cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teknik PWK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 514 Documents
Aktivitas Pengguna Taman Tirto Agung Sebagai Ruang Publik Melisa Grace Girsang; Sariffuddin Sariffuddin
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 6, No 1 (2017): Februari 2017
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1205.1 KB) | DOI: 10.14710/tpwk.2017.18031

Abstract

City is an area that has its high mobility. Urban area as central of political, economic, social as well as culture activity with itself also has certain color over these activities.  The growth of city is influenced by the presence of population growth that support for urban life. Public space is a space that serves activities related to social interaction, increasing income, and art performance (Darmawan, 2009:48). An attractive public space would always be visited by community with different levels of social, economic, ethnic, educational, age difference, and motivations or other interests. The public space which is visited by many communities is downtown park. This park is usually located in the central city that form of green field with shade trees surounding it, or in the form of an urban forest with traditional patterns, or could be with new development designs (Darmawan, 2009:49). Public spaces are complemented with infrastructures for community to interact,  increase quality of life, increase income, and perform art performances. This research purpose to determine the activities of visitor at Taman Tirta Agung as a public space. By knowing visitor activities, it could be seen how the role of park as a public space and the attractiveness on the other activities. This research uses crosstab analysis. Based on the results of field observation has shown that visiting time and age influenced the activity and motivation to visit park.  This research has shown that the recreation and do exercise are dominant to visitor activities at Taman Tirta Agung.  Seeing the high community’s interest toward park that expected for government would be able to improve the facilities and numbers of city park at Semarang.
DAYA SAING OBYEK WISATA AIR BOJONGSARI (OWABONG), KABUPATEN PURBALINGGA DI PROVINSI JAWA TENGAH Ikfiyatul Umami; Hadi Wahyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (366.453 KB)

Abstract

Owabong merupakan obyek wisata air pertama yang berkembang di Provinsi Jawa Tengah. Seiring perkembangan zaman, obyek wisata ini memiliki banyak pesaing yang menawarkan atraksi menarik serupa berupa wisata air. Keadaan ini menyebabkan eksistensi Owabong menurun sehingga perlu dilakukan pengkajian terhadap daya saing Owabong untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing obyek wisata tersebut. Oleh karena itu, dilakukan suatu penelitian untuk mengukur kondisi daya saing Owabong melalui penggunaan indikator daya saing (competitive) yang dikemukakan oleh Michael E. Porter dan Studi Kebanksentralan BI. Kondisi tersebut kemudian memunculkan pertanyaan penelitian (research question) yang harus dijawab, yaitu “Bagaimana daya saing Obyek Wisata Air Bojongsari (Owabong), Kabupaten Purbalingga terhadap obyek wisata air lain di Provinsi Jawa Tengah?”. Penelitian ini menggunakan metode penelitian Analisis Delphi dengan menggunakan hasil kuesioner yang diperoleh dari beberapa responden yang memiliki kompetensi dan kapabilitas terkait wisata air di Provinsi Jawa Tengah, khususnya Owabong. Temuan penelitian ini adalah digunakannya 10 indikator untuk mengkaji daya saing pariwisata. Kesimpulan penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi daya saing Owabong dalam kondisi baik terbukti dengan prosentase indikator dalam kondisi baik sebesar 70% dan dalam kondisi kurang baik sebesar 30%. Oleh karena itu, rekomendasi yang diberikan adalah dengan menggunakan sistem E-ticket untuk meningkatkan daya saing Owabong.
KAJIAN PARTISIPASI KOMUNITAS MARGINAL DALAM PENATAAN KAWASAN KOTA LAMA SEMARANG Agnes Zikya Helena; Agung Sugiri
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 4 (2014): November 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (472.372 KB)

Abstract

 Abstrak: Perencanaan saat ini sebagian besar bersifat top down yang hanya dikendalikan oleh elit pemangku kepentingan. Hal ini memiliki beberapa keuntungan dan kerugian dalam proses pelaksanaannya. Terkadang proses perencanaan secara top down kurang menyentuh permasalahan yang sebenarnya terjadi di masyarakat karena seluruh proses di lakukan oleh elit pemangku kepentingan. Untuk itu perlu adanya pelibatan peran masyarakat dalam berbagai proses perencanaan agar aspirasi mereka dapat tersalurkan sehingga perencanaan yang dibuat tetap relevan dalam menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat. Kawasan Kota Lama Semarang merupakan kawasan bersejarah yang dikonservasi dimana terdapat komunitas-komunitas marginal didalamnya. Tidak dapat dipungkiri, bahwa komunitas marginal yang ada telah menjadi bagian dari kawasan Kota Lama Semarang. Beberapa komunitas marginal yang dapat ditemukan seperti tukang becak, PKL, penjual ayam bangkok, pemulung, tuna wisma, pengumpul barang rongsok serta bangunan-bangunan liar. Keberadaan komunitas marginal di kawasan Kota Lama sedikit banyak mempengaruhi kondisi lingkungan sekitarnya yang semakin kotor dan kumuh. Dari komunitas-komunitas marginal tersebut, hanya becak dan PKL yang diatur keberadaannya dalam RTBL Kota Lama, dan dapat dikatakan keberadaannya legal. Bentuk partisipasi dan pelibatan komunitas marginal yang dilakukan pemerintah apabila dikaitkan dengan tangga Arnstein, termasuk pada tangga Therapy dan Informing. Dimana pemerintah hanya memberikan informasi satu arah kepada komunitas marginal berupa penggusuran dan berpindah tempat saat kegiatan-kegiatan tertentu. Pada tangga informing, pemerintah hanya meminta pendapat dari komunitas marginal tanpa adanya jaminan bahwa pendapat tersebut akan diikutsertakan dalam proses pembangunan. Belum adanya upaya pemerintah untuk membahas penataan Kota Lama bersama komunitas marginal yang menjadi bagian dari kawasan Kota Lama, membuat komunitas-komunitas marginal yang ada enggan untuk berpartisipasi dan merasa acuh tak acuh. Menurut pemerintah terkait, banyak kendala dalam menertibkan komunitas marginal untuk menata kawasan Kota Lama. Banyaknya komunitas marginal yang merupakan pendatang serta tidak adanya pendataan yang jelas membuat komunitas marginal ini semakin sulit untuk ditertibkan. Walaupun banyak kendala, seharusnya pemerintah bisa lebih tegas dalam menertibkan komunitas marginal, terlebih dalam menerapkan kebijakan-kebijakan terkait penataan Kota Lama seperti RTBL, dan Grand Design kawasan Kota Lama.
Model Simulasi Aktivitas Pergerakan Penduduk Berbasis Agen (Studi Kasus: Provinsi DKI Jakarta) Mohammad Bugy Ardhytio Yusuf; Imam Buchori
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 7, No 2 (2018): Mei 2018
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1230.554 KB)

Abstract

Tantangan urbanisasi abad-21 kedepan semakin beragam. Urbanisasi mengubah gaya hidup penduduk. Hal ini membuat perencana perlu untuk terus memperbarui pendekatan yang digunakan. Struktur ruang merupakan salah satu komponen penting penyusunan rencana spasial di Indonesia (UU No. 26 Tahun 2007). Sayangnya, penelitian-penelitian dan praktik analisis struktur ruang yang ada belum menggunakan pendekatan sistem kompleks. Padahal, sistem kompleks merupakan salah satu pendekatan yang cukup sesuai bagi ilmu-ilmu sosial di abad ke-21. Penelitian ini berusaha membangun sebuah model pergerakan penduduk menggunakan permodelan berbasis agen. Model dirancang untuk memenuhi kebutuhan pada skala kota (1:25.000) dan skala temporal satu hari di DKI Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa DKI Jakarta merupakan kota monosentris, jika ditinjau sebatas wilayah administrasinya. Model yang dibangun cukup valid.
KAJIAN KETERPADUAN KEGIATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PESISIR DI KELURAHAN MANGUNHARJO, KOTA SEMARANG Fransisca Situmorang; Wiwandari Handayani
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 4 (2013): November 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (921.709 KB)

Abstract

Kelurahan Mangunharjo secara administrasi berada di Kecamatan Tugu dan merupakan salah satu kawasan pesisir di Kota Semarang. Terdapat banyak masalah lingkungan pesisir di Kelurahan Mangunharjo, seperti penurunan kualitas lingkungan, abrasi pantai, banjir dan juga rob. Permasalahan lingkungan tersebut disebabkan oleh dua faktor yaitu alam dan akibat aktivitas manusia. Bahkan untuk tingkat abrasi pantai terparah di Kecamatan Tugu dialami oleh Kelurahan Mangunharjo (DKP Kota Semarang, 2010). Banyak kegiatan pengelolaan lingkungan pesisir telah dilakukan dan melibatkan banyak pihak/stakeholder di Mangunharjo, namun belum diketahui keterpaduan dari setiap stakeholder yang terlibat. Oleh karena itu, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah untuk mengkaji keterpaduan kegiatan pengelolaan lingkungan pesisir yang dilakukan berbagai stakeholder dalam perwujudan lingkungan yang berkelanjutan di Kelurahan Mangunharjo. Untuk metode penelitiannya menggunakan metode campuran yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Metode pendekatan kuantitatif menggunakan analisis pembobotan dengan teknik sampelnya yaitu sampel acak stratifikasi tidak proporsional (disproportional stratified  random sampling, stakeholder dibagi ke dalam empat stratum yakni pemerintah, non pemerintahan, akademisi dan masyarakat (kelompok kerja). Metode pendekatan kualitatif menggunakan sampel purposif (purpossive sampling) yang disesuaikan dengan kelompok stakeholder yang telah dibagi. Berdasarkan hasil analisis pembobotan (pendekatan kuantitatif), diketahui telah terdapat keterpaduan dengan kategori rata-rata adalah baik dalam setiap variabel fragmented approach, komunikasi, koordinasi, harmonisasi dan integrasi (kondisi internal). Keterpaduan tersebut diwadahi oleh organisasi baru yaitu Kelompok Kerja Mangrove Kota Semarang (KKMKS). Namun diluar wadah tersebut (kondisi eksternal) ditemukan kurangnya keterpaduan karena terbentuk kelompok-kelompok kerja sama dalam pelaksanaan kegiatannya. Ketidaksinkronan kondisi internal dan eksternal ini disebabkan oleh tidak tersedianya sistem dan program kerja yang terintegrasi di dalam KKMKS terkait dalam pelaksanaan kegiatannya sehingga setiap stakeholder tidak berperan sesuai dengan peran stakeholder yang seharusnya.
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN TERENCANA KOTA DEPOK Laella Nuzullia; Wisnu Pradoto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 1 (2015): Februari 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (491.541 KB)

Abstract

Kota Depok sebagai bagian dari  Jakarta Metropolitan Region (JMR) mempunyai perkembangan yang cepat sebagai bentuk dari fenomena Mega-Urbanisasi. Salah satu bentuk perkembangannya dapat dilihat dari perkembangan kawasan permukiman terencana. Namun, seringkali pembangunan kawasan permukiman terencana yang dilakukan oleh pihak swasta/developer hanya berorientasi pada keuntungan  tanpa memperhatikan kesesuaian lahan sehingga menyebabkan perubahan penggunaan lahan dari lahan tidak terbangun menjadi lahan terbangun khususnya permukiman. Hal ini berdampak pada perkembangan kawasan permukiman terencana yang tidak merata karena mengikuti ketersediaan lahan tidak terbangun. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis perkembangan kawasan permukiman terencana dan faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangannya. Kajian perkembangan kawasan permukiman terencana dilakukan secara time series yaitu pada tahun 1990, 2000, dan 2010. Faktor – faktor yang dikaji dalam penelitian terdiri dari 5 faktor, yaitu Lahan Tidak Terbangun, Jarak dari Jaringan Jalan arteri dan Kolektor, Kondisi Fisik Alam, Faktor Eksternal berupa jarak dari kampus Universitas Indonesia (UI) dan Jaringan Jalan Tol, serta harga lahan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik analisis yang digunakan adalah skoring, deskriptif kuantitatif, dan regresi spasial OLS (Ordinary Least Square). Hasil analisis yang telah dilakukan menghasilkan bahwa perkembangan kawasan permukiman terencana lebih cenderung mengarah ke luar pusat kota menuju ke wilayah – wilayah pinggiran Kota Depok. Ada 2 faktor yang memiliki perbandingan lurus terhadap perkembangan kawasan permukiman terencana. yaitu lahan tidak terbangun dengan nilai koefisien +0.010 dan jarak dari kampus Universitas Indonesia (UI) serta  Jaringan Jalan Tol dengan nilai koefisien +3.604. Sedangkan 3 faktor lainnya memiliki perbandingan terbalik terhadap perkembangan kawasan permukiman terencana yaitu Jaringan Jalan Arteri dan Kolektordengan nilai koefisien -0.104, Kondisi Fisik Alamdengan nilai koefisien -0.344, dan Harga Lahandengan nilai koefisien -0.003.Permukiman Terencana, Peri-urban, Ordinary Least Square (OLS)
Tingkat Aksesibilitas Halte BRT di Kecamatan Banyumanik Annisa Bayanti Nusantara; Jawoto Sih Setyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 8, No 2 (2019): Mei 2019
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (943.054 KB)

Abstract

Banyumanik District is a new growth center that tends to develop towards the suburbs. The development of a new growth center was followed by an increasing population in Banyumanik District and is currently dominated by the productive age population. The more developed Banyumanik District, the more needs that must be met, such as transportation. It is seen from the number of productive age population in Banyumanik District while the activity center is in the center of Semarang City. Trans Semarang is a public transportation that is provided to fulfill the needs of the citizen for transportation, but until now it still has a small number of enthusiasts, as seen from the average load factor rate of 45.72%. Accessibility to shelters is very important in the operation of Trans Semarang because Trans Semarang is a closed public transportation system. The purpose of this research is to find out the conditions of accessibility and the level of accessibility of shelter according to perspective of productive age population in Banyumanik District. The analytical tools used are scoring and descriptive statistics. The results of the analysis showed that the accessibility level of shelters in Banyumanik District is divided into 3 levels, namely Level V, Level VI, and Level VII but overall Banyumanik District falls into Level VI with a score of 92.14. This means that the accessibility of shelters is moderate but tends to be bad based on each condition forming the accessibility factor for the shelter.
PENGARUH KEBERADAAN BANDARA INTERNASIONAL KUALANAMU TERHADAP PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI DAN PERUBAHAN FISIK KAWASAN SEKITARNYA Nia Fitria Indah; Samsul Ma’rif
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 3, No 1 (2014): Februari 2014
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1406.188 KB)

Abstract

Keberadaan Bandara Internasional Kualanamu di Kabupaten Deli Serdang telah memberikan pengaruh terhadap perubahan aktivitas penggunaan lahan, kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan perubahan nilai lahan kawasan sekitarnya. Perubahan ini didukung dengan adanya pembangunan infrastruktur pendukung kegiatan bandara dibeberapa kawasan tertentu, sehingga kawasan sekitarnya pun menjadi daya tarik bagi para investor untuk menanamkan modalnya di kawasan tersebut. Untuk itu, research question dari penelitian ini adalah bagaimana pengaruh dari keberadaan Bandara Internasional Kualanamu terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi dan perubahan fisik kawasan sekitarnya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang mengacu pada variabel perubahan aktivitas penggunaan lahan, variabel perubahan kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan variabel perubahan nilai lahan. Untuk setiap variabel menggunakan teknik analisis skoring. Dari ketiga variabel pengukuran tersebut kemudian dilakukan overlay peta sehingga terlihat jelas perubahan yang terjadi. Berdasarkan dari analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini disimpulkan bahwa keberadaan Bandara Internasional Kualanamu telah memberikan pengaruh yang besar terhadap perubahan kondisi sosial ekonomi dan perubahan fisik kawasan sekitarnya. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya aktivitas-aktivitas komersial dan bermukim terutama disepanjang jalur utama di kawasan sekitar.
TINGKAT KERENTANAN EKONOMI WILAYAH KABUPATEN WONIGIRI Restu Sita Harsiwi; Jawoto Sih Setyono
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 4, No 4 (2015): November 2015
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1044.892 KB)

Abstract

Kabupaten Wonogiri merupakan kabupaten dengan peringkat ke-8 di Jawa Tengah dengan tingkat kemiskinan tinggi pada tahun 2003-2007 dengan tingkat kemiskinan  25,04%. Pada tahun 2010, angka kemiskinan di Kabupaten Wonogiri mengalami peningkatan yakni mencapai angka 32,36%. Kabupaten Wonogiri juga merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang tergolong daerah tertinggal pada tahun 2001-2005 dan pada tahun 2012. Selain itu, Kabupaten Wonogiri menjadi salah satu kabupaten dengan kondisi perekonomian yang kurang stabi karena angka kemiskinan yang terus  meningkat dari tahun 2007-2010 dan peningkatan PDRB yang tidak terlalu signifikan. Hal ini tentunya berpotensi menimbulkan kerentanan ekonomi wilayah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kerentanan ekonomi wilayah Kabupaten Wonogiri dengan menggunakan metode survei sebagai strategi penelitian. Objek penelitian ini adalah wilayah Kabupaten Wonogiri dengan kecamatan sebagai unit analisis. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis faktor dan analisis penskoran. Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa dari 6 faktor yang mempengaruhi kerentanan ekonomi wilayah, hanya 4 faktor yang mempengaruhi tingkat kerentanan ekonomi wilayah Kabupaten Wonogiri. Faktor kemampuan produksi barang dan jasa menjadi faktor dominan dengan kontribusi tertinggi, yaitu 31,16%. Sementara itu faktor kemiskinan, menjadi faktor dominan dengan kontribusi terendah Dilihat secara keseluruhan, Kabupaten Wonogiri tergolong dalam kategori 4 atau termasuk wilayah yang tergolong rentan tinggi dilihat dari segi ekonomi.
KECUKUPAN VEGETASI DI JALAN MT.HARYONO KOTA SEMARANG BERDASARKAN OPINI PENGGUNA JALAN Anif Rahman; Parfi Khadiyanto
Teknik PWK (Perencanaan Wilayah Kota) Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013
Publisher : Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1231.842 KB)

Abstract

Berbagai perubahan kondisi lingkungan dapat berpengaruh buruk terhadap manusia. Berbagai bentuk perusakan lingkungan, seperti pencemaran udara merupakan hal yang sangat sering kita temui. Seperti kepadatan kendaraan saat ini, kepadatan kendaraan bermotor makin hari kian meningkat, jika tidak diimbangi dengan penghijauan yang mendukung, maka hal ini akan menimbulkan rasa tidak nyaman bagi lingkungan sekitar. Ruang terbuka pada dasarnya menjadi sebuah kebutuhan penting bagi suatu kota maupun wilayah. Upaya penyediaannya dapat dilakukan oleh pemerintah, swasta, maupun masyarakat. Ruang terbuka tersebut dapat berupa Ruang Terbuka Hijau (RTH) maupun Ruang Terbuka Non-Hijau. Sebagaimana yang diatur dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan ruang terbuka hijau yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota. Jalan MT.Haryono merupakan salah satu jalan utama di pusat Kota Semarang namun pada jalan ini tidak diimbangi dengan pemerataan jalur hijau jalan. Tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kecukupan vegetasi jalur hijau yang terdapat di jalan MT.Haryono berdasarkan opini atau persepsi pengguna jalan. Hal ini dapat ditinjau dari kenyamanan pengguna jalan yang beraktifitas di sepanjang koridor jalan tersebut. Wialyah studi penelitian ini  terdapat di koridor Jalan MT.HaryonoSecara garis besar, vegetasi yang ada di Jl MT Haryono sudah sesuai dengan Pedoman RTH Perkotaan. Hal ini dapat dilihat dari ketinggian yang sama dan seragam, daun padat, tajuk cukup rindang dan kompak, batang tegak kuat, tidak mudah patah, batang dan sistem percabangannya kuat, dan jenis tanamannya merupakan tanaman golongan evergreen.Berdasarkan opini pengguna jalan  menunjukkan bahwa pengguna jalan menilai positif terhadap kondisi dan keberadaan vegetasi di Jalan MT Haryono.Secara keseluruhan, pengunjung juga menilai bahwa kondisi vegetasi di Jalan MT Haryono teratur dan nyaman karena sebanyak 37% responden mengatakan teratur dan nyaman, sebanyak 27% mengatakan tidak nyaman tapi teratur, sebanyak 22% mengatakan nyaman tapi tidak teratur, dan sisanya sebanyak 14% mengatakan tidak nyaman dan tidak teratur.

Page 4 of 52 | Total Record : 514


Filter by Year

2012 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 13, No 3 (2024): Agustus 2024 Vol 13, No 2 (2024): Mei 2024 Vol 13, No 1 (2024): Februari 2024 Vol 12, No 4 (2023): November 2023 Vol 12, No 3 (2023): Agustus 2023 Vol 12, No 2 (2023): Mei 2023 Vol 12, No 1 (2023): Februari 2023 Vol 11, No 4 (2022): November 2022 Vol 11, No 3 (2022): Agustus 2022 Vol 11, No 2 (2022): Mei 2022 Vol 11, No 1 (2022): Februari 2022 Vol 10, No 4 (2021): November 2021 Vol 10, No 3 (2021): Agustus 2021 Vol 10, No 2 (2021): Mei 2021 Vol 10, No 1 (2021): Februari 2021 Vol 9, No 4 (2020): November 2020 Vol 9, No 3 (2020): Agustus 2020 Vol 9, No 2 (2020): Mei 2020 Vol 9, No 1 (2020): Februari 2020 Vol 8, No 4 (2019): November 2019 Vol 8, No 3 (2019): Agustus 2019 Vol 8, No 2 (2019): Mei 2019 Vol 8, No 1 (2019): Februari 2019 Vol 7, No 4 (2018): November 2018 Vol 7, No 3 (2018): Agustus 2018 Vol 7, No 2 (2018): Mei 2018 Vol 7, No 1 (2018): Februari 2018 Vol 6, No 4 (2017): November 2017 Vol 6, No 3 (2017): Agustus 2017 Vol 6, No 2 (2017): Mei 2017 Vol 6, No 1 (2017): Februari 2017 Vol 5, No 4 (2016): November 2016 Vol 5, No 3 (2016): Agustus 2016 Vol 5, No 2 (2016): Mei 2016 Vol 5, No 1 (2016): Januari 2016 Vol 4, No 4 (2015): November 2015 Vol 4, No 3 (2015): Agustus 2015 Vol 4, No 2 (2015): Mei 2015 Vol 4, No 1 (2015): Februari 2015 Vol 3, No 4 (2014): November 2014 Vol 3, No 3 (2014): Agustus 2014 Vol 3, No 2 (2014): Mei 2014 Vol 3, No 1 (2014): Februari 2014 Vol 2, No 4 (2013): November 2013 Vol 2, No 3 (2013): Agustus 2013 Vol 2, No 2 (2013): Mei 2013 Vol 2, No 1 (2013): Februari 2013 Vol 1, No 1 (2012): November 2012 More Issue