cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsms@unisba.ac.id
Phone
+6282321980947
Journal Mail Official
bcsms@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series : Medical Science
ISSN : -     EISSN : 28282205     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsms.v2i2
Core Subject : Humanities, Health,
Bandung Conference Series: Medical Science (BCSMS) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Kedokteran dengan ruang lingkup Age, ASI, BPJS Kesehatan, CGT, Dokter layanan primer, Fungsi diastolic, Gender, Hepatitis A dan B, Interval Anak Balita, ISPA, JKN, Nyeri leher, Origin, Paritas, Pasien, Denyut Nadi, Imunisasi, Perawat, Phlebitis, PHBS, pneumonia Abortus Spontan, Pola Menstruasi, rumah sakit Pendidikan, Sektor Informal Pengetahuan, Shift kerja malam, sindrom koroner akut, Status Gizi Mahasiswa kedokteran, status sosio ekonomi, Tekanan Darah, Tingkat Stres, Troponin T , Type of occupation, ventrikel kiri, dan Wanita Premenopause. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 494 Documents
Perbedaan Tingkat Stres Berdasarkan PSS pada Mahasiswa Tingkat 1 dengan Tingkat 3 Tahun Ajaran 2020-2021 Fakultas Kedokteran Unisba Selama Pembelajaran di Masa Pandemi COVID-19 Fannisa Wiguna; Budiman; Rika Nilapsari
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.786

Abstract

Abstract. In the learning process to become a doctor, medical students face various kinds of demands that cause stress, especially during the COVID-19 pandemic which tends to increase the perception of stress and affect the mental health of both early and final year students. This study aims to determine the difference in stress levels based on PSS-10 in level 1 students and level 3 students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung during learning during the COVID-19 pandemic. This research is quantitative, analytical observational with a cross sectional study design with research samples of students from the Faculty of Medicine, Bandung Islamic University, level 1 and level 3 for the 2020-2021 academic year. The results of this study will be analyzed statistically with the Chi-Square test. In this study, it was found that level 1 students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung in the academic year 2020-2021 the most experienced moderate levels of stress (33.5%) as well as level 3 students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung the most experienced moderate levels of stress. (29.3%) and there is a difference in the level of stress in level 1 and level 3 students. The same result was also found that the level of stress was higher in level 3 students with a P value (P = 0.01).In this study it can be concluded that level 1 and level 3 students of the Faculty of Medicine, Islamic University of Bandung for the academic year 2020-2021 experience the most moderate stress and stress level 3 students have higher stress levels than level 1 students. Abstrak. Dalam proses pembelajaran menjadi seorang dokter, mahasiswa kedokteran menghadapi berbagai macam tuntutan yang menyebabkan stres terutama pada masa pandemi COVID-19 yang cenderung meningkatkan persepsi stres dan mempengaruhi kesehatan mental baik mahasiswa tingkat awal dan tingkat akhir. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbedaan tingkat stres berdasarkan PSS-10 pada mahasiswa tingkat 1 dan mahasiswa tingkat 3 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung selama pembelajaran di masa pandemi COVID-19.Penelitian ini bersifat kuantitatif, observasional analitik dengan rancangan studi cross sectional dengan sampel penelitian mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tingkat 1 dan tingkat 3 tahun ajaran 2020—2021. Hasil dari penelitian ini akan dianalisis secara statistik dengan Chi-Square test. Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa mahasiswa tingkat 1 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun ajaran 2020—2021 paling banyak mengalami tingkat stres sedang (33,5%) begitu pun dengan mahasiswa tingkat 3 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung paling banyak mengalami tingkat stres sedang (29,3%) dan terdapat perbedaan tingkat stres pada mahasiswa tingkat 1 dan tingkat 3.Hasil yang sama juga didapatkan bahwa tingkat stres lebih tinggi pada mahasiswa tingkat 3 dengan nilai P (P=0,01).Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tingkat 1 dan tingkat 3 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung tahun ajaran 2020—2021 paling banyak mengalami stres sedang dan stres pada mahasiswa tingkat 3 tingkat stres lebih tinggi daripada mahasiswa tingkat 1.
Scoping Review: Hubungan antara Status Perokok Pasif (Secondhand Smoker) dengan Risiko Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) pada Pekerja di Perkantoran Farhah Zakiah; Annisa Rahmah Furqaani; Susanti Dharmmika
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.820

Abstract

Abstract. Secondhand smoke (SHS) is a term for someone who are exposing to secondhand smoke from an active smoker. Exposure to cigarette smoke itself has been proven to be a risk factor for various health problems and is also a serious problem in the workplace. As a result of smoking and exposure to cigarette smoke, it increases the risk of several diseases, such as chronic obstructive pulmonary disease (COPD) which is included in the type of non-communicable disease and is a disease that is a health problem in the world. The purpose of this study was to determine the relationship between secondhand smoke status and the risk of chronic obstructive pulmonary disease in office workers. The study used the scoping review method which was carried out by analyzing articles published in 2016-2021 on three databases, namely Science Direct, Pubmed and Google Scholar, which matched the inclusion criteria of 8,600 articles. There are 5 articles that meet the inclusion criteria. After adjustments were made to the exclusion criteria and the feasibility test using the Joanna Briggs Institute's critical appraisal checklist and based on PICOS, 5 articles were obtained. In one article, there is a comparison between smokers and non-smokers, 196 (63.84%) were exposed to passive smoke (non-smokers), and 24 (12.24%) had COPD. Another article states that the prevalence of COPD is 2.2% (2.4 million) in those who have never smoked. The conclusion of this study shows that there is a relationship between passive smoking and the risk of COPD in the workplace, one of them in the office area. Abstrak. Perokok pasif atau secondhand smoke (SHS) merupakan istilah bagi seseorang yang terpapar asap rokok dari seorang perokok aktif. Paparan asap rokok sendiri telah terbukti sebagai faktor risiko berbagai masalah kesehatan dan juga menjadi permasalahan serius di tempat kerja. Akibat merokok dan paparan asap rokok, adalah meningkatkan risiko beberapa penyakit, seperti penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang termasuk kedalam jenis penyakit tidak menular dan merupakan penyakit yang menjadi masalah kesehatan didunia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status perokok pasif (secondhand smoke) dengan risiko kejadian penyakit paru obstruktif kronik pada pekerja di perkantoran. Penelitian menggunakan metode scoping review yang dilakukan dengan cara menganalisis artikel yang dipublikasikan pada tahun 2016-2021 pada tiga database yaitu Science Direct, Pubmed dan Google Scholar yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 8.600 artikel. Artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi berjumlah 5 artikel. Setelah dilakukan penyesuaian dengan kriteria eksklusi dan uji kelayakan menggunakan Joanna briggs Institute critical appraisal checklist dan berdasarkan PICOS didapatkan 5 artikel. Pada salah satu artikel terdapat perbandingan antara pekerja perokok dan bukan perokok didapatkan sebanyak 196 (63,84%) yang terpapar asap pasif (non-perokok), dan 24 (12,24%) di antaranya menderita PPOK. Artikel lain menyebutkan bahwa prevalensi PPOK 2,2% (2,4 juta) pada mereka yang tidak pernah merokok. Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara perokok pasif dengan risiko kejadian PPOK di tempat kerja salah satunya di area perkantoran.
Scoping Review: Hubungan Sanitasi Lingkungan dengan Kejadian Skabies pada Santri di Pondok Pesantren Imam Syukur Saraha; Ismawati; Sara Puspita
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.835

Abstract

Abstract. Scabies is a skin disease caused by infection with Sarcoptes scabiei var Hominis, occurring with a prevalence of about 200 million people each year due to the low economy, inadequate levels of environmental hygiene and sanitation. Scabies is mostly found in densely populated areas such as dormitories, Islamic boarding schools, hospitals, prisons and nursing homes. Environmental sanitation is one of the factors that can affect the transmission of scabies whose variables consist of ventilation, humidity, lighting, temperature, availability of clean water and residential density. The purpose of this study was to determine the relationship between environmental sanitation and the incidence of scabies in students in Islamic boarding schools. The research uses a scoping review study through the Google Schoolar, ProQuest, Science Direct, and Garuda Portal databases with a feasibility test using the JBI Critical Appraisal Checklist. The total number of initial articles in this study was 289 articles, while the number of articles that met the eligibility criteria was 7 articles. The results showed that 6 out of 7 articles stated that there was a relationship between ventilation, clean water supply, occupancy density, lighting, temperature and humidity with the incidence of scabies. The conclusions of this study indicate that there is a relationship between environmental sanitation and the incidence of scabies in students at Islamic boarding schools. Abstrak. Skabies merupakan penyakit kulit yang diakibatkan oleh infeksi Sarcoptes scabiei var Hominis, terjadi dengan prevalensi sekitar 200 juta orang setiap tahunnya diakibatkan oleh ekonomi rendah, tingkat kebersihan dan sanitasi lingkungan yang tidak memadai. Skabies banyak terdapat pada wilayah yang padat penduduk seperti asrama, pesantren, rumah sakit, penjara dan panti jompo. Sanitasi lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi penularan skabies yang variabelnya yang terdiri dari ventilasi, kelembaban, pencahayaan, suhu, ketersediaan air bersih dan kepadatan hunian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies pada santri di pondok pesantren. Penelitian menggunakan studi scoping review melalui database Google Schoolar, ProQuest, Science Direct, dan Portal Garuda dengan uji kelayakan menggunakan JBI Critical Appraisal Checklist. Total jumlah artikel awal pada penelitian ini sebanyak 289 artikel, sedangkan jumlah artikel yang memenuhi kriteria kelayakan sebanyak 7 artikel. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 6 dari 7 artikel menyatakan terdapat hubungan ventilasi, penyediaan air bersih, kepadatan hunian, pencahayaan, suhu dan kelembaban dengan kejadian skabies. Simpulan dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan sanitasi lingkungan dengan kejadian skabies pada santri di pondok pesantren.
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dan Stigma Masyarakat terhadap Penderita COVID-19 di Kecamatan Karawang Timur Ela Hayati; Miranti Kania Dewi; Mia Yasmina Andarini
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.906

Abstract

Abstract. The emergence of the COVID-19 outbreak has many impacts on people's lives around the world, including social stigma and discrimination against COVID-19 sufferers from the community or people around them. The formation of stigma in society can be influenced by several factors, including knowledge. COVID-19 is a new disease, so public knowledge about COVID-19 is still very minimal. This causes the emergence of fear or concern in the community regarding the disease. This study aims to determine the relationship between the level of knowledge and community stigma against COVID-19 in East Karawang District. The research method is an observational analysis using a cross-sectional design. Data analysis using Chi Square test. The research sample was 150 people in Karawang City, which were taken by purposive sampling. The research data was taken using an instrument in the form of a questionnaire. The results showed that most of the people in East Karawang District had a good level of knowledge (84%) and negative stigma towards COVID-19 sufferers (50.7%). The results of the statistical test showed that there was a significant relationship between the level of knowledge and the stigma of society towards people with COVID-19 in East Karawang District (p<0.05). The high rate of transmission and death caused by COVID-19 can cause fear and anxiety and result in the emergence of a negative stigma against COVID-19 sufferers, even though the level of public knowledge is already good. Abstrak. Wabah COVID-19 memiliki banyak dampak terhadap kehidupan masyarakat di seluruh dunia, diantaranya berupa stigma sosial dan diskriminasi terhadap penderita COVID-19 dari masyarakat atau orang-orang sekitarnya. Terbentuknya stigma dalam masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pengetahuan. COVID-19 merupakan penyakit yang baru sehingga pengetahuan masyarakat mengenai COVID-19 masih sangat minimal. Hal tersebut menyebabkan munculnya ketakutan ataupun kekhawatiran di masyarakat terkait penyakit tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan stigma masyarakat terhadap COVID-19 di Kecamatan Karawang Timur. Penelitian berupa analisis observasional menggunakan desain cross-sectional dengan analisis data menggunakan uji Chi Square. Sampel penelitian sebanyak 150 orang masyarakat di Kota Karawang yang diambil dengan cara purposive sampling. Data penelitian diambil menggunakan instrumen berupa kuisioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat di Kecamatan Karawang Timur memiliki tingkat pengetahuan baik (84%) dan stigma negatif terhadap penderita COVID-19 (50,7%). Hasil uji statistik menunjukan terdapatnya hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan stigma masyarakat terhadap penderita COVID-19 di Kecamatan Karawang Timur (p<0,05). Masih tingginya tingkat penularan dan kematian yang disebabkan COVID-19 dapat menimbulkan rasa takut dan cemas serta mengakibatkan munculnya stigma negatif terhadap penderita COVID-19, meskipun tingkat pengetahuan masyarakat sudah baik.
ALT dan AST sebagai Biomarker Hepatotoksisitas Akibat Paracetamol Yusrina Nabilah; Mirasari Putri; Satryo Waspodo
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.907

Abstract

Abstract. Paracetamol is the most common drug used for various ailments such as headache, toothache, flu, fever, joint pain. Paracetamol is available in the market by purchase without a prescription. Uncontrolled use often causes liver injury, Paracetamol induced liver injury is characterized by elevated serum AST and ALT. This study, a scoping review, aims to determine the consumption of paracetamol against liver injury due to long-term use and excessive doses with AST and ALT as biomarkers. This study was conducted with a scoping review approach. The databases used are PubMed, ProQuest, ScienceDirect, and SpringerLink. The search for articles starts from 2006 – 2021 with a research design that is a clinical studies. The total journals obtained were 3220 articles, then adjusted according to the inclusion, exclusion and eligibility criteria to produce 4. Most studies in Asia. The results found in the 4 selected articles showed that consecutive administration of paracetamol with high doses could affect the increase in AST and ALT which indicated liver injury. Abstrak. Paracetamol adalah obat paling umum yang digunakan untuk berbagai penyakit seperti sakit kepala, sakit gigi, flu, demam, nyeri sendi. Paracetamol tersedia di pasaran dengan pembelian tanpa resep dokter. Penggunaan yang tidak terkendali sering menimbulkan kerusakan hepar.Kerusakan yang diinduksi paracetamol ditandai dengan peningkatan serum AST dan ALT . Tujuan penelitian ini adalah mengetahui konsumsi paracetamol terhadap kerusakan hepar karena pemakaian dalam jangka waktu lama dan dosis yang berlebihan dengan AST dan ALT sebagai biomarker. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan scoping review. Database yang digunakan yaitu PubMed, ProQuest, ScienceDirect, dan SpringerLink. Pencarian artikel dimulai dari tahun 2006 – 2021 dengan desain penelitian yaitu clinical studies. Total jurnal yang didapatkan yaitu 3220 artikel, lalu disesuaikan dengan kriteia inklusi,ekslklusi dan kelayakan hingga dihasilkan 4. Studi paling banyak dilakukan di Kawasan Asia.Hasil yang ditemukan pada 4 artikel yang terpilih menunjukan bahwa pemberian paracetamol secara berturut-turut dengan dosis tinggi dapat mempengaruhi kenaikan AST dan ALT yang menandakan kerusakan hepar.
Scoping Review: Efektivitas Pengonsumsian Probiotik terhadap Berat Badan pada Overweight dan Obesitas Dewasa Salsa Bila Yunisa Tri Utami; Uci Ary Lantika; Ami Rachmi
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.908

Abstract

Abstract. Obesity is a condition of excess fat accumulation due to an imbalance of energy intake and energy expenditure over a long period of time. According to the WHO, a person is diagnosed overweight if their Body Mass Index (BMI) 23-24,9 and obese if IMT ≥30. Probiotic consumption is one of management to encountered that condition. Probiotics have physiological function that contribute to food intake and appetite, weight loss, and metabolic function via gut microbiota. The purpose of this study was to determine the effectiveness of consuming probiotics on the body weight in adult obese conditions. This study was Scoping Review, by searching for articles from the PubMed, Springer Link, and Science Direct databases with keywords used probiotic and body weight and adult obesity randomized controlled trial ini the period 2019-2021. Articles that meet the inclusion criteria are 308 articles and those that are included in the exclusion criteria are 303 articles. From the results of the feasibility test based on on PICOS, 4 articles were obstained. The results of the analysis of 4 articles, there were 3 articles that state that the consumption of probiotics can lose body weight and more effectively if accompanied by a balanced diet and physical activity. In addition, there is 1 article that shows that the consumption of probiotic supplementation does not provide any difference between the intervention and control groups. As conclusion of this study is that the consumption of probiotics can lose body weight in overweight and obesity. However, this consumption must be accompanied by a balanced diet and physical activity. Abstrak. Obesitas adalah kondisi terjadinya penimbunan lemak berlebih akibat dari ketidakseimbangan asupan energi dan pengeluaran energi dalam jangka waktu yang panjang. Menurut WHO, seseorang dinyatakan overweight jika Indeks Massa Tubuh (IMT) 23-24,9 dan obesitas jika IMT ≥30. Untuk pemilihan makanan yang tepat dalam membantu menanggulangi kondisi overweight dan obesitas, salah satunya adalah pengkonsumsian probiotik. Probiotik memiliki salah satu fungsi fisiologis yang berkontribusi dalam kesehatan mikrobiota usus yang dapat mempengaruhi asupan makanan dan nafsu makan, berat badan serta fungsi metabolisme melalui jalur gastrointestinal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pengkonsumsian probiotik terhadap berat badan pada kondisi overweight dan obesitas dewasa. Penelitian ini merupakan Scoping Review, dengan mencari artikel dari database PubMed, Springer Link, dan Science Direct dengan keyword yang digunakan Probiotic AND body weight AND adult obesity randomized controlled trial dalam jangka waktu 2019-2021. Artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 308 artikel dan yang termasuk dalam kriteria eksklusi sebanyak 303 artikel. Hasil uji kelayakan berdasarkan PICOS sebanyak 4 artikel. Hasil analisis dari 4 artikel, terdapat 3 artikel yang menyatakan bahwa pengonsumsian probiotik dapat menurunkan berat badan dan lebih efektif jika dibarengi diet dan aktivitas fisik yang seimbang. Selain itu, terdapat 1 artikel yang menunjukan bahwa pengkonsumsian suplementasi probiotik tidak memberikan adanya perbedaan antara kelompok intervensi dan kontrol. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengonsumsian probiotik dapat menurunkan berat badan pada overweight dan obesitas. Namun demikian, pengkonsumsian ini harus dibarengi dengan diet dan aktivitas fisik yang seimbang.
Scoping Review: Pengaruh Paparan Asap Rokok terhadap Struktur dan Fungsi Pulau Langerhans Ihza Farhan; Annisa Rahmah Furqaani; Eva Rianti Indrasari
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.912

Abstract

Abstract. Smoking is a risk factor for numerous diseases. Inhaled cigarette smoke can spread and have negative effects to bodily tissues, including the endocrine parts of the pancreas. The purpose of this study was to analyze the effects of cigarette smoke exposure to the structure and function of the Islet of Langerhans. This study uses Scoping Review method, systematic searches was carried out through databases PubMed, Proquest, and Google Scholar that meet the eligibility criteria. The search results found 9,421 articles that matched the keywords, with 127 articles that met the inclusion criteria and 2 articles that met the PICOS criteria. After critical reviews, two articles were declared eligible for analyzed. The results of the two articles stated that there were changes in pancreatic beta cells in the group with exposure to cigarette smoke. Histopathological changes the group exposed to cigarette smoke in form of vacuole formation, cell atrophy, and apoptotic processes in the. The group also showed an increase in serum glucose and a decrease in serum insulin when compared to the control group. Cigarette smoke has many toxic compounds that can affect the condition of the pancreas. Nicotine and cadmium are examples of some tobacco compounds that can induce oxidative stress and damage the cellular components of beta cells, causing these cells to malfunction and undergo cell death. Abstrak. Merokok merupakan salah satu faktor risiko dari berbagai penyakit. Asap rokok yang terhirup dapat menyebar dan memberi efek negatif di seluruh jaringan tubuh termasuk jaringan endokrin pankreas. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis efek paparan asap rokok terhadap struktur dan fungsi pulau Langerhans. Penelitian ini menggunakan metode Scoping Review, pencarian sistematis dilakukan melalui database PubMed, Proquest, dan Google Scholar yang memenuhi kriteria kelayakan. Hasil pencarian mendapati 9.421 artikel yang sesuai dengan kata kunci, dengan 127 artikel yang sesuai kriteria inklusi serta 2 artikel yang memenuhi kriteria PICOS. Setelah dilakukan tinjauan kritis, dua artikel dinyatakan memenuhi syarat untuk dilakukan analisis. Hasil dari kedua artikel menyatakan terdapat perubahan sel beta pankreas pada kelompok dengan pajanan asap rokok. Perubahan histopatologis berupa pembentukan vakuola, atrofi sel, dan proses apoptosis pada kelompok paparan asap rokok. Kelompok tersebut juga menunjukkan peningkatan glukosa serum dan terjadi penurunan insulin serum bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Asap rokok memiliki banyak senyawa toksik yang dapat mempengaruhi kondisi pankreas. Nikotin dan kadmium adalah contoh sebagian senyawa rokok yang dapat menginduksi stress oksidatif dan merusak komponen selular sel beta sehingga membuat sel tersebut disfungsi dan mengalami kematian sel.
Scoping Review: Efektivitas Chest X-Ray Brixia Score untuk Menilai Derajat Keparahan COVID-19 Natassja Salsabilla; Yani Triyani; Dyana Eka Hadiati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.922

Abstract

Abstract. The use of chest x-rays in Covid-19 pandemic has become an alternative radiological examination that is extensively carried out, although it is less sensitive, but is widely available and its use is mobile to detect lung abnormalities in Covid-19 patients using the brixia score assessment. The purpose of this study was to determine the effectiveness of chest x-rays using the brixia score to assess the severity of Covid-19. This research was taken by scoping review method with a sample of international scientific articles that meet the eligibility criteria. The databases used in this study are Spingerlink, Sciencedirect, Pubmed, Google scholar, and Proquest with the number of articles obtained as many as 833 articles. The results of the screening of articles that met the inclusion criteria were 275 articles and there were three articles that met the eligibility criteria. The results of the three reviewed articles, one article compared the use of chest x-ray and CT in detecting lesions of Covid-19 patients with the result that chest x-ray had low sensitivity. Two articles compared the brixia score in patients who died and discharged with higher outcomes in patients who died. The conclusion of this study shows that the use of chest x-rays is not effective for detecting early-stage abnormalities and the brixia score is effective for assessing the severity of Covid-19 patients. Abstrak. Penggunaan Chest x-ray di era pandemi Covid-19 menjadi pemeriksaan radiologis alternatif yang banyak dilakukan walaupun kurang sensitif, tetapi tersedia luas dan penggunaannya mobile untuk mendeteksi kelainan paru pada pasien Covid-19 menggunakan penilaian brixia score. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas chest x-ray menggunakan penilaian brixia score untuk menilai keparahan Covid-19. Penelitian ini diambil dengan metode scoping review dengan sampel artikel ilmiah internasional yang memenuhi kriteria kelayakan (eligible). Database yang digunakan pada penelitian ini adalah Spingerlink, Sciencedirect, Pubmed, Google scholar, dan Proquest dengan jumlah artikel yang didapatkan sebanyak 833 artikel. Hasil skrining artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 275 artikel dan artikel yang memenuhi kelayakan terdapat tiga artikel. Hasil dari tiga artikel yang telah di-review, satu artikel membandingkan penggunaan chest x-ray dan CT dalam mendeteksi lesi pasien Covid-19 dengan hasil adalah pemeriksaan chest x-ray mempunyai sensitivitas yang rendah. Dua artikel membandingkan nilai brixia score pada pasien meninggal dan dipulangkan dengan hasil lebih tinggi pada pasien meninggal yaitu 12 poin. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan penggunan chest x-ray tidak efektif untuk mendeteksi kelainan tahap awal dan brixia score efektif untuk menilai derajat keparahan pasien Covid-19.
Karakteristik Klinis dan Derajat Keparahan Pasien COVID-19 yang Menerima Azitromisin di RSUD Al-Ihsan Zacky Muttaqien; Heni Muflihah; Dadang Rukanta
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.941

Abstract

Abstract. COVID-19 infect the respiratory tract, can be a predisposing factor for bacterial co-infection, which is can affect the severity to death. The antibiotics are given empirically, which is Azithromycin is often used for pneumonia indications. Azithromycin is macrolide antibiotic, effective against bacteria by inhibiting bacterial protein synthesis. Clinical characteristics and severity of COVID-19 can be an indication of taking Azithromycin. This research is aimed to describe the clinical characteristic and severity in the patients of COVID-19 taking Azithromycin. The research uses descriptive method with cross sectional approach. It uses the medical record of patients with confirmed COVID-19 hospitalized at the Al-Ihsan Hospital for the period August 2020 - March 2021. The sampling technique used was purposive sampling from medical record data with a total sample of 88 people who entered the inclusive criteria. The results of this research found that from the total of 88 subjects. Patients aged 18-60 years dominate 67 people (>75%) in Azithromycin groups. 46 people (52.27%) are severe COVID-19 (SpO2 ≤ 90%). Conclusion: The use of Azithromycin dominated age 18-60 years, had a comorbid condition and were used in patients with severe COVID-19 and non-severe COVID-19. Abstrak. Infeksi COVID-19 di saluran pernapasan dikatakan dapat menjadi faktor predisposisi dari ko-infeksi bakteri yang dapat berakibat buruk terhadap derajat keparahan hingga kematian. Pemberian antibiotik pada pasien COVID-19 secara empirik sering menggunakan obat dengan indikasi pneumonia seperti Azitromisin. Azitromisin adalah antibiotik golongan makrolida yang menghambat sintesis protein bakteri. Karakteristik klinis dan derajat penyakit dapat menjadi indikasi pemberian azitromisin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik klinis dan derajat keparahan pasien COVID-19 yang diberikan Azitromisin di RSUD Al-Ihsan, Bandung. Penelitian deskriptif ini menggunakan pendekatan cross sectional dan menggunakan data rekam medis pasien terkonfirmasi COVID-19 rawat inap di RSUD Al-Ihsan periode Agustus 2020 – Maret 2021. Sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Total subjek penelitian 88 orang yang termasuk kriteria inklusi. Hasil penelitian menggambarkan pasien yang mendapatkan Azitromisin ini sebanyak 67 orang (76.13%) berusia 18-60 tahun dan 53 orang (48.76%) memiliki komorbid. Sebanyak 46 orang (52.27%) penerima Azitromisin memiliki COVID-19 derajat berat (SpO2 ≤ 90%). Kesimpulan: Pemberian Azitromisin didominasi karakteristik usia 18-60 tahun, dan memiliki komorbid. Terapi Azitromisin diberikan pada pasien dengan derajat COVID-19 tidak berat dan berat.
Scoping Review: Pengaruh Pemberian Sediaan Kacang Kedelai terhadap Gejala Hot Flushes pada Pasien Menopause Mutiara Salsa Ervina; Hidayat Widjajanegara; Dean Wahjudy Satyaputra
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.945

Abstract

Abstract. Menopause is characterized by a decrease in estrogen that can cause unpleasant symptoms such as hot flushes, night sweats, sleep disorders, and vaginal dryness. Of these menopausal symptoms, many women report that hot flashes are the most troublesome. The most effective treatment for menopausal symptoms is hormone therapy (HT). However, the use of hormone therapy is declining due to many proven side effects, such as an increased risk of uterine cancer and breast cancer. Several complementary and alternative therapies, such as herbal estrogens, are widely used to treat menopausal symptoms. Plant-based estrogens, or phytoestrogens (such as soybeans), are a reliable source of isoflavones that help relieve menopausal symptoms. The purpose of the study was to analyze the effect of giving soybean preparations on the symptoms of hot flushes. This study uses a scoping review to analyze scientific writings from four data sources, namely Science direct, Springer link, Pubmed and ProQuest. The initial search resulted in 1,035 articles, and 5 articles that were eligible (elegible) were summarized in the PRISMA diagram. The PICOS criteria in this study were Population (menopausal women), Intervention (given phytoestrogens from soybeans), Comparison (patients who were not given phytoestrogens from soybeans), Outcome (complaints of Hot Flushes in postmenopausal patients), and Study (Randomized Control Trial). Analysis of five articles showed that regular intake of phytoestrogens from soybeans led to a significant reduction in hot flushes over placebo in four articles. In addition, there is an article stating that taking isoflavones from soy does not significantly change the symptoms of hot flushes. The conclusion of this study showed that consumption of preparations from soybeans was more effective in reducing the symptoms of hot flushes. Abstract. Menopause ditandai dengan penurunan estrogen, yang dapat menyebabkan gejala tidak nyaman seperti hot flushes, keringat malam, gangguan tidur, dan kekeringan pada vagina.. Gejala menopause yang paling banyak dilaporkan sangat mengganggu adalah hot flushes. Pengobatan yang paling efektif untuk mengurangi gejala menopause adalah terapi hormon (HT). Namun, karena banyak efek samping yang terbukti, seperti peningkatan risiko kanker rahim dan kanker payudara, penggunaan untuk terapi hormon telah menurun. Beberapa terapi pengobatan komplementer dan alternatif seperti estrogen herbal telah banyak digunakan untuk mengatasi masalah menopause. Estrogen herbal atau fitoestrogen seperti kedelai adalah sumber isoflavon yang dapat diandalkan untuk mengurangi gejala menopause. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh pemberian sediaan kacang kedelai terhadap gejala hot flushes pada pasien menopause. Penelitian ini menggunakan scoping review untuk menganalisis tulisan ilmiah dari empat sumber data yaitu Science direct, Springer link, Pubmed dan ProQuest. Pada pencarian awal dihasilkan 1.035 artikel, dan artikel yang memenuhi kelayakan (elegible) ada 5 artikel dirangkum dalam diagram PRISMA. Kriteria PICOS dalam penelitian ini adalah Population ( wanita menopause), Intervention ( pemberian fitoestrogen dari kacang kedelai), Comparison ( pasien yang tidak diberikan fitoestrogen dari kacang kedelai), Outcome ( keluhan hot flushes pada pasien menopause), dan Study (Randomized Control Trial). Hasil analisis dari 5 artikel menunjukkan empat artikel menyatakan konsumsi rutin fitoestrogen dari kacang kedelai menghasilkan pengurangan jumlah hot flushes yang jauh lebih tinggi dari pada plasebo. Selain itu, terdapat satu artikel menyebutkan konsumsi isoflavones dari produk olahan kedelai tidak menyebabkan perubahan yang signifikan terhadap gejala hot flushes. Kesimpulan pada penelitian ini menunjukkan konsumsi sediaan dari kacang kedelai lebih efektif dalam mengurangi gejala hot flushes.

Page 6 of 50 | Total Record : 494