cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 514 Documents
Pengaruh Kegiatan Wisata Terhadap Perubahan Penggunaan Lahan Di Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar Yuki Riswandha; Hadi Wahyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 6, No 2 (2017): Mei 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1247.587 KB)

Abstract

Karanganyar is one of regency in Central Java province which it’s potential tourist destinations are quite diverse. Nature destinations is one of the tourism assets which commonly found in Karanganyar, facts shown that the existing landscape conditions vary widely from highland terrain to the landscape of coastal lowland forest. Tourism sector contributes in a significance economic scale towards local incomes of Karanganyar Regency. One district which became the center of tourism activities development is Tawangmangu. Tawangmangu district has an integrated tourism destination named Kawasan Wisata Tawangmangu, which consist of several tourism place option like Grojogan Sewu Waterfall, Sapta Tirta, Campgrounds Sekipan, and Taman Ria Balekambang. Because it is the main area of tourism destination in Karanganyar, adequate infrastructure is available and regularly upgraded in the annual basis, because those improvements is needed to support massive tourism activities which might occurred. With the tourism activities development such as newly constructed infrastructure or addition of a few supporting facilities will certainly give effect to the land use transformation of those aforementioned surroundings. This study aimed to analyze the effects of tourism activities towards land use transformation and analyze the causes of changes regarding land use in the Tawangmangu District. In the process of answering these objectives, this study used descriptive qualitative approach. Research on the effects of tourism activities is based on four main analysis, which is tourism characteristic activities, land use transformation, effects of tourism activities towards land use transformation, and the causes of effect of land use transformation. From those four baseline analysis, result shows that tourism activities which has been occurred so far only affects certain areas of Kalisoro, Tawangmangu, and Blumbang. As for the case of land use transformation, in other villages they are not affected by the existence of tourism activities. Besides tourism, land use transformation in the Tawangmangu District also caused by environmental quality, land values, accessibility, also availability of basic decent facilities and infrastructure.
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN GUNA LAHAN DAN POLA PERKEMBANGAN PERMUKIMAN KAWASAN PINGGIRAN (Studi Kasus: Daerah Gedawang, Kota Semarang) Nastiti Puspitasari; Wisnu Pradoto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1391.059 KB)

Abstract

Perkembangan Kota Semarang yang semakin pesat ditandai dengan semakin meluasnya perkembangan kawasan permukiman hingga ke kawasan pinggiran. Perkembangan tersebut mampu membawa dampak berupa perubahan guna lahan di kawasan pinggiran, salah satunya adalah Daerah Gedawang. Hal ini sesuai dengan pendapat Catanese (1986:266) bahwa secara alamiah perkembangan lahan di kawasan pinggiran diawali dan didominasi dengan pembangunan perumahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi terjadinya perubahan guna lahan serta mengkaji pola perkembangan permukiman di kawasan pinggiran. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif untuk mengidentifikasi faktor-faktor tersebut dan menampilkannya secara spasial untuk menggambarkan pola perkembangan permukiman di kawasan pinggiran. Penelitian mengenai perubahan guna lahan ini berdasar pada dua analisis utama yaitu analisis perubahan guna lahan dan analisis pola perkembanganpermukiman di Daerah Gedawang. Pada analisis perubahan guna lahan ini, dibedakan menjadi dua tahap analisis yaitu analisis perubahan fisik dan analisis perubahan sosial kemasyarakatan. Output dari analisis ini merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan guna lahan yaitu pertumbuhan penduduk, aksesibilitas, kegiatan pengembang perumahan (developer), harga lahan dan ketersediaan fasilitas umum. Selain analisis perubahan guna lahan, dilakukan pula analisis pola perkembangan permukiman. Dalam analisis ini didapatkan pola perkembangan permukiman di Gedawang menyebar secara tidak teratur atau sporadis. Berdasarkan beberapa tahap analisis yang telah dilakukan, maka Kelurahan Gedawang termasuk ke dalam kawasan pinggiran Kota Semarang dan terbukti mengalami perubahan guna lahan terutama perubahan guna lahan non-terbangun menjadi guna lahan terbangun permukiman.
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENDUKUNG KEGIATAN PARIWISATA DI DESA WISATA BEJIHARJO, GUNUNGKIDUL, YOGYAKARTA. Farizi Ramadhan; Parfi Khadiyanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.744 KB)

Abstract

Pariwisata menjadi salah satu kegiatan yang dapat menstimulasi pengembangan perekonomian suatu negara.Indonesia yang kaya akan keindahan alam dan budayanya menjadi sangat potensial pada pengembangan pariwisata, saat ini model pengembangan pariwisata berbasis masyarakat banyak diimplementasikan dalam bentuk pengembangan desa wisata. Konsep pengembangan desa wisata menjadi sangat implementatif terhadap pengembangan pariwisata diindonesia karena kayanya kearifan lokal dan alamnya. Desa wisata Beijiharjo, Kecamatan Karangmojo yang terletak di Kebupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu hasil pengembangan pariwisata berbasis partisipasi masyarkat. Kegiatan pengembangan pariwisata yang berjalan sejak tahun 2010 ini telah menerima banyak penghargaan dari pemerintah provinsi atau pusat, juga dari dunia internasional. Kegiatan partisipasi masyarkat yang berjalan baik telah meningkatkan perekonomian Desa Bejiharjo baik secara wilayah ataupun masyarkat.. Partisipasi masyarakat desa Bejiharjo dalam mendukung kegiatan menjadi sangat menarik karena sudah berhasil membuat pertumbuhan perekonomian bagi desa Bejiharjo, oleh karena itu itu timbul pertanyaan “bagaimana bentuk dan tingkat partisipasi masyarkat dalam mendukung pengembangan pariwisata di Desa Bejiharjo?”, pertanyaan inilah yang akan dicoba dijawab dalam penelitian ini. Penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif dalam prosesnya. Penelitian ini bermaksud mengidentifikasi dan menganalisis pola pengelolaan pariwisata oleh masyarkat dan  bagaimanabentuk dan tingkat partisipasi masyarakat dalam mendukung kegiatan pariwisata di Kawasan Desa Wisata Bejiharjo.Hasil penelitian ini mendapatkan bahwa kegiatan pengembangan pariwisata di Desa Bejiharjo sudah melibatkan masyarkat sejak awal inisiasi pengembangan pariwisata adanya kerjasama yang baik antara pemerintah dan masyarakat membuat kegiatan pengembangan pariwisata dapat berjalan maksimal, sedangkan untuk tingkat partiispasi masyarkat di Desa Bejiharjo disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarkat di Desa Bejiharjo adalah tingkat kemitraa, dimana posisi masyarakat dan pemerintah dalam kewenangan adalah setara, dan bentuk partisipasi masyarakat di Desa Bejiharjo sebagian besar berbentuk partisipasi dalam tahap implementasi dengan menjadi tourguide, pengelola pariwisata dan anggota Pokdarwis.
PERUBAHAN FUNGSI LAHAN KORIDOR JALAN SELOKAN MATARAM KABUPATEN SLEMAN Heni Irawati; Ragil Haryanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1167.275 KB)

Abstract

Perkembangan pemanfaatan lahan saat ini sudah semakin maju pada kota-kota di Indonesia. Telah banyak kasus perubahan fungsi lahan pada daerah pinggiran kota. Salah satunya pada koridor jalan inspeksi Selokan Mataram Sleman yang pada zaman dahulu merupakan aktivitas pertanian berupa sawah, ladang, kebun dan tegalan. Seiring dengan perkembangan Kota Yogyakarta yang semakin maju, membuat lahan di pusat kota sudah padat. Harga lahan pun semakin tinggi untuk mendirikan usaha, maka dari itu para investor memilih koridor jalan Selokan Mataram ini sebagai lokasi untuk mendirikan usaha. Terdapat banyak faktor yang menyebabkan kawasan ini menjadi sangat menarik untuk para pengusaha diantaranya karena adanya beberapa Perguruan Tinggi, lokasi yang strategis dan potensial, banyak permintaan dan juga aksesibilitas yang mudah karena dekat dengan kawasan perdagangan, perkantoran dan perumahan. Oleh karena itu terjadilah konversi lahan di koridor jalan Selokan Mataram. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji proses perubahan fungsi lahan yang terjadi di sepanjang koridor Jalan Selokan Mataram sehingga berkembang menjadi kawasan komersial dan menjawab dari pertanyaan penelitian “Bagaimana perubahan fungsi lahan Selokan Mataram menjadi aktivitas komersial?” Metode yang digunakan adalah kuantitatif, dengan pendekatan purposive sampling, dan analisis deskriptif. Data primer diperoleh dari observasi lapangan dan penyebaran kuesioner. Hasil dari penelitian ini adalah rumusan perkembangan perubahan lahan di sempadan aliran Selokan Mataram dan sekitarnya sehingga terdapat adanya perkembangan kegiatan komersial yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan kawasan pinggiran perkotaan.
Kajian Karakteristik dan Persebaran Aktivitas Komersial Di Kawasan Koridor Jalan Seturan, Sleman Adrian Bani Firdaus; Ragil Haryanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 5, No 2 (2016): Mei 2016
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1579.365 KB)

Abstract

Commercial activity on area of Seturan Street actually been around since thelast few years. This activity then being on growth continuously and exhibit somephenomenon. Some appearence that was seen on this area is about location ofcommercial activity. The location of commercial activity are not only on the edge of themain road, but also by other roads and scattered in some locations. Furthermore,commercial activity on the area of Seturan Street also look diverse in terms of goods orservices types offered and also the arrival frequency of consumer. Commercial activitynot only offer goods of daily needs, but also has developed to more complex on a varietyof other needs. Based on these appearence, the purpose of this study was to examine thecharacteristics and dispersion of commercial activity on the area of Seturan Streetcorridor. The method used in this research was descriptive quantitative approach withthe sample used was a commercial building owners or actors/parties running commercialactivities in the building and using stratified random sampling technique or techniqueswith proportional stratified sample of the sample collection.
Kajian Daya Tarik Ruang Terbuka Hijau Publik di Kampung Hijau Gambiran, Kota Yogyakarta Dewi Setyaningrum; Retno Susanti
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 8, No 4 (2019): November 2019
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1998.881 KB)

Abstract

Public green open spaces in Gambiran Green Village include Gajahwong Educational Park, Taman Krida, and Wifi Park. However, not all parks are utilized by the community, there are parks that have minimal daily visitors. This causes negative impacts such as parks prone to crime and used for immoral activities that disturb the surrounding environment. The malfunction of the park in Gambiran Green Village also caused the construction of the park to be redundant. The research method used is a quantitative approach with content analysis techniques. Based on the analysis done, it can be concluded that the attractiveness of a public green open space in Kampung Hijau Gambiran is strongly influenced by the availability of facilities (both primary and supporting facilities) and vegetation in the park; ability to accommodate community activities; and the location and accessibility of the park. Gajahwong Educational Park was chosen as the most attractive public green open space, in addition to the availability of facilities and vegetation that support the theme of education, but also because it has a broad and attractive design. Whereas Taman Krida was chosen as the least attractive public green open space due to the lack of socialization related to the existence of the public open space. The attractiveness of public green open spaces that can be sought at the thematic parks in Gambiran Green Village includes the improvement and addition of park facilities, as well as the addition of plant variations; creating a comfortable atmosphere for the community; optimization of park management involving the community; an inclusive park that can accommodate all activities.
KETAHANAN MASYARAKAT MENGHADAPI ROB DI KELURAHAN BANDARHARJO, SEMARANG UTARA Elsa Monica; Mardwi Rahdriawan
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 1 (2014): Februari 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (924.653 KB)

Abstract

Kelurahan Bandarharjo yang berdekatan dengan Kali Semarang dan Kali Asin adalah daerah yang setiap harinya terkena rob. Frekuensi terjadinya rob bisa dua sampai 3 kali dalam satu hari dengan ketinggian genangan antara pertengahan mata kaki dan lutut. Seringnya terkena rob tidak membuat masyarakat memiliki keinginan untuk pindah ke tempat lain. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bagaimana bentuk ketahanan masyarakat menghadapi rob di lingkungan permukiman. Metode yang digunakan dalam penelitian ini metode kuantitatif dan uji stastitik cross tabulation. Hasil dari uji stastitik crosstab adalah jenis rumah, jenis pekerjaan, jumlah pendapatan yang rentan menyebabkan masyarakat memilih bertahan di Kelurahan Bandarharjo. Ketahanan masyarakat tidak hanya mengenai bagaimana cara menghadapi terjadinya suatu bencana tetapi berkaitan dengan adaptasi yang dilakukan. Masyarakat yang rentan perekonomiannya melakukan adaptasi dengan memberikan tanggul atau papan di depan pintu rumah dan menyangga perabotan rumah tangga dengan batu bata. Sedangkan masyarakat yang tidak rentan perekonomiannya melakukan adaptasi dengan menaikkan lantai bangunan rumah dengan cara menguruk tanah atau melakukan renovasi bangunan rumah. Adaptasi terhadap lingkungan permukiman dengan cara peninggian jalan, paving jalan serta perbaikan saluran drainase. Adaptasi yang dilakukan masyarakat untuk mencapai ketahanan sehingga dapat menciptakan kenyamanan kembali di lingkungan permukiman. Masyarakat di Kelurahan Bandarharjo memiliki ketahanan sosial karena adanya rasa senasib antar masyarakat tetapi tidak memiliki ketahanan ekonomi karena rentan melakukan adaptasi.
BENTUK-BENTUK ADAPTASI LINGKUNGAN TERHADAP ABRASI DI KAWASAN PANTAI SIGANDU BATANG Muhammad Miqdam Shidqi; Agung Sugiri
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (976.168 KB)

Abstract

Fenomena abrasi tengah dialami oleh kawasan pesisir utara Pulau Jawa. Peningkatan kekuatan arus gelombang laut dan kondisi pantai tanpa penghalang menjadikan abrasi mudah untuk merusak kawasan tersebut. Kawasan Pantai Sigandu merupakan salah satu pesisir di Kabupaten Batang yang mengalami kerusakan parah. Keberadaan obyek wisata tersebut semakin terancam seiring besarnya abrasi yang merusak beberapa fasilitas di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk-bentuk adaptasi lingkungan terhadap abrasi di kawasan Pantai Sigandu dan mengetahui cara meningkatkannya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode campuran atau mixed method antara kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan secara berurutan. Metode pertama adalah kualitatif yang dilakukan dengan mengumpulkan data melalui observasi dan wawancara pada beberapa instansi seperti DKP, Disbudpar, BLH, BPBD, dan Dishub. Wawancara tersebut dilakukan untuk mencari informasi terkait abrasi yang terjadi dan menggali indikator keberhasilan dari masing-masing bentuk adaptasi yang telah dilakukan. Kemudian dilanjutkan dengan metode kuantitatif untuk mendapatkan penilaian masyarakat terkait bentuk-bentuk adaptasi lingkungan yang dilakukan melalui penyebaran kuesioner pada masyarakat. Pada penelitian ini, didapatkan temuan bahwa penyebab tingginya abrasi di kawasan Pantai Sigandu selain disebabkan oleh peningkatan arus gelombang laut adalah karena kondisi pantai yang datar berpasir. Kondisi tersebut menyebabkan gelombang dengan mudah menghantam kawasan pesisir tanpa adanya penghalang. Berdasarkan kondisi tersebut, masyarakat dalam hal ini pelaku usaha mengalami kerugian yang sangat besar akibat fenomena abrasi yang merusak fasilitas dan menurunkan jumlah wisatawan. Berdasarkan hasil penelitian, pemerintah, swasta dan masyarakat melakukan adaptasi lingkungan untuk menanggulangi abrasi seperti dengan melakukan penanaman mangrove, relokasi bangunan, pemasangan batu penghalang, pemasangan trucuk bambu, pemasangan geotube, dan reklamasi pantai. Terdapat beberapa bentuk adaptasi lingkungan yang dapat ditingkatkan yaitu dengan melakukan pemasangan geotube, penanaman mangrove, dan pemasangan batu penghalang.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA LAHAN DI KAWASAN BANJARSARI KELURAHAN TEMBALANG, SEMARANG Nararya Adi Prasetya; PM. Broto Sunaryo
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 2 (2013): Mei 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (965.68 KB)

Abstract

Kota Semarang sebagai pusat pemerintahan Jawa Tengah sangat diminati dan dijadikan tujuan untuk mencari penghasilan yang lebih tinggi dari kota-kota atau kabupaten disekitarnya. Hal tersebut menyebabkan tingginya permintaan terhadap tempat tinggal dan permukiman di Kota Semarang. Harga lahan yang cukup tinggi pada pada pusat kota, tidak dapat dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah, hingga membuat masyarakat tersebut bergeser ke wilayah pinggiran kota. Berkembangnya Kota Semarang kearah selatan juga dipicu oleh pergeseran masyarakat yang tidak dapat mengakses lahan di pusat kota.Salah satu contoh kawasan suburban Semarang yang terus berkembang adalah kawasan Tembalang. Pergeseran pembangunan dari urban ke wilayah suburban, umumnya berawal dari pembangunan suatu fungsi kawasan baru, seperti kampus, industri, kantor pemerintahan, dan lain-lain. (Wunas, 2011:30). Kawasan Tembalang berkembang dari fungsi kawasan kampus yang berskala regional maupun nasional, dan juga adanya wacana dari pemerintah tentang pengembangan kota mandiri di kawasan Tembalang. Lama kelamaan wilayah pinggiran atau suburban yang sepi berubah padat ramai. Hingga terjadi anomali harga lahan di wilayah di Tembalang, yang secara khusus pada Kawasan Banjarsari. Tujuan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi harga lahan di Kawasan Banjarsari, diangkat dari fenomena meroketnya harga lahan di kawasan Tembalang. Dengan pendekatan positivistik dan rasionalistik dari literature, teori serta fakta yang diperoleh dari studi empiris dengan wawancara dan kuesioner untuk mendapatkan variabel yang sesuai tentang harga lahan. Analisis R faktor digunakan untuk mengetahui faktor paling dominan, dengan menggugurkan, atau menggabungkan beberapa variabel yang mempengaruhi harga lahan di Kawasan Tembalang. Terdapat 11 variabel awal dan berkurang menjadi 10 variabel tetap. Dari 10 variabel tersebut menggabung dan terbentuk tiga faktor dominan, yaitu fasilitas, aksesibilitas, faktor supply and demand . Faktor yang memiliki kontribusi paling besar yaitu fasilitas (43,98%), dan faktor supply and demand yang paling kecil (12,82%).
PERAN MODAL SOSIAL TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERUMNAS BANYUMANIK Purwoningsih .; Nany Yuliastuti
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.708 KB)

Abstract

Seiring meningkatnya jumlah penduduk, maka kebutuhan hunian juga akan meningkat. Hal ini menyebabkan pembangunan perumahan berlangsung secara massal dan cepat. Perum Perumnas merupakan salah satu penyedia perumahan formal secara massal untuk menyediakan kebutuhan perumahan. Salah satu perumahan yang dibangun oleh Perum Perumnas di Kota Semarang adalah Perumnas Banyumanik. Perumnas Banyumanik merupakan kawasan perumahan yang telah dibangun sejak tahun 1979 dan merupakan perumahan skala besar apabila dilihat dari jumlah unit yang dibangun yaitu sebanyak 5094 unit. Usia perumnas yang cukup lama yaitu 35 tahun, maka telah terjadi penurunan kualitas lingkungan khususnya di Perumnas Banyumanik, Kelurahan Srondol Wetan. Dibutuhkan peran masyarakat terkait dengan pemeliharaan dan perbaikan lingkungan perumahan. Modal sosial merupakan salah satu konsep yang terkait dengan keberlanjutan lingkungan perumahan dan terdapat dalam komunitas lokal penghuni perumnas. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menilai, mengukur serta melihat pengaruh modal sosial terhadap kualitas perumnas banyumanik. Dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif, pembobotan dengan menggunakan skala Likert, serta analisis regresi linear, maka hasil dari penelitian ini adalah kualitas modal sosial dan kualitas lingkungan di Perumnas Banyumanik, Kelurahan Srondol Wetan termasuk dalam kategori baik dengan skor 2,6. Aspek modal sosial yang paling baik berupa rasa memiliki warga dalam bentuk rasa percaya antar masyarakat. Sedangkan kualitas lingkungan paling baik adalah sarana perdagangan dan perniagaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa modal sosial berperan terhadap kualitas lingkungan dalam bentuk kepercayaan warga. Hal ini dikarenakan kepercayaan warga memiliki tingkat pengaruh yang paling tinggi yaitu 0.222.

Page 3 of 52 | Total Record : 514


Filter by Year

2012 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 13, No 3 (2024): Agustus 2024 Vol 13, No 2 (2024): Mei 2024 Vol 13, No 1 (2024): Februari 2024 Vol 12, No 4 (2023): November 2023 Vol 12, No 3 (2023): Agustus 2023 Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 Vol 12, No 1 (2023): Februari 2023 Vol 11, No 4 (2022): November 2022 Vol 11, No 3 (2022): Agustus 2022 Vol 11, No 2 (2022): Mei 2022 Vol 11, No 1 (2022): Februari 2022 Vol 10, No 4 (2021): November 2021 Vol 10, No 3 (2021): Agustus 2021 Vol 10, No 2 (2021): Mei 2021 Vol 10, No 1 (2021): Februari 2021 Vol 9, No 4 (2020): November 2020 Vol 9, No 3 (2020): Agustus 2020 Vol 9, No 2 (2020): Mei 2020 Vol 9, No 1 (2020): Februari 2020 Vol 8, No 4 (2019): November 2019 Vol 8, No 3 (2019): Agustus 2019 Vol 8, No 2 (2019): Mei 2019 Vol 8, No 1 (2019): Februari 2019 Vol 7, No 4 (2018): November 2018 Vol 7, No 3 (2018): Agustus 2018 Vol 7, No 2 (2018): Mei 2018 Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018 Vol 6, No 4 (2017): November 2017 Vol 6, No 3 (2017): Agustus 2017 Vol 6, No 2 (2017): Mei 2017 Vol 6, No 1 (2017): Februari 2017 Vol 5, No 4 (2016): November 2016 Vol 5, No 3 (2016): Agustus 2016 Vol 5, No 2 (2016): Mei 2016 Vol 5, No 1 (2016): Januari 2016 Vol 4, No 4 (2015): November 2015 Vol 4, No 3 (2015): Agustus 2015 Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015 Vol 4, No 1 (2015): Februari 2015 Vol 3, No 4 (2014): November 2014 Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014 Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014 Vol 3, No 1 (2014): Februari 2014 Vol 2, No 4 (2013): November 2013 Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013 Vol 2, No 2 (2013): Mei 2013 Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013 Vol 1, No 1 (2012): November 2012 More Issue