cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsme@unisba.ac.id
Phone
+6282120524105
Journal Mail Official
bcsme@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series: Mining Engineering
ISSN : -     EISSN : 28282140     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsme.v2i2
Bandung Conference Series: Mining Engineering (BCSME) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Teknik Pertambangan dengan ruang lingkup Analisis sensitivitas Net Present Value (NPV), Anggaran Biaya Crushing Plant, API 5L Grade B, Belt Conveyor, BESR II, Crude Oil, Crushing plant, Dimensi Paritan, Discounted Cash Flow (DCF), Dump Truck, Economic SR, Efisiensi Kerja Cassiterite, Gas, Korosi, Hopper, Internal Rate of Return (IRR), Kapasitas Sump Jalan Angkut, Lifetime Biaya Produksi, Loosematerials, Payback Periode (PBP), Pemompaan, Peringkat Batubara, Pipa Baja Karbon, Crude Oil, Pipa Baja, Pipa Transportasi, Pit Design BWE, Productin Rate Index Crushing Plant, Produktivitas Debit Air, Rencana Reklamasi, Roller, Sisa Umur Pakai Pipa Baja Karbon, Sisa Umur Pakai Pipa Reflektan Vitrinit, Sisa Umur Pakai, Sistem Dewatering, Target Ban, KPH, TUR, Variable Crushing Plan. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 143 Documents
Analisis Pengaruh Fraksi Bijih Massive Silica dari Uji Pulverized Bottle Roll Test Muhammad Selgy Rio Auzza Maisano Saifudin; Solihin; Linda Pulungan
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.8652

Abstract

Abstract. Copper which has many benefits in everyday life makes people look for several methods to extract copper in accordance with the intent and purpose of its use, the purpose of this test is to determine the % recovery value of the ore characteristic of massive silica by using fine ore leaching and considering the variation of the ore fraction used. In determining the % recovery of the ore to be tested, the sizes are 100#, 150# and 200# with a NaCN concentration of 500 ppm. Apart from the ore fraction and NaCN concentration, the leaching time will also be determined for 48 hours using a PBRT (Pulverized Bottle Roll Test). Samples taken are in the form of a solution which will be analyzed for Cu levels using an AAS (Atomic Absorption Spectrometer). Based on the results obtained in this test when viewed from the time used in sampling, the optimum % recovery is obtained at 24 – 48 hours when viewed from the ore fraction parameters used in this test, for Massive Silica rocks the highest % copper recovery is 54.1% with leaching time of 48 hours at 100# fraction and 500 ppm NaCN concentration. Abstrak. Tembaga yang memiliki manfaat yang banyak dalam kehidupan sehari-hari menjadikan manusia mencari beberapa metode untuk mengekstrak tembaga sesuai dengan maksud dan tujuan penggunaannya, tujuan dari pengujian ini untuk mengetahui nilai % recovery dari bijih karakteristik massive silica dengan menggunakan pelindian bijih halus dan mempertimbangkan variasi dari fraksi bijih yang digunakan. Dalam menentukan % recovery dari bijih yang akan di uji ukuran yaitu 100#, 150# dan 200# dengan konsentrasi NaCN 500 ppm. Selain dari fraksi bijih dan konsentrasi NaCN, waktu pelindian juga juga akan ditetapkan selama 48 jam dengan menggunakan PBRT (Pulverized Bottle Roll Test), sampel yang diambil berbentuk solution yang akan di lakukan analisis terhadap kadar Cu dengan menggunakan alat AAS (Atomic Absorption Spectrometer). Berdasarkan hasil yang didapat dalam pengujian ini jika dilihat dari waktu yang digunakan dalam pengambilan sampel maka % recovery yang optimum didapat pada waktu 24 – 48 jam jika dilihat dari parameter fraksi bijih yang digunakan dalam pengujian ini, untuk batuan Massive Silica % recovery tembaga yang terbesar yaitu 54,1% dengan waktu pelindian 48 jam pada fraksi 100# dan konsentrasi NaCN 500 ppm.
Rencana Teknis dan Biaya Reklamasi Tambang Batubara di PT Bhadra Pinggala Sejahtera Kecamatan Tabang Kabupaten Kutai Kartanegara Provinsi Kalimantan Timur Muhammad Mulya Prasetya; Noor Fauzi Isniarno; Solihin
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.8684

Abstract

Abstract. Coal mining in Indonesia is generally carried out with an open pit mining system so that it has an impact on environmental damage. The government requires holders of mining business permits to repair land disturbed by mining activities. The government has issued a clear policy regarding reclamation, namely PP No. 78 of 2010 concerning "Reclamation and Post-mining" and Ministry of Energy and Mineral Resources Regulation No. 7 of 2014 concerning "Implementation of Reclamation and Postmining in Mineral and Coal Mining Business Activities". Studies regarding technical plans and reclamation costs need to be carried out so that reclamation can run optimally. In this research, a study on reclamation planning and reclamation cost calculation was carried out on former Pit C mining with a total area of 131,67 Ha during 2023 to 2027. Technical planning includes studies on land use management, revegetation and maintenance. Calculation of reclamation costs includes the calculation of direct costs and indirect costs, direct costs include land use planning costs, revegetation costs, and maintenance costs while indirect costs include equipment mobilization costs (2.5%), reclamation planning costs (6.5-6 .8%), and supervision costs (4.3-4.9%). Based on the calculations, the direct cost of the reclamation plan for the ex-mining area of Pit C from 2023-2027 is IDR 75.311.443.648 with an indirect cost of IDR 7.042.627.235. The total cost of the planned reclamation activities is IDR 82.354.070.883. Abstrak. Tambang batubara di Indonesia umumnya dilakukan dengan sistem tambang terbuka (open pit mining) sehingga berdampak terhadap kerusakan lingkungan. Pemerintah mewajibkan pemegang izin usaha pertambangan untuk melakukan perbaikan terhadap lahan terganggu akibat dari aktivitas penambangan. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang jelas terkait reklamasi yaitu PP No.78 Tahun 2010 tentang “Reklamasi dan Pascatambang” dan Permen ESDM No. 7 Tahun 2014 tentang “Pelaksanaan Reklamasi Dan Pascatambang Pada Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara”. Kajian mengenai rencana teknis dan biaya reklamasi perlu dilakukan agar pelaksanaan reklamasi dapat berjalan secara optimal. Pada penelitian ini dilakukan kajian perencanaan reklamasi dan perhitungan biaya reklamasi pada bekas penambangan Pit C dengan luas total 131,67 Ha selama tahun 2023 hingga 2027. Perencanaan teknis meliputi kajian penata gunaan lahan, revegetasi, dan pemeliharaan. Perhitungan biaya reklamasi meliputi perhitungan biaya langsung dan biaya tidak langsung, biaya langsung mencakup biaya penata gunaan lahan, biaya revegetasi, dan biaya pemeliharaan sedangkan biaya tidak langsung meliputi biaya mobilisasi alat (2,5%), biaya perencanaan reklamasi (6,5-6,8%), dan biaya supervisi (4,3-4,9%). Berdasarkan perhitungan didapatkan biaya langsung rencana reklamasi untuk area bekas penambangan Pit C dari tahun 2023-2027 yaitu sebesar Rp 75.311.443.648 dengan biaya tidak langsung sebesar Rp 7.042.627.235. Sehingga total biaya dari rencana kegiatan reklamasi sebesar Rp 82.354.070.883.
Pengaruh Geometri Jalan terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Penambangan Batubara PT Duta Tambang Rekayasa di Kecamatan Sebuku, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara Muhammad Alif Adityantono; Zaenal; Indra Karna Wijaksana
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.8703

Abstract

Abstract. Mining activities are carried out using an open pit mining system using a strip mining system. In overburden stripping, mechanical devices such as Backhoe Hitachi ZX870LCH-5G and Dumptruck Scania P380CB are used as conveyance tools. . The use of diesel as a fuel has a significant effect on mining operational costs. There are several factors that can affect the use of fuel in mechanical devices, one of which is the road geometry. Therefore the productivity of the hauling equipment is carried out with more efficient fuel consumption. In increasing the productivity of hauling equipment with more efficient fuel consumption, several studies were carried out on several parameters, namely road slope, straight road width, bend radius, Superelevation, Cross Slope, Fuel Ratio, and Fuel Cost. The results of the study were then evaluated based on the AASHTO theory with the standard setting for the maximum road slope of 12% and Ministerial Decree No. 1827/K/30/MEM/2018. Based on the results of observations and calculations on field activities, the actual production of the means of conveyance is 344.06 BCM/hour with an average fuel consumption of 13.82 liters/hour. The actual Fuel Ratio value in research activities for transportation equipment is 0.20 liters/BCM, and the Fuel Cost is Rp. 60,067,335 / month/tool. After a study on road geometry, the productivity value increased to 440.42 BCM/hour with a Fuel Ratio of 0.15 liters/BCM, and the Fuel Cost became Rp. 47,044,368 / month/tool, so after repairs the cost decreased by Rp. 13,022,949 / month/tool. Improvements in road conditions affect production, fuel consumption, Fuel Ratio, and Fuel Cost to reduce operational costs in mining. Abstrak. Kegiatan penambangan dilakukan dengan sistem penambangan terbuka. Dalam pengupasan overburden digunakan alat mekanis seperti alat gali-muat Backhoe Hitachi ZX870LCH-5G dan Dumptruck Scania P380CB sebagai alat angkut. Penggunaan solar sebagai bahan bakar memberikan pengaruh biaya operasional penambangan yang cukup besar. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penggunaan bahan bakar pada alat mekanis, diantaranya kondisi geometri jalan. Maka dari itu penelitian ini dilakukan untuk meningkatkan produktivitas alat angkut dengan konsumsi bahan bakar yang lebih efisien. Dalam meningkatkan produktivitas alat angkut dengan konsumsi bahan bakar yang lebih efisien, dilakukan beberapa kajian terhadap beberapa parameter yaitu kemiringan jalan, lebar jalan lurus, lebar jalan tikungan, jari–jari tikungan, Superelevasi, Cross Slope, Fuel Ratio, Fuel Cost. Hasil dari kajian tersebut kemudian di evaluasi berdasarkan teori AASHTO dengan ketetapan standar kemiringan jalan maksimal yaitu 12% dan Kepmen No. 1827/K/30/MEM/2018. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan pada kegiatan lapangan, produksi alat angkut aktual adalah 344,06 BCM/jam dengan ratarata konsumsi bahan bakar alat 13,82 liter/jam. Nilai Fuel Ratio secara aktual pada kegiatan penelitian untuk alat angkut adalah 0,20 liter/BCM, serta Fuel Cost sebesar Rp. 60.067.335 /bulan/alat. Setelah dilakukan kajian pada geometri jalan, nilai produktivitas naik menjadi 440,42 BCM/jam dengan Fuel Ratio 0,15 liter/BCM, serta Fuel Cost menjadi Rp. 47.044.368 /bulan/alat, sehingga setelah perbaikan mengalami penurunan biaya sebesar Rp. 13.022.949 /bulan/alat. Perbaikan pada kondisi jalan berpengaruh terhadap produksi, konsumsi bahan bakar, Fuel Ratio, dan Fuel Cost sehingga dapat mengurangi biaya operasional pada penambangan.
Kajian Teknis dan Ekonomis Pemberaian Overburden dengan Metode Ripping pada Tambang Batubara PT Duta Tambang Rekayasa Kecamatan Seimenggaris, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara Ayu Ramadhina; Zaenal; Noor Fauzi Isniarno
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.8740

Abstract

Abstract. PT Duta Tambang Rekayasa is a company engaged in coal mining with an IUP of 1,700 Ha. Has a Stripping Ratio (SR) of 12 BCM OB/Ton BB with a coal production target of 50,000 tons per month and an Overburden (OB) stripping target of 600,000 BCM per month. OB stripping based on Rippability in that area is included in the category of using the Ripping Method. The actual results of Ripping production are not yet known, so it is necessary to study both from a technical and economic point of view. The technical review consists of calculating the achievement of productiontargets by analyzing the production of Ripping and digging activities and the need for tools. The study from an economic perspective is the calculation of the estimated cost of the equipment. Data that needs to be analyzed is the production of Bulldozers and Backhoes, economic data in the form of equipment ownership, and operating costs. The study used three tools and observed, namely the Komatsu D375A Bulldozer, the Liebherr 756 Bulldozer, and the Hitachi 870 LCH 8G Backhoe. Based on the research results, it can be analyzed regarding the average Ripping production using the Komatsu D375A Bulldozer of 1440.74 BCM/hour/tool, with a production target of 300,000 BCM/month/tool. This tool has been (fulfilled) with a production yield of 393,782.33 BCM/month/ tools, for the estimated Ripping costs incurred Rp. 2,286.61,- BCM/hour. While the average Ripping production using the Liebherr 756 Bulldozer is 894.52 BCM/hour/tool. Production of the Liebherr 756 Bulldozer (not fulfilled) with a yield of 200,837.45 BCM/month/tool is suggested to add to 2 units of equipment, with an estimated Ripping cost of Rp. 2550.33,- BCM/hour. Hitachi ZX870LCH-5G Backhoe loading and unloading equipment production (not yet fulfilled) with a production output of 130,049.83 BCM/month/tool is suggested to add to 5 units of equipment, with an estimated digging-loading cost of Rp.3,638.32,- BCM/hour. Abstrak. PT Duta Tambang Rekayasa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara dengan IUP seluas 1.700 Ha. Memiliki StRipping Ratio (SR) 12 BCM OB/Ton BB dengan target produksi batubara sebesar 50.000 ton per bulan dan target pengupasan Overburden (OB) sebesar 600.000 BCM per bulan. Pengupasan OB berdasarkan Kemampugaruan (Rippability) pada daerah tersebut termasuk kategori menggunakan Metode Ripping. Belum diketahui secara aktual hasil produksi Ripping maka perlu dilakukan kajian baik dari segi teknis dan ekonomis. Kajian teknis terdiri dari perhitungan pencapaian target produksi dengan analisis produksi aktivitas Ripping dan aktivitas gali-muat dan kebutuhan alat. Kajian dari segi ekonomis yaitu perhitungan estimasi biaya alat. Data yang perlu di analisis berupa produksi Bulldozer dan Backhoe, data ekonomi berupa biaya kepemilikan dan biaya operasi alat. Penelitian menggunakan tiga alat dan yang diamati, yaitu Bulldozer Komatsu D375A, Bulldozer Liebherr 756 dan Backhoe Hitachi 870 LCH 8G. Berdasarkan hasil penelitian dapat dianalisis mengenai produksi rata-rata Ripping menggunakan Bulldozer Komatsu D375A sebanyak 1440,74 BCM/jam/alat, dengan target produksi 300.000 BCM/bulan/alat alat ini sudah (terpenuhi) dengan hasil produksi 393.782,33 BCM/bulan/alat, untuk estimasi biaya Ripping yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.286,61,- BCM/jam. Sementara produksi rata-rata Ripping menggunakan Bulldozer Liebherr 756 sebanyak 894,52 BCM/jam/alat. Produksi Bulldozer Liebherr 756 (belum terpenuhi) dengan hasil 200.837,45 BCM/bulan/alat disarankan menambah menjadi 2 unit alat, dengan estimasi biaya Ripping yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.550,33,- BCM/jam. Hasil produksi alat gali-muat Backhoe Hitachi ZX870LCH-5G (belum terpenuhi) dengan hasil produksi 130.049,83 BCM/bulan/alat disarankan menambah menjadi 5 unit alat, dengan estimasi biaya gali-muat sebesar Rp.3.638,32,- BCM/jam.
Pemodelan dan Estimasi Sumberdaya Nikel Laterit Berdasarkan Kandungan Ni dan Fe dengan Menggunakan Metode Kriging di PT Putra Perkasa Abadi, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Provinsi Sulawesi Tenggara Muhamad Rizaldi Fadlilah; Noor Fauzi Isniarno; Dono Guntoro
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.8834

Abstract

Abstract. Nickel laterite is a metallic mineral resulting from the chemical weathering process of ultramafic rocks which results in residual and secondary enrichment of Ni, Fe, Mn, and Co elements (Syafrizal et al.,2011). With the cut-off grade Ni, modeling and estimation of resources is important to obtain a block model of Ni resources. The distribution of Ni levels is heterogeneous, so mining is carried out by selective mining referring to model blocks that have been mapped to meet the cut-off grade Ni. Based on this, it is possible for low and high Ni levels to be optimized, because if you only take Ni levels above 1.6%, Ni levels below the cut-off grade are not utilized. The resource estimation method used is kriging. Because kriging is the best linear unbiased estimator, many parameters are considered in kriging one of which is the variogram model. The variogram model is a geostatistical analysis by considering the location of the sample point, so that information on the relationship of one point with another point is expressed in the range/radius of information points that still have a spatial relationship. Based on statistical analysis, Block North and Block South data distribution are abnormal, with coefficient of variation values of 0.494 and 0.410. Resources that meet the cut-off grade Ni for blending needs are obtained low nickel, medium and high grade ore nickel. The total laterite nickel resources of the North Block amounted to 36,757 tons with an average Ni content of 1.64%, the total laterite nickel resources of the South Block amounted to 178,186 tons with an average Ni content of 1.62%. When viewed from the average rate per block, both blocks meet the cut-off grade Ni. Abstrak. Nikel laterit merupakan mineral logam hasil proses pelapukan kimia batuan ultramafik yang mengakibatkan pengkayaan unsur Ni, Fe, Mn, dan Co secara residual dan sekunder (Syafrizal et al., 2011). Dengan adanya cut-off grade Ni, maka pemodelan dan estimasi sumberdaya penting dilakukan untuk mendapatkan model blok sumberdaya Ni. Distribusi kadar Ni yang heterogen, maka penambangan dilakukan secara selective mining mengacu pada blok model yang sudah dipetakan untuk memenuhi cut-off grade Ni. Berdasarkan hal tersebut, memungkinkan adanya kadar Ni rendah dan tinggi yang harus di-optimalkan, karena jika hanya mengambil kadar Ni diatas 1.6%, kadar Ni di bawah cut-off grade tidak termanfaatkan. Metode estimasi sumberdaya yang digunakan adalah kriging. Pemilihan metode kriging dikarenakan kriging merupakan best linear unbiased estimator, banyak parameter yang diperhatikan dalam kriging salah satunya adalah model variogram. Model variogram merupakan analisis geostatistik dengan mempertimbangkan lokasi titik sampel, sehingga didapatkan informasi hubungan satu titik dengan titik yang lainnya dinyatakan dalam range/radius titik informasi yang masih memiliki hubungan secara spasial. Berdasarkan analisis statistik, Blok North dan Blok South distribusi datanya tidak normal, dengan nilai koefisien variasi 0.494 dan 0.410. Sumberdaya yang memenuhi cut-off grade Ni untuk kebutuhan blending didapatkan low nickel, medium dan high grade ore nickel. Total sumberdaya nikel laterit Blok North sebesar 36,757 ton dengan kadar Ni rata-rata 1.64%, total sumberdaya nikel laterit Blok South sebesar 178,186 ton dengan kadar Ni rata-rata 1.62%. Jika dilihat dari kadar rata-rata per-Blok, kedua Blok memenuhi cut-off grade Ni.
Pemanfaatan Fly Ash dan Bottom Ash (FABA) sebagai Campuran Media Tanam di PT Bukit Asam, Tbk Tanjung Enim Sumatera Selatan Firhan Ali; Sri Widayati; Dudi Nasrudin Usman
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.8858

Abstract

Abstract. Coal is a fossil fuel that is available in large quantities in Indonesia. The process of burning coal produces waste in the form of fly ash and bottom ash (FABA) which if allowed to accumulate for a long time can cause problems for the environment and living things. This study aims to utilize coal ash waste as a mixture of planting media to reduce environmental pollution. The research was conducted on tomato and chili plants by observing the growth of these plants. In this study, there were three comparisons of the composition of the planting media mixture used, namely 85% soil (T85%) and 15% faba (FB15), 65% soil (T65%) and 35% faba (FB35%), and 50% soil (T50). %) and 50% faba (FB50%). The comparison of the three compositions recommended for mixed planting media is the composition of T50% and FB50%. Because it can optimize waste and plant growth results are not much different from the other two compositions. The composition made with different levels of faba content makes chili and tomato plants grow at levels of 50%, this can increase the use of waste that has been wasted and is very economical if this faba is used as a mixture of planting media. Abstrak. Batubara merupakan bahan bakar fosil yang tersedia dalam jumlah banyak di Indonesia. Proses pembakaran batubara menghasilkan limbah berupa fly ash dan bottom ash (FABA) yang mana apabila dibiarkan menumpuk dalam waktu yang lama dapat menimbulkan masalah bagi lingkungan dan makhluk hidup. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah abu batubara untuk campuran media tanam agar dapat mengurangi pencemaran lingkungan. Penelitian dilakukan pada tanaman tomat dan cabai dengan mengamati pertumbuhan tanaman tersebut. Dalam penelitian ini komposisi campuran media tanam yang digunakan ada tiga pembanding yaitu tanah 85% (T85%) dan faba 15% (FB15), tanah 65% (T65%) dan faba 35% (FB35%), serta tanah 50% (T50%) dan faba 50% (FB50%). Perbandingan tiga komposisi yang direkomendasikan untuk campuran media tanam adalah komposisi T50% dan FB50%. Karena dapat mengoptimalkan limbah serta hasil pertumbuhan tanamannya tidak jauh berbeda dari kedua komposisi lainnya. Komposisi yang dibuat dengan tingkatan kadar faba yang berbeda membuat keberhasilan pada tanaman cabai dan tomat bisa tumbuh dengan kadar sebesar 50%, hal ini bisa meningkatkan penggunakan limbah yang sudah terbuang serta sangat ekonomis bila faba ini menjadi campuran media tanam.
Remaining Service Life Discharge Conveyor F pada Tambang Batubara PT XYZ di Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan Rahma Azizah Kotta; Elfida Moralista; Noor Fauzi Isniarno
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.8877

Abstract

Abstract. Conveyor is a means of conveyance used in the mining industry to move mining materials. The conveyor structure is made of steel which is prone to corrosion as a result of environmental influences which can cause a reduction in thickness and reduce the remaining life of the conveyor structure. This research was conducted to determine the type of corrosion, corrosion control method, corrosion rate, and the Remaining Service Life of the conveyor structure. The methodology used in this research is thickness reduction measurement. The conveyor structure has a length of 96 meters consisting of 3 segments with 25 test points. Measurements were made using a Smart Sensor Ultrasonic Thickness Gauge TT 130. The output obtained is the reduced thickness value which is used to determine the Corrosion Rate and Remaining Service Life. The environmental conditions of the study area in 2015-2020 had an average rainfall of 218.32 mm/year, an average relay humidity of 81.37% and an average temperature 25.92 0C. The type of corrosion that occurs in the conveyor structure is uniform corrosion. The corrosion control method used is the coating method with a three layers system. Coating method for primary coating using Seaguard 5000, Intermediate coating using Sherglass FF, and top coating using allphatic acrylic modified polyurethane. The corrosion rate of the conveyor structure ranges from 0.18 - 0.31 mm/year and based on the relative corrosion resistance of steel it is included in the good category. The service life of the conveyor structure is 7 years and the remaining service life ranges from 6.53 - 9.49 years, so there are 11 test points or 44% test points which are predicted not to reach the design life of 15 years. Abstrak. Conveyor merupakan alat angkut yang digunakan di industri pertambangan untuk memindahkan bahan tambang. Struktur conveyor terbuat dari baja yang rawan mengalami korosi sebagai akibat pengaruh lingkungannya yang dapat menyebabkan pengurangan ketebalan dan mengurangi sisa umur pakai struktur conveyor. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis korosi, metode mengendalian korosi, laju korosi, dan Remaining Service Life struktur conveyor. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran pengurangan ketebalan. Struktur conveyor memiliki panjang 96 meter yang terdiri dari 3 segmen dengan 25 test point. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan Smart Sensor Ultrasonic Thickness Gauge TT 130. Output yang di dapat adalah nilai pengurangan ketebalan yang digunakan untuk menentukan Laju Korosi dan Sisa Umur Pakai. Kondisi lingkungan daerah penelitian tahun 2015-2020 memiliki curah hujan rata-rata 218,32 mm/tahun, kelembapan relatif rata-rata 81,37% dan suhu rata-rata 25,920C. Jenis korosi yang terjadi pada struktur conveyor adalah korosi merata. Metode pengendalian korosi yang digunakan yaitu metode coating dengan sistem three layers. Metode coating untuk primer coating menggunakan Seaguard 5000, Intermediate coating menggunakan Sherglass FF, dan Top coating menggunakan Aliphatic Acrylic Modified Polyurethane. Laju korosi struktur conveyor berkisar antara 0,1842 - 0,310 mm/tahun dan berdasarkan ketahanan korosi relatif baja termasuk ke dalam kategori good. Umur pakai struktur conveyor yaitu 7 tahun dan sisa umur pakai berkisar 6,53 - 9,49 tahun, sehingga terdapat 11 test point atau 44% test point yang diprediksi tidak dapat mencapai umur desain yaitu 15 tahun.
Monitoring Korosi Discharge Conveyor H pada Tambang Batubara PT XYZ di Kabupaten Banjar Provinsi Kalimantan Selatan Dzaky Fajri Saifulloh; Elfida Moralista; Zaenal
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.8878

Abstract

Abstract. Conveyor is a tool used to move material, usually to move material from one place to another. The conveyor structure has the main constituent material, namely carbon steel which is prone to corrosion so that the steel will experience damage which can reduce the service life of the conveyor structure caused by environmental factors. Therefore, it is necessary to control corrosion in order to slow down the rate of corrosion so as to extend the life of the conveyor. The purpose of this study is to determine the type of corrosion, corrosion handling, corrosion rate and remaining service life (RSL) on the conveyor structure. The methodology used in this study is the measurement of the thickness reduction of the conveyor structure. Actual thickness measurement using Ultrasonic Thickness Gauge TT 130, carried out on a conveyor with a length of 96 meters divided into 3 segments and consisting of 25 test points. in 2016-2020 the research locations had an average rainfall of 211.105 mm/year, an air temperature of 25.75°C, and a relative humidity of 81.75%. The type of corrosion that occurs in the conveyor structure is uniform corrosion. The corrosion control method used is coating with a three layer system with primary coating using seaguard 5000 then intermediate coating using sherglass FF and top coating using aliphatic acrylic modified polyurethane. The corrosion rate ranges from 0.1833 to 0.32 mm/year which is classified into the good category referring to the table of relative corrosion resistance of steel. The design life of the conveyor structure is 15 years and the service life is 6 years. The remaining service life obtained from the calculation results is around 8.19 – 12.94 years, as many as 13 of the 25 test points or 48% of the test points cannot reach the design life. Abstrak. Conveyor ialah alat yang digunakan untuk memindahkan material dari satu tempat ke tempat lainnya. Struktur conveyor memiliki material penyusun utama yaitu baja karbon yang rentan mengalami korosi sehingga baja akan mengalami pengurangan ketebalan yang dapat mengurangi umur pakai dari struktur conveyor tersebut disebabkan oleh faktor lingkungan. Oleh sebab itu diperlukan pengendalian korosi agar dapat memperlambat laju korosi. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jenis korosi, penanganan korosi, mengetahui laju korosi (Corrosion rate) dan remaining service life (RSL) struktur conveyor. Metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah pengukuran pengurangan ketebalan struktur conveyor. Pengukuran tebal aktual menggunakan Ultrasonic Thicness Gauge TT 130, dilakukan pada conveyor dengan panjang 96 meter dibagi menjadi 3 segmen dan terdiri dari 25 test point. Pada tahun 2016-2020 lokasi penelitian memiliki curah hujan rata-rata 211,105 mm/tahun, temperatur udara sebesar 25,75°C, dan kelembapan relatif sebesar 81,75 %. Jenis korosi yang terjadi pada struktur conveyor yaitu korosi merata. Metode pengendalian korosi yang dilakukan adalah coating dengan sistem three layer dengan primer coating menggunakan seaguard 5000 lalu intermediate coating menggunakan sherglass FF dan top coating menggunakan aliphatic acrylic modified polyurethane. Corrosion rate berkisar 0,1833 hingga 0,32 mm/tahun yang terklasifikasikan ke dalam kategori good mengacu pada tabel ketahanan korosi relatif baja. Umur desain struktur conveyor 15 tahun dan umur pakai 6 tahun. Remaining service life yang didapatkan dari hasil perhitungan 8,19 – 12,94 tahun, sebanyak 13 dari 25 test point atau 48% test point diprediksi tidak dapat mencapai umur desainnya.
Interpretasi Tahanan Jenis Dua Dimensi Konfigurasi Wenner untuk Menentukan Struktur Bawah Permukaan di Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur Fadlan Al Anshar; Noor Fauzi Isniarno; Dudi Nasrudi Usman
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.9044

Abstract

Abstract. Judging from the regional geological map on the Samarinda sheet, it was found that in the study area there was a very complex structure. Geolistics is a method that can analyze subsurface structures with resistivity values. To identify subsurface conditions, it is necessary to model the results of measurements to strengthen interpretation with geological maps. Geoelectrical measurements were carried out using a 2-dimensional Wenner configuration NeoResist tool with the same distance between electrodes, which will produce an apparent resistivity value, resistivity resulting from software processing, and an apparent resistivity cross-section. Measurements were carried out in four tracks on fairly steep topographical conditions with a spacing of 10 meters between electrodes and a stretch of 400 meters. Acquisition and interpretation of measurement results obtained the lithology of minerals, including sandstone and claystone, and encountered geological structures in geoelectrical measurements. The results of the measurements obtained an indication of the structure on tracks 1, 3, and 4 and an anomaly in the resistivity value because there is a resistivity value that decreases and forms like a structure. On the cross section of track 1, there is a change in resistivity that is indicated to be affected by a rising fault in the western part of the geological map; on track 3, it is found that there is a resistivity filling like a fracture; on track 4, it gets resistivity like a fracture that is almost upright; and it is indicated that in that area, the change results from the influence of trajectory 1. This indication is strengthened by the location of the research area, which is surrounded by a complex structure. Abstrak. Ditinjau dari peta geologi regional pada lembar samarinda dijumpai bahwa pada daerah penelitian terdapat adanya struktur yang sangat komplek. Geolistik salah satu metode yang dapat menganalisis strukur bawah permukaan dengan nilai resisitivity. Untuk mengidentifikasi kondisi bawah permukaan di perlukan pemodelan hasil dari pengukuran untuk memperkuat interptretasi dengan peta geologi. Pengukuran geolistrik dilakukan menggunakan alat NeoResist konfigurasi wenner 2 dimensi dengan jarak antar elektroda yang sama akan menghasilkan nilai tahanan jenis semu, tahanan jenis hasil dari pengolahan software, Penampang apparent resistivity. Pengukuran dilakukan sebanyak 4 lintasan pada kondisi topografi yang cukup curam dengan jarak antar elektroda 10 meter dan bentangan sepanjang 400 meter. Akuisisi dan interpretasi data hasil pengukuran didapatkan litologi bahan galian diantaranya adalah batupasir dan batulempung, serta di jumpai adanya struktur geologi dalam pengukuran geolistrik. Hasil dari pengukuran didapatkan adanya indikasi struktur pada lintasan 1, 3 dan 4 dan didapatkan anomali pada nilai resistivity di karenakan terdapat nilai resistivity yang menunjam serta membentuk seperti struktur. Pada penampang lintasan 1 terdapat adanya perubahan resistivity yang diindikasikan terdampak oleh sesar naik pada bagian barat pada peta geologi, pada lintasan 3 didapatkan adanya resistivity yang mengisi seperti rekahan, pada lintasan 4 di dapatkan resistivity seperti rekahan yang hampir tegak dan diindikasikan bahwa pada daerah tersebut hasil dari pengaruh lintasan 1. Indikasi tersebut perkuat dengan lokasi daerah penelitian di kelilingi dengan struktur yang kompleks.
Manajemen Stockpile untuk Mencegah Terjadinya Self-Combustion di PLTU Banten 2 Labuan OMU Fajar Khoerul Alam; Solihin; Yunus Ashari
Bandung Conference Series: Mining Engineering Vol. 3 No. 2 (2023): Bandung Conference Series: Mining Engineering
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsme.v3i2.9218

Abstract

Abstract. PLTU Banten 2 Labuan OMU is a power plant company with the main fuel source being coal with calories 4000-4900 Kcal/kg with a land area of ​​64.45 Ha. This PLTU has a capacity of 2x300 MW of electricity. Self-combustion occurs due to the reaction of the carbon content in coal with oxygen gas in the air. The problem that arises in the Banten 2 Labuan OMU PLTU stockpile is the frequent occurrence of self-burning due to the ineffective implementation of the FIFO (Frist In Frist Out) management system. The sampling technique for stockpile temperature data was carried out at 12 stockpile 1 points of LRC and 12 points of stockpile 2 MRC, observing three sides of the coal pile, namely the west, south and east sides. Where each side of the sample measurement is taken at a thickness of 1, 3, 5, and 7 meters and the 0 meter point is taken from the ground floor of the stockpile. To see the comparison of temperature to embankment time and embankment dimensions at each measurement point with a certain thickness. From all the research conducted, the stockpile had 2 stockpiles of coal, stockpile 1 LRC (Low Rank Calorie) with quality <4200 and stockpile 2 MRC (Medium Rank Calorie) with quality >4200. The height of the stockpile reaches 10.9 meters for stock 1 and 9.6 meters for stock 2, the slope angle of the stockpile is 55.6° for stock 1 and 52.5°. Stockpile 1 has a temperature rise of 3.4°C/day and stockpile 2 has a temperature rise of 3.2. The estimated self-combustion for stockpile 1 is 4 days, while for stockpile 2 it is 5 days, meaning that the coal quality affects self-combustion where stockpile 2 takes 1 day longer than stockpile 1 Abstrak. PLTU Banten 2 Labuan OMU merupakan suatu perusahaan pembangkit listrik dengan sumber bahan bakar utama batubara dengan kalori 4000-4900 Kcal/kg memiliki luas lahan 64,45 Ha. PLTU ini memiliki kapasitas listrik yang dihasilkan 2x300 MW Self-Combustion terjadi karena adanya reaksi kandungan karbon pada batubara dengan gas oksigen di udara. Permasalahan yang muncul pada stockpile PLTU Banten 2 Labuan OMU ini, sering terjadinya swabakar yang disebabkan karena kurang efektifnya penerapan sistem manajemen FIFO (Frist In Frist Out). Teknis pengambilan sempel data suhu timbunan ini dilakukan sebanyak 12 titik stockpile 1 LRC dan 12 titik stockpile 2 MRC, pengamatan pada tiga sisi timbunan batubara yaitu sisi barat, selatan dan timur. Di mana setiap sisi pengukuran sampel diambil pada ketebalan 1, 3, 5, dan 7 meter dan titik 0 meter pengukuran dilakukan dari lantai dasar stockpile. Untuk melihat perbandingan suhu terhadap lama timbunan dan dimensi timbunan pada setiap titik pengukuran dengan ketebalan tertentu. Dari seluruh penelitian yang dilakukan kondisi stockpile memiliki 2 timbunan batubara, stockpile 1 LRC (Low Rank Calorie) dengan kualitas <4200 dan stockpile 2 MRC (Medium Rank Calorie) dengan kualitas >4200. Ketinggian timbunan mencapai 10,9 meter untuk stock 1 dan 9,6 meter untuk stock 2, sudut kemiringan timbunan 55,6° untuk Stock 1 dan 52,5°. Untuk stockpile 1 memiliki kenaikan suhu yaitu 3,4°C/Hari dan untuk stockpile 2 memiliki kenaikan suhu yaitu 3,2. Estimasi swabakar untuk stockpile 1 adalah 4 hari, sedangkan untuk Stockpile 2 adalah 5 hari, artinya kualitas batubara mempengaruhi Self-Combustion yang mana Stockpile 2 lebih lama 1 hari dari Stockpile 1