cover
Contact Name
Fera Yuli Setiyaningsih
Contact Email
fera.yuli@gmail.com
Phone
+6285733666400
Journal Mail Official
jurnalinsancendekia.icme@gmail.com
Editorial Address
Jl. Kemuning No. 57 Candimulyo Jombang, East Java, Indonesia
Location
Kab. jombang,
Jawa timur
INDONESIA
JURNAL INSAN CENDEKIA
ISSN : 24430854     EISSN : 25798812     DOI : https://doi.org/10.35874/jic.v12i1
Core Subject : Health,
jurnal insan cendekia berisi tentang karya ilmiah tentang bidang kesehatan umum yaitu keperawatan , teknik labolatorium, kebidanan dan lain lain
Articles 219 Documents
TERAPI LATIHAN WILLIAM FLEXION DAPAT MENGURANGI NYERI PUNGGUNG BAWAH PADA PEKERJA GARMEN DI BATIK “N” SURAKARTA Khabib Abdullah
Jurnal Insan Cendekia Vol 2 No 1 (2015): JIC: Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nyeri punggung bawah merupakan salah satu keluhan yang sering dialami oleh para pekerja yang bekerja dalam posisi statis dengan angka insidensi 53%.Tujuan penelitianini adalah untuk mengetahui pegaruh terapi latihan william flexion dalam mengurangi keluhan nyeri punggung bawah miogenik pada pekerja garmen di Batik “N” Surakarta. Penelitian ini menggunakan desain one group pre and post test design, dengansubyek penelitian adalah wanita berjumlah 12 orang yang merupakan karyawan garmen batik “N” Surakarta bagian penjahitan dengan aktivitas kerja duduk statis. Rerata usia 32.83, rerata indeks masa tubuh 21.93 (normal weight), rerata total masa kerja 6 tahun 8 bulan, semua subyek mengeluh nyeri >12 minggu (nyeri kronis). Penelitian dimulai pada pertengahan Januari 2010 sampai dengan pertengahan Februari 2010 bertempat di rumah peneliti. Subyek diberiperlakuan latihan senam william flexion (pelvic tilting, single knee to chest, double knee to chest, partial sit-up, hamstring stretch dan hip fleksor stretch) secara massal dilakukan setelah pulang kerja, dosis tiap gerakan ditahan 6 detik, diulangi 5 kali, waktu latihan 15 menit, 3x/minggu selama 1 bulan, total perlakuan 12 kali. Alat ukur nyeri punggung bawah adalah kuisioner oswestry yang dimodifikasi menjadi 5 item pertanyaan (tingkat nyeri secara umum, nyeri saat duduk, nyeri saat berdiri, nyeri saat berjalan, dan nyeri saat mengangkat benda) dan dinyatakan dalam angka serta kategorik.Hasil penelitianyaitu nilai signifikansi P=0.002 yang berarti ada beda antara sebelum dan sesudah perlakuan.Jadi dapat disimpulkan bahwa terapi latihan william flexiondapat mengurangi keluhan nyeri punggung bawah pada pekerja garmen batik “N” di Surakarta.Kata kunci : latihan William flexion, nyeri punggung bawah, pekerja garmen
PENGARUH SENAM BAYI TERHADAP KECEPATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR PADA BAYI USIA 5 BULAN Atik Swandari
Jurnal Insan Cendekia Vol 2 No 1 (2015): JIC: Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Banyaknya anak yang tumbuh kembangnya kurang optimal/ mengalami keterlambatan tumbuh kembang karena kurangnya stimulasi, Sehingga diperlukan stimulasi untuk mengoptimalisasikan tumbuh kembang anak, salah satunya adalah senam bayi. Tujuan : untuk mengetahui pengaruh senam bayi terhadap kecepatan kemampuan motorik kasar pada bayi usia 5 tahun. Design : two group post test design. Subyek: 18 bayi dibagi secara random menjadi 2 kelompok yaitu 9 bayi dengan perlakuan senam bayi selama satu bulan, pagi dan sore selama 10-15 menit dan 9 bayi tanpa perlakuan senam bayi. Pengukuran : kemampuan motorik kasar usia 5 bulan. Analisis : Mannwhitney. Hasil : terdapat pengaruh senam bayi terhadap kecepatan kemampuan motorik kasar serta terdapat perbedaan kecepatan kemampuan motorik kasar antara kelompok perlakuan dan tanpa perlakuan (p=0,000) P < 0,05. Kesimpulan : terdapat pengaruh senam bayi terhadap kecepatan kemampuan motorik kasar serta terdapat perbedaan kecepatan kemampuan motorik kasar antara kelompok perlakuan dan kelompok tanpa perlakuan (p=0,000) P < 0,05.Kata Kunci : senam bayi, kemampuan motorik kasar, bayi usia 5 bulan
SENAM ASMA MENINGKATKAN PEAK EXPIRATORY FLOW RATE DAN MENURUNKAN FREKUENSI KAMBUH PENDERITA ASMA BRONKIAL P. Sunarno
Jurnal Insan Cendekia Vol 2 No 1 (2015): JIC: Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penyakit asma diderita sekitar 300 juta penduduk dunia, dan 4% warga Indonesia. Kambuh asma ialah episode sesak nafas penyempitan saluran bronkus, kesulitan ekspirasi, ukuran peak expiratory flow dapat merepresentasi kondisi asma. Olahraga dan aktifitas fisik bermanfaat menurunkan stres, meningkatkan daya tahan tubuh, rasa percaya diri, kapasitas pernafasan. Latihan otot pernapasan dan otot dada meningkatan kapasitas dan volume paru, termasuk kemampuan ekspirasi. Namun bagi penderita asma bisa memicu kambuh, sebagai Exercise Induce Bronchosconstriction (EIB). Senam asma adalah aktifitas fisik terukur terkendali untuk penderita asma, dirancang berbeda-beda dalam hal waktu, pengulangan dan durasi perlakuan. Observasi awal mendapatkan senam asma 58 menit 1 kali seminggu, selama 6-8 minggu, sebagian penderita tidak mampu mengikuti sepenuh waktu. Diperlukan masukan aktifitas fisik yang aman dan efektif bagi penderita asma, sekaligus menepis persepsi EIB. Rancangan senam yang utamanya melatih otot-otot pernafasan dan dada, terukur dan terkendali, bertujuan mengetahui pengaruhnya terhadap peningkatan peak expiratory flow rate dan penurunan frekuensi kambuh. Senam 30 menit 1 dan 2 kali seminggu selama 6 minggu, untuk dianalisis pengaruhnya terhadap peak expiratory flow rate dan frekuensi kambuh penderita asma. Pre test post test control group design pada accidental random sampling 2 kelompok masing-masing 10 responden Klub Asma RS Persahabatan Jakarta, tanggal 13 Juni sampai dengan 6 Oktober 2010. Kelompok 1 mendapatkan perlakuan senam 30 menit sekali seminggu selama 6 minggu, sedang kelompok 2 mendapat perlakuan senam yang sama 2 kali seminggu. Data peak expiratory flow rate dan frekuensi kambuh dianalisis dengan SPSS. Uji komparabilitas peak expiratory flow rate dan frekuensi kambuh sebelum dan sesudah senam dengan significant level (α=5%), baik kelompok 1 dan 2 didapatkan p<0,05 (p1=0,000; p2=0,023; p3=0,000; p4=0,004), menunjukkan peningkatan peak expiratory flow rate (5-10) % pada kelompok I dan (15-20) % kelompok 2. Frekuensi kambuh menurun dari rerata 4-6 kali per bulan menjadi 2 – 4 kali per bulan kelompok 1, pada kelompok 2 dari rerata 4-6 kali per bulan menjadi 1-2 kali per bulan. Uji beda kenaikan peak expiratory flow rate dan penurunan frekuensi kambuh antara kelompok 1 dan 2 dengan didapatkan seluruh p<0,05 (p1=-0,002; p2=-0,001), menunjukkan perbedaan.Senam asma 30 menit 1 kali seminggu selama 6 minggu berpengaruh meningkatkan peak expiratory flow rate sebesar 5-10% (p<0,05); dan menurunkan frekuensi kambuh 40% , dari rerata 4-6 kali per bulan menjadi 2 – 4 kali per bulan. Senam yang sama 2 kali seminggu meningkatkan peak expiratory flow rate sebesar 15-20% (p<0,05) ; menurunkan frekuensi kambuh 89% (p<0,05) dari rerata 4-6 kali per bulan menjadi 1-2 kali per bulan. Senam asma 2 kali seminggu tersebut meningkatkan peak expiratory flow rate 10% dan menurunkan frekuensi kambuh 59% lebih besar dari senam yang sama 1 kali seminggu (p<0,05). Perlu penelitian lanjut untuk mengetahui dosis senam asma yang optimal sesuai dengan tingkat status asma, yang bertujuan meningkatkan kebugaran dan kualitas hidup harian penderita asma bronkial.Kata kunci : senam asma, peak expiratory flow rate, frekuensi kambuh.
TINJAUAN YURIDIS TENTANG KETENTUAN SUMBER DAYA MANUSIA DI RUMAH SAKIT DAN ASAS PELAYANAN KESEHATAN YANG OPTIMAL Listiana Untari
Jurnal Insan Cendekia Vol 2 No 1 (2015): JIC: Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Rumah Sakit merupakan sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan perorangan dan kelompok masyarakat secara paripurna, yang menyediakan rawat inap, rawat jalan dan rawat gawat darurat. Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dibutuhkan Sumber Daya Manusia Rumah Sakit yang terdiri dari tenaga medis (Dokter, Dokter Gigi), tenaga kesehatan (Perawat, Kefarmasian, Gizi, Keterapian Fisik, Kesehatan Masyarakat, Keteknisian Medis), dan tenaga non kesehatan. Penelitian Hukum normative terhadap data sekunder dibidang hukum yang merupakan data kepustakaan, dengan metode berpikir deduktif dan kriterium kebenaran koheren, adalah metode penelitian yang dipergunakan dalam menjawab permasalahan mengenai “Tinjauan Yuridis Tentang Ketentuan Sumber Daya Manusia Di Rumah Sakit Dan Pelayanan Kesehatan Yang Optimal. Pelayanan kesehatan di Rumah Sakit tidak terlepas dari kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan haknya yaitu sandang, papan, pangan, dan pelayanan kesehatan yang adil dan setinggi-tingginya.Maraknya keluhan mayarakat akan pelayanan kesehatan yang dberikan oleh tenaga kesehatan, di Rumah Sakit yang tidak optimal dan bermutu menimbulkan masalah tersendiri tentang keberadaan sumber daya manusia di Rumah Sakit, maka dengan penelitian hukum ini akan dijelaskan secara rinci tentang Ketentuan Sumber Daya Manusia kesehatan di Rumah Sakit, seperti yang tertulis dalam peraturan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009Tentang Rumah Sakit, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktek kedokteran, Permenkes, dan Peraturan yang yang lain yang mengatur operasianal pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Disisi lain Rumah Sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan yang berfungsi sosial, sehingga Rumah Sakit harus meningkatkan upaya pelayanan yang optimal dengan meningkatkan mutu SDM dibidang kesehatan secara berkesinambungan. Dilaksanakannya ketentuan-ketentuan perUndang-Undangan yang berlaku, akan menyebabkan mutu pelayan kesehatan kepada masyarakat semakin tinggi. Sehingga pelayanan kesehatan yang optimal dapat memenuhi harapan masyarakat untuk mendapatkan kesehatan dan hidup yang sehat dan mandiri, seadil-adilnya dan setinggi-tingginya, menjadi bagian dari hidupnya.Kata kunci: Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit,Ketentuan Undang-Undang, Profesional, Pelayanan Yang Optimal
PENAMBAHAN LATIHAN HEAD CONTROL MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR PADA CEREBRAL PALSY DENGAN PENDEKATAN KONSEP BOBATH DI YAYASAN PEMBINAAN ANAK CACAT( YPAC ) JAKARTA Jeri Novaro Sumual
Jurnal Insan Cendekia Vol 2 No 1 (2015): JIC: Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang:Permasalahan pada cerebral palsy post natal sangat beragam dan berpengaruh pada keadaan atau kondisi pasien secara perorangan diantaranya penurunan kemampuan headkontrol dapat berpengaruh terhadap peningkatan kemampuan motorik kasar. Penambahan latihan head control dengan metode bobath pada pasien cerebral palsy dipilih karena merupakan bagian yang terpenting dari tubuh dan memiliki fungsi sebagai stabilitas untuk melihat, bernafas, makan, berbicara dan fungsi pendengaran, control postural, inisiatif dari semua gerakan, aligment (reaksi righting dan equilibrium reaksi).Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan fungsi motorik kasar pasien cerebral palsy yang diukur dengan menggunakan Gross Motor Functional Measurement (GMFM) 88.Metode:Sampel yang berjumlah 20 orang didapatkan berdasarkan pemeriksaan dan pengukuran functional mobility scale pada pasien cerebral palsy yang menjalani fisioterapi dan bersekolah di YPAC Jakarta. Jumlah sampel pada kelompok I adalah 10 orang, dan kelompok II 10 orang. Kelompok 1 diberikan pelatihan Head Control dengan metode Bobath dan kelompok 2 diberikan pelatihan konvensional. Data head control dengan metode bobath diambil sebelum dan sesudah perlakuan. Perubahan nilai pelatihan head control dengan metode bobath diukur dengan uji t.Hasil:Rata-rata nilai GMFM 88 pada pelatihan Head Control dengan metode bobath sebelum perlakuan 0,963±0,817, dan sesudah perlakuan 0,963±0,817, sedangkan pada pelatihan konvensional sebelum perlakuan 0,889±0,163, dan setelah perlakuan 0,917±0,335. Kedua perlakuan terlihat bahwa sama efektifnya untuk meningkatkan fungsi motorik kasar pada pasien cerebral palsy. dengan p > 0,05. Perbandingan pelatihan head control dengan metode bobath dan pelatihan konvensional sama efektifnya dengan makna yaitu p > 0,05, ini berarti bahwa data selisih memiliki sifat yang homogen.Kesimpulan:Dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan head Control dengan metode Bobath lebih meningkat dibandingkan pelatihan konvensional tetapi peningkatannya tidak signifikan, karena kedua pelatihan sama efektif untuk meningkatkan fungsi motorik kasar pada pasien cerebral palsy. Peneliti menilai diperlukannya penelitian lebih lanjut dimasa yang akan datang untuk membandingkan antara pelatihan Head Control dengan metode Bobath dan pelatihan konvensional.Kata Kunci: latihan Head Control dengan metode Bobath, latihan konvensional
PENGARUH PIJAT PADA PENINGKATAN BERAT BADAN BAYI Niniek Soetini
Jurnal Insan Cendekia Vol 2 No 1 (2015): JIC: Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

LatarBelakang:Tumbuh kembang anak dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain; gizi dan lingkungan. Lingkungan dapat berupa situasi ataupun stimulasi. Sejak dalam kandungan janin sudah bereaksi terhadap rangsang yang datang terutama rangsang sentuh dengan meningkatkan pergerakannya. Sedangkan bayi yang kurang sentuhan akan mengalami perlambatan pertumbuhan. Pijat merupakan salah satu stimulasi yang dapat diberikan pada bayi sejak usia dini.Tujuan:Mengetahui pengaruh pijat terhadap peningkatan berat badan bayi.Metode:Randomized Control Trial, dimana subyek penelitian di alokasikan secara random pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kemudian diamati nilai berat badan sebelum dan sesudah perlakuan dan kedua kelompok dibandingkan. Subyek:Bayi yang mendapat ASI eksklusif dan memenuhi kriteria inklusi.Tempat Penelitian:Puskesmas Kalijudan Surabaya, Jln Kalijudan 125 Surabaya.Waktu:10 November 2005 – 12 Januari 2006.Perlakuan:Subyek pada kelompok perlakuan mendapat perlakuan pijat setiap satu minggu dua kali a 15 menit, selama lima minggu dan diukur berat badannya; sedangkan subyek pada kelompok kontrolhanya mendapat penimbangan berat badan saja.Alat ukur:dengan stop watch; untuk berat badan : dengan timbangan merk Tanita yang sudah di kalibrasi.Hasil:pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, analisa dengan menggunakan Paired Sample Test didapatkan nilai p=0,000. Tetapi perbandingan kelompok perlakuan dan kontrol setelah akhir penelitian dengan menggunakan Independent sample test didapatkan niilai p=0,000.Kesimpulan:didapatkan peningkatan berat badan rata-rata, baik pada kelompok perlakuan maupun kontrol; tapi peningkatan berat badan pada keloompok perlakuan lebih besar secara bermakna dari pada kelompok kontrol.Kata Kunci : Pijat, Berat Badan Bayi.
PENAMBAHAN PROGRAM EDUKASI PADA PELATIHAN BACK EXERCISE PADA PEKERJA SADAP PERKEBUNAN KARET PTPN VIII YANG MENDERITA NYERI PUNGGUNG BAWAH Ninuk Kusumawati
Jurnal Insan Cendekia Vol 2 No 1 (2015): JIC: Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Nyeri pinggang mekanis disebabkan oleh faktor mekanis atau kesalahan biomekanik saat mengangkat suatu barang/ benda. Kondisi ini bisa di sebabkan strain/sprain, gangguan sendi facet dan diskus. Dalam pemeriksaan, umumnya timbul nyeri pada saat provokasi test fleksi dan ektensi lumbal, terasa nyeri dan tegang pada otot-otot erector spine. Pada kasus tersebut mempunyai prognosis yang baik dengan atau tanpa terapi dan hampir sebagian besar nyeri punggung bawah tersebut dapat dicegah. Mengingat hal tersebut, terapi edukasi dan back exercise sebagai salah satu bentuk terapi nyeri punggung bawah menjadi sangat penting. Back Exercise merupakan suatu bentuk pendidikan dan pelatihan pengajaran cara perawatan kesehatan punggung dan mekanika tubuh agar pekerja yang menderita nyeri punggung dapat menolong dirinya sendiri untuk kembali ke aktivitas normal serta mencegah insidensi lanjut sakit punggung bawah. Dan edukasi sendiri merupakan penggunaan salah satu materi dari back Exercise. Penambahan Pelatihan edukasi pada back exercise mampu menurunkan nyeri punggung bawah 88,1% . Sedangkan back exercise menurunkan rasa nyeri 20% . Simpulan penelitian ini, Penambahan program edukasi pada back exercise mampu menurunkan nyeri punggung 80% dibanding dengan back exercise saja.Kata Kunci: Nyeri Punggung Bawah-Edukasi-Back Exercise
PENGARUH PEMBERIAN EXERCISE TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT SETELAH DIBERI IR PADA KASUS BELL’S PALLSY DI RSUD. JOMBANG Ifa Gerhanawati
Jurnal Insan Cendekia Vol 2 No 1 (2015): JIC: Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keluhan dari penderita bell’s palsy salah satunya adalah kelemahan kekuatan otot-otot wajah, karena inti nervusfasialis dibagi menjadi kelompok atas dan bawah. Inti bagian atas mensarafi otot wajah bagian atas dan inti bagian bawah mensarafi otot wajah bagian bawah. Inti nervusfasialis bagian bawah mendapat innervasi kontralateral dari korteks somato motoric dan inti nervusfasialis bagian atas mendapati nervasi dari kedua belah korteks somato motorik. Oleh karena itu, pada kelumpuhan nervusfasialis LMN (karena lesi infra nuklearis), baik otot wajah atas maupun bawah, kedua-duanya jelas lumpuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh mirror exercise terhadap peningkatan kekuatan otot wajah pasien Bell’s palsy. Bertempat di RSUD Jombang pada bulan januari 2011. Jenis penelitian adalah quasi experimental dengan pre and post test with control design. Sampel penelitian berjumlah 18 orang. Teknik analisis data digunakan Mann Whitney test. Hasil penelitian disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan pengaruh yang signifikan antara latihan dengan cermin (mirror exercise) dengan bell’s palsy. Dengan hasil ini disarankan kepada RSUD Jombang untuk memberikan terapi dengan mirror exercise terhadap pasien bell’s palsy. Bagi Pasien diharapkan sesering mungkin melakukan latian mirror exercise. Bagi peneliti lain diharapkan dapat meneliti pasien lain selain pasien yang ada di RSUD Jombang.
PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI MTSN PLANDI JOMBANG Lilis Surya Wati
Jurnal Insan Cendekia Vol 2 No 1 (2015): JIC: Jurnal Insan Cendekia
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seks bebas adalah perilaku seksual yang dilakukan oleh sebagian besar remaja di luar nikah. fenomena yang ada sekarang adalah para remaja banyak yang melakukan seks bebas karena rasa tingkat keingintahuannya tinggi dan didukung adanya sarana dan prasarana dengan majalah “dewasa, VCD porno, serta adanya situs internet dan HP yang canggih”. Berdasarkan studi pendahuluan di MTsN Plandi Jombang bahwa banyaknya siswa yang tidak tahu tentang dampak atau bahaya dari seks bebas maka ada kejadian kehamilan yang tidak diinginkan. Kebanyakan siswa hanya sebatas tahu tentang pengertian dari seks bebas adalah hubungan seks di luar nikah.Tujuan penelitian yaitu mengetahui pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang seks bebas. Desain yang digunakan adalah eksperimental – one group pre test-post test design. Populasi diambil dari siswa kelas 1 dan 2 di MTsN Plandi Jombang dengan sampel 102 orang, menggunakan teknik stratified random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini adalah penyuluhan tentang seks bebas dan variabel dependen adalah pengetahuan remaja tentang seks bebas. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Untuk mengetahui adanya pengaruh penyuluhan terhadap pengetahuan remaja tentang seks bebas digunakan uji statistik “Wilcoxon” dengan tingkat kesalahan α = 0,05.Berdasarkan hasil penelitian didapatkan pengetahuan responden sebelum penyuluhan adalah kurang sebanyak 72 responden (70,6%) dan setelah penyuluhan adalah baik sebanyak 50 responden (49%). Dari hasil uji statistik “Wilcoxon” dengan tingkat kesalahan α = 0,05 didapatkan bahwa ρ< α atau 0,000 < 0,05 maka H0 di tolak H1 di tolak yang artinya ada pengaruh penyuluhan kesehatan reproduksi terhadap pengetahuan remaja tentang seks bebas.Kesimpulan dari penelitian ini adalah pengetahuan remaja tentang seks bebas semakin baik jika mendapatkan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi. Di sarankan bagi remaja lebih meningkatkan pengetahuan tentang seks bebas baik melalui media massa maupun media elektronik serta mengikuti kegiatan seminar yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi remaja.
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN GOSOK GIGI TERHADAP TEKNIK GOSOK GIGI YANG BENAR PADA SISWA KELAS 1 DAN 2 SDN KALIPURO PUNGGING MOJOKERTO Indra Yulianti; Eric Prapinata
Jurnal Insan Cendekia Vol 3 No 1 (2016): Jurnal Insan Cendekia Vol 3 No 1
Publisher : STIKES Insan Cendekia Medika Jombang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan kesehatan gigi merupakan salah satu program kesehatan gigi dengan tujuan  menanggulangi masalah kesehatan gigi di Indonesia.  Rata rata anak sekolah mempunyai kebiasaan salah dalam menggosok gigi, baik teknik maupun waktu menggosok gigi. Ketrampilan mereka dalam teknik menggosok gigi sangat kurang. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui tentang pengaruh pendidikan kesehatan tentang gosok gigi yang benar terhadap teknik gosok gigi yang benar pada siswa kelas 1 dan 2 di SDN Kalipuro Pungging Mojokerto. Penelitian ini menggunakan desain penelitian pre-eksperimen dengan rancangan one group prepost desain. Menggunakan instrumen lembar observasi. Jumlah populasi total yaitu 48  siswa dari kelas 1 dan 2. Besar sampel yang digunakan yaitu 42 siswa, dari siswa kelas 1 dan 2. Menggunakan teknik sampling  stratified random sampling.Variabel independen adalah pendidikan kesehatan, dan variabel dependen adalah teknik gosok gigi yang benar. Analisis data menggunakan uji statistic mc Nemar. Penyajian data menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian sebelum dilakukan pendidikan kesehatan teknik menggosok gigi yang tepat sebanyak 52,34 % melakukan dengan tepat. Setelah dilakukan pendidikan kesehatan teknik menggosok gigi yang tepat sebanyak 73,8% melakukan dengan tepat. Hasil uji mc nemar yaitu nilai sig 0,046 < 0,05. Dengan demikian maka h0 ditolak yang artinya ada pengaruh pendidikan kesehatan tentang gosok gigi terhadap teknik menggosok gigi yang benar pada siswa kelas 1 dan 2 SDN Kalipuro Pungging Mojokerto. Hendaknya petugas kesehatan lebih giat dalam penyuluhan pendidikan kesehatan  tentang teknik menggosok gigi yang benar.  Pemeriksaan gigi secara berkala 3 bulan sekali untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan gigi siswa. Hal ini bertujuan agar anak tepat dalam melakukan teknik menggosok gigi yang tepat sekaligus untuk menekan angka prevalensi terjadinya karies gigi pada anak-anak. Kata Kunci :Pendidikan Kesehatan, Teknik Mengosok Gigi

Page 1 of 22 | Total Record : 219