Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora			
            
            
            
            
            
            
            
            Majalah Ilmiah Tabuah Talimat, Budaya, Agama dan Humaniora mainly focuses on the history of Islamic culture. Detailed scopes of articles accepted for submission to this journal are Manuscript, Socioreligious history, Linguistic and literature, Islamic culture and ethnic, Library and information science, Literacy, Documentation Science.
            
            
         
        
            Articles 
                104 Documents
            
            
                        
            
                                                        
                        
                            KORELASI PERDAGANGAN DENGAN ISLAMISASI NUSANTARA 
                        
                        Erasiah Erasiah                        
                         Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 22 No. 2 (2018): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora 
                        
                        Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (390.332 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37108/tabuah.v22i2.30                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Islamisasi Nusantara tidak terlepas dari dunia perdagangan yang terbentang antara Timur dan Barat. Sebelum agama Islam muncul di Tanah Arab, hubungan antara pedagang Arab dengan penduduk Nusantara dan lainnya telah terjalin dengan intens melalui jalur laut. Untuk itu kaum intelektual sepakat bahwa salah satu jalur masuknya agama Islam ke Nusantara adalah melalui perdagangan. Untuk itu membincangkan korelasi perdagangan dengan Islamisasi Nusantara sangat penting secara ilmiah dan sejauh mana korelasi keduanya terbentuk yang membawa kesuksesan dalam Islamisasi Nusantara tanpa kekerasan/peperangan yang menghabiskan tenaga dan harta.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            KETIKA ULAMA MENINGGALKAN UMMAT: Efek Politik dari Penumpasan PRRI 
                        
                        Mhd Ilham                        
                         Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 22 No. 2 (2018): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora 
                        
                        Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (408.757 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37108/tabuah.v22i2.31                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Penelitian ini adalah penelitian sejarah. Bertujuan untuk mengungkap pergeseran preferensi politik ummat Islam di Kabupaten Pasaman setelah terjadinya pemberontakan PRRI. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa ulama merupakan elit sosial yang paling signifikan secara historis-faktual-implikatif. Ini terlihat dari eksistensi dan pengaruh dari Muhammadiyah serta partai Masyumi pada awal tahun 1950 hingga 1957, dua organisasi yang dipengaruhi secara signifikan oleh ulama. Setelah terjadi pemberontakan PRRI tahun 1957 serta dilaksanakannya operasi penumpasan sisa-sisa simpatisan PRRI secara massif di daerah ini pada tahun 1958, terjadi pergeseran preferensi sosial politik ummat Islam di Kabupatena Pasaman. Pergeseran dalam rentang waktu yang sangat cepat. Ulama yang selama ini dianggap sebagai rujukan utama dalam menentukan pilihan politik, bergeser kepada elit sosial lainnya, elit politik lokal non-ulama. Pemberontakan PRRI meninggalkan trauma psikologis bagi ummat Islam di Kabupaten Pasaman tersebut berkontribusi besar dalam merobah preferensi sosial politik ummat Islam dan menurunnnya tingkat kepercayaan ummat Islam kepada ulama.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            ESENSI FALSAFAH, KONSEP DAN TEORI PERADABAN 
                        
                        Ahmad Muzayyin                        
                         Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 22 No. 2 (2018): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora 
                        
                        Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (388.409 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37108/tabuah.v22i2.32                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan esensi falsafah, konsep dan teori peradaban. Esensi falsafah dalam peradaban dipahami sebagai cara pandang ataupun bersikap dalam memahami peradaban sebagai bagian menumbuhkan kesadaran hidup yang memiliki nilai-nilai yang bermanfaat bagi diri dan orang lain. Esensi Konsep Peradaban memiliki makna tentang hakikat konsep peradaban. Maka ia harus dipahami dalam rangka kerja aksiologi yang bertujuan mengetahui fungsi, tujuan dan kegunaannya, dengan begitu, maka secara aksiologi, esensi Konsep Peradaban berfungsi sebagai media mengabstraksikan ide-ide mengenai peradaban yang bersifat universal untuk keseluruhan gagasan dan karya manusia yang dihasilkan melalui proses belajar beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya. Teori sebagai landasan dasar dalam penelitian khususnya dalam kajian peradaban memiliki peran penting sebagai instrumen mengukur batasan-batasan universalitas sebuah peradaban maka esensi teori peradaban yaitu mengabstraksikan ide-ide yang menuju variabel-variabel peradaban sebagai duplikat realitas peradaban. Adanya esensi teori peradaban ini mengarahkan pada substansi berbagai macam dan bentuk peradaban sehingga dianggap sama.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            KETERLIBATAN TOKOH MELAYU DALAM PILKADA DI KOTA PALEMBANG SUMATRA SELATAN 
                        
                        Darmawan Z                        
                         Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 22 No. 2 (2018): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora 
                        
                        Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (683.993 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37108/tabuah.v22i2.33                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
This article discusses the involvement of Malay leaders in 2018 regional head elections in Palembang City. The character will play a very important role in winning the battle between political parties in the city of Palembang, traditional factors and local leaders play a role. While traditional leaders and religious leaders, have their own influence for society. Malay community leaders are people who have influence and are respected by the community because of the wealth of their knowledge. The role of the involvement of Malay cultural figures on the electability of candidates for the Regional Head in Palembang City, it is known that many ulama and community leaders were made as success teams as well as the main supporters of each candidate pair of mayors / deputy mayors of Palembang. Local politics is increasingly developing as a snowball-like force that is increasingly growing as a force that can influence the political system in Palembang City
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            MELAYUNISASI KITAB AL-HIKAM KARYA IBNU ‘ATHAILLAH AL-SAKANDARI (Tinjauan Terhadap Teks Tadzkîr al-Ghabî Karya Syekh Burhanuddin) 
                        
                        Ahmad Taufik Hidayat; 
Sudarman Sudarman                        
                         Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 21 No. 2 (2017): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora 
                        
                        Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (1255.219 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37108/tabuah.v21i2.49                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Artikel ini mendiskusikan perihal upaya melayunisasi kitab al-Hikam yang ditulis oleh Ibn‘Athaillah al-Sakandari (w.1309 M) melalui buah tangan Syekh Burhanuddin Ulakan (w. 1692 M) berjudul, Tadzkir al-Ghabi. Berdasarkan Telaah terhadap manggala, kolofon dan edisi kitab Tadzkir al-Ghabi terlihat bahwa upaya mensyarah yang dilakukan Syekh Burhanuddin untuk‘memiliki’ kitab al-Hikam atau menjadikannya sebagai milik Melayu bukanlah membuat sebuah versi dari naskah al-Hikam, tetapi ‘membumikan’ ajaran-ajaran tauhid yang digagas dalam teks al-Hikam agar mudah diterima oleh masyarakat Melayu pada umumnya, dan masyarakat Minangkabau khususnya. Sebaliknya, edisi Tazkir al-Ghabi tidak pula berupa salinan mentah dari kitab Hikam, berkenaan dengan upaya syekh Burhanuddin menyederhanakan makna ke dalam alam psyicho organik dunia Melayu. Perubahan judul yang dilakukan Burhanuddin terhadap kitab Tazkir al-Ghabi, yang bermakna ‘peringatan bagi orang-orang yang dungu’ tidak berarti ia lari dari teks inti (al-Hikam), tetapi memberi ruang gerak baru bagi pembaca Melayu yang mabuk akan dimensi tasauf, namun lupa akan inti ajaran tauhid. Selain itu, teks Tazkir al-Ghabi juga membuktikan akan kiprah kepenulisan syekh Burhanuddin di dunia Melayu, yang selama ini dianggap tidak memiliki karya tulis.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            AZYUMARDI AZRA SEBAGAI SEJARAWAN ISLAM 
                        
                        Lukmanul Hakim                        
                         Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 21 No. 2 (2017): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora 
                        
                        Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (447.234 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37108/tabuah.v21i2.64                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Historiografi Islam di Melayu Nusantara selama ini banyak ditulis oleh penulis sejarah yang bukan berlatar belakang sejarah, mereka menulis sejarah sebatas minat kebetulan yang tidak terarah dengan baik, sehingga sulit menghasilkan karya sejarah yang benar-benar ilmiah. Di tengah kondisi ini muncullah Azyumardi Azra sebagai salah seorang penulis sejarah yang berlatar belakang sejarah. Pentingnya studi sejarah akademis untuk melahirkan sejarawan professional, tidak lagi amatir. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis posisi Azyumardi Azra sebagai sejarawan Islam. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sejarah. Latar belakang pendidikan Azra dari Departemen Sejarah Columbia University Amerika Serikat dan telah melahirkan beberapa tulisan yang membicarakan sejarah Islam pada umumnya, khususnya Islam di dunia Melayu Nusantara sehingga Azra dikelompokkan kepada sejarawan professional. Azra telah memberi warna Islam dan kesadaran sejarah umat Islam bagi pertumbuhan dan pengembangan historiografi Islam yang lebih komprehensif dengan menggunakan berbagai pendekatan di wilayah dunia Islam Melayu-Nusantara khususnya dan dunia Islam secara keseluruhan.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            TRADISI KULINER MASYARAKAT MINANGKABAU: Aneka Makanan Khas Dalam Upacara Adat dan Keagamaan Masyarakat Padang Pariaman 
                        
                        Siti Aisyah                        
                         Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 21 No. 2 (2017): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora 
                        
                        Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (574.13 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37108/tabuah.v21i2.65                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Minangkabau daerah yang kaya dengan aneka kuliner terkenal kelezatannya. Di setiap daerahnya juga memiliki tradisi yang berbeda dalam menyajikan kuliner tersebut sehingga terbentuk sebuah tradisi tersendiri dalam masyarakat. Padang Pariaman bagian dari daerah rantau Minangkabau memiliki aneka ragam kuliner (makanan) khas yang menjadi budaya masyarakatnya. Ada makanan khas yang dibuat dalam upacara adat dan ada juga dalam upacara keagamaan masyarakat. Keberadaan makanan tersebut dianggap penting dalam upacara tersebut, karena apabila dalam pelaksanaan upacara tersebut tidak membuat makanan tradisi yang biasa dilakukan, maka pelaksanaan upacara dianggap kurang lengkap. Umumnya makanan khas tersebut berbahan dasar beras ketan (pulut) dan santan kelapa, karena Padang Pariaman dikenal dengan sebagai daerah penghasil kelapa yang kental santannya. Diantara makanan yang dihidangkan dalam upacara dalam pelaksanaan tradisi adat seperti rendang, lapek bugis, juadah. Makanan tersebut disajikan dalam upacara perkawinan, batagak penghulu dan batagak rumah. Sedangkan dalam upacara keagamaan, makanan yang disajikan adalah lemang dan sambareh. Penyajian kedua jenis makanan ini menjadi tradisi bagi masyarakat Padang Pariaman. Munculnya tradisi ini seiring dengan penyebaran agama Islam di Minangkabau yang dikembangkan oleh Syekh Burhanuddin. Makanan lemang disajikan dalam upacara maulid nabi setiap bulan Rabiul Awal dan bulan Sya’ban dalam rangka menyambut bulan Ramadhan, bahkan nama bulan sya’ban bagi masyarakat Padang Pariaman lebih dikenal dengan istilah bulan lamang. Demikian juga halnya dengan makanan sambareh disajikan setiap bulan Rajab sehingga bulan ini dikenal dengan sebutan bulan Sambareh.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            ARSITEKTUR RUMAH IBADAH KUNO DI MINANGKABAU 
                        
                        Sudarman Sudarman; 
Rusydi Ramli                        
                         Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 21 No. 2 (2017): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora 
                        
                        Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (1148.954 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37108/tabuah.v21i2.66                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Rumah Ibadah di Minangkabau tidak hanya menandakan bahwa orang Minangkabau sangat religious, tetapi yang lebih penting adalah bahwa orang Minangkabau termasuk dalam katagori masyarakat multikulturalisme. Yang dimaksud dengan masyarakat multikulturalisme tidak hanya masyarakatnya yang plural, penekannya adalah kebijakan pemerintah kolonial terhadap seluruh aliran agama di ruang public. Melalui rumah ibadah kuno di Minangkabau, penelitian ini menemukan tiga hal. Pertama, penelitian ini menemukan tipelogi arsitektur mesjid dan gereja. Mesjid secara cultural dipengaruh oleh budaya local seperti mesjid yang berarsitektur Bodi Caniago dan Kota Piliang, sedangkan Gereja dilihat dari fungsinya bisa dibedakan antara lain; Katedral, Paroki, Stasi dan Kapel. Kedua, simbol-simbol yang ada di rumah ibadah kuno memiliki makna sacral yang bisa memberikan motivasi kepada penganutnya. Semakin simbol itu disakralkan maka semakin kuat juga makna yang terkandung didalamnya. Ketiga, dengan berdirinya rumah ibadah kuno di kota-kota yang dibangun dan menjadi basis colonial, menandakaan satu dinamika baru dalam pembentukan masyarakat multicultural di Minangkabau.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            MEMAKNAI PEMIKIRAN TENTANG RUB?BIYAH DAN UL?HIYAH (INTERPRET THOUGHTS ABOUT RUBUBIYAH AND ULUHIYAH) 
                        
                        Gusnar Zain                        
                         Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 21 No. 2 (2017): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora 
                        
                        Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (865.802 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37108/tabuah.v21i2.67                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Pondasi utama dalam Islam adalah ‘aqidah, lazim disebut dengan tauhid, atas pondasi inilah munculnya bermacam kewajiban terhadap setiap individu yang mengaku mukmin dan muslim. Setiap mukmin pasti muslim, dan setiap muslim belum tentu mukmin. Allah menciptakan manusia lebih mulia dari makhluk lainnya, kemuliaan tersebut terletak pada akal. Akal adalah sebagai wahana untuk menjadi cerdas, memikirkan fenomena alam, menentukan amal baik dan buruk, dengan akal dapat memaknai pemikiran terhadap tauhid Rub?biyah dan Ul?hiyah atas dasar iman, Islam dan ihsan demi ridha-Nya.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM DI MINANGKABAU 
                        
                        Saharman Saharman                        
                         Majalah Ilmiah Tabuah: Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora Vol. 21 No. 2 (2017): Majalah Ilmiah Tabuah : Ta`limat, Budaya, Agama dan Humaniora 
                        
                        Publisher : Fakultas Adab dan Humaniora UIN Imam Bonjol Padang 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                            |
                                
                                
                                    Full PDF (550.346 KB)
                                
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37108/tabuah.v21i2.68                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Perkembangan Lembaga Pendidikan Islam di Nusantara memperlihatkan adanya pengaruh perkembangan pendidikan Islam di Timur Tangah khususnya Mekkah dan Kairo walaupun secara detail keduanya terdapat perbedaan paham. Pengaruh ini dibawa oleh pribumi yang pada awalnya untuk menunaikan ibadah haji, namun kemudian kebanyakan mereka menetap disana beberapa tahun untuk menunut ilmu. Tidak jauh berbeda dengan Minangkabau, pada akhir abad 17 mendapat pengaruh dari Aceh yang dilakukan oleh Syekh Burhanuddin Ulakan yang pergi mendalami ilmu agama beberapa tahun, dan kemudian setelah pulang, mendirikan surau dalam bentuk lembaga pendidikan dengan sistem halakah. Selanjutnya pada abad 20 berdiri madrasah madrasah suatu pertanda dimulainya pembaharuan pendidikan Islam oleh putra terbaik Minangkabau dengan mengikuti sistem yang dilakukan oleh ulama ulama terdahulu, sehingga Lembaga Pendidikan Islam di Minangkabau terus mengalami perkembangan sampai kepada Perguruan Tinggi.