cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. banyumas,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal YIN YANG
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 214 Documents
Fenomena Fashion dalam Pertarungan Identitas Muslimah Muridan, Muridan
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 13 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1176.926 KB)

Abstract

Mahasiswi IAIN Purwokerto merupakan bagian dari civitas akademika yang berjumlah sekitar tujuh ribu lebih berasal dan dari golongan status sosial yang beragam. Mahasiswi IAIN Purwokerto telah menampilkan berbagai identititas sosial, kelas sosial, dan seksual, dalam menggunakan busana muslimah, saat pergi ke kampus, untuk kuliah atau aktifitas terkait kegiatan kampus. Pakaian muslimah bagi mahasiswi IAIN Purwokerto bukanlah sekedar menutup aurat tapi lebih penting dari itu, Busana merupakan jati diri sebagai mahasiswi. Berbusana selain untuk menutup aurat, juga untuk menunjukkan kewibawaan, kehormatan, feminitas, dan kecantikan, tubuh secara fisik. Berangkat dari hal tersebut berbusana muslimah bagi mahasiswa, tentunya memiliki motif, persepsi atau cara pandang tersendiri yang bersifat individual. Untuk menggali hal tersebut maka peneliti akan mengungkap Fashion bagi mahasiswa IAIN purwokerto sebagai identitas social dan seksual. Dari hasil peneitian ditemukan fakta bahwa dalam berbusana muslimah, mahasiswa IAIN purwokerto memiliki tiga motif, yaitu masa lalu, kini dan akan datang. Pada motif masa lalu, ditemukan bahwa, motif berbusana muslimahdidasarkan atas, keterpaksaan dan alasan agama. Pada motif masa kini, diketemukan alasan bahwa berbusana muslimah merupakan trend masa kini. Untuk motif yang akan datang, mahasiswa ingin tetap dapat istiqomah dalam berbusana muslimah, bahkan hinggaanak keturunannya nanti. Konsep busana muslimah yang mahasiswa kenakan, sudah memenuhi unsur syari, karena menutup seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Berbusana syar’i tidak harus meninggalkan gaya, mode dan model yang modern. Intinya tetap berbusana syar’i tapi tetap modern.
Perempuan sebagai Agen Kedaulatan Pangan di Pesantren Ekologi Ath-Thaariq Garut Qori’ah, Sityi Maesarotul
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 13 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1177.144 KB)

Abstract

Kebijakan revolusi hijau merupakan akar dimana negara mempunyai legitimasi untuk mengendalikan pangan apa yang harus dikonsumsi oleh warganya. Kebutuhan atas pangan merupakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan kebutuhan manusia paling mendasar. Hak atas pangan harus bebas dari diskriminasi gender.Tulisan ini hendak menawarkan ide yang berkaitan dengan kehidupan perempuan sebagai agen kedaulatan pangan. Wacana ini penting, karena perempuan sebagai salah seorang yang senantiasa dilekatkan dengan sektor domestik. Namun, apa yang kemudian terjadi apabila kebutuhan pangannya tidak terpenuhi? serta bagaimana upaya perempuan untuk mewujudkan kedaulatan pangan? Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan relasi sosial (Social Relations Approach). Pendekatan relasi sosial sebagai alat analisis ketidaksetaraan (inequality) gender dalam distribusi sumber daya, merancang program dan kebijakan yang memungkinkan perempuan menjadi agen. Pendekatan relasi sosial didasarkan pada tujuan dari pembangunan yaitu kesejahteraan manusia (human well-being). Pendekatan ini akan melihat bagaimana hubungannya dengan lembaga lainnya yang saling memotong ketidaksetaraan tersebut. Penelitian ini dilakukan di Pesantren Ekologi Ath-Thaariq Garut. Di pesantren ini, perempuan memiliki kekuatan untuk mewujudkan kedaulatan pangan dari skala yang paling kecil, skala rumah tangga. Salah satunya adalah dengan menerapkan revolusi meja makan dan pertanian kebun pekarangan berbasis ekologi. Perempuan mempunyai peluang untuk menjadi agen kedaulatan pangan.
Trend Busana Muslimah dan Perilaku Keagamaan di Kalangan Karyawati Supriyanto, Supriyanto
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 13 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1176.9 KB)

Abstract

Akhlak berpakaian seorang Muslimah adalah manakalan ia mengenakan pakaian dengan rapi, menutup aurat dan tanpa berlebih-lebihan sesuai dengan apa yang telah digariskan Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dilakukan atas kehendak atau kemauan sendiri, mendarah daging dan berjalan secara kontinyu atau terus menerus sehingga mentradisi dalam kehidupannya. Terbentuknya perilaku beragama ditentukan oleh keseluruhan pengalaman yang disadari oleh pribadi setiap orang, kesadaran merupakan sebab dari tingkah laku, artinya bahwa apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh individu itu menentukan apa yang akan diajarkan. Dalam konteks ini peneliti melakukan riset terhadap karyawati Pabrik Bulu mata di Kabupaten Purbalingga terhadap perilaku keberagamaan dikaitkan dengan tren busana muslimah. Menggunakan metode kombinasi ini pada tahap awal menggunakan metode kualitatif dan tahap berikutnya menggunakan metode kuantitatif. Penelitian ini dilakukan pada dua Pabrik Bulu yakni PT Shinhan Creatindo Cabang Kedungmenjangan Purbalingga Jawa Tengah (Pabrik A) dan PT Royal Korindah Cabang Poultry Desa Pasunggingan Purbalingga Jawa Tengah (Pabrik B). Pabrik A sebagai sampel pabrik di perkotaan. Pabrik B sebagai sampel pabrik di pedesaan. Hasil dari peneitian ini adalah Sikap karyawati terhadap busana muslimah menunjukkan sikap positif, menunjukkan adanya rasa senang dan nyaman terhadap busana muslim yakni 71,4% karyawati Pabrik A menyatakan setuju atau sangat setuju senantiasa berbusana muslim dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan 88,5% karyawati Pabrik B yang menyatakan setuju atau sangat setuju senantiasa berbusana muslim dalam kehidupan sehari-hari. Untuk Trend berbusana muslim pada dari Pabrik A dan Pabrik B secara umum dapat disimpulkan bahwa model busana yang dipergunakan sudah menutup aurat dengan baik dan tidak ketat atau transparan. Adapun implikasi dari kebiasaan berbusana muslim dengan perilaku keagamaan karyawati secara umum memberikan dampak yang positif.
Interaksi Sosial Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Pasca Pembubaran Uswatusolihah, Uus; Sangidun, Sangidun
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 13 No 2 (2018)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1177.015 KB)

Abstract

Penelitian ini memfokuskan pada masalah bagaimana interaksi dan komunikasi Muslimah Hizbut Tahrir Indonesia (MHTI) Kabupaten Banyumas pasca pembubaran organisasi HTI. Pembubaran HTI ditandai dengan diterbitkannya Surat Keputusan Nomor AHU-30.AH.01.08 tahun 2017 tentang Pencabutan Keputusan Kementerian Hukum dan HAM nomor AHU-0028.60.10.2014 tentang pengesahan pendirian badan hukum perkumpulan HTI pada hari Rabu pada 19 Juli 2017 oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan HAM. Penelitian ini menemukan bahwa Muslimah Hizbut Tahrir Indoensia Kabupaten Banyumas mempersepsi bahwa pembubaran organisasinya merupakan sebuah tindakan sewenang-wenang pemerintah. Mereka menilai diri mereka sebagai kelompok yang terdzalimi, dan korban ketidakadilan penguasa, yang menurut penilaian mereka telah melakukan tindakan sewenang-wenang dan memandang segala permasalahan berdasarkan pemikiran dan sudut pandangnya sendiri. Kondisi ini justru membuat mereka menjalin hubungan yang semakin erat dengan sesama pengurus dan anggota mereka dengan tetap melakukan kegiatan namun tidak bersifat terbuka. Interaksi sosial para muslimah HTI Kabupaten Banyumas memiliki dua bentuk, yakni interaksi sosial sebagai pengurus organisasi atau dalam hal ini komunikasi organisasi dan interaksi sosial sebagai pribadi. Secara organisatoris, pihak MHTI merasakan ada perbedaan pola interaksi dan komunikasi dari beberapa organisasi lain terhadap organisasi HTI. Namun secara individual dan pribadi hampir seluruh anggota MHTI Kabupaten Banyumas tetap berinteraksi sosial dengan warga mayarakat lain, baik dilingkungan tempat tinggalnya, maupun tempat kerjanya. Interaksi yang dilakukan adakalnya dalam bentuk kerja sama dan akomodasi. Para anggota muslimah HTI berusaha tidak membawa-bawa organisasi dalam interaksi sehari-hari.
Perlindungan Perempuan dalam Hukum Perkawinan di Indonesia Maula, Bani Syarif
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 14 No 1 (2019)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (957.406 KB) | DOI: 10.24090/yinyang.v14i1.2825

Abstract

The Indonesian Constitutional Court granted part of the claim for the judicial review lawsuit on Law No. 1 of 1974 concerning Marriage for Article 7 Paragraph 1 related to the age of marriage. The article is considered discriminatory against women and is considered legalizing child marriages because the lowest age limit for women can be married is 16 years old, different from the lowest age limit for men, 19 years old. The global consensus on the need to abolish early marriage, forced marriage, and child marriage is actually made and agreed upon by UN member countries, including Indonesia. There are a number of adverse effects that can arise in child marriage, such as impacts related to health, education and economic aspects, including violations of children's rights. This paper examines the age limit of marriage in the perspective of Islamic law, which can then become state policy. Marriage is a legal act that requires the doers to meet the criteria of legal competency. Marriage also requires the responsibility of the parties to fulfill their rights and obligations, so that the aspect of maturity in marriage is a must.
Membangun Pendidikan Berwawasan Gender Achmad, Syaefudin
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 14 No 1 (2019)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.833 KB) | DOI: 10.24090/yinyang.v14i1.2843

Abstract

The role of women in national development is increasingly significant and should not be underestimated. To build human resources for women, education is needed that upholds gender equality so that their rights to education can be realized. But inevitably, education in Indonesia in its history has experienced a dark period where women lacked rights in education. There was once a gender gap in the world of education in Indonesia. There are several factors that influence it, such as community culture and school structure systems that lack opportunities for women to take part. Therefore, gender-conscious education needs to be realized in order to address the gender issue. One effort to realize gender-oriented education can be by developing a gender-sensitive learning process approach through fostering and training teachers, principals, and education supervisors, as well as at the level of decision making in all national education management units.
Perilaku Agresif Siswa SMP Ashidiq, Khabib
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 14 No 1 (2019)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.826 KB) | DOI: 10.24090/yinyang.v14i1.2845

Abstract

This study is based on the phenomena that occur in the field that show symptoms of aggressive behavior in class VIII Pengadegan Middle School 3. Students who behave aggressively are students who understand the problem personally. This type of research is case study research and is used to reveal individual data. The subjects studied were 2 students taken from students who behaved aggressively with different causative factors for each individual. Data collection methods used are interview, observation, and documentation methods. While the data analysis uses technical interactive analysis of miles and huberman models. Aggressive behavior is a response to frustration, anger, fear by trying to hurt others. The forms of aggressive behavior carried out by the individual in responding to frustration, anger, fear, among others, attacking the physical, attacking an object, verbally or symbolically threatening and aggravating other people and demanding attitudes, violations of property rights or attacking other areas. The results showed that the two individuals who behaved aggressively both verbally and non-verbally were caused by several different backgrounds as well as factors that influenced both internally and externally.
Layanan Pendidikan Bagi Anak Tunagrahita Dengan Tipe Down Syndrome Mayasari, Novi
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 14 No 1 (2019)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.491 KB) | DOI: 10.24090/yinyang.v14i1.2847

Abstract

One of abnormalities in children in terms of mental retardation is down syndrome. Down syndrome is a mental retardation disorder in which the IQ is below normal average. Children with down syndrome have mental retardation function of intellectuals in the range of middle inability with the lateral range of IQ is 40-45. The cause of down syndrome is the abnormalities of chromosome number 21 which is not properly composed of two chromosomes. In fact, there are three chromosomes (trisomy 21) that cause the children to experience the physical and intellectual malformation. Mental retardation children with down syndrome experience some barriers to achieve the developmental tasks of cognitive, affective, and psychomotor aspects. However, they can still develop a non-academic potency such as taking care of themselves, making friends, and appreciating others’ property rights. Children who grow up with the abnormalities like as down syndrome have the same rights to obtain adequate educational services. Therefore, some educational services programs that can be arranged for the children with mental retardation of down syndrome are classroom-supports and guidance for them through visual and graphic approaches, cues-prompts and scaffolding, technology-based learning, and music-based learning.
Memulai Proses Pembelajaran Bola Basket Dengan Bentuk-Bentuk Permaianan Rakyat Yang Kreatif dan Relevan Bagi Anak Usia SD/MI Kusmiyati, Kusmiyati
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 14 No 1 (2019)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (449.385 KB) | DOI: 10.24090/yinyang.v14i1.2853

Abstract

The purpose of this article is to design a basketball learning process for elementary school / MI children to achieve goals. That the basketball learning process has a very broad goal Basketball learning not only teaches how students should master the basic techniques of the game correctly. Another more important goal is to develop the character of students to be more responsible, disciplined, tollerant, cooperate, makes decision correctly and quickly. The design of basketball learning should be packaged in a more interesting way. Interesting learning is filled with something unique. One thing that can be done by the teacher is by starting to provide a series of simple games that are interesting and relevant to basketball games. The form of the game leads to throwing activities (baiting / Passing) and catching that is much needed in basketball games.
Stunting pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Posyadu Lestari, Desa Ciporos, Karangpucung, Cilacap Nurlaeli, Hesti
Yinyang: Jurnal Studi Islam Gender dan Anak Vol 14 No 1 (2019)
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) IAIN Purwokerto

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (707.888 KB) | DOI: 10.24090/yinyang.v14i1.2858

Abstract

This study aims to determine whether there is stunting that occurs in children under five (0-59 months) at the Posyandu Lestari and what efforts can be made to prevent the occurrence of the stunting. This research was conducted at Posyandu Lestari, Ciporos Village, Karangpucung District, Cilacap Regency. This study uses a qualitative approach, the type of which is a case study, followed by data on the calculation of the nutritional status of children in May 2019. Data analysis techniques are the data analysis techniques of Miles and Huberman models. The results showed that 60% of toddlers 0-59 months in Posyandu Lestari had stunting and 40% of children under five were normal. of 60% stunting toddlers consist of 50% stunting in male toddlers and 50% stunting in female toddlers. It can be concluded that the percentage of stunting in Ciporos village, Posyandu Lestari is quite high and sufficient to be considered properly so that prevention is quickly carried out. One of them is the counseling from village midwives and the health office related so that parents better understand the balanced fulfillment of child nutrition.