Claim Missing Document
Check
Articles

Peningkatan Kualitas Air Irigasi Akibat Penanaman Vegetasi Riparian dari Hidromakrofita Lokal selama 50 Hari Prasetyo, Hamdani Dwi; Retnaningdyah, Catur
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 4 (2013)
Publisher : Biotropika: Journal of Tropical Biology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (383.77 KB)

Abstract

Air irigasi berperan penting dalam pengairan sawah. Air irigasi sering tercemari oleh limbah hasil aktivitas antropogenik. Hidromakrofita telah diketahui mampu berperan sebagai agen fitoremediasi kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi beberapa hidromakrofita lokal yang ditanam di tepi saluran irigasi selama 50 hari sebagai vegetasi riparian dalam peningkatan kualitas air irigasi. Hidromakrofita lokal yang digunakan adalah Limnocharis flava, Ipomoea aquatica, Fimbristylis globulosa, Vetiveria zizanoides, Equisetum ramosissium, Typha angustifolia, Sesbania grandiflora dan Scirpus grossus. Vegetasi riparian ditanam sepanjang 275 m di saluran irigasi Desa Kedung Pedaringan Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Kualitas fisikokimia air meliputi TDS, Nilai KMnO4, Ortofosfat, dan Amonium diamati setelah penanaman selama 50 hari. Pemantauan dilakukan pada lokasi sebelum penanaman (hulu), setelah penanaman sepanjang 125 m (tengah) dan setelah penanaman sepanjang 275 m (hilir). Perbedaan nilai tiap parameter antar lokasi diketahui dari uji Anova, analisis Cluster dan analisis Biplot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya penanaman delapan jenis tanaman vegetasi riparian di sepanjang tepi saluran irigasi tersier mampu meningkatkan kualitas air irigasi. Penananaman tersebut mampu menurunkan kadar Nilai KMnO4, TDS, ortofosfat, dan ammonium secara signifikan. Penanaman vegetasi riparian sepanjang 275 m lebih efektif meningkatkan kualitas air dibandingkan penanaman sepanjang 125 m. Kata kunci:  Air irigasi, kualitas air, vegetasi riparian
Evaluasi Kualitas Air Perairan Tambak Air Payau Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Ikan Bandeng (Chanos chanos) dan Ikan Kerapu (Ephinephelus sp.) di Desa Campurejo Kabupaten Gresik irma syahlizawati; Saimul Laili; Hamdani Dwi Prasetyo
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.11870

Abstract

Activities in pond management cause many problems, such as pests and diseases that cause pre-harvest death. This study aims to evaluate water quality based on physicochemical parameters and biological index in vannamei shrimp, milkfish and grouper ponds. This research was conducted in Campurejo Village, Gresik in February-March 2021 using a purposive sampling method from 3 stations, namely station 1 for shrimp ponds, station 2 for milkfish ponds and station 3 for grouper ponds with 3 points, namely inlet, outlet and center. The data obtained were analyzed by ANOVA test to analyze or compare data from more than two independent groups and continued with the Tukey test to determine which treatment groups had the same or different effects on each other, then the Parcipal Component Analysis test and cluster test to determine the clustering based on the level of similarity of plankton species using Paleonthological Statistics Version 4.05 software. Measurement of physico-chemical parameters of water quality based on SNI 8037.1:2014 except for brightness parameters at station 1, Dissolved Solids and Salinity at all three stations. Observation and identification of plankton at station 1 found 7 classes with a total of 16 genera, at station 2 found 8 classes with a total of 16 genera and at station 3 found 8 classes with a total of 14 genera. The diversity index ranges from 2.1-2.6 ind/L which is categorized as medium species diversity. The most common genera were Pandornia, Coelastrum and Synechocystis. The Trophic Diatom Index at all stations was categorized as eutrophic.Keywords: Physics-Chemistry, Diversity Index, Water Quality, PlanktonABSTRAKAktivitas dalam pengelolaan tambak saat ini banyak menimbulkan permasalahan, seperti serangan hama dan penyakit yang menyebabkan kematian pra panen. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas perairan berdasarkan parameter fisika kimia dan indeks biologi ditambak udang vannamei, ikan bandeng dan ikan kerapu. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Campurejo Kabupaten Gresik pada bulan Februari-Maret 2021 menggunakan metode purposive sampling dari 3 stasiun yaitu stasiun 1 tambak udang, stasiun 2 tambak bandeng dan stasiun 3 tambak kerapu dengan 3 titik yaitu inlet, outlet dan tengah. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA untuk menganalisis atau membandingkan data lebih dari dua kelompok independent dan dilanjut uji tukey untuk mengetahui kelompok perlakuan yang memiliki pengaruh sama atau berbeda antara satu dengan yang lain, selanjutnya uji Parcipal Component Analysis dan uji cluster untuk mengetahui klasterisasi berdasarkan tingkat kesamaan jenis plankton dengan menggunakan software Paleonthological Statistic Versi 4.05. Pengukuran parameter fisika-kimia kualitas perairan berdasarkan SNI 8037.1:2014 kecuali parameter kecerahan pada stasiun 1, Padatan Terlarut dan Salinitas pada ketiga stasiun. Pengamatan dan identifikasi plankton pada stasiun 1 ditemukan 7 kelas dengan total 16 genus, pada stasiun 2 ditemukan 8 kelas dengan total 16 genus dan pada stasiun 3 ditemukan 8 kelas dengan total 14 genus. Indeks keanekaragaman berkisar antara 2.1-2.6 ind/L yang dikategorikan sebagai keanekaragaman jenis sedang. Genus yang paling banyak ditemukan yaitu genus Pandornia, Coelastrum dan Synechocystis.  Trophic Diatom Index pada semua stasiun dikategorikan eutrofik.Kata kunci : Fisika-Kimia, Indeks Keanekaragaman, Kualitas Air, Plankton
Evaluasi Kualitas Air Perairan Tambak Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) dan Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik elok muwafiqoh; Saimul Laili; Hamdani Dwi Prasetyo
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 4, No 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.11871

Abstract

Pre-harvest fish mortality was often found in polyculture vannamei shrimp and milkfish in Duduksampeyan. This is thought to be caused by declining water quality. This study aims to evaluate water quality based on physico-chemical parameters and biotic index in vannamei shrimp (Litopenaeus vannamei) and milkfish (Chanos chanos) ponds. The study was carried out in February-March 2021 in Duduksampeyan using a purposive sampling method from 3 stations, vannamei shrimp ponds (station 1), milkfish ponds (station 2) and polyculture ponds (station 3) at 3 sampling points located at the inlet/outlet, middle and edge. Data analysis using ANOVA followed Tukey's test to compare data from the three stations. Correlation analysis, PCA and cluster to determine the relationship between environmental parameters and plankton. The physico-chemical parameter values were in accordance with SNI8037.1:2014 except for salinity, suspended solids at the three stations, brightness at station 3, dissolved solids at station 2. Station 1 found 8 classes with 17 genera, station 2 contained 8 classes with 11 genera and stations 3 there are 7 classes with 14 genera. The most common genera found at station 1 were Synechocystis, Spirulina, station 2 Synechocystis, Pandornia, Chaetoceros, station 3 Synechocystis, Pandornia, Spirulina. The diversity index value is between 1.7-3.1ind/L. Human activities such as settlements, livestock and agriculture are thought to be the cause of the decline in water quality from being eutrophic to hypereutrophic (TDI). The relationship between plankton and environmental parameters shows that at station 3 the optimum results are obtained to support the life of aquatic biota.Keywords: Physics-Chemistry, Diversity Index, Water Quality, PlanktonABSTRAKKematian ikan pra panen banyak dijumpai pada tambak budidaya polikultur udang vannamei dan ikan bandeng di Kecamatan Duduksampeyan. Hal ini diduga disebabkan oleh menurunnya kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas air berdasarkan parameter fisika-kimia dan indeks biotik di tambak udang vannamei (Litopenaeus vannamei) dan ikan bandeng (Chanos chanos). Penelitian dilaksanakan pada Februari-Maret 2021 di Kecamatan Duduksampeyan menggunakan metode purposive sampling dari 3 stasiun yaitu tambak udang vannamei (stasiun 1), tambak ikan bandeng (stasiun 2) dan tambak polikultur (stasiun 3) di 3 titik sampling yang berada di inlet/outlet, tengah dan tepi. Analisis data menggunakan ANOVA dilanjutkan Uji Tukey untuk membandingkan data dari ketiga stasiun. Selanjutnya dianalisis korelasi, PCA dan cluster untuk mengetahui hubungan antara parameter lingkungan dengan plankton. Nilai parameter fisika-kimia telah sesuai SNI 8037.1:2014 terkecuali salinitas, padatan tersuspensi di ketiga stasiun, kecerahan pada stasiun 3 dan padatan terlarut pada stasiun 2. Stasiun 1 ditemukan 8 kelas dengan 17 genus, stasiun 2 terdapat 8 kelas dengan 11 genus dan stasiun 3 terdapat 7 kelas dengan 14 genus. Genus yang paling banyak ditemukan pada stasiun 1 yaitu Synechocystis, Spirulina, stasiun 2 Synechocystis, Pandornia, Chaetoceros, stasiun 3 Synechocystis, Pandornia, Spirulina. Nilai indeks diversitas antara 1.7-3.1ind/L. Aktivitas manusia seperti pemukiman, peternakan dan pertanian diduga menjadi penyebab menurunnya kualitas air menjadi eutrofik hingga hipereutrofik (TDI). Hubungan antara plankton dengan parameter lingkungan menunjukkan bahwa pada stasiun 3 diperoleh hasil yang optimum untuk mendukung kehidupan biota perairan.Kata kunci : Fisika-Kimia, Indeks Keanekaragaman, Kualitas Air, Plankton
Peningkatan Kualitas Air Irigasi Akibat Penanaman Vegetasi Riparian dari Hidromakrofita Lokal selama 50 Hari Hamdani Dwi Prasetyo; Catur Retnaningdyah
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 1, No 4 (2013)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air irigasi berperan penting dalam pengairan sawah. Air irigasi sering tercemari oleh limbah hasil aktivitas antropogenik. Hidromakrofita telah diketahui mampu berperan sebagai agen fitoremediasi kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi beberapa hidromakrofita lokal yang ditanam di tepi saluran irigasi selama 50 hari sebagai vegetasi riparian dalam peningkatan kualitas air irigasi. Hidromakrofita lokal yang digunakan adalah Limnocharis flava, Ipomoea aquatica, Fimbristylis globulosa, Vetiveria zizanoides, Equisetum ramosissium, Typha angustifolia, Sesbania grandiflora dan Scirpus grossus. Vegetasi riparian ditanam sepanjang 275 m di saluran irigasi Desa Kedung Pedaringan Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang. Kualitas fisikokimia air meliputi TDS, Nilai KMnO4, Ortofosfat, dan Amonium diamati setelah penanaman selama 50 hari. Pemantauan dilakukan pada lokasi sebelum penanaman (hulu), setelah penanaman sepanjang 125 m (tengah) dan setelah penanaman sepanjang 275 m (hilir). Perbedaan nilai tiap parameter antar lokasi diketahui dari uji Anova, analisis Cluster dan analisis Biplot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya penanaman delapan jenis tanaman vegetasi riparian di sepanjang tepi saluran irigasi tersier mampu meningkatkan kualitas air irigasi. Penananaman tersebut mampu menurunkan kadar Nilai KMnO4, TDS, ortofosfat, dan ammonium secara signifikan. Penanaman vegetasi riparian sepanjang 275 m lebih efektif meningkatkan kualitas air dibandingkan penanaman sepanjang 125 m. Kata kunci:  Air irigasi, kualitas air, vegetasi riparian
Pengaruh Gangguan pada Zona Riparian Terhadap Jasa layanan Ekositem Hulu Sungai Brantas Hamdani Dwi Prasetyo; Ari Hayati
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol 8, No 2 (2020)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.biotropika.2020.008.02.08

Abstract

Zona riparian memberikan jasa layanan ekosistem dalam mengendalikan pencemaran. Peran vegetasi riparian berperan dalam proses regulasi nutrisi. Kualitas habitat riparian sangat bergantung pada gangguan yang terjadi pada zona riparian. Untuk menentukan kemampuan jasa layanan ekosistem hulu Sungai Brantas berdasarkan kualitas air sungai dan tingkat gangguan habitat. Penentuan kualitas air meliputi pengukuran parameter suhu air, derajat keasaman air (pH), konduktivitas air, oksigen terlarut, debit air, dan kecepatan arus air pada 3 stasiun dengan 3 kali ulangan pada hulu Sungai Brantas. Hasil penentuan kualitas air dianalisis menggunakan indeks Prati. Penentuan tingkat gangguan habitat dianalisis menggunakan indeks naturalness dan indeks hemeroby. Hasil penentuan kualitas air stasiun kedua hulu sungai masuk dalam kategori sangat baik dibandingkan stasiun pertama dan ketiga. Hasil penentuan tingkat gangguan habitat berdasarkan indeks naturalness, stasiun hulu sungai kedua masuk dalam kategori alami karena masih terdapat vegetasi lokal dan keberadaan bangunan tidak dominan serta pencemaran sedikit. Berdasarkan derajat Hemeroby, stasiun hulu sungai pertama dan ketiga masuk dalam kategori euhemerobic yang mana jauh dari kondisi alami, dan stasiun kedua berada ada kondisi mesohemerobic yang merupakan kondisi yang semi alami. Dengan demikian, kualitas stasiun hulu sungai kedua lebih baik dibandingkan dengan stasiun hulu sungai pertama dan kedua.
Quality Profile of Riparian Zone and Vegetation Quality in Amprong River, Tumpang District Based on QBR index and NDVI Hamdani Dwi Prasetyo; Majida Ramadhan
Biotropika: Journal of Tropical Biology Vol. 9 No. 3 (2021)
Publisher : University of Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.biotropika.2021.009.03.07

Abstract

Riparian zones provide ecosystem services depending on the quality of riparian vegetation and vegetation health. The role of riparian vegetation was determined by the total cover, cover structure, vegetation cover quality, and channel alteration of the riparian zone. Vegetation health was to determine the condition of the riparian zone of the Amprong river. In determining the quality of the riparian zone and the quality of the vegetation, it is done by observing the riparian zone of the Amprong river. The results of field observations were analyzed using the QBR index. Vegetation quality was also observed using the Normalized Difference Vegetation Index. The quality profile of the Amprong river riparian zone is in the medium category, while stations 4.2 and 4.3 are in a good category. The good category is obtained from the high total cover dam cover structure value. Meanwhile, the low QBR value is caused by the value of disturbance in the riparian zone in the form of agricultural activities, community settlements, garbage, land conversion to permanent buildings in the riparian zone. The size of the tree canopy at several stations has an impact on the QBR index value. Vegetation connectivity to rivers also helps in maintaining the quality of the riparian zone. Vegetation health on a scale of 0.012 to 0.371 indicates that the sampling site is in good condition. However, this condition will worsen if there is pressure from human activities. Sustainable management is needed by improving the quality of vegetation and reducing disturbance to the riparian zone.
POTENSI PENGEMBANGAN JALUR BIRDWATCHING BERDASARKAN DISTRIBUSI KEANEKARAGAMAN BURUNG DI PRECET, WILAYAH RESORT PEMANGKUAN HUTAN WAGIR KPH MALANG Muhamad Atho' illah; Hasan Zayadi; Hamdani Dwi Prasetyo
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol 5, No 1 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v5i1.12505

Abstract

Birdwatching is a form of nature tourism which has been continuously developed in Indonesia since the 2000s, because it has a promising econimic aspect for the tourism business world. Therefore, bird conservation efforts were needed based on community participation, one of which is through birdwatching activities that are packaged in the concept of ecotourism. Bird observations were carried out roaming on a predetermined observation path. The area used as the observation location is the forest around the Wagir RPH, the area of cultivated land and the residential area. These areas were taken because they are considered to represent the 3 types of ecosystems that exist in the Wagir RPH. Observations were made in two time, the first time started at 06.00-09.00 (morning observation), and afternoon observations at 13.00-17.00. The Pemangkuan Wagir Forest Resort area of KPH Malang has 19 species, namely Aegithina tiphia, Prinia superciliaris, Geopelia striata, Pericrocotus speciosus, Hemipus hirundinaceus, Prinia familiaris, Orthotomus sepium, Spilopelia chinensis, Centropus nigrorufus, Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Halcyon cyanoventris, Nectarinia jugularis, Parus cinereus, Dinopium javanense, Pycnonotus goiavier, Pycnonotus aurigaster, Hypsipetes virescens, Megalaima javensis. With 13 families including Aegithinidae, Columbidae, Campephagidae, Cisticolidae, Cuculidae, Dicaeidae, Estrildidae, Halcyonidae, Nectariniidae, Paridae, Picidae, Pycnonotidae, Ramphastidae. These birds can be found directly or indirectly through sound. The results of this study indicate that the diversity index value=2.724, (medium category) in Precet RPH Wagir, KPH Malang, many interactions with farmers and pine tappers greatly affect the level of diversity of bird species and the presence of birds in that location.Keywords: Bird, Birdwatching, IUCN, KPH MalangABSTRAKWisata pengamatan burung liar (birdwatching) merupakan salah satu bentuk wisata alam sejak tahun 2000-an terus dikembangkan di Indonesia karena mempunyai aspek ekonomi yang cukup menjanjikan bagi dunia pariwisata. Oleh karena itu diperlukan upaya konservasi burung dengan berlandaskan partisipasi masyarakat, salah satunya melalui kegiatan birdwatching yang dikemas dalam konsep ekowisata. Pengamatan burung dilakukan secara jelajah pada jalur pengamatan yang telah ditentukan. Daerah yang dijadikan lokasi pengamatan adalah hutan di sekitar RPH Wagir, wilayah lahan yang diolah dan daerah pemukiman. Daerah-daerah tersebut dianggap mewakili 3 tipe ekosistem yang ada di RPH Wagir. Pengamatan dilakukan pada dua pembagian waktu, pertama dimulai pukul 06.00-09.00 (pengamatan pagi), serta pengamatan sore pukul 13.00-17.00. Wilayah Resort Pemangkuan Hutan Wagir KPH Malang memiliki 19 spesies yaitu Aegithina tiphia, Prinia superciliaris, Geopelia striata, Pericrocotus speciosus, Hemipus hirundinaceus, Prinia familiaris, Orthotomus sepium, Spilopelia chinensis, Centropus nigrorufus, Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Halcyon cyanoventris, Nectarinia jugularis, Parus cinereus, Dinopium javanense, Pycnonotus goiavier, Pycnonotus aurigaster, Hypsipetes virescens, Megalaima javensis. Dengan 13 Famili di antaranya Aegithinidae, Columbidae, Campephagidae, Cisticolidae, Cuculidae, Dicaeidae, Estrildidae, Halcyonidae, Nectariniidae, Paridae, Picidae, Pycnonotidae, Ramphastidae. Burung-burung tersebut dapat dijumpai secara langsung maupun tidak langsung melalui suara. Penelitian yang telah dilakukan pada 3 jalur pengamatan yakni hutan pinus, hutan mahoni dan hutan lindung dengan ulangan sebanyak 5 kali, diperoleh 67 individu yang terbagi atas 19 spesies. Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks keanekaragamannya 2,724 (kategori sedang) di Precet wilayah RPH Wagir KPH Malang, banyaknya interaksi dengan para petani maupun penyadap pinus sangat mempengaruhi tingkat keanekaragaman jenis burung dan keberadaan burung di lokasi tersebut.Kata kunci : Burung, Birdwatching, IUCN, KPH Malang
Evaluating Environmental Service of Trisula Waterfall as Nature-based Tourism Attraction in Bromo Tengger Semeru National Park Hamdani Dwi Prasetyo; Luchman Hakim; Catur Retnaningdyah
Journal of Indonesian Tourism and Development Studies Vol. 5 No. 2 (2017)
Publisher : Program Pascasarjana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tourism activity in Trisula waterfall (locally called Coban Trisula) is growing significantly. The environmental management is important to perform the sustainable use of waterfall as tourism attraction. The aim of the research is to identify the ecosystem services of Trisula waterfall. In this study, three indices were calculated, namely Environmental Services Index, Hemeroby Index, and Naturalness index. This study found that the use of lands and natural resources in Trisula waterfall was low compared the upper and lower area. Lower and upper area was used for intensive agriculture and daily needs by local community. Those activities were influencing the environmental services of Trisula waterfall. Management towards sustainable use of Coban Trisula area was required. It is also important and should be able to promote security and satisfaction aspects for tourist. Anthropogenic activities such as plantation activities should be controlled by a persuasive approach to minimize disruption to the ecosystem. There are needs for environmental management to ensure the sustainability use of waterfall resources and its surrounding area.Keywords: sustainable tourism, waterfall management, water conservation.
Potensi Pengembangan Jalur Birdwatching berdasarkan Distribusi Keanekaragaman Burung di Precet, Wilayah Resort Pemangkuan Hutan Wagir KPH Malang Muhamad Atho' illah; Hasan Zayadi; Hamdani Dwi Prasetyo
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 5 No. 1 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v5i1.12505

Abstract

Birdwatching is a form of nature tourism which has been continuously developed in Indonesia since the 2000s, because it has a promising econimic aspect for the tourism business world. Therefore, bird conservation efforts were needed based on community participation, one of which is through birdwatching activities that are packaged in the concept of ecotourism. Bird observations were carried out roaming on a predetermined observation path. The area used as the observation location is the forest around the Wagir RPH, the area of cultivated land and the residential area. These areas were taken because they are considered to represent the 3 types of ecosystems that exist in the Wagir RPH. Observations were made in two time, the first time started at 06.00-09.00 (morning observation), and afternoon observations at 13.00-17.00. The Pemangkuan Wagir Forest Resort area of KPH Malang has 19 species, namely Aegithina tiphia, Prinia superciliaris, Geopelia striata, Pericrocotus speciosus, Hemipus hirundinaceus, Prinia familiaris, Orthotomus sepium, Spilopelia chinensis, Centropus nigrorufus, Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Halcyon cyanoventris, Nectarinia jugularis, Parus cinereus, Dinopium javanense, Pycnonotus goiavier, Pycnonotus aurigaster, Hypsipetes virescens, Megalaima javensis. With 13 families including Aegithinidae, Columbidae, Campephagidae, Cisticolidae, Cuculidae, Dicaeidae, Estrildidae, Halcyonidae, Nectariniidae, Paridae, Picidae, Pycnonotidae, Ramphastidae. These birds can be found directly or indirectly through sound. The results of this study indicate that the diversity index value=2.724, (medium category) in Precet RPH Wagir, KPH Malang, many interactions with farmers and pine tappers greatly affect the level of diversity of bird species and the presence of birds in that location.Keywords: Bird, Birdwatching, IUCN, KPH MalangABSTRAKWisata pengamatan burung liar (birdwatching) merupakan salah satu bentuk wisata alam sejak tahun 2000-an terus dikembangkan di Indonesia karena mempunyai aspek ekonomi yang cukup menjanjikan bagi dunia pariwisata. Oleh karena itu diperlukan upaya konservasi burung dengan berlandaskan partisipasi masyarakat, salah satunya melalui kegiatan birdwatching yang dikemas dalam konsep ekowisata. Pengamatan burung dilakukan secara jelajah pada jalur pengamatan yang telah ditentukan. Daerah yang dijadikan lokasi pengamatan adalah hutan di sekitar RPH Wagir, wilayah lahan yang diolah dan daerah pemukiman. Daerah-daerah tersebut dianggap mewakili 3 tipe ekosistem yang ada di RPH Wagir. Pengamatan dilakukan pada dua pembagian waktu, pertama dimulai pukul 06.00-09.00 (pengamatan pagi), serta pengamatan sore pukul 13.00-17.00. Wilayah Resort Pemangkuan Hutan Wagir KPH Malang memiliki 19 spesies yaitu Aegithina tiphia, Prinia superciliaris, Geopelia striata, Pericrocotus speciosus, Hemipus hirundinaceus, Prinia familiaris, Orthotomus sepium, Spilopelia chinensis, Centropus nigrorufus, Dicaeum trochileum, Lonchura leucogastroides, Halcyon cyanoventris, Nectarinia jugularis, Parus cinereus, Dinopium javanense, Pycnonotus goiavier, Pycnonotus aurigaster, Hypsipetes virescens, Megalaima javensis. Dengan 13 Famili di antaranya Aegithinidae, Columbidae, Campephagidae, Cisticolidae, Cuculidae, Dicaeidae, Estrildidae, Halcyonidae, Nectariniidae, Paridae, Picidae, Pycnonotidae, Ramphastidae. Burung-burung tersebut dapat dijumpai secara langsung maupun tidak langsung melalui suara. Penelitian yang telah dilakukan pada 3 jalur pengamatan yakni hutan pinus, hutan mahoni dan hutan lindung dengan ulangan sebanyak 5 kali, diperoleh 67 individu yang terbagi atas 19 spesies. Hasil penelitian menunjukkan nilai indeks keanekaragamannya 2,724 (kategori sedang) di Precet wilayah RPH Wagir KPH Malang, banyaknya interaksi dengan para petani maupun penyadap pinus sangat mempengaruhi tingkat keanekaragaman jenis burung dan keberadaan burung di lokasi tersebut.Kata kunci : Burung, Birdwatching, IUCN, KPH Malang
Evaluasi Kualitas Air Perairan Tambak Air Payau Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei), Ikan Bandeng (Chanos chanos) dan Ikan Kerapu (Ephinephelus sp.) di Desa Campurejo Kabupaten Gresik irma syahlizawati; Saimul Laili; Hamdani Dwi Prasetyo
Jurnal SAINS ALAMI (Known Nature) Vol. 4 No. 2 (2022)
Publisher : FMIPA UNISMA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33474/j.sa.v4i2.11870

Abstract

Activities in pond management cause many problems, such as pests and diseases that cause pre-harvest death. This study aims to evaluate water quality based on physicochemical parameters and biological index in vannamei shrimp, milkfish and grouper ponds. This research was conducted in Campurejo Village, Gresik in February-March 2021 using a purposive sampling method from 3 stations, namely station 1 for shrimp ponds, station 2 for milkfish ponds and station 3 for grouper ponds with 3 points, namely inlet, outlet and center. The data obtained were analyzed by ANOVA test to analyze or compare data from more than two independent groups and continued with the Tukey test to determine which treatment groups had the same or different effects on each other, then the Parcipal Component Analysis test and cluster test to determine the clustering based on the level of similarity of plankton species using Paleonthological Statistics Version 4.05 software. Measurement of physico-chemical parameters of water quality based on SNI 8037.1:2014 except for brightness parameters at station 1, Dissolved Solids and Salinity at all three stations. Observation and identification of plankton at station 1 found 7 classes with a total of 16 genera, at station 2 found 8 classes with a total of 16 genera and at station 3 found 8 classes with a total of 14 genera. The diversity index ranges from 2.1-2.6 ind/L which is categorized as medium species diversity. The most common genera were Pandornia, Coelastrum and Synechocystis. The Trophic Diatom Index at all stations was categorized as eutrophic.Keywords: Physics-Chemistry, Diversity Index, Water Quality, PlanktonABSTRAKAktivitas dalam pengelolaan tambak saat ini banyak menimbulkan permasalahan, seperti serangan hama dan penyakit yang menyebabkan kematian pra panen. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kualitas perairan berdasarkan parameter fisika kimia dan indeks biologi ditambak udang vannamei, ikan bandeng dan ikan kerapu. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Campurejo Kabupaten Gresik pada bulan Februari-Maret 2021 menggunakan metode purposive sampling dari 3 stasiun yaitu stasiun 1 tambak udang, stasiun 2 tambak bandeng dan stasiun 3 tambak kerapu dengan 3 titik yaitu inlet, outlet dan tengah. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji ANOVA untuk menganalisis atau membandingkan data lebih dari dua kelompok independent dan dilanjut uji tukey untuk mengetahui kelompok perlakuan yang memiliki pengaruh sama atau berbeda antara satu dengan yang lain, selanjutnya uji Parcipal Component Analysis dan uji cluster untuk mengetahui klasterisasi berdasarkan tingkat kesamaan jenis plankton dengan menggunakan software Paleonthological Statistic Versi 4.05. Pengukuran parameter fisika-kimia kualitas perairan berdasarkan SNI 8037.1:2014 kecuali parameter kecerahan pada stasiun 1, Padatan Terlarut dan Salinitas pada ketiga stasiun. Pengamatan dan identifikasi plankton pada stasiun 1 ditemukan 7 kelas dengan total 16 genus, pada stasiun 2 ditemukan 8 kelas dengan total 16 genus dan pada stasiun 3 ditemukan 8 kelas dengan total 14 genus. Indeks keanekaragaman berkisar antara 2.1-2.6 ind/L yang dikategorikan sebagai keanekaragaman jenis sedang. Genus yang paling banyak ditemukan yaitu genus Pandornia, Coelastrum dan Synechocystis.  Trophic Diatom Index pada semua stasiun dikategorikan eutrofik.Kata kunci : Fisika-Kimia, Indeks Keanekaragaman, Kualitas Air, Plankton