cover
Contact Name
Diah Astika
Contact Email
jaf@malahayati.ac.id
Phone
+6285269630720
Journal Mail Official
jurnal.analisfarmasi@gmail.com
Editorial Address
JL. Pramuka No 27 Kemiling Bandar Lampung
Location
Kota bandar lampung,
Lampung
INDONESIA
JAF (Jurnal Analis Farmasi)
Published by Universitas Malahayati
ISSN : 2503233X     EISSN : 26567598     DOI : 10.33024
Core Subject : Health,
Jurnal ini berisikan hasil penelitian di bidang analisa obat, obat tradisional, makanan, minuman, kosmetik. Jurnal ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan dan masyarakat umum yang ingin mengetahui mengenai informasi mengenai keamanan obat, bahan pangan, kosmetik,serta informasi nilai gizi pangan dan informasi terkait lainnya
Articles 214 Documents
UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK DAUN SIRSAK (Annona muricata L) TERHADAP BAKTERI Escherichia Coli DAN Staphylococcus Aureus DENGAN METODE DIFUSI CAKRAM Marantika Komalasari; Radho Alkausar; Agustina Retnaningsih
Jurnal Analis Farmasi Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (467.363 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v6i2.5938

Abstract

This study aims to determine the antibacterial inhibition of soursop leaf extract against Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacteria. Antibacterial test against Escherichia coli and Staphylococcus aureus bacteria using disc diffusion method. The concentration of soursop leaf extract used was 25%, 50%, 75% and 100% with Tetracycline antibiotics as a positive control.  The results of this study showed soursop leaf extract against Escherichia coli bacteria at a concentration of 25%, namely 0.00 mm, at a concentration of 50%, namely 8.30 mm, at a concentration of 75%, namely 8.80 mm, and at a concentration of 100%, namely 9.90  mm.  While soursop leaf extract against Staphylococcus aureus bacteria at concentrations of 25%, 50%, 75% and 100% did not get inhibition zones in each repetition. The results of testing the inhibitory power of soursop leaf extract were more effective on Escherichia coli bacteria which are gram- negative bacteria.
UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN PADA EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereuspolyrhizus) DENGAN METODE DPPH Diah Astika Winahyu; Robby Candra Purnama; Meia Yevi Setiawati
Jurnal Analis Farmasi Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.346 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v4i2.2240

Abstract

Buah naga (Hylocereus polyrhizus) merupakan tumbuhan yang berasal dari daerah beriklim tropis kering. Selain daging buahnya, kulit buah naga dapat dimanfaatkan dalam produk pangan sebagai pewarna makanan alami. Hal ini karena kulit buah naga memiliki kandungan senyawa-senyawa yang dapat bermanfaat sebagai antioksidan yang tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan uji aktivitas antioksidan pada ekstrak kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus) dengan metode DPPH dan nilai IC50 yang terkandung dalam ekstrak kulit buah naga merah. Pengukuran aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH. Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini yaitu maserasi menggunakan pelarut etanol 96% dan HCl 1% dengan perbandingan 9 : 1. Populasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu kulit buah naga merah, dan sampel yang digunakan yaitu ekstrak kental kulit buah naga merah. Selanjutnya penentuan aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH dan dianalisis menggunakan spektrofotometri UV-Vis dengan panjang gelombang 517 nm.Hasil penelitian menunjukkan persen aktivitas antioksidan yang didapat, 0%, 31,746%, 37,837%, 58,146%, 64,246%, dengan nilai IC502,6949. Dari nilai IC50 yang didapat menunjukkan bahwa hasil ekstrak kulit buah naga memiliki keaktivitasan yang sangat kuat, semakin kecil nilai IC50 maka semakin tinggi kekuatan suatu senyawa yang bersifat antioksidan.Kata Kunci: Kulit buah naga, Antioksidan, Metode DPPH.
PERBANDINGAN KADAR KALSIUM PADA BUAH NAGA DAGING MERAH (Hylocereus polyrhizus) DAN BUAH NAGA DAGING PUTIH (Hylocereus undantus) SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Robby Candra Purnama; Ade Maria Ulfa; Wahyuningtiyas Wahyuningtyas
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 2 (2017)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.713 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i2.1171

Abstract

Buah naga pada umumnya sering dikonsumsi oleh masyarakat dalam bentuk buah segar atau jus. Buah naga banyak mengandung mineral salah satunya adalah kalsium. Kalsium berfungsi untuk kesehatan tulang dan gigi. Pentingnya peran kalsium dalam tubuh maka perlu memperhatikan jenis makanan yang memiliki kandungan kalsium yang baik untuk tubuh  salah satunya mengkonsumsi buah naga.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar kalsium yang terdapat pada buah naga  daging merah (Hylocereus polyrhizus) dan buah naga daging putih (Hylocereus undatus). Penelitian ini dilakukan dengan analisis kuantitatif  yaitu dilakukan secara spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 422,51 nm. Sampel diabukan didalam tanur dengan temperatur awal 100 interval 25oC dan perlahan-lahan temperatur dinaikkan menjadi 500oC setiap 5 menit dan dilakukan selama 36 jam, abu kemudian dilarutkan dengan larutan HNO3, lalu sampel dianalisis dengan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Hasil kadar rata-rata kalsium pada buah naga daging merah adalah 3,6584 ± 0,1459 mg/100 gram dan buah naga daging putih adalah 1,1440 ± 0,0212 mg/100 gram. Hasil analisa data dengan menggunakan uji t didapat  thitung sebesar = 4,4630 dengan taraf kepercayaan 95% yaitu 4,30, sehingga kadar kalsium pada buah naga daging merah dan buah naga daging putih berbeda signifikan Kata kunci : buah naga, kalsium, spektrofotometri serapan atom.
IDENTIFIKASI RHODAMIN B PADA KEMBANG GULA DENGAN METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS Sudewi Mukharomah Khoirunisa
Jurnal Analis Farmasi Vol 6, No 1 (2021)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.461 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v6i1.5484

Abstract

Jajanan merupakan salah satu pilihan masyarakat untuk mendapatkan makanan dengan cepat dan praktis tanpa harus menunggu waktu yang lama, contohnya kembang gula. Kembang gula disukai karena rasanya yang manis dan warna menarik. Namun, beberapa produsen kembang gula masih menggunakan rhodamin B sebagai pewarna, padahal rhodamin B dilarang digunakan dalam makanan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tentang identifikasi pewarna rhodamin B pada kembang gula. Metode yang digunakan yaitu kromatografi lapis tipis. Prinsip metode ini yaitu pemisahan dua senyawa dengan menggunakan 2 fase , fase diam danfase gerak. Fase diam yang digunakan silika gel GF 254nm dan fase gerak yang digunakan n-butanol : Asam asetat glasial : air dengan perbandingan 40 : 10 : 24 dan masing-masing sampel dilakukan dua kali pengulangan. Sampel penelitian adalah kembang gula berwarna merah muda cerah, dua yang bermerk yang dijual di swalayan dan toko kue dan tujuh sampel yang tidak bermerk dijual di Pkor Way Halim Bandar Lampung. Hasil penelitian didapatkan kesimpulan bahwa dari kesluruhan sampel tidak mengandung rhodamin B.Kata kunci : kromatografi lapis tipis, rhodamin B, kembang gula, makanan jajanan
PERBANDINGAN KADAR KALSIUM DALAM TERI NASI KERING DAN TERI NASI BASAH DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Sudewi Mukharomah Khoirunisa
Jurnal Analis Farmasi Vol 3, No 3 (2018): Volume 3 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (669.173 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v3i3.2811

Abstract

Ikan teri merupakan salah satu sumber kalsium yang baik, karena dikonsumsibersama dengan tulangnya. Berbeda dengan ikan lain yang hanya dikonsumsidagingnya saja. Didalam teri nasi terkandung, protein, air, lemak, kalsium, fosfor, dan zat besi. Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh yaitu 1,5-2% atau 1 kg dalam tubuh orang dewasa. Kalsium didalam tubuh berfungsi sebagai pembentukan tulang dan gigi, pembentukan darah, sebagai katalisator reaksi-reaksi biologik, serta kontraksi otot. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan tulang kurang kuat, mudah bengkok dan rapuh atau yang sering disebut dengan osteoporosis.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan kadar kalsium pada teri nasi kering dan teri nasi basah dengan metode spektrofotometri serapan atom. Penetapan kadar kalsium dilakukan dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom Shimazu AA-7000 menggunakan nyala udara-astilen pada panjang gelombang 422,51 nm. Hasil penetapan kadar kalsium diperoleh persamaan regresi Y= -0,00118x + 0,0323 dengan koefisien korelasi r = 0,9995 dan diperoleh kadar kalsium teri nasi kering 281,87 mg/kg, 271,65 mg/kg, dan 298,91 mg/kg. Sedang kalsium pada teri nasi basah sebesar 217,68 mg/kg, 214,59 mg/kg, dan 239,34 mg/kg. Dari hasil perhitungan uji t didapat bahwa thitung = 0,7351 dan traber = 4,60.Sehingga tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar kalsium pada terinasi kering dan teri nasi basah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapatdisimpulkan bahwa kadar kalsium teri nasi kering lebih tinggi daripada teri nasi basah.Kata kunci: ikan teri, sumber mineral, kalsium, SSA.
PERBANDINGAN KADAR KALSIUM PADA KECAMBAH KACANG HIJAU DAN KECAMBAH KACANG KEDELAI SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM Ade Maria Ulfa; Nofita Nofita; Shinta Shinta
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 3 (2017): Volume 2 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (57.689 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i3.1159

Abstract

Kecambah adalah salah satu sayuran yang mengandung beragam mineral penting, diantaranya yaitu kalsium. Kecambah terbuat dari kacang hijau dan kacang kedelai yang sering kita sebut dengan tauge. Kecambah dapat diolah menjadi berbagai macam masakan sayur, selain itu kecambah dapat dimakan mentah. Ditinjau dari segi konsumsi masyarakat lebih mengenal kecambah kacang hijau dibandingkan kecambah kacang kedelai untuk pendamping sayur di masakan. Sampel diperoleh dari pasar Gintung Bandar Lampung. Sampel kecambah terlebih dahulu dipreparasi agar dapat dianalisis melalui destruksi kering. Kemudian penetapan kadar kalsium dilakukan dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom dengan menggunakan lampu katoda kalsium pada panjang gelombang 422,51 nm. Diperoleh persamaan garis regresi linier yaitu y = 0,13016x + 0,0091179 dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9990. Hasil penelitian menunjukan kadar kalsium dalam kecambah kacang hijau yaitu 1,4945 mg/100gram sedangkan kadar kalsium dalam kecambah kacang kedelai yaitu 2,9917 mg/100 gram. Hasil dari perhitungan uji t didapatkan bahwa thitung = 4,5535 lebih besar dari ttabel pada taraf signifikan 5% = 2,78. Berdasarkan hasil yang didapat bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar kalsium kecambah kacang hijau dan kecambah kacang kedelai. Kata kunci :   kecambah kacang hijau, kecambah kacang kedelai, kalsium, spektrofotometri serapan atom
PENETAPAN KADAR KADMIUM (Cd) PADA EYESHADOW YANG BEREDARDI KOTA BANDAR LAMPUNG DENGAN METODE MICROWAVE PLASMA ATOMIC EMMISION SPECTROSCOPY (MPAES) Anggi Oktia Dewi
Jurnal Analis Farmasi Vol 5, No 2 (2020)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (982.512 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v5i2.4079

Abstract

Eyeshadow merupakan bagian dari sediaan rias mata yang dipakai di kelopak mata dibawah alis. Penggunaaannya agar mata terlihat lebih gelap dan lebih cekung kedalam. Kadmium merupakan logam berat yang biasanya ditambahkan dalam kosmetik sebagai penarik warna dan pengotor. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan apakah eyeshadow yang dijual di Lorong King, Bandar Lampung mengandung logam berat kadmium dan berapa kadar kadmium yang terdapat dalam eyeshadow tersebut. Digunakan metode MPAES pada penelitian ini dengan prinsip mengukur intensitas energi radiasi yang dipancarkan oleh plasma. Berdasarkan hasil penandaan kemasan pada sampel eyeshadow yang digunakan tidak memenuhi persyaratan BPOM No. 19 tahun2015 tentang persyaratan teknis kosmetika.Dan pada uji kuantitatif didapatkan kadar rata-rata pada sampel A -3,99 mg/kg; sampel B -3,99 mg/kg; sampel C -3,99 mg/kg; sampel D -2,99 mg/kg; sampel E -3,99 mg/kg; sampel F -2,99 mg/kg; sampel G -3,99mg/kg; sampel H -3,99 mg/kg; dan sampel I -3,99 mg/kg. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar tersebut tidak melebihi persyaratan BPOM Nomor 17 tahun 2014 tidak lebih dari 5 mg/kg.Kata kunci : Eyeshadow, Kadmium, MPAES
ANALISIS SENYAWA FENOLIK PADA EKSTRAK SEGAR DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum Ruiz & Pav) MENGGUNAKAN METODE Folin Cioceltau SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Hersa Novitasari
Jurnal Analis Farmasi Vol 3, No 3 (2018): Volume 3 Nomor 3
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (447.397 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v3i3.2800

Abstract

Masyarakat Indonesia sejak dulu telah mengenal tanaman yang mempunyaikhasiat obat. Salah satu tanaman yang memiliki khasiat obat adalah sirih merah Piper crocatum Ruiz & Pav. Sirih merah memiliki berbagai kandungan diantaranya alkaloid, flavanoid, tanin dan minyak atsiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui senyawa fenolik dari ekstrak metanol daun sirlh merah Piper crocatum Ruiz & Pav segar.Analisis ekstrak metanol daun sirih merah Piper crocatum Ruiz & Pav segar dilakukan secara kuantitatif, untuk mengetahui kadar senyawa fenolik dilakukan dengan metode Folin Cioceltau. Prinsip dari metode ini adalah terbentuknya senyawa komplek berwarna biru dari fosfomolibdat-fosfotungstat yang direduksi senyawa fenolik dalam suasana basa yang dapat diukur dengan  spektrofotometri UV-Vis. Sebagai pembanding digunakan asam_ galat yang merupakan turunan dari asam hidroksibenzoat yang tergolong asam fenol sederhana serta merupakan senyawa polifenol yang terdapat di hampir semua tanaman yang bersifat stabil dan murni. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak segar daun sirih merah Piper crocatum Ruiz & Pav mempunyai kadar senyawa fenolik berturut-turut sebesar 171,00 ppm dan 172,07 ppm yang diukur pada panjang gelombang 785 nm. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ekstrak metanol daun sirih merah Piper crocatum Ruiz & Pav segar memiliki kadar senyawa fenolik sebesar 171,53 ppm.Kata kunci :Daun Sirih Merah, Senyawa Fenolik, Spektrofotometri UV-Vis
STABILITAS TABLET ASAM MEFENAMAT YANG BEREDAR DI BEBERAPA PUSKESMAS DAERAH LAMPUNG TENGAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV Agustina Retnaningsih; Ade Maria Ulfa; Titim Nurjannah R
Jurnal Analis Farmasi Vol 2, No 4 (2017): Volume 2 Nomor 4
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (533.237 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v2i4.2146

Abstract

ABSTRAKAsam mefenamat merupakan senyawa obat yang rentan baik terhadap cahaya maupun udara atau kelembapan, sehingga penyimpanannya tidak lebih dari 30o C dan terlindung dari cahaya. Ketidakstabilan tablet asam mefenamat dapat dilihat dari sifat fisika dan kimianya yaitu : Perubahan warna, bentuk, ukuran, kekerasan, waktu hancur, lama penyimpanan dan penurunan kadar tablet dapat mempengaruhi khasiat obat dan toksisitas yang membahayakan pasien.Penelitian ini dilakukan dengan metode spektrofotometri uv dan dengan tujuan untuk mendapatkan data stabilitas tablet asam mefenamat yang disimpan di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Lampung tengah sebagai bahan pertimbangan dalam penyimpanan obat yang baik di Puskesmas serta untuk mengetahui apakah mutu dari tablet asam mefenamat sesuai dengan standar mutu Farmakope Indonesia edisi IV yaitu tidak kurang dari 90,0 % dan tidak lebih dari 110,0 %. Dari hasil Penelitian dilakukan dengan cara menentukan 3 Puskesmas berdasarkan sampling acak dari 30 Puskesmas di Lampung Tengah. Mutu tablet asam mefenamat di teliti dengan menggunakan metode eksperimental sesuai dengan Farmakope Indonesia Edisi IV. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi penyimpanan di 3 Puskesmas belum optimal, suhu ruangan berkisaran 27-35 oC sehingga menyebabkan terjadinya penurunan kadar yaitu pada sampel A adalah 102,36 %, sampel B 85,325 % dan sampel C adalah 98,52 %.Kata kunci : Tablet asam mefenamat, kualitas tablet, Spektrofotometri UV
PERBANDINGAN KADAR BESI (Fe) PADA DAUN KELOR (Moringa oleifera) YANG TUMBUH DI DATARAN TINGGI DAN DATARAN RENDAH SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM (SSA) Amelia Wilda Pratiwi; Nofita Nofita; Diah Astika Winahyu
Jurnal Analis Farmasi Vol 6, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Analisis Farmasi dan Makanan Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (185.707 KB) | DOI: 10.33024/jaf.v6i2.5945

Abstract

Moringa leaves are a multipurpose medicinal plants commonly consumed as vegetables. Moringa leaves are rich in nutrients, one of which is iron (Fe) as much as 7 mg / 100g. Iron is useful for preventing anemia. Moringa grows in the highlands and lowlands with different soil conditions, so this allows for differences in iron levels in the leaves. This study aims to determine whether there are significant differences between Moringa leaves that grow in the highlands and lowlands. Samples were obtained from one of the residents' yards in kec. Gisting (highland) and kec. Teluk Betung (lowland). The sampling technique was carried out by purposive sampling. The tools used for iron analysis are Atomic Absorption Spectrophotometry at a wavelength of 248.40 nm. Linear regression line equation is obtained, which is y = 0.010483 + 0.09074x with a correlation coefficient (r) that is 0.9985. The average level of iron from Moringa leaves that grew in the highlands and lowlands respectively 6.26 mg / 100g and 6.16 mg / 100g. The results of the calculation of the t test found that tcount = 1.06. This tcount value will be compared with ttable with a 99% confidence level of 4.60. If tcount is smaller than ttable then Ho is accepted and Ha is rejected so that there is no significant difference between iron in moringa leaves that grow in the highlands and lowlands.

Page 3 of 22 | Total Record : 214