian harian, suguhan tamu, kesenian, selamatan dan ritual adat.Kata kunci : Etnobotani, Jenis-Jenis Kopi, Agroforestri Kopi
Pemetaan Potensi Ekowisata di Wilayah Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang Baihaqi Musytawan; Luchman Hakim; Hasan Zayadi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.12389

Abstract

Ecotourism according to The International Ecotourism Society (TIES), is a responsible journey into natural areas that preserves the environment, maintains the welfare of local communities, and involves interpretation and education that includes management staff and visiting guests. This research is located in Poncokusumo District, Malang Regency. The data collection method uses field observation techniques assisted by GPS to determine the coordinates of the points. The interview method was used to find out more detailed information about the suitability of ecotourism. The data obtained were processed using spatial analysis techniques using the QGIS 10.3 application. The results of the spatial analysis obtained 9 ecotourism locations spread over 4 villages namely Wringinanom, Gubugklakah, Poncokusumo and Ngadas. The next stage is to find out the suitability of tourism activities in the context of ecotourism with field observations and interviews aimed at tourism managers. The data obtained that ecotourism in Poncokusumo District has not all applied the 3 principles of ecotourism according to the 2015 TIES Definition, especially on the principle of interpretation in River Tubing Ledok Amprong, Coban Bidadari and Gunungsari Sunset.Keywords: Ecotourism, Mapping, Poncokusumo, Suitability.ABSTRAKEkowisata menurut The International Ecotourism Society (TIES), sebuah perjalanan yang bertanggung jawab ke dalam daerah atau area alami (natural areas) yang melestarikan lingkungan, mempertahankan kesejahteraan masyarakat setempat, serta melibatkan interpretasi dan pendidikan yang mencakup staff pengelola dan tamu yang berkunjung. Penelitian ini bertempat di Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang. Metode pengambilan data menggunakan teknik observasi lapangan yang dibantu dengan GPS untuk menentukan titik koordinat. Metode wawancara digunakan untuk mengetahui informasi lebih detail tentang kesesuaian ekowisata. Data yang diperoleh diolah menggunakan teknik analisis spasial menggunakan aplikasi QGIS 10.3. Hasil analisis spasial diperoleh 9 lokasi ekowisata yang tersebar pada 4 desa yaitu Wringinanom, Gubugklakah, Poncokusumo dan Ngadas. Tahapan selanjutnya yaitu mengetahui kesesuaian kegiatan wisata dalam konteks ekowisata dengan teknik observasi lapang dan wawancara yang ditujukan kepada pengelola wisata. Data yang diperoleh bahwa ekowisata di Kecamatan Poncokusumo belum semua menerapkan 3 prinsip ekowisata menurut Definisi TIES 2015 terutama pada prinsip interpretasi pada ekowista River Tubing Ledok Amprong, Coban Bidadari dan Gunungsari Sunset.Kata kunci : Ekowisata, Kesesuaian, Pemetaan, Poncokusumo.
Analisis Morfometrik-Biofisika antara Sapi Karapan, Sapi Sonok dan Sapi Peternak Madura (Bos primiginius) di Kabupaten Sumenep Mohammad Miftahussurur; Hasan Zayadi; Sama' Iradat Tito
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v5i1.12510

Abstract

The purpose of this study was to determine the morphometric and biophysical differences between three types of Madura Cattle, namely Karapan Cattle, Sonok Cattle and Breeder Cattle. The method used is purposive sampling by looking for certain material criteria. The materials used were 7 Karapan Cows, 7 Sonok Cows and 7 Breeder Cows. There are 20 variable measurements in morphometric data collection and obtained 10 variables that have significant differences. This difference is caused by the herbal medicine and the treatment of each cow. In the biophysics of the Karapan Cow, which is to compare the speed and acceleration of the seven Karapan Cows. The results of biophysics on Karapan Cattle show that it has an average speed of 5 m/s. While the superior Karapan Cow was occupied by the 4th Karapan Cow with an acceleration of 1.18 m/s². In biophysics, the Sonok Cow itself has a speed below 0 m/s. Therefore the resulting acceleration is only recorded in seconds. This of course is returned to the function of the Sonok Cow which is only judged on the tame and beauty of its body. Keywords: Morphometric, Biophysical, Karapan Cow, Sonok Cow, Madura Cattle BreedersABSTRAKTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan morfometrik dan biofisika antara tiga jenis Sapi Madura yaitu Sapi Karapan, Sapi Sonok dan Sapi Peternak. Metode yang digunakan adalah purposive sampling dengan mencari kriteria-kriteria materi tertentu. Materi yang digunakan adalah 7 ekor Sapi Karapan, 7 ekor Sapi Sonok dan 7 ekor Sapi Peternak. Terdapat 20 pengukuran variabel dalam pengambilan data morfometrik dan didapatkan 10 variabel yang memiliki  perbedaan secara nyata. Perbedaan ini disebabkan oleh faktor jamu dan perlakuan terhadap masing-masing Sapi. Pada biofisika Sapi Karapan yaitu membandingkan kecepatan dan percepatan dari ketujuh Sapi Karapan ini. Hasil biofiska pada Sapi Karapan menunjukkan memiliki rata-rata kecepatan 5 m/s. Sedangkan Sapi Karapan terunggul diduduki oleh Sapi Karapan ke-4 dengan percepatan 1,18 m/s². Pada biofisika Sapi Sonok sendiri memiliki kecepatan dibawah 0 m/s. Oleh karena itu percepatan yang dihasilkan hanya tercatat dalam hitungan detik. Hal ini tentunya dikembalikan lagi kepada fungsi Sapi Sonok yang hanya dinilai pada kejinakan dan kecantikan tubuhnya.Kata kunci : Morfometrik, Biofisika, Sapi Karapan, Sapi Sonok, Sapi Peternak
Estimasi Karbon pada Tegakan Varietas Kopi Arabika (Coffea arabica) Di Lahan Agroforestri Precet Wilayah Resort Pemangkuan Hutan Wagir KPH Malang lailatul istiqomah; Saimul Laili; Hasan Zayadi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v5i1.12819

Abstract

Global warming that causes climate change is due to increased emissions of greenhouse gases (GHG) in the form of CO2, CH4 and other forms in the atmosphere. The application of the agroforestry system is one of the efforts to overcome the need for agricultural land by maintaining the function of the forest and the environment. The purpose of this study was to determine the potential for carbon stored in Arabica coffee (Coffea arabica) stands and to determine abiotic factors in the locations where Arabica coffee (Coffea arabica) stands grow in agroforestry areas. This research used descriptive method and coffee stand sampling technique using non-destructive purposive sampling. For each stand sample, 25 trees were taken for each Gayo 1, p88 and Ateng coffee varieties so that the total sample size was 75 trees. Calculation data analysis includes allometric Ketterings dry weight = 0.11 D2.62 (2001) and Arifin allometric formula = 0.281 D2.0635 (2001). Analysis of biomass data carbon = dry weight x 0.47. The results showed that the largest carbon storage was found in the Gayo 1 variety, then the p88 variety and the smallest carbon storage was found in the Ateng variety. Abiotic factors in coffee agroforestry show soil moisture 18.3%, air humidity 60-75%, soil pH 7.5%, soil temperature 21°C, air temperature 21-25°C with an altitude of 900-1100 masl. Abiotic factors affect plant growth, and light intensity also affects plant biomass.Keywords: Agroforestry, Allometrics, Abiotic Factors, Carbon, Coffee VarietiesABSTRAKPemanasan global yang menimbulkan perubahan iklim dikarenakan meningkatnya emisi gas rumah kaca (GRK) dalam bentuk CO2, CH4dan bentuk lainnyadi atmosfer. Penerapan sistem agroforestri merupakan salah satu upaya untuk mengatasi kebutuhan lahan pertanian dengan mempertahankan fungsi hutan dan lingkungan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui potensi karbon tersimpan pada tegakan varietas kopi Arabika (Coffea arabica) dan untuk mengetahui faktor abiotik di lokasi tempat tumbuh tegakan varietas kopi Arabika (Coffea arabica) di lahan agroforestri. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dan teknik sampling tegakan kopi menggunakan purposive sampling non-destructive. Tiap sampel tegakan diambil 25 pohon pada setiap varietas kopi Gayo 1, p88 dan Ateng sehingga jumlah sampel keseluruhan 75 pohon. Analisa data perhitungan meliputi allometrik Ketterings berat kering = 0,11 ρ D2,62 (2001) dan rumus allometrik Arifin = 0,281 D2,0635 (2001). Analilis data biomasa karbon = berat kering x 0,47. Hasil penelitian menunjukkan simpanan karbon terbesar terdapat pada varietas Gayo 1, kemudian varietas p88 dan simpanan karbon paling kecil terdapat pada varietas Ateng. Faktor abiotik di agroforestri kopi  menunjukkan kelembaban tanah 18,3%, kelembaban udara 60-75%, pH tanah 7,5%, suhu tanah 21°C, Suhu udara 21-25°C dengan ketinggian 900-1100 mdpl. Faktor abiotik berpengaruh pada pertumbuhan tanaman, dan intensitas cahaya juga berpengaruh terhadap biomassa tanaman.Kata kunci : Agroforestri, Allometrik, Faktor Abiotik, Karbon, Varietas Kopi
Analisis pengelolaan sampah organik menjadi gas metan (CH4) dan persepsi masyarakat terhadap pemanfaatannya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Talangagung Kabupaten Malang Muhammad Haris Al Fattah; Saimul Laili; Sama' Iradat Tito
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v5i1.13000

Abstract

The potential of methane gas in the landfill can be a source of renewable energy to meet the energy needs of the people of Malang City. The potential for methane gas for fuel that has been used is currently around 3% to 5% of the existing potential. Based on information from the Department of Hygiene and Landscaping, Malang City Government has provided gas connection pipes including stoves for free to 59 houses in 2012 and 408 houses in 2013. This study uses tools and materials, namely questionnaires to obtain perception data from the public or respondents, digital cameras for documentation, documents on the use of methane gas at the Talangagung TPA, and stationery. The results of interviews with biogas managers show that the management of organic waste into methane gas is an alternative gas (biogas) used by the community in the TPA (Final Disposal Site) Kepanjen Malang Regency This is applied based on an energy utilization system (energy waste). Based on the results of the Percentage Graph, it states that the percentage of people's perceptions who answered the questionnaire on average showed strong or very high scores, very high and/or very strong scores were almost indicated in all respondents' answers.Keywords: Methane Gas, Perception, Talangagung LandfillABSTRAKPotensi gas metan di TPA dapat menjadi sumber energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi penduduk Kota Malang. Potensi gas metan untuk bahan bakar yang sudah dimanfaatkan saat ini sekitar 3% sampai 5% dari potensi yang ada. Berdasarkan keterangan dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Malang, Pemerintah Kota Malang sudah memberikan pipa sambungan gas termasuk kompornya secara gratis kepada 59 rumah pada tahun 2012 dan 408 rumah pada tahun 2013. Penelitian ini menggunakan alat dan bahan yaitu kuesioner untuk mendapatkan data persepsi dari masyarakat atau responden, kamera digital untuk dokumentasi, dokumen pemakaian gas metan di TPA Talangagung dan alat tulis. Hasil wawancara dengan pihak pengelola biogas menunjukkan bahwa pengelolaan sampah organik menjadi gas metana sebagai gas alternatif (biogas) yang digunakan oleh masyarakat di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Kepanjen Kabupaten Malang ini di terapkan berdasarkan sistem pemanfaatan energi (waste to energy). Berdasarkan hasil Grafik Presentase menyatakan bahwa presentase persepsi Masyarakat yang menjawab kuesioner secara rata-rata menunjukan nilai kuat atau sangat tinggi, nilai sangat tinggi dan/atau sangat kuat hampir ditunjuk pada semua jawaban responden.Kata kunci : Gas Metan, Persepsi, TPA Talangagung
Studi Perbandingan Aktivitas Harian Kelompok Lutung jawa Betina (Trachypithecus auratus) Sebelum dan Sesudah Dilepasliarkan Di Hutan Lindung Coban Talun Febrian Priska Amalia Putri; Hari Santoso; Hasan Zayadi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v5i1.13017

Abstract

The population of east javan langur (Trachypithecus auratus) the number in nature continues to decrease, rehabilitation is one way to preserve the population. This study aims to compare the daily activity before and after release the east javan langur. To approach the aim of the study, the researcher used focal animal sampling and scans sampling and noted with Instantaneous Sampling then calculated the percentage.  Data of the observation obtained by recording the daily activities of east javan langur in the barn or in the nature  includes the movement activity (walking, running, jumping and climbing) break time activity (sit back, sit alert, standing, sleeping, prone and supine),  agononistic social activity ( sound, chase, and snatch the food, hit and fight),  grooming activity (allo-grooming and auto-grooming) eat, drink, urination and defecation. The finding of this research showed that the presentation of daily activities of east javan langur in the barn is first, the break time activity (42, 9%), second, eat and drink activity (24, 1%), grooming (18.6%), movement (8.2%), social agonistic (3.3%), urination and defecation (2.3%) and  sexual (0.6%).  Then for the daily activities in the nature, movement (34.6%), break time activity (29.0%), eat and drink (22.7%), grooming (8.7%), urination and defecation (0.9%) and sexual (0%). The tentative conclusion before the high released activity in the nature is the break time activity. the highest activity of east javan langur presumed freedom of location area to doing activity like movement, temperature intensity, feed abundance and the presence of the opposite sex.Keywords: Javan Langur, Comparison of Activity, FactorABSTRAKPopulasi Lutung Jawa (Trachypithecus auratus) jumlahnya di alam terus menurun, salah satu usaha pelestarianya dengan melakukan rehabilitasi. Tujuan penelitian untuk mengetahui perbandingan aktivitas harian sebelum dan sesudah pelepasliaran Lutung Jawa. Metode yang digunakan yaitu Focal Animal Sampling dan Scan Sampling dengan pencatatan Instantaneous Sampling kemudian dihitung persentasenya. Data pengamatan diperoleh dari pencatatan aktivitas harian lutung jawa di kandang maupun di hutan meliputi aktivitas bergerak (berjalan, berlari, melompat dan memanjat), aktivitas istirahat (duduk rileks, duduk waspada, berdiri, tidur, menelungkup dan terlentang), aktivitas sosial-agonistik (bersuara, mengejar, merebut makanan, memukul dan berkelahi), aktivitas grooming (allo-grooming dan auto-grooming), makan, minum, urinasi dan defekasi. Hasil penelitian menunjukkan persentase aktivitas di kandang yakni istirahat (42.9%), makan dan minum (24.1%), grooming (18.6%), bergerak (8.2%), sosial agonistic (3.3%), urinasi dan defekasi (2.3%) dan seksual (0.6%). Untuk aktivitas harian di hutan yakni bergerak (34.6%), istirahat (29.0%), makan & minum (22.7%), grooming (8.7%), urinasi dan defekasi (0.9%) dan seksual (0%). Kesimpulan sementara sebelum dilepasliarkan aktivitas tertinggi dalam kandang adalah istirahat. Setelah dilepasliarkan aktivitas tertinggi di hutan bergerak bebas. Tingginya aktivitas lutung jawa diduga kebebasan luasan lokasi untuk bergerak, intensitas suhu, kelimpahan pakan dan adanya lawan jenis.Kata kunci : Lutung Jawa, Perbandingan Aktivitas, Faktor
Gambaran Histopatologi Otak Pada Tikus Hipertensi (DOCA-Garam) yang Dipapar Ekstrak Metanolik Kombinasi Benalu Teh dan Benalu Mangga Model Preventif Dyan Aprillia Susanti; Nour Athiroh Abdoes Sjakoer; Nurul Jadid Mubarokati
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v5i1.15541

Abstract

Hypertension is an increase in blood pressure that exceeds normal limits. In patients with hypertension, systolic blood pressure is 140 mmHg and diastolic blood pressure is 90 mmHg and comes from a complex and interconnected environment. Hypertension is a non-communicable disease that can cause death in humans and is closely related to cardiovascular disease. Hypertension is considered the main cause of 9.4 million deaths that occur in the world's population every year. Disorders of blood vessels around the brain due to hypertension can cause death. The purpose of this study was to determine the effectiveness of the methanolic extract of the combination of Mango Mistletoe and Mistletoe Tea (EMKBTBM) given to rats with hypertension model on the histopathological features of the brain in hypertensive rats (DOCA-salt) preventive model. The method used in this study was the true experimental method and the RAL research design on 25 male wistar rats with 3 treatments (PI, PII, PIII), (K-) group without any treatment (without administration of DOCA Salt and EMKBTBM) and (K+) using DOCA-Salt induction without giving EMKBTBM, and 5 times replication. The EMKBTBM was given with a ratio of mango mistletoe: tea mistletoe which was 3:1 and then given at a dose of 50, 100, 200 mg/KgBB in the treatment of PI, PII, PIII. Data analysis was carried out by using ANOVA statistical test using the JAMOVI application. Based on the results of the study, it was shown that giving EMKBTBM to rats had the effect of reducing the amount of damage (necrosis) in the white matter area of the brain. The administration of EMBTBM at a dose of 50 mg/KgBW was the most optimum dose in reducing the amount of white matter cell necrosis in the male wistar rat brain.Keywords:3 Brain Necrosis, Hypertension, Mango Mistletoe, Tea MistletoeABSTRAKHipertensi merupakan bertambahnya tekanan darah melebihi batas normal. Pada penderita hipertensi, tekanan darah sistolik 140 mmHg dan tekanan darah diastolik  90 mmHg serta berasal dari lingkungan yang kompleks dan saling berhubungan. Hipertensi ialah penyakit tidak menular yang dapat mengakibatkan kematian pada manusia dan berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskular. Hipertensi dianggap sebagai sebab utama 9,4 juta kematian yang terjadi pada penduduk dunia pada setiap tahunnya. Gangguan pembuluh darah disekitar otak akibat hipertensi dapat menebabkan kematian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas Ekstrak Metanolik Kombinasi Benalu Mangga dan Benalu Teh (EMKBTBM) yang diberikan pada tikus model hipertensi terhadap gambaran histopatologi otak pada tikus hipertensi (DOCA-garam) model preventif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode true eksperimental serta desain penelitian RAL pada 25 ekor tikus wistar jantan dengan 3 perlakuan (PI, PII, PIII), (K-) kelompok tanpa perlakuan apapun (tanpa pemberian DOCA Garam dan EMKBTBM) dan (K+) menggunakan induksi DOCA-Garam tanpa pemberian EMKBTBM, serta 5x ulangan. Pemberian EMKBTBM dengan perbandingan benalu mangga : benalu teh yaitu 3:1 kemudian diberikan dengan dosis 50, 100, 200 mg/KgBB pada perlakuan PI, PII, PIII. Analisis data dilakukan dengan uji statistic ANOVA menggunakan aplikasi JAMOVI. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pemberian EMKBTBM pada tikus mempunyai efek yaitu dapat mengurangi jumlah kerusakan (nekrosis) di area white matter otak. Pemberian EMBTBM dengan dosis 50 mg/KgBB merupakan dosis paling optimum dalam menurunkan jumlah nekrosis sel white matter otak tikus wistar jantan.Kata kunci: Benalu Teh, Benalu Mangga, Hipertensi, Nekrosis Otak
Pengaruh Aplikasi Silika pada Pertumbuhan Tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap Resistensi Hama Penggerek Batang (Chilo infuscatellus) dan Pucuk (Scirpophaga excerptalis) di Balittas Karangploso Malang Silvia Annisa; Nur Asbani; Hasan Zayadi; Sama' Iradat Tito
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 5 No. 2 (2023)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v5i2.13135

Abstract

This study aimed to determine the effect of silica application on the growth of sugarcane (Saccharum officinarum L.) Malang 52 varieties and the resistance of stem borer (Chilo infuscatellus) and shoots (Scirpophaga excerptalis). This research was conducted at the Experimental Garden of Balittas Karangploso, Malang, East Java. Pest identification activities were carried out at the Entomology Research Group Laboratory. The study was conducted from October 2020 to February 2021. The experiment was arranged in a Randomized Block Design (RAK) with 5 treatments and 3 replications. The research parameters included plant height, stem hardness, leaf hardness, leaf chlorophyll content, percentage of stem borer and shoot borer attack intensity. The results showed that the growth of sugarcane varieties Malang 52 significantly affected plant height, stem hardness, leaf hardness, leaf chlorophyll content and affected the percentage intensity of stem borer (Chilo infuscatellus) and shoot borer (Scirpophaga excerptalis) attacks. Keywords : Stem borer (Chilo infuscatellus), Shoot borer (Scirpophaga excerptalis), Silica, Sugarcane (Saccharum officinarum L.) Malang 52 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aplikasi silika terhadap pertumbuhan tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) varietas Malang 52 dan dan resistensi hama penggerek batang (Chilo infuscatellus) dan pucuk (Scirpophaga excerptalis). Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Balittas Karangploso, Malang, Jawa Timur. Kegiatan identifikasi hama dilakukan di Laboratorium Kelompok Peneliti Entomologi. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober 2020 sampai Februari 2021. Percobaan disusun dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Parameter penelitian meliputi  tinggi tanaman, kekerasan batang, kekerasan daun, kadar klorofil daun, presentase intensitas serangan hama penggerek batang dan penggerek pucuk. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan tanaman tebu varietas Malang 52 secara signifikan berpengaruh terhadap tinggi tanaman, kekerasan batang, kekerasan daun, kadar klorofil daun serta berpengaruh terhadap persentase intensitas serangan hama penggerek batang (Chilo infuscatellus) dan penggerek pucuk (Scirpophaga excerptalis). Kata kunci : Penggerek batang (Chilo infuscatellus), Penggerek pucuk (Scirpophaga excerptalis), Silika, Tebu (Saccharum officinarum L.) Malang 52
Uji Abnormalitas Spermatozoa Sapi Limousin (Bos Taurus) Berdasarkan Umur Kedewasaan di BBIB Singosari Malang Mustafidah Nur Izajati; Hari Santoso; Husain Latuconsina
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 5 No. 2 (2023)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v5i2.14629

Abstract

The purpose of this study was to compare the age of limousine cattle (Bos Taurus)  on the quality of spermatozoa at the Singosari Center for Artificial Insemination, Malang. The research method was carried out experimentally using limousine cattle aged 3 years, 5 years and 12 years. Limousine cattle semen collection was carried out directly in the field using a set of artificial vaginal tools to obtain optimal sperm quality. Data were analyzed by IVOS II in order to include spermatozoa concentration, consistency, motility of spermatozoa. Data analysis using IVOS II. The results showed that the lowest spermatozoa abnormality values were found in males aged 5 years with a mean value 0f 3.7333, and males aged 3 years with an average value of 5.0101, the highest spermatozoa abnormality values were found in males aged 12 years with a mean value of 6.4377. the conclusion from the results of this study is that the highest spermatozoa abnormality value is a male aged 12 years and the lowest spermatozoa abnormality value is a male aged 5 years. Keywords: Artificial Insemination (AI), Effect of Age, Abnormality, Spermatozoa, Limousine Cattle ABSTRAK Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbandingan umur sapi limousin terhadap kualitas spermatozoa di Balai Besar Inseminasi Buatan Singosari Malang. Metode penelitian dilakukan secara eksperimen menggunakan sapi limousin (Bos taurus) umur 3 tahun, 5 tahun dan 12 tahun. Penampungan semen sapi limousin (Bos taurus) dilakukan secara langsung di lapangan menggunakan seperangkat alat vagina buatan guna mendapatkan kualitas spermatozoa optimal. Data dianalisis dengan IVOS II agar meliputi konsentrasi spermatozoa, konsistensi, motilitas spermatozoa. Analisis data menggunakan IVOS II. Hasil nilai abnormalitas spermatozoa terendah terdapat pada pejantan yang berumur 5 tahun dengan nilai rerata 3.7333, dan pejantan yang berumur 3 tahun dengan nilai rerata 5.0101, nilai abnormalitas spermatozoa tertinggi terdapat pada pejantan yang berumur 12 tahun dengan nilai rerata 6.4377. kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah nilai abnormalitas spermatozoa tertimggi yaitu pejantan umur 12 tahun dan nilai abnormalitas spermatozoa terendah yaitu pejantan umur 5 tahun. Kata kunci: Inseminasi Buatan (IB), Pengaruh Umur, Normalitas, Abnormalitas, Spermatozoa, Sapi Limousin.

Page 10 of 11 | Total Record : 105