cover
Contact Name
Ahmad Syauqi
Contact Email
sainsalami@unisma.ac.id
Phone
+62341551932
Journal Mail Official
syauqi.fmipa@unisma.ac.id
Editorial Address
Fakultas MIPA, Gedung Usman bin Affan Lantai 1 Kompleks Universitas Islam Malang, Jl. MT. Haryono 193 Malang 65144, Indonesia
Location
Kota malang,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Sains Alami (Known Nature)
ISSN : -     EISSN : 26571692     DOI : http://dx.doi.org/10.33474/j.sa.v3i2.8449
Alami menunjuk kepada material yang ada dalam makhluk hidup (ciptaan). Semua senyawa yang ada dalam tubuh makhluk hidup dan sintesis oleh peristiwa biokimia merupakan produk organik. Proses perubahan menuju mineralisasi oleh mikroorganisme merupakan peristiwa dekomposisi dan dalam hal ini juga terjadi dalam suatu kehidupan. Selanjutnya, biogeokimia merupakan suatu perputaran zat dan hal ini sangat penting dalam kehidupan.
Articles 105 Documents
Pengaruh Pemberian Ampas Hasil Fermentasi Buah Maja (Aegle marmelos) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Bayam (Amaranthus sp.) Diyah Ayu Trisna Mulyani; Saimul Laili; Ratna Djuniwati Lisminingsih
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 1 (2021)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i1.9987

Abstract

Maja is a plant belonging to the Rutaceae family which originates from the tropics. Green spinach (Amaranthus sp.) belongs to the Amaranthaceae family. Spinach is one of the vegetables consumed by people. The purpose of this study was to determine the effect of giving dreg from fermented maja fruit (Aegle marmelos) on the growth of spinach (Amaranthus sp. L) and the dose of dreg from fermented maja fruit (Aegle marmelos) which has the most influence on the growth of pulled spinach (Amaranthus sp. L). By using this research methodology using experimental Completely Randomized Design (CRD). There were 5 treatment combinations with 4 replications so that there were 20 experimental samples, with a treatment combination of 15gr, 30gr, 45gr and 60g. With research procedures the process of sampling maja fruit, seeding, planting, harvesting. Data analysis with analysis of variance (ANOVA), there is a real difference followed by LSD test 5%. For plant height, the average yield was 38.59 cm, the number of leaves was 14.5, root length 33.5 cm, wet weight 19.5 grams, and dry weight 9.35 grams. Provision of fermented dreg has a significant effect on the growth of spinach at a dose of 60 grams / plant. Keywords: Spinach, Maja Fruit Fermentation, Spinach Plant Growth ABSTRAKMaja adalah tanaman yang tergolong dalam family Rutaceae yang berasal dari daerah tropis. Tanaman bayam hijau (Amaranthus sp.) termasuk family Amaranthaceae. Bayam adalah salah satu sayuran yang dikonsumsi masyarakatTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian ampas hasil fermentasi buah maja (Aegle marmelos) terhadap pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus sp. L) dan dosis ampas hasil fermentasi buah maja (Aegle marmelos) yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bayam cabut (Amaranthus sp. L). Dengan menggunakan metode penelitian ini menggunakan eksperimental Rancangan Acak Lengkap (RAL). Terdapat 5 kombinasi perlakuan 4 ulangan sehingga terdapat 20 sampel percobaan, dengan kombinasi perlakuan 15gr, 30gr, 45gr dan 60 gr. Dengan prosedur penelitian proses pengambilan sampel buah maja, penyemaian benih, penanaman, panen. Analisis data dengan Analisis of Varian (ANOVA), jika ada perbedaan nyata dilanjut dengan uji BNT 5%. Untuk tinggi tanaman mendapatkan hasil rata-rata 38,59 cm, jumlah daun 14,5 helai, panjang akar 33,5 cm, berat basah 19,5 gram, dan berat kering 9,35gram. Pemberian ampas hasil fermetasi memberikan pengaruh yang nyata terhadap  pertumbuhan tanaman bayam dengan dosis 60 gram/ tanaman. Kata kunci : Bayam, Fermentasi Buah Maja, Pertumbuhan Tanaman Bayam
Arang Aktif Batok Kelapa (Cocos nucifera) sebagai Adsorben Novia Nurul Aini; Ratna Djuniwati Lisminingsih; Saimul Laili
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 1 (2021)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i1.10306

Abstract

The fish processing industry is one of the important elements in improving the standard of living of the Indonesian people, but the industry also produces waste in the form of crude fish oil which is bad for the environment if it is not processed first before being discharged into the environment. Reducing the problem of fish processing industry waste requires processing fish oil into useful goods, for example reprocessing it into pure oil which is useful in non-food industries such as being used as a mixture of fish feed. The purification of crude fish oil is carried out in three stages, namely the degumming, neutralization, and bleaching stages using coconut shell activated charcoal adsorbent. The purpose of this study was to determine whether giving coconut shell activated charcoal with different weight has the potential in the bleaching process of crude fish oil from fish processing industrial waste. This research uses experimental methods. The bleaching stage used different weight of coconut shell activated charcoal, namely 0% (control), 2%, 4%, 6%, and 8%. The parameters measured were free fatty acid levels and clarity values. Free fatty acid content in all treatments <1% and in accordance with the Indonesian national standard (SNI). ANOVA test results on the mean free fatty acids showed no significant difference between treatments. Similarly, the ANOVA test on clarity values showed no significant difference. Provision of coconut shell activated charcoal has the potential as an adsorbent in the bleaching process of crude fish oil, fish processing industry waste.Keywords: Crude Fish Oil, Bleaching, Coconut Shell Activated Charcoal. ABSTRAKIndustri pengolahan ikan merupakan salah satu unsur penting dalam meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia, tetapi industri tersebut juga menghasilkan limbah berupa minyak ikan kasar yang berdampak buruk bagi lingkungan apabila tidak diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Mengurangi permasalahan limbah industri pengolahan ikan, membutuhkan pengolahan minyak ikan menjadi barang yang berguna misalnya mengolah kembali menjadi minyak murni yang berguna dalam indutri non pangan seperti digunakan sebagai bahan campuran pakan ikan. Pemurnian minyak ikan kasar ini dilakukan tiga tahapan yakni tahap degumming, netralisasi, dan bleaching menggunakan adsorben arang aktif batok kelapa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pemberian arang aktif batok kelapa dengan berat berbeda berpotensi dalam proses pemutihan (Bleaching) minyak ikan kasar dari limbah industri pegolahan ikan. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental. Tahapan bleaching menggunakan berat arang aktif batok kelapa yang berbeda yakni 0% (kontrol), 2%, 4%, 6%, dan 8%. Parameter yang diukur adalah kadar asam lemak bebas dan nilai kejernihan. Kadar asam lemak bebas pada semua perlakuan < 1% dan telah sesuai dengan standar nasional Indonesia (SNI). Hasil uji ANOVA terhadap rerata asam lemak bebas menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Sama halnya dengan uji ANOVA terhadap nilai kejernihan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan. Pemberian arang aktif batok kelapa berpotensi sebagai adsorben pada proses bleaching minyak ikan kasar limbah industri pengolahan ikan.Kata kunci: Minyak Ikan Kasar, Bleaching, Arang Aktif Batok Kelapa
Uji Efektivitas Sediaan Gel Antiseptik Dari Ekstrak Buah Maja (Aegle marmelos Linn.) Terhadap Bakteri Staphylococcus aureus Adjeng Amelia Lucky Darizal; Ahmad Syauqi; Ratna Djuniwati Lisminingsih
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 1 (2021)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i1.10334

Abstract

Antiseptic gel has been widely used as a way to maintain health and hand hygiene which is practical and easy to carry in order to kill bacteria in a relatively short period of time. Hands are one of the transmission routes for various infectious diseases. Plants that contain antibacterial properties that exist in nature, such as the maja plant (Aegle marmelos Linn.) are extracted to reduce the use of chemicals contained in antiseptics in general so that an antiseptic innovation is carried out in maja fruit which is formulated into an antiseptic gel preparation with several types of formulations. This study aims to study an antiseptic gel preparation to effectively inhibit the growth of Staphylococcus aureus bacteria. The results of this study indicated that the most effective formulation was found in the third treatment, namely the gel with 0.50 g of maja fruit extract. The results of the data tested statistically showed the correlation value of treatment F count was 9.08 greater than the results of F table of 3.29. In the test, it is found that F count is 3.32 greater than F table (2.90) so it is stated as effective in inhibiting the growth of Staphylococcus aureus bacteria.Keywords: Antiseptic Gel, Maja Fruit (Aegle marmelos Linn), Staphylococcus aureus Bacteria ABSTRAKGel antiseptik telah banyak digunakan sebagai salah satu cara untuk menjaga kesehatan dan kebersihan tangan yang praktis dan mudah dibawa guna membunuh bakteri dalam kurun waktu yang relatif lebih cepat. Tangan merupakan salah satu jalur penularan berbagai penyakit menular. Tanaman yang mengandung sifat antibakteri yang berada di alam, seperti tanaman maja (Aegle marmelos Linn.) diekstrak guna mengurangi pemakaian bahan kimia yang terkandung dalam antiseptik pada umumnya sehingga dilakukan inovasi antiseptik buah maja yang diformulasi menjadi sediaan gel antiseptik dengan beberapa jenis formulasi. Penelitian ini mempunyai tujuan mempelajari suatu sediaan gel antiseptik dalam menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus secara efektif. Penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimental dengan desain penelitian rancangan acak kelompok (RAK) menggunakan 4 perlakuan dan 6 kali pengulangan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa formulasi yang paling efektif terdapat pada perlakuan ke 3 yaitu gel dengan 0,50 g ekstrak buah maja. Hasil data diuji secara statistik menunjukkan korelasi nilai perlakuan F hitung yaitu 9.08 lebih besar daripada hasil F tabel sebanyak 3.29. Pada ulangan didapatkan bahwa F hitung yaitu 3.32 lebih besar daripada F tabel (2.90) maka dinyatakan sebagai efektif menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.Kata kunci : Gel Antiseptik, Buah Maja (Aegle marmelos Linn), bakteri Staphylococcus aureus
Kadar Albumin Ikan Glodok Segar Boleophthalmus boddarti dengan Metode Biuret Farah Nabila Belqis; Hari Santosa; Ahmad Syauqi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.10373

Abstract

one of which is mudskipper. The species Boleophthalmus boddarti is able to survive outside the water for long periods, spending time outside the surface of the water walking, wallowing in mud, and entering burrows it creates. The purpose of this study was to analyze the albumin levels in fresh mudskipper meat of Boleophthalmus boddarti species using the biuret method. The research method is descriptive and is repeated three times. Using the biuret method with the spectrophotometer technique the standard curve equation y = 0.0482x + 0.0036. The highest albumin yield was found in the head meat, weighing 0.085 g with the absorbance in the spectrophotometer was 92.80 nm. Compared with the tail meat, the weight of albumin is 0.080 g and the absorbance is 70.08 nm. The greater the absorbance effect on albumin levels, the average measurement of albumin content of mudskipper species Boleophthalmus boddarti, the highest was found in the head meat, namely 93.667% and the albumin content in the meat of the tail was lower, namely 65.97%.Keywords: Albumin, Protein, Boleophthalmus boddarti ABSTRAK Albumin merupakan komponen protein dalam  plasma yang dapat larut dalam air. Albumin dapat di jumpai dalam sebagian besar protein dalam ikan, salah satunya yaitu ikan glodok. Spesies Boleophthalmus boddarti mampu bertahan hidup di luar perairan dalam waktu yang lama, menghabiskan waktunya di luar permukaan air dengan berjalan, berkubang di lumpur, dan memasuki liang yang dibuatnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa kadar albumin pada daging ikan glodok segar spesies Boleophthalmus boddarti dengan metode biuret. Metode penelitian adalah deskriptif dan pengulangan tiga kali. Menggunakan metode biuret dengan teknik spektrofotometer persamaan kurva standart y = 0,0482x + 0,0036. Hasil albumin tertinggi di dapatkan pada bagian daging kepala yaitu seberat 0,085 gr dengan absorbansi dalam spektofotometer adalah 92,80 nm. Dibandingkan dengan bagian daging ekornya  berat albumin yang di dapatkan seberat 0,080 gr dan absorbansi  70,08 nm. Semakin besar absorbansi berpengaruh terhadap kadar albumin, rata – rata pengukuran kadar albumin ikan glodok spesies Boleophthalmus boddarti paling tinggi terdapat pada daging bagian kepala yaitu 93,667 % dan kadar albumin pada daging bagian ekornya lebih rendah yaitu 65,97 %. Kata kunci : Albumin, Protein, Boleophthalmus boddarti
Analisis Kerusakan Jaringan Insang Ikan Mas (Cyprinus carpio L.) Setelah Terpapar Pestisida Klorpirifos Viki Amaliyah; Hari Santoso; Ahmad Syauqi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.11255

Abstract

The use of chlorpyrifos pesticide as an agricultural pest exterminator if excessive and carried out continuously can have a large negative impact on biotic and abiotic life. Fish as one of the environmental bioindicators of pesticide contamination, because the gill organs will receive chemical effects in taking oxygen in pesticide-contaminated water ponds. The purpose of this study was to analyze the level of damage to the gill tissue of carp (Cyprinus carpio) exposed to the pesticide chlorpyrifos at various concentration levels. This research was carried out at the Punten Freshwater Cultivation Installation, Batu City, East Java. Using the experimental method with concentrations of acute toxicity treatment (LC50) namely K1 0.25 ppm, K2 0.30 ppm, K3 0.35 ppm, K4 0.40 ppm, K5 0.45 ppm. The research data were analyzed descriptively in the form of tables and graphs. The results of the preliminary acute toxicity test (LC50) were in the range of K1 0.25 ppm and K2 0.30 ppm. Furthermore, Alizarin Red staining was performed to give color to the gills. The results of acute toxicity test (LC50) Total percentage of damage at a concentration of 0.25 ppm 22.28% and a concentration of 0.30 ppm 77.54%. Damage to gill tissue exposed to the pesticide chlorpyrifos showed an acute level occurred at a concentration of 0.30ppm, where the higher the concentration, the higher the gill damage.Keywords: Chorphyrifos Pesticide, Cyprinus carpio,  Precentage of DamageABSTRAKPenggunaan pestisida klorpirifos sebagai pembasmi hama pertanian bila berlebihan dan dilakukan secara terus menerus dapat menimbulkan dampak negatif yang besar bagi kehidupan biotik dan abiotik. Ikan sebagai salah satu bioindikator lingkungan tercemar pestisida, karena organ insang akan menerima efek kimiawi dalam mengambil oksigen pada kolam perairan yang tercemar pestisida. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat kerusakan jaringan insang ikan mas (Cyprinus carpio) yang terpapar pestisida klorpirifos pada berbagai level konsentrasi. Penelitian ini dilaksanakan di Instalasi Budidaya Air Tawar Punten, Kota Batu, Jawa Timur. Menggunakan metode eksperimen dengankonsentrasi perlakuan toksisitas akut (LC50) yaitu K1 0,25 ppm, K2 0,30 ppm, K3 0,35 ppm, K4 0,40 ppm, K5 0,45 ppm. Data penelitian dianalisis secara deskriptif dalam bentuk Tabel dan Grafik. Hasil uji pendahuluan toksisitas akut (LC50) berada pada kisaran K1 0,25 ppm dan K2 0,30 ppm. Selanjutnya dilakukan pewarnaan Alizarin Red untuk memberi warna pada insang. Hasil uji toksisitas akut (LC50) Total presentase kerusakan pada konsentrasi 0,25 ppm 22,28% dan konsentrasi 0,30 ppm 77,54%. Kerusakan jaringan insang yang terpapar pestisida klorpirifos memperlihatkan tingkat akut terjadi pada perlakuan konsentrasi 0,30ppm, dimana semakin tinggi konsentrasi akan semakin tinggi kerusakan insang.Kata kunci : Pestisida Klorpirifos, Cyprinus carpio, Kerusakan Insang.
Pengaruh Pemberian Jamu Herbal Terhadap Pembentukan Otot Tendon Sapi Kerapan Madura (Bos primiginius) Ach Jailani; Hari Santoso; Hasan Zayadi
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.11447

Abstract

This study aims to determine the effect of giving herbal ingredients on the muscle formation of the tendons of the Madura bullock cattle (Bos primiginius). The method used in this study was carried out by surveys and measurements in the field. Sampling of locations and cattle using purposive sampling, namely bulls are taken at locations that have potential for bullocks. The vital statistics were calculated using the incidental sampling method. The results showed that the provision of herbal concoctions of temu lawak, temu ireng, turmeric, black coffee ginger, galangal, and ginseng can increase stamina so as to speed up running cows, then herbal medicine is significant in the formation of tendon muscles. It is proven that the formation of muscle tendons is correlated with increasing running speed as evidenced by the results of increasing running speed of 17.15/second within a distance of 221 meters so that it can be concluded that herbal medicine is significant for the formation bovine tendon muscles.Keywords: Jamu Herbal, Madura Kerapan Cow, Tendon MusclesABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ramuan herbal terhadap pembentukan otot tendon sapi kerapan Madura (Bos primiginius). Metode yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan survey dan pengukuran di lapang. Sampling lokasi dan ternak sapi menggunakan purposive sampling yaitu sapi kerapan diambil pada lokasi yang potensial sapi kerapan. Data dihitung statistik vital menggunakan metode insidental sampling. Hasil didapatkan menunjukkan bahwa Pemberian ramuan herbal temu lawak,temu ireng, kunyit, jahe kopi hitam, lengkuas,dan gingseng dapat menambah stamina sehingga mempercepat lari sapi, maka jamu herbal signifikan dalam pembentukan otot tendon hal ini terbukti bahwa pembentukan otot tendon berkolerasi dengan penambahan kecepatan lari dibuktikan dengan hasil bertambahnya kecepatan lari 17.15/Detik dalam jarak 221 Meter sehingga dapat disimpulkan bahwa jamu herbal signifikan terhadap pembentukan otot tendon sapi kerapan.Kata kunci : Jamu Herbal, Sapi Kerapan Madura, Otot Tendon
Evaluasi Kualitas Air Perairan Tambak Air Payau Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Ikan Bandeng (Chanos chanos) dan Ikan Kerapu (Ephinephelus sp.) di Desa Campurejo Kabupaten Gresik irma syahlizawati; Saimul Laili; Hamdani Dwi Prasetyo
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.11870

Abstract

Activities in pond management cause many problems, such as pests and diseases that cause pre-harvest death. This study aims to evaluate water quality based on physicochemical parameters and biological index in vannamei shrimp, milkfish and grouper ponds. This research was conducted in Campurejo Village, Gresik in February-March 2021 using a purposive sampling method from 3 stations, namely station 1 for shrimp ponds, station 2 for milkfish ponds and station 3 for grouper ponds with 3 points, namely inlet, outlet and center. The data obtained were analyzed by ANOVA test to analyze or compare data from more than two independent groups and continued with the Tukey test to determine which treatment groups had the same or different effects on each other, then the Parcipal Component Analysis test and cluster test to determine the clustering based on the level of similarity of plankton species using Paleonthological Statistics Version 4.05 software. Measurement of physico-chemical parameters of water quality based on SNI 8037.1:2014 except for brightness parameters at station 1, Dissolved Solids and Salinity at all three stations. Observation and identification of plankton at station 1 found 7 classes with a total of 16 genera, at station 2 found 8 classes with a total of 16 genera and at station 3 found 8 classes with a total of 14 genera. The diversity index ranges from 2.1-2.6 ind/L which is categorized as medium species diversity. The most common genera were Pandornia, Coelastrum and Synechocystis. The Trophic Diatom Index at all stations was categorized as eutrophic.Keywords: Physics-Chemistry, Diversity Index, Water Quality, PlanktonABSTRAKAktivitas dalam pengelolaan tambak saat ini banyak menimbulkan permasalahan, seperti serangan hama dan penyakit yang menyebabkan kematian pra panen. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas perairan berdasarkan parameter fisika kimia dan indeks biologi ditambak udang vannamei, ikan bandeng dan ikan kerapu. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Campurejo Kabupaten Gresik pada bulan Februari-Maret 2021 menggunakan metode purposive sampling dari 3 stasiun yaitu stasiun 1 tambak udang, stasiun 2 tambak bandeng dan stasiun 3 tambak kerapu dengan 3 titik yaitu inlet, outlet dan tengah. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA untuk menganalisis atau membandingkan data lebih dari dua kelompok independent dan dilanjut uji tukey untuk mengetahui kelompok perlakuan yang memiliki pengaruh sama atau berbeda antara satu dengan yang lain, selanjutnya uji Parcipal Component Analysis dan uji cluster untuk mengetahui klasterisasi berdasarkan tingkat kesamaan jenis plankton dengan menggunakan software Paleonthological Statistic Versi 4.05. Pengukuran parameter fisika-kimia kualitas perairan berdasarkan SNI 8037.1:2014 kecuali parameter kecerahan pada stasiun 1, Padatan Terlarut dan Salinitas pada ketiga stasiun. Pengamatan dan identifikasi plankton pada stasiun 1 ditemukan 7 kelas dengan total 16 genus, pada stasiun 2 ditemukan 8 kelas dengan total 16 genus dan pada stasiun 3 ditemukan 8 kelas dengan total 14 genus. Indeks keanekaragaman berkisar antara 2.1-2.6 ind/L yang dikategorikan sebagai keanekaragaman jenis sedang. Genus yang paling banyak ditemukan yaitu genus Pandornia, Coelastrum dan Synechocystis.  Trophic Diatom Index pada semua stasiun dikategorikan eutrofik.Kata kunci : Fisika-Kimia, Indeks Keanekaragaman, Kualitas Air, Plankton
Evaluasi Kualitas Air Perairan Tambak Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) dan Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik elok muwafiqoh; Saimul Laili; Hamdani Dwi Prasetyo
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.11871

Abstract

Pre-harvest fish mortality was often found in polyculture vannamei shrimp and milkfish in Duduksampeyan. This is thought to be caused by declining water quality. This study aims to evaluate water quality based on physico-chemical parameters and biotic index in vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei) and milkfish (Chanos chanos) ponds. The study was carried out in February-March 2021 in Duduksampeyan using a purposive sampling method from 3 stations, vannamei shrimp ponds (station 1), milkfish ponds (station 2) and polyculture ponds (station 3) at 3 sampling points located at the inlet/outlet, middle and edge. Data analysis using ANOVA followed Tukey's test to compare data from the three stations. Correlation analysis, PCA and cluster to determine the relationship between environmental parameters and plankton. The physico-chemical parameter values were in accordance with SNI8037.1:2014 except for salinity, suspended solids at the three stations, brightness at station 3, dissolved solids at station 2. Station 1 found 8 classes with 17 genera, station 2 contained 8 classes with 11 genera and stations 3 there are 7 classes with 14 genera. The most common genera found at station 1 were Synechocystis, Spirulina, station 2 Synechocystis, Pandornia, Chaetoceros, station 3 Synechocystis, Pandornia, Spirulina. The diversity index value is between 1.7-3.1ind/L. Human activities such as settlements, livestock and agriculture are thought to be the cause of the decline in water quality from being eutrophic to hypereutrophic (TDI). The relationship between plankton and environmental parameters shows that at station 3 the optimum results are obtained to support the life of aquatic biota.Keywords: Physics-Chemistry, Diversity Index, Water Quality, PlanktonABSTRAKKematian ikan pra panen banyak dijumpai pada tambak budidaya polikultur udang vannamei dan ikan bandeng di Kecamatan Duduksampeyan. Hal ini diduga disebabkan oleh menurunnya kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas air berdasarkan parameter fisika-kimia dan indeks biotik di tambak udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dan ikan bandeng (Chanos chanos). Penelitian dilaksanakan pada Februari-Maret 2021 di Kecamatan Duduksampeyan menggunakan metode purposive sampling dari 3 stasiun yaitu tambak udang vannamei (stasiun 1), tambak ikan bandeng (stasiun 2) dan tambak polikultur (stasiun 3) di 3 titik sampling yang berada di inlet/outlet, tengah dan tepi. Analisis data menggunakan ANOVA dilanjutkan Uji Tukey untuk membandingkan data dari ketiga stasiun. Selanjutnya dianalisis korelasi, PCA dan cluster untuk mengetahui hubungan antara parameter lingkungan dengan plankton. Nilai parameter fisika-kimia telah sesuai SNI 8037.1:2014 terkecuali salinitas, padatan tersuspensi di ketiga stasiun, kecerahan pada stasiun 3 dan padatan terlarut pada stasiun 2. Stasiun 1 ditemukan 8 kelas dengan 17 genus, stasiun 2 terdapat 8 kelas dengan 11 genus dan stasiun 3 terdapat 7 kelas dengan 14 genus. Genus yang paling banyak ditemukan pada stasiun 1 yaitu Synechocystis, Spirulina, stasiun 2 Synechocystis, Pandornia, Chaetoceros, stasiun 3 Synechocystis, Pandornia, Spirulina. Nilai indeks diversitas antara 1.7-3.1ind/L. Aktivitas manusia seperti pemukiman, peternakan dan pertanian diduga menjadi penyebab menurunnya kualitas air menjadi eutrofik hingga hipereutrofik (TDI). Hubungan antara plankton dengan parameter lingkungan menunjukkan bahwa pada stasiun 3 diperoleh hasil yang optimum untuk mendukung kehidupan biota perairan.Kata kunci : Fisika-Kimia, Indeks Keanekaragaman, Kualitas Air, Plankton
Analisis Struktur Komunitas Fitoplankton pada Perairan Tambak Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Ilvi Iftitahur Rahmah; Saimul Laili; Ratna Djuniwati Lisminingsih
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.11882

Abstract

Phytoplankton is microscopic organisms that has a role primary producer and  bioindicator of a waters. This study aims to analyze the differences in the phytoplankton community in ponds near and far from settlements as well as to find the condition of the waters. Stations by purposive sampling at 2 stations. The research was conducted in February 2021 in Tanggulrejo Village, Manyar District, Gresik Regency. Phytoplankton samples were analyzed using diversity index (H'), uniformity index (E), dominance index (C), and important value index (INP). The water quality parameters measured were temperature, air brightness, TDS, salinity, DO, dissolved CO2, pH, and nitrate. Statistical test analysis is t test and PCA. The results highest phytoplankton community structure in ponds near settlements, namely, Bacillariophyceae and there were 17 genera, while those far from settlements highest was Cyanophyceae and there were 11 genera. The diversity index value (H') of ponds near medium to settlements is 2.48 while ponds far from settlements is 1.8 which describes the category of phytoplankton community. The Uniformity Index (E) value ponds near settlements is 0, 242, while ponds far from settlements is 0,242 which describes the uneven distribution of phytoplankton. The value of the Dominance Index (C) which is close to the settlement is 0.274, while pond far from the settlement is 0.476, which indicates there is no dominance of a particular genus. The results of water quality parameters indicate that the condition of the shrimp pond waters is polluted because it exceeds the SNI threshold for aquaculture.Keywords: Community Structure, Phytoplankton, Shrimp PondABSTRAKFitoplankton merupakan salah satu oragnisme mikroskopis yang mempunyai peran sebagai produsen primer dan dapat dijadikan sebagai bioindikator suatu perairan, salah satunya tambak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan struktur komunitas fitoplankton pada tambak yang dekat dan jauh dengan pemukiman sekaligus mengevaluasi kondisi perairannya. Penentuan stasiun secara purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara random di 2 stasiun, masing-masing stasiun tiga titik. Penelitian dilakukan pada Februari 2021 di Desa Tanggulrejo Kecematan Manyar, Kabupaten Gresik. Sampel fitoplankton dianalisis  menggunakan indeks keanekargaman (H’), indeks keseragaman (E), indeks dominasi (C), dan indeks nilai penting (INP). Parameter kualitas air yang diukur yaitu suhu, kecerahan air, TDS, salinitas, DO, CO2 terlarut, pH, dan nitrat. Analisis uji statistik yang digunakan adalah uji t dan PCA. Hasil penelitian menujukkan struktur komunitas fitoplankton tertinggi pada tambak yang dekat pemukiman yaitu, Bacillariophyceae dan ada 17 genus, sedangkan yang jauh dari pemukiman yang tertinggi adalah Cyanophyceae dan ada 11 genus. Nilai Indeks keanekaragaman (H’) tambak dekat dengan pemukiman adalah 2,48, sedangkan tambak jauh dari pemukiman adalah 1,8 yang menggambarkan komunitas fitoplankton kategori sedang. Nilai Indeks Keseragaman (E) tambak dekat pemukiman adalah 0, 242, sedangkan tambak jauh dari pemukiman adalah 0,242 yang menggambarkan tidak merata distribusi fitoplankton. Nilai Indeks Dominasi (C) yang dekat dengan pemukiman adalah 0,274, sedangkan tambak jauh dari pemukiman adalah 0,476, yang menggambarkan tidak ada dominasi genus tertentu. Hasil pengukuran parameter kualitas air  menunjukkan kondisi perairan tambak udang yang tercemar karena melebihi ambang batas SNI budidaya.Kata kunci : Struktur Komunitas, Fitoplankton, Tambak Udang
Struktur Komunitas Plankton Tambak Polikultur Bandeng (Chanos chanos) dan Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) di Desa Tebaloan Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik Zumrotul Muaffah; Saimul Laili; Ratna Djuniwati Lisminingsih
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.11894

Abstract

AbstractPlankton is an organism that has a very small size or micro-organisms that live floating in the waters. This study aims to compare the abundance, diversity, uniformity, dominance, importance of plankton and water quality in milkfish and shrimp polyculture ponds in the Tebaloan village, Duduksampeyan District, Gresik Regency. This research was conducted in Tebaloan Village, Duduksampean District and sampling was carried out at 08.00-10-00 WIB. The plankton sample method uses purposive sampling. The results showed the diversity of plankton consisting of 20 plankton with 16 phytoplankton and 4 zooplankton. At station I, the most common classes were Bacillariophyceae, Cyanophyceae and Chlophyceae. Meanwhile, at station II, the classes were mostly Cyanophyceae. In the community structure, the Diversity Index (H') value is 1.21-1.97 which is categorized as medium. The Uniformity Index (E) is 0.13-0.21 which is categorized as low. Meanwhile, the Dominance Index (C) is 0.39-0.52, at station I is categorized as high and at station II categorized as low. Parameters carried out during the study were temperature, water brightness, TDS, salinity, pH, DO, dissolved CO2 and nitrate. The results of water quality measurements in both polyculture ponds were categorized as medium or poor pond waters for cultivating milkfish and vannamei shrimp.Keywords: Plankton, Community Structure, Polyculture PondABSTRAKPlankton merupakan organisme yang memiliki ukuran yang sangat kecil atau bisa juga disebut jasad renik yang hidup melayang di perairan.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan kelimpahan, diversitas, keseragaman, dominansi, nilai penting plankton dan kualitas air pada tambak polikultur bandeng dan udang di Desa Tebaloan Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Penelitian ini dilakukan di Desa Tebaloan Kecamatan Duduksampean dan pengambilan sampel dilakukan pada pukul 08.00-10-00 WIB. Metode sampel plankton menggunakan purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan keanekaraaman plankton yang terdiri dari 20 plankton dengan 16 fitoplankton dan 4 zooplankton. Pada stasiun I paling banyak ditemukan adalah kelas Bacillariophyceae, Cyanophyceae dan Chlophyceae. Sedangkan pada stasiun II ditemukan paling banyak adalah kelas Cyanophyceae. Pada struktur komunitas nilai Indeks Keanekaragaman (H’) 1.21-1.97 yang dikategorikan sedang. Nilai Indeks Keseragaman (E) 0.13-0.21 yang dikategorikan rendah. Sedangkan nilai Indeks Dominansi (C) 0.39-0.52, pada stasiun I dikategorikan tinggi dan pada stasiun II dikategorikan rendah. Parameter yang dilakukan saat penelitian adalah suhu, kecerahan air, TDS, salinitas, pH, DO, CO2 terlarut dan nitrat. Hasil pengukuran kualitas air pada kedua tambak polikultur dikategorikan sebagai perairan tambak sedang atau kurang baik untuk membudidayakan ikan bandeng dan udang vannamei.Kata kunci : Plankton, Struktur Komunitas, Tambak Polikultur

Page 9 of 11 | Total Record : 105