Articles
20 Documents
Search results for
, issue
"Vol 3, No 2 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas"
:
20 Documents
clear
Perbandingan Metodologi Tafsir terhadap Ayat-Ayat Peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Nida Husna Abdul Malik;
Edi Komarudin
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 2 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v3i2.29282
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji penafsiran ayat-ayat peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dalam tafsir Mafatih Al-Ghaib karya Fakhruddin Al-Razi dan tafsir Al-Kasyaf karya Al-Zamakhsyari. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menemukan persamaan dan perbedaan dalam penafsiran ayat-ayat peristiwa Isra’ Mi’raj antara kedua tafsir tersebut. Selanjutnya, penelitian ini juga bermaksud untuk mengidentifikasi hikmah atau ‘ibrah yang dapat diambil dari peristiwa tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah menganalisis metodologi yang digunakan kedua mufassir berdasarkan tema peristiwa Isra’ Mi’raj. Kemudian Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif-komparatif, yaitu dengan studi kepustakaan dalam pengumpulan data. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan dalam memahami dan memaknai peristiwa Isra’ Mi’raj. Persamaannya terletak pada latar belakang mufassir yang begitu cakap dalam bidang kebahasaan, dan kedua mufassir tersebut begitu kuat dalam memegang aliran akidahnya, sehingga keduanya menggunakan metodologi dengan pendekatan kebahasaan, dengan metode tafsir bi al-ra’yi, dan dengan corak tafsir bi al-i’tiqodi. Adapun perbedaannya terletak pada aliran akidah yang diyakini oleh kedua mufassir berbeda, sehingga hasil dari penafsirannya pun berbeda, Fakhruddin Al-Razi dengan aliran Ahlu Al-Sunnah wa Al-Jama’ahnya, dan fiqihnya bermadzhab Al-Syafi’i meyakini bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW dengan jasad dan ruh. Al-Zamakhsyari dengan aliran Mu’tazilahnya, dan fiqihnya bermadzhab Al-Hanafi meyakini bahwa peristiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW hanya ruhnya saja. Bahkan perbedaan pemahaman tersebut bukan hanya bekutik di dua aliran akidah saja, melainkan di kalangan cendekiawan dengan berbagai latar belakang memiliki pandangan yang beraneka ragam. Maka, selalu menarik untuk dikaji dan dibahas secara mendalam.
Gender dalam Pendidikan Islam: Perspektif Fatima Mernissi
Leon Rohendi;
Lilly Suzana binti Haji Shamsu
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 2 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v3i2.27788
Mernissi merupakan seorang feminis Muslim Maroko yang dikenal memberikan kontribusi penting dalam menganalisis dan mengkritisi norma-norma patriarkal dalam Islam, serta mengadvokasi peran perempuan dalam masyarakat Muslim. Karena itu, pemahaman dan interpretasi Mernissi tentang teks-teks agama serta analisisnya tentang peran perempuan dalam sejarah dan masyarakat Muslim menjadi tujuan penelitian dalam artikel ini. Pembahasan artikel mencakup tinjauan tentang pemikiran Mernissi mengenai konstruksi gender dalam Islam, kritiknya terhadap patriarki dalam tradisi keagamaan, dan upayanya untuk memperjuangkan kesetaraan gender melalui reinterprestasi ajaran agama. Artikel ini juga menggambarkan bagaimana pemikiran Mernissi relevan dengan konteks Islam, sebagai upaya untuk mendorong inklusivitas, keadilan gender, dan pemberdayaan perempuan. Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif dengan mempelajari karya-karya Mernissi yang berfokus pada tema gender dan agama. Dalam pemikirannya Mernissi menyatakan bahwa perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah sebuah keniscayaan (sunnatullah) dan akan terus muncul. Akan tetapi, perbedaan tersebut harus dalam batas-batas normatif tanpa menanggalkan hak asasi manusia yang melekat, ataupun terhadap norma Agama. Melalui analisis terhadap karya Mernissi, artikel ini menyimpulkan bahwa pemikiran Mernissi memberikan landasan yang kuat bagi gerakan feminis Muslim dan dapat menjadi sumber inspirasi untuk mempromosikan kesetaraan gender dalam dunia Islam.
Peran Pengasuh dalam Memotivasi Menghafal Al-Qur’an terhadap Santri Pesantren Ekselensia
Fatimah Isyti Karimah
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 2 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v3i2.27171
Setiap orang bercita-cita untuk menghafal al-Qur’an bahkan hingga mengkhatamkannya. Namun ketika proses menghafal al-Qur’an santri memiliki beberapa kendala yaitu lemahnya tekad, motivasi, serta malas dalam melakukan muraja’ah. Karena hal tersebut, pengasuh memiliki peran penting dalam kegiatan menghafal santri, mengingat kontribusi pengasuh bukan hanya sebagai pendidik tapi sebagai motivator juga. Penelitian ini berfokus pada pencarian keterangan mengenai peran pengasuh pondok dalam memotivasi santri menghafal Al-Qur’an, serta bagaimana peran pengasuh tersebut dalam mempengaruhi kemampuan para santri dalam menghafal Al-Qur’an di Pesantren Motivator Qur’an Ekselensia Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh peran pengasuh pondok dalam memotivasi santri menghafal Al-Qur’an dan ditujukkan untuk mengetahui kemampuan menghafal santri setelah mendapatkan motivasi dari pengasuh pondok. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam penelitian ini penulis memanfaatkan metode kualitatif dengan menggunakan tiga teknik yaitu observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengasuh di Pesantren Motivator Qur’an Ekselensia Indonesia sangat berperan aktif dalam proses menstimulasi santri dalam menghafal Al-Qur’an. Pengasuh memberikan beragam motivasi yang dapat membangkitkan semangat santri untuk menghafal Al-Qur’an. Di samping itu, pengasuh juga berperan aktif ketika ada waktu luang untuk memotivasi santri yang berkonsultasi dengannya. Santri yang mendapatkan motivasi dari pengasuh dan pembina menunjukkan perubahan yang drastis. Kemampuan santri untuk menghafal Al-Qur’an meningkat setelah mendapatkan motivasi dari pengasuh dan pembina. Hal tersebut terbukti dari perilaku santri yang sangat merasa nyaman dan menyenangkan ketika menghafal Al-Qur’an.
The Shift in the Husband’s Leadership and Its Consequences to Family Goals
Urfan Hilmi;
Idzam Fautanu;
Nandang Najmudin;
Badri Khaeruman
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 2 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v3i2.28186
This study aims to understand more deeply the shift in husband's leadership and its negative impact on the family. This qualitative research uses the descriptive analysis method. The approach used is a normative and sociological legal research approach. Data was collected using a literature study technique. Then, the data were analyzed using qualitative data analysis techniques: studying, reducing, correcting, tabulating, categorizing, interpreting, and drawing conclusions. This study found that social changes caused a shift in the husband's leadership, harming the family psychologically and sociologically.
Paradigma Wasathiyah Perspektif Tafsir Al-Qur’an
Muhammad Ihsan
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 2 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v3i2.27838
Dalam fenomena dunia Islam kontemporer, sikap dalam beragama melahirkan dua kutub yang saling tarik menarik antara ekstrem kanan (radikalis) serta ekstrem kiri (liberalis). Dalam upaya membebaskan umat dari dua macam sikap beragama tersebut, kemudian dimunculkanlah upaya moderasi yang menyusul terkenal dengan sebutan wasathiyah. Perbedaan perspektif mengenai wasathiyyah juga terjadi di kalangan cendikiawan muslim. Oleh karena demikian, artikel ini akan membahas tentang persamaan dan perbedaan dalam memahami wasathiyyah menurut Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Zhilal Al-Qur’an dan Muhammad Sayyid Thanhawi dalam tafsir Al-Wasith. Artikel ini menggunakan pendekatan deskriptif-analisis dengan jenis penelitian kualitatif. Hasil dari artikel ini mengungkapkan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan dalam memahami wasathiyyah dalam pandangan Sayyid Qutb juga Sayyid Thanthawi. Di mana persamaan dan perbedaan tersebut membangun sebuah paradigma baru dari gabungan keduanya.
Aktualisasi Budaya Toleransi Beragama di Sekolah Kharisma Bangsa Tangerang
Adib Gunawan
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 2 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v3i2.28910
Keberagaman di Indonesia tidak hanya terbatas pada budaya dan etnik, melainkan juga agama yang keseluruhannya dirangkum dalam nilai-nilai Pancasila dan Kebhinekaan. Namun, di setiap kemajemukan kerap saja muncul tantangan dalam bentuk pandangan, sikap dan tindakan-tindakan yang merongrong keragaman tersebut, sikap-sikap eksklusif, intoleran, bahkan ekstrem. Oleh karenanya, pemahaman tentang pentingnya wawasan ke-Indonesiaan yang multireliji perlu ditanamkan di tiap lingkungan, tidak terkecuali lingkungan sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana gambaran umum, konsep, implementasi dan dampak dari toleransi beragama di Sekolah Kharisma Bangsa Tangerang. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif (mixed methods). Pendekatan kualitatif untuk mendeskripsikan toleransi beragama, konsep, implementasi dan dampak budaya toleransi beragama di Sekolah Kharisma Bangsa School Tangerang. Sedangkan pendekatan kuantitatif untuk mendeskripsikan budaya toleransi beragama siswa di Sekolah Kharisma Bangsa. Di sini siswa beradaptasi dengan mengedepankan kesamaan-kesamaan yang dimiliki sebagai sesama siswa. Konsep toleransi beragama di sekolah kharisma bangsa terinspirasi dari pemikiran toleransi beragama dari ulama M. Fethullah Gulen, yakni: melihat manusia adalah sama-sama ciptaan Allah SWT, sehingga tidak dibenarkan menghakimi nasib pemeluk agama lain di akhirat kelak. Implementasi dari konsep Toleransi Beragama di Sekolah Kharisma Bangsa adalah: Sekolah menerima guru dan siswa non muslim, tidak mewajibkan siswi berjilbab, namun sekolah membuat seragam yang sopan, lengan panjang dan rok panjang. Sekolah membuat kurikulum pembinaan yang mengandung muatan topik-topik toleransi beragama. Sekolah menyediakan guru agama sesuai dengan agama siswa.
Tantangan Peran Wanita dalam Demokrasi di Masa Sekarang dan Yang Akan Datang
Rinni Winarti
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 2 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v3i2.28035
Sekarang masalah feminisme banyak bermunculan, baik di media maupun melalui seminar-seminar membahas isu-isu perempuan dan gender seperti hubungan yang setara, kesehatan reproduksi, hingga ketimpangan gender di berbagai sektor. Sehingga penulis merasa penting untuk mengambil tema ini sebagai pilihan pembahasan yang dituangkan dalam sebuah penelitian. Perselisihan gerakan feminisme dan anti-feminsme menuntut hak perempuan dalam persamaan tersebar luas dibanyak negara di dunia termasuk Indonesia dan Jerman. Feminisme adalah gerakan yang berfokus pada perjuangan hak-hak perempuan dan kesetaraan gender. Feminisme adalah serangkaian gerakan sosial, politik, dan ideologi yang memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk mencapai kesetaraan gender di berbagai aspek kehidupan, termasuk politik, ekonomi, pribadi, dan sosial. Gerakan ini berangkat dari pemahaman bahwa masyarakat cenderung memprioritaskan perspektif laki-laki dan bahwa perempuan seringkali diperlakukan secara tidak adil dalam masyarakat tersebut. Penelitian ini membahas gerakan anti feminisme, yang muncul sebagai tanggapan terhadap perkembangan gerakan feminisme di Indonesia dan Jerman dalam beberapa dekade terakhir. Studi penelitian memilih negara Inonesia dan Jerman, karena gerakan anti feminism di Indonesia mewakili dari kaum muslim, dan Jerman mewakili dari kaum liberal. Gerakan anti feminisme mengkritik gagasan-gagasan feminis dan berusaha untuk menentang perubahan sosial yang diusulkan oleh gerakan feminisme. Ketidaksetujuan mereka bukan tanpa alasan, karena konsep feminisme dianggap sebagai hal yang kontroversial dan melanggar hubungan alami antara laki-laki dan perempuan. Penelitian ini akan mengeksplorasi akar penyebab gerakan anti-feminisme, argumen-argumen yang dikemukan oleh para pendukungnya, tantangan yang dihadapi oleh gerakan feminism, serta implikasi sosial dan politik dari gerakan anti-feminisme.
Penerapan Metodologi Kritik Tafsir Rekonstruksi Evaluatif dalam Kitab Bida’ Al-Tafâsîr
Nida Al Rahman;
Ahmad Izzan
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 2 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v3i2.29224
Artikel ini membahas bentuk penerapan kritik tafsir Abdullah Al-Ghummari dalam kitabnya Bida’ Al-Tafasir menggunakan tolak ukur metode rekonstruktif evaluatif Muhammad Ulinnuha dengan gagasan wilayah kritik ekstrinsik dan intrinsik. Penulisan artikel ini menggunakan metodologi deskriptif berbasis kepustakaan dari buku-buku dan karya ilmiah yang berkenaan dengan kritik tafsir dan kitab Bida’ Al-Tafasir. Adapun hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Kitab Bida’ Al-Tafasir cukup objektif mengkritik penafsiran-penafsiran yang keliru, hal tersebut dibuktikan dengan kritiknya mencakup setiap wilayah kajian kritik (ekstrinsik dan instrinsik) dalam metodologi kritik tafsir rekonstruktif evaluative. Kritik yang paling banyak disampaikan dalam kitab Bida’ Al-Tafasir adalah kritik yang berkenaan dengan personalitas mufasir dan kualitas konten tafsir. Abdullah Al-Ghummari tidak banyak mengkritik wilayah teknis penafsiran dan hermeneutikanya, karena kajiannya fokus membahas tafsir-tafsir yang dianggap bid’ah (melenceng) dalam penafsiran.
Perempuan dan Korupsi Politik Ditinjau dari Perspektif Kepemimpinan Islam
Evi Fita Ulifia
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 2 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v3i2.28040
Artikel ini bertujuan untuk menaganilsis hubungan anatara perempuan dalam bidang politik dengan tindak korupsi ditinjau melalui perspektif kepemimpinan Islam. Kiprah perempuan sebagai pemimpin dan aktif menjabat sebagai politisi menuai pro kontra dalam perspektif agama Islam, hal ini sejalan dengan konstruksi sosial di tengah masyarakat. Stigma tentang sensitivitas perempuan dalam hal perasa dianggap tidak cukup stabil menjalankan tugas sebagai pemimpin, perilaku hedonisme dan gaya hidup glamor dianggap erat melekat dan sebagai alasan timpang saat perempuan gagal memimpin dan melakukan Tindakan korupsi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif, dengan studi literatur menggunakan data sekunder. Penelitian menemukan hasil berupa pemberitaan akan sangat tajam menyoroti hal tersebut. Namun faktanya agama tidak benar-benar menjadi aturan mutlak yang dapat membebaskan seseorang dari kemungkinan bertindak curang dan salah. Hal ini menujukan korupsi tidak memandang gender atau kelamin manapun serta agama bukan solusi yang relevan dijadikan sebagai sandaran moralitas.
Analysis of Sayyid Qutb's Tafsir on the Concept of Istiá¹Ä'ah in Hajj
Asep Fuad
Jurnal Iman dan Spiritualitas Vol 3, No 2 (2023): Jurnal Iman dan Spiritualitas
Publisher : UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.15575/jis.v3i2.29251
One of the conditions for the obligation to perform the pilgrimage to the Baitullah is only for those who can afford it (istiá¹Ä'ah). The meaning of istiá¹Ä'ah includes several things, including; Al-istiá¹Ä'ah al-mÄliyah, second, al-istiá¹Ä'ah al-badÄniyah, and third, al-istiá¹Ä'ahal-amniyyah. Studying istiá¹Ä'ah in Tafsir Qur'Än and Islamic fiqh is significant because it determines how much a person is obliged to carry out God's commands. Regarding the interpretation and views of some scholars and mufasir figures regarding the concept of istaá¹Ä'ah, if it is related to the situations and conditions that occurred in the pilgrims in Indonesia, then several obstacles or opportunities hinder their intention to carry out the pilgrimage and umrah. Departing from these problems, the author seeks to explore the concept of istiá¹Ä'ah in the pilgrimage in the Qur'an using the interpretation of Fi Zhilalil Qur'Än. The research method used in this article is a descriptive analysis based on library research. The results of this study are that Istiá¹Ä'ah is a condition in which a person has financial provisions, masters the knowledge of Hajj rituals, has a sincere heart, is patient, grateful, trusts and humbles', and is mentally and physically healthy.