cover
Contact Name
Agung Suharyanto
Contact Email
suharyantoagung@gmail.com
Phone
+628126493527
Journal Mail Official
suharyantoagung@gmail.com
Editorial Address
Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan Universitas Negeri Medan, Jalan Willem Iskandar, Pasar V, Medan Estate, Sumatera UtaraUniversitas Negeri Medan, Jalan Willem Iskandar, Pasar V, Medan Estate, Sumatera Utara, 20221, Telp.(061) 6625973 Fax. (061) 6614002, Mobile: 08126493527 E-mail:anthropos@unimed.ac.id
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
ANTHROPOS: JURNAL ANTROPOLOGI SOSIAL DAN BUDAYA (JOURNAL OF SOCIAL AND CULTURAL ANTHROPOLOGY)
ISSN : 24604585     EISSN : 24604593     DOI : 10.24114
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya(Journal of Social and Cultural Anthropology) is a Journal of Social and Cultural Anthropology for information and communication resources for academics, and observers of Social and Cultural Anthropology, Educational Social and Cultural Anthropology/Sociology, Methodology of Social and Cultural Anthropology/Sociology. The published paper is the result of research, reflection, and actual critical study with respect to the themes of Social and Cultural Anthropology/Sociology. All papers are blind peer-review. The scope of Anthropos is the Science of Social and Cultural Anthropology/Sociology. Published twice a year (Juli and January) and first published for print and online edition in July 2015
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 2 (2024): Januari" : 6 Documents clear
Analisis User Experience pada Produk EDC (Electronic Data Capture) BRI Merchant di Kota Jakarta Mahmuda, Aisyah; Hermawati, Rina
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 9, No 2 (2024): Januari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v9i2.55743

Abstract

Mesin EDC (Electronic Data Capture) menjadi alat/perangkat tambahan yang sangat dibutuhkan dalam memfasilitasi transaksi pembayaran antara merchant dan customer. Ini sejalan dengan penggunaan kartu non-tunai (cashless) sebagai alat pembayaran yang semakin berkembang pesat. Bank BRI menjadi salah satu bank penyedia layanan mesin EDC tersebut, dengan sebutan EDC BRI Merchant. Terdapat fakta data di lapangan bahwa EDC BRI seringkali tidak digunakan ketika customer bertransaksi pada merchant tersebut. Maka dari itu, penelitian dalam bidang User Experience (UX) pada EDC BRI menjadi penting untuk mengetahui kebutuhan, preferensi, serta kendala yang dialami pengguna EDC BRI, baik bagi merchant maupun customer sehingga perancangan dan pengembangan EDC BRI dapat dilakukan dengan lebih baik untuk meningkatkan user experience dan memenuhi harapan pengguna. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan studi literatur. Hasil analisis user experience pada penggunaan EDC BRI menunjukkan bahwa terdapat dua faktor penyebab seringkali EDC BRI tidak digunakan, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Namun, faktor yang lebih dominan disebabkan oleh keunggulan mesin EDC yang ditawarkan oleh bank kompetitor dan juga karena penggunaan mesin EDC di beberapa merchant didominasi oleh bank kompetitor.The EDC (Electronic Data Capture) machine is an additional tool/equipment that is really needed to facilitate payment transactions between merchants and customers. This is in line with the rapidly growing use of non-cash cards as a means of payment. BRI Bank is one of the banks providing EDC machine services, with the name EDC BRI Merchant. There are data facts in the field that BRI's EDC is often not used when customers make transactions at these merchants. Therefore, research in the field of User Experience (UX) on BRI EDC is important to find out the needs, preferences and obstacles experienced by BRI EDC users, both for merchants and customers. An anthropological perspective is used to analyze this phenomenon because anthropology views society as an entity bound by culture and social norms. An anthropological perspective can help explain how culture and social norms in a particular region or community influence the use of BRI EDC machines. Are there local preferences regarding cash payments or specific payment methods that influence EDC adoption? The research method used is a qualitative method with data collection techniques through observation, interviews and literature study. The results of user experience analysis on the use of BRI EDC show that there are two factors that cause BRI EDC to often not be used, namely internal factors and external factors. These two factors intersect with cultural values, symbols and cultural icons.
Contestation of Javanese Culture and Identity in Deli: An Analysis of Jawa Deli Wedding Ceremonies Using the Bergerian Approach Khairani, Leylia
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 9, No 2 (2024): Januari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v9i2.52968

Abstract

This paper aims to demonstrate that Javanese culture is not uniform. According to several research findings, there are numerous cultural variances among Javanese people, who regard themselves as different from other Javanese. In the Deli Serdang Regency, the marriage ceremony analyzed in this study does not only see a rich parade of a Javanese Deli cultural tradition. On the other hand, the Javanese Deli's marriage ceremony procession in Deli Serdang depicts identity that is produced through a historical process tailored to their socio-cultural environment. In this study, the building of the Javanese Deli identity during the wedding ceremony is examined from a Bergerian perspective, in which the Javanese Deli identity is constantly transformed and shaped socially and culturally. When in Deli, the essence of Java Deli is significantly influenced by changing situations and conditions that continue to evolve. As a result of the externalization, objectification, and internalization processes, Java Deli's manufactured identity is situational.
Digital Governance dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan melalui Kearifan Lokal di Kota Bandung Deliarnoor, Nandang Alamsah; Suwaryo, Utang; Hermawati, Rina; Taryana, Agus
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 9, No 2 (2024): Januari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v9i2.57126

Abstract

Ketergantungan pangan yang tinggi terhadap daerah lain membuat Kota Bandung sangat rentan terhadap ketahanan pangan, tidak memiliki kedaulatan pangan, rentan terhadap gejolak harga, atau tidak dapat mengontrol harga pangan yang beredar. Tata kelola digital melalui indigenous knowledge di Kota Bandung menjadi aspek penting untuk mewujudkan ketahanan pangan, salah satunya melalui pertanian perkotaan terpadu yang disebut Buruan Sae (Pekarangan Sehat Alami dan Ekonomis). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus di Kota Bandung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Bandung melalui DKPP belum menerapkan tata kelola pemerintahan digital pada program Buruan Sae, baru baru memulai yaitu dengan pembuatan aplikasi yang belum sempurna yang merupakan layanan menuju pemerintahan digital, belum sampai pada kategori SPBE. Padahal program buruan sae dapat membantu masyarakat memanfaatkan sumber tanaman pekarangan sebagai alternatif untuk ketahanan pangan, dengan adanya teknologi digital yang mendukung program buruan sae DKPP dapat melacak alur barang dari petani hingga ke konsumen, memonitoring kualitas produk, dan memastikan pemenuhan standar keamanan pangan yang memberikan kepercayaan konsumen terhadap produk lokal. Such high food dependence on other areas means that the city of Bandung is very vulnerable to food security, does not have food sovereignty, is vulnerable to price fluctuations, or cannot control the price of food in circulation. Digital governance through indigenous knowledge in the city of Bandung is an important aspect of realizing food security, one of which is through integrated urban farming called Buruan Sae (Natural and Economical Healthy Yard). This research uses a qualitative approach with a case study method in the city of Bandung. The results of the research show that the City of Bandung, through DKPP, has not yet implemented digital governance in the Buruan Sae program, only just starting out, namely with the creation of a rudimentary application that is a service towards digital government, not yet reaching the SPBE category. Even though the sae hunting program can help the community utilize garden plant sources as an alternative for food security, the existence of digital technology that supports the sae hunting DKPP can track the flow of goods from farmers to consumers, monitor product quality, and ensure compliance with food safety standards that provide consumer trust in local products.
Interpretative Symbolic Anthropology: Islamic Dynamics of the Indonesian Chinese Islamic Association (PITI) in Jepara Regency Ansori, Miswan; Nafisah, Zahrotun
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 9, No 2 (2024): Januari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v9i2.52719

Abstract

Penelitian antropologi simbolik interpretatif ini bertujuan untuk memahami dinamika keislaman dalam Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) di Kabupaten Jepara. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini mengeksplorasi berbagai simbol-simbol keislaman yang ada dalam komunitas PITI, serta bagaimana simbol-simbol ini memberikan makna dan pengaruh pada kehidupan keagamaan dan kebudayaan para anggotanya. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian etnografi dengan model wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan analisis dokumen terkait PITI. Informan penelitian terdiri dari ketua dan anggota komunitas PITI, tokoh agama, dan masyarakat lokal di Kabupaten Jepara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keislaman dalam PITI adalah hasil dari integrasi antara budaya Tionghoa dan ajaran Islam. Simbol-simbol keislaman seperti nisan, pakaian tradisional, dan perayaan hari raya keagamaan memiliki makna yang mendalam bagi anggota PITI dalam mempertahankan identitas agama dan budaya mereka. Selain itu, simbol-simbol ini juga berperan dalam menjalin hubungan harmonis antara komunitas PITI dengan masyarakat sekitarnya. Dinamika keislaman dalam PITI juga dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, politik, dan ekonomi di Kabupaten Jepara. Transformasi sosial dan perkembangan teknologi juga memainkan peran dalam mempengaruhi cara anggota PITI mengamalkan agama mereka dan memahami simbol-simbol keislaman. This interpretive symbolic anthropology research aims to understand Islamic dynamics in the Indonesian Chinese Islamic Association (PITI) in Jepara Regency. Through a qualitative approach, this research explores various Islamic symbols that exist in the PITI community, as well as how these symbols provide meaning and influence on the religious and cultural life of its members. The research method used is ethnographic research using in-depth interviews, participatory observation, and analysis of documents related to PITI. Research informants consisted of leaders and members of the PITI community, religious leaders and local communities in Jepara Regency. The research results show that Islam in PITI is the result of integration between Chinese culture and Islamic teachings. Islamic symbols such as gravestones, traditional clothing, and religious holiday celebrations have deep meaning for PITI members in maintaining their religious and cultural identity. Apart from that, these symbols also play a role in establishing harmonious relations between the PITI community and the surrounding community. Islamic dynamics in PITI are also influenced by social, political and economic factors in Jepara Regency. Social transformation and technological developments also play a role in influencing the way PITI members practice their religion and understand Islamic symbols
Jaringan Sosial Kelompok Perempuan Muara Tanjung dalam Konservasi Hutan Mangrove Baiduri, Ratih; Harahap, Nur Ainun
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 9, No 2 (2024): Januari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v9i2.58314

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis: (1) jaringan sosial yang terbentuk didalam kelompok perempuan Muara Tanjung dalam konservasi hutan mangrove; (2) struktur jaringan yang ada baik itu didalam maupun diluar kelompok. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan etnografi. Informan dalam penelitain ini ialah ketua kelompok perempuan Muara Tanjung, penggurus dan anggota kelompok yang aktif, anggota kelompok jaringan sosial luar yang bekerjasama dengan kelompok perempuan Muara Tanjung. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui observasi partisipasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan catatan lapangan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ialah teknik analisis wawancara etnografis, analisis domain dan analisis taksonomi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yaitu untuk mengungkap bahwasannya dalam sebuah kelompok diperlukannya jaringan sosial yang mengikat didalamnya baik itu secara internal maupun ekternal. Bagi kelompok perempuan Muara Tanjung sendiri jaringan sosial merupakan satu hal yang penting di miliki oleh sebuah kelompok. Melalui jaringan sosial ini terbentuk sebuah kerjasama yang tentunya mampu meningkatkan kinerja anggota kelompok Muara Tanjung sendiri. Kelompok perempuan Muara Tanjung merupakan kelompok yang memiliki struktur keanggotaan yang unik. Struktur keanggotaan yang ada didalam kelompok perempuan Muara Tanjung hanya terdiri dari anggota keluarga saja. Fenomena ini merupkan fenomena yang jarang terlihat dalam sebuah organisasi. Fenomena ini jugalah yang menjadikan kelompok perempuan Muara Tanjung memiliki kelebihan sekaligus kekurangan dalam organisasi kelompoknya. Adapun kelebihannya yaitu kelompok perempuan Muara Tanjung ini memiliki ikatan kekerabatan yang kuat sehingga anggota kelompok memiliki komitmen yang kuat untuk memajukan organisasi. Adapun kekurangannya adalah kelompok ini sulit menerima keanggotaan di luar lingkar keluarga. This article aims to explain the social network that is formed within the Muara Tanjung women’s group as well as the network structure that exists both inside and outside the group. This reaserch is included in qualitative research using an ethnographic approach method.  The informant in this research was the Muara Tanjung Womens’s Group where the group leader, Mrs. Jumiati, was the key informant. Apart from that, other additional informants were external network groups that collaborated with the Muara Tanjung Women’s Group. This research also use data collection techniques through participant observation, in-depth interviews, documentation and field notes. The data collection techniques used in the research are ethnographic interview analysis techniques, domain analysis and taxonomic analysis techniques. The result obtained from this research show at in a group a social network is needed that binds it both internally and externally. For the Muara Tanjung women’s group, social network are an important thing for a group to have. Thourgh social networks, a collaboration will be formed which will certainly be able to improve the quality of the members of the Muara Tanjung itself. Apart rom that, the Muara Tanjung women’s group is also a group that has a uniqe membership structure. The membership structure in the Muara Tanjung Womens’s group only consists of family members. This phenomenon is a phenomenon that is rarely seen in organization. This is what makes the Muara Tanjung Women’s group different from other women’s groups.
Menggali Perspektif Lintas Budaya: Analisis Perbandingan Perilaku Memilah Sampah di Indonesia dan Jerman Marbun, Yovita Ramos; Yunanto, Taufik Akbar Rizqi
Anthropos: Jurnal Antropologi Sosial dan Budaya (Journal of Social and Cultural Anthropology) Vol 9, No 2 (2024): Januari
Publisher : Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/antro.v9i2.48970

Abstract

Studi ini menganalisis perbedaan perilaku memilah sampah antara Indonesia dan Jerman menggunakan dimensi budaya Hofstede yaitu jarak kekuasaan, individualisme-kolektivisme, dan penghindaran ketidakpastian. Meskipun telah ada upaya untuk mengelola sampah, penelitian ini membantu menjelaskan mengapa negara berkembang, termasuk Indonesia, menemui tantangan dalam menerapkan perilaku pro-lingkungan, terutama dalam memilah sampah. Kajian literatur digunakan dengan pendekatan psikologi lintas budaya yang merupakan studi perbandingan kritis tentang bagaimana budaya memengaruhi psikologi. Melalui kajian literatur dengan pendekatan psikologi lintas budaya, studi ini membandingkan tentang bagaimana budaya mempengaruhi psikologi. Pada budaya jarak kekuasaan, Indonesia memerlukan teladan dalam implementasi kebijakan lingkungan, sedangkan Jerman memiliki partisipasi masyarakat tinggi dalam pemilahan sampah. Indonesia termasuk kolektivis cenderung memilah sampah bersama dalam komunitas, sementara Jerman yang individualis menekankan tanggung jawab individu. Pada budaya penghindaran ketidakpastian, Indonesia memerlukan standarisasi aturan dan fasilitas bank sampah, sementara Jerman memberlakukan aturan dan sanksi jelas untuk memperkuat perilaku memilah sampah. Kesimpulannya, terdapat perbedaan perilaku memilah sampah antara Indonesia dan Jerman yang terkait faktor kebijakan. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk melakukan studi yang lebih eksploratif dan komprehensif dalam setiap dimensi budaya, dengan mempertimbangkan faktor internal dan eksternal lainnya.  This study analyzes the differences in waste sorting behavior between Indonesia and Germany using Hofstede's cultural dimensions: power distance, individualism-collectivism, and uncertainty avoidance. Despite efforts to manage waste, this research helps explain why developing countries, including Indonesia, face challenges in implementing pro-environmental behavior, particularly in waste sorting. A literature review is used with a cross-cultural psychology approach, which critically examines how culture influences psychology. Within the power distance culture, Indonesia requires role models in environmental policy implementation, while Germany exhibits high public participation in waste sorting. Indonesia, as a collectivist society, tends to sort waste jointly in communities, whereas Germany, an individualistic society, emphasizes individual responsibility. In the uncertainty avoidance culture, Indonesia needs standardized rules and waste bank facilities, while Germany enforces clear regulations and sanctions to strengthen waste sorting behavior. In conclusion, there are differences in waste sorting behavior between Indonesia and Germany related to policy factors. Also, several efforts can be considered to improve waste sorting behavior in Indonesia. Further research is recommended to conduct more exploratory and comprehensive studies in each cultural dimension, considering other internal and external factors.

Page 1 of 1 | Total Record : 6