cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Journal of Nutrition College
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 23376236     EISSN : 2622884X     DOI : -
Core Subject : Health, Social,
Journal of Nutrition College (P-ISSN : 2337-6236; E-ISSN : 2622-884X) diterbitkan oleh Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro sebagai media publikasi artikel-artikel ilmiah dalam biang Ilmu Gizi dengan skala terbit 4 kali dalam setahun, yaitu pada Januari, April, Juli, dan Oktober.
Arjuna Subject : -
Articles 704 Documents
HUBUNGAN ASUPAN VITAMIN D DAN KALSIUM DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA WANITA OBESITAS USIA 45-55 TAHUN Rochmah, Nur; Probosari, Enny; Dieny, Fillah Fithra
Journal of Nutrition College Vol 6, No 4 (2017): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.826 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v6i4.18663

Abstract

Background : Vitamin D and calcium have metabolic functions in the cells and insufficient intake has been proven to increase the risk factor for many chronic diseases, such as diabetes mellitus. Vitamin D and calcium both contribute in raising insulin secretion by regulating extracelullar calcium concentration and fluxing through cell membranes facilitated by calcium-sensing receptor. This study aimed to determine correlation between vitamin D and calcium intake with blood glucose levels in obese woman aged 45-55 years.Methods : Observational study with cross sectional design. Sixty subjects were selected using consecutive sampling. Food intakes were assessed by Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire, fasting blood glucose levels were measured by Glucose Oxidation method, and physical activities were determined by Long International Physical Activity Questionnaire. The data were analyzed using r Pearson and Rank-Spearman test. Results : Mean of fasting blood glucose levels was 90,4±37,22 mg/dL with average vitamin D was 4,1 ±2,23 μg, whereas calcium was 547,7±316,24 mg. All subjects had low vitamin D intake; 88,3% subjects had low calcium intake; 88,3% subjects had normal fasting blood glucose; and 11,7% subjects had hyperglycemia. There was no correlation between vitamin D (p = 0,295) and calcium  (p = 0,295) intake with fasting blood glucose levels. Intake of energy, carbohydrate, fat, protein, fiber  and physical activity also showed no corerelation with fasting blood glucose levels. Conclusion : There was no correlation of vitamin D and calcium intake with fasting blood glucose levels in obese woman aged 45-55 years.
HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN DENGAN KADAR HEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTRI (STUDI PENELITIAN DI SMP NEGERI 13 SEMARANG) Dewi, Aisyah Nurcita; Mulyati, Tatik
Journal of Nutrition College Vol 3, No 4 (2014): Oktober 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.282 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i4.6886

Abstract

Latar Belakang: Banyaknya kegiatan yang dilakukan remaja mengakibatkan waktu makan sering terlewati dan kurang perhatian dalam memilih komposisi makanan, sehingga remaja rentan mengalami masalah gizi. Mendapatkan tubuh yang lebih ramping menyebabkan remaja putri melakukan diet yang tidak tepat, termasuk melewatkan sarapan pagi. Sarapan menyumbang 20-25% dari kebutuhan energi untuk memenuhi kebutuhan gizi di pagi hari. Melewatkan sarapan menyebabkan hilangnya energi dan zat gizi yang diperlukan untuk sintesis hemoglobin (Hb)Metode: Penelitian cross-sectional dua kelompok tidak berpasangan.  Subjek adalah 54 remaja putri berusia 13-15 tahun dibagi menjadi kelompok sarapan dan tidak sarapan, dan dipilih dengan consecutive sampling. Sarapan adalah konsumsi makanan pokok dan lauk pauk sejak bangun tidur sampai jam 10.00. Uji Chi-square digunakan untuk melihat perbedaan antar variabel. Hubungan kebiasaan sarapan dengan kadar Hb dianalisis dengan uji Gamma Somers’d.Hasil: Subjek pada kedua kelompok memiliki status gizi underweight masing-masing 48,15% pada kelompok sarapan dan 44,4% pada kelompok tidak sarapan. Aktivitas fisik kedua kelompok dikategorikan sedentary yaitu 96,3%. Kecukupan energi pada kelompok sarapan lebih tinggi dibandingkan kelompok tidak sarapan yaitu 59,26% dan 14,8%. Kadar Hb rendah lebih banyak ditemukan pada kelompok tidak sarapan yaitu 22,2% dibandingkan kelompok sarapan yaitu 3,7%.Simpulan: Terdapat hubungan kebiasaan sarapan dengan kadar hemoglobin, p= 0,035 dan r=0,763. Remaja putri yang tidak memiliki kebiasaan sarapan berisiko 6 kali untuk mempunyai kadar Hb yang rendah dibandingkan dengan remaja putri yang memiliki kebiasaan sarapan. 
PERBEDAAN KADAR KOLESTEROL LDL DAN HDL ANTARA WANITA VEGETARIAN TIPE VEGAN DAN NON-VEGAN Edyanto, Ermia; Puruhita, Niken
Journal of Nutrition College Vol 1, No 1 (2012): Oktober 2012
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.686 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v1i1.433

Abstract

ABSTRACTBackground: Studies which investigated different risk for cardiovascular disease in vegetarian reported that each vegetarian diet type had different lipid serum level. Elevated LDL cholesterol level and reduced HDL cholesterol level are independent risk factors for coronary heart disease. This study was aimed to compare levels on LDL and HDL cholesterol between vegetarian vegan and non-vegan.Methods: Two groups of vegetarian women, 23 people in each group of vegan and non-vegan, participated in this cross-sectional study. The data taken of each subject were nutrient intakes (total fat, PUFA, MUFA, SFA, cholesterol, and total fiber), physical activity, body weight, height, LDL and HDL cholesterol serum levels. Data were analyzed by Shapiro-Wilk test, independent-t test, Mann-Whitney test and ANACOVA test.Results: There were no significant differences on LDL and HDL cholesterol serum levels between vegetarian vegan and non-vegan, both before and after variables i.e age, physical activity, body mass index (BMI), amount of total fat, PUFA, MUFA, SFA, cholesterol, and total fiber adjusted (p > 0,05). LDL cholesterol levels for vegetarian vegan and non-vegan were respectively: 97,8 ± 54,87 mg/dl and 112,6 ± 36,03 mg/dl, while for HDL cholesterol, those levels were 54,9 ± 11,15 mg/dl and 55,2 ± 10,82 mg/dl. In multivariant analysis, the most influential variables on LDL cholesterol serum level were age (p = 0,001) and physical activity (p = 0,010), while for HDL serum cholesterol were BMI (p = 0,010) and total fat (p = 0,012). This study also found the significant difference of BMI between vegetarian vegan and non-vegan (p = 0,011), whose for each of groups’ BMI, were respectively: 20,9 ± 3,08 kg/m2 and 23,5 ± 3,53 kg/m2. Conclusion: LDL and HDL cholesterol serum levels are not different between vegetarian vegan and non-vegan. BMI of both groups is different. Age and physical activity affect on LDL serum cholesterol level, while BMI and total fat affect on HDL serum cholesterol level. LDL cholesterol serum level and BMI in vegetarian vegan  are lower than non-vegan. Key words: Vegetarian diet, vegan, non-vegan, LDL cholesterol, HDL cholesterol
PENGARUH PEMBERIAN SARI BUAH BELIMBING WULUH (Averrhoa bilimbi L.) TERHADAP TEKANAN DARAH SISTOLIK REMAJA Asprilia, Annisa; Kusumastuti, Aryu Candra
Journal of Nutrition College Vol 5, No 3 (2016): Juli
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.326 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v5i3.16379

Abstract

Latar Belakang: Salah satu gangguan kesehatan pada remaja yang prevalensinya terus mengalami peningkatan adalah hipertensi. Remaja yang memiliki tekanan darah lebih dari normal mempunyai risiko lebih besar menderita penyakit jantung koroner atau gagal jantung saat dewasa. Buah belimbing wuluh mengandung vitamin C, kalium, flavonoid, dan saponin yang efektif menurunkan tekanan darah.Metode: Penelitian pra-eksperimental dengan rancangan the one group pretest-posttest design. Subjek sebanyak 21 orang merupakan siswa dan siswi SMA Negeri 15 Semarang dengan tekanan darah sistolik ≥130 mmHg. Subjek hanya terdiri dari 1 kelompok, yaitu kelompok perlakuan.  Sari buah belimbing wuluh diberikan pada subjek sebanyak 100 ml selama 14 hari. Pengukuran tekanan darah sistolik dilakukan pada hari ke 1 dan 15. Hasil: Seluruh subjek penelitian memiliki status gizi obesitas. Tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel asupan lemak, serat, vitamin C, natrium, kalium, dan kalsium dengan tekanan darah sistolik setelah intervensi (p > 0,05). Terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan tekanan darah sistolik seletelah intervensi (p = 0,001). Terjadi penurunan tekanan darah sistolik pada remaja sebesar 33,52 ± 5,68 mmHg (p = 0,000).Kesimpulan: Konsumsi sari buah belimbing wuluh sebanyak 100 ml sebanyak 1 kali sehari selama 14 hari mampu menurunkan tekanan darah sistolik pada remaja secara signifikan.
PERBEDAAN PENGETAHUAN GIZI, POLA MAKAN, DAN KONTROL GLUKOSA DARAH PADA ANGGOTA ORGANISASI PENYANDANG DIABETES MELITUS DAN NON ANGGOTA Andhika Sari, Paramita Wahyu; Isnawati, Muflihah
Journal of Nutrition College Vol 3, No 1 (2014): Januari 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (330.863 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i1.4529

Abstract

Latar Belakang : Diabetes Mellitus merupakan penyakit metabolik yang berhubungan dengan gaya hidup. Penyandang DM yang mempunyai pengetahuan gizi yang cukup, dan mengubah pola makannya, dapat menjaga kadar glukosa darahnya tetap terkendali. Persadia (Persatuan Diabetes Indonesia) merupakan sebuah organisasi bagi penyandang DM. Pasien DM yang menjadi anggota Persadia diharapkan memiliki pengetahuan gizi, pola makan dan kontrol glukosa darah yang lebih baik.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengetahuan gizi, pola makan, dan kontrol glukosa darah pada anggota Persadia dan non anggota.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Subjek penelitian adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 di RS Pantiwilasa Citarum. Besar subjek penelitian adalah 42 orang yang diambil secara consecutive sampling dan dibagi dalam 2 kelompok yaitu anggota Persadia dan non anggota. Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan mengenai gizi seimbang bagi DM. Pola makan merupakan kebiasaan makan yang dikonsumsi sehari-hari. Pengetahuan gizi dan pola makan dinilai melalui kuesioner. Kadar glukosa darah merupakan konsentrasi glukosa darah yang diukur melalui pemeriksaan HbA1c. Analisis statistik yang digunakan adalah Independent t-test dan Mann-Whitney.Hasil : Subjek pada anggota Persadia memiliki presentase pengetahuan gizi baik yang lebih tinggi (38,1%) daripada non anggota Persadia (14,3%) dan memilki pola makan baik yang lebih tinggi (38,1%) daripada non anggota Persadia (33,3%).  Anggota Persadia juga memilki kontrol glukosa yang lebih baik (61,7%) daripada non anggota Persadia (57,1%). Meskipun begitu tidak ada perbedaan  pengetahuan gizi, pola makan dan kontrol glukosa darah pada anggota Persadia dan non anggota ( p > 0,05) Simpulan : Tidak ada perbedaan pada pengetahuan gizi, pola makan, dan kontrol glukosa darah pada anggota Persadia dan non anggota Persadia
Hubungan Asupan Protein, Zat Besi, dan Seng Dengan Kejadian Infeksi Kecacingan Pada Balita Di Kota Semarang Ulayya, Talitha; Kusumastuti, Aryu Candra; Fitranti, Deny Yudi
Journal of Nutrition College Vol 7, No 4 (2018): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (665.866 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v7i4.22277

Abstract

Latar Belakang : Protein, zat besi dan seng adalah pembentuk antibodi yang berpengaruh pada sistem imunitas anak terhadap serangan infeksi. Kejadian infeksi kecacingan pada balita di Indonesia Tahun 2006 sekitar 21%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan asupan protein, zat besi, dan seng dengan kejadian infeksi kecacingan pada balita.Metode : Jenis penelitian ini adalah cross sectional dengan subjek balita berusia 2-5 tahun (n= 50), diambil dengan teknik purposive sampling. Data yang dikumpulkan meliputi riwayat asupan protein,zat besi,dan seng diambil menggunakan Semi Quantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ). Data personal hygiene dan sanitasi lingkungan dikumpukan dengan pengisian kuesioner. Data kejadian infeksi kecacingan diperoleh dengan pengisian kuesioner tanda gejala dan uji laboratorium dengan metode kato-katz. Data dianalisis menggunakan Uji Fisher’s Exact.Hasil : Terdapat satu subjek terinfeksi cacing Enterobius vermicularis. Berdasarkan gejala,sebanyak 6% subjek diketahui positif infeksi kecacingan. Berdasarkan tanda, 2% subjek diketahui positif infeksi kecacingan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa 46% subjek memiliki personal hygiene tidak baik, dan 62% subjek memiliki sanitasi lingkungan tidak baik. Asupan protein, zat besi, dan seng tidak menjadi faktor yang mempengaruhi infeksi kecacingan.Simpulan : Tidak ditemukan hubungan antara asupan protein,zat besi,dan seng dengan kejadian infeksi kecacingan pada balita.
HUBUNGAN LINGKAR PINGGANG, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEPADATAN TULANG PADA WANITA USIA 30-50 TAHUN Novarinda, Zenita; Nuryanto, Nuryanto
Journal of Nutrition College Vol 4, No 1 (2015): Januari 2015
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.493 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v4i1.8625

Abstract

LatarBelakang : Prevalensi obesitas sentral pada wanita di Indonesia semakin meningkat. Wanita diketahui memiliki risiko osteoporosis yang tinggi dibanding laki-laki. Lingkar pinggang, asupan zat gizi,dan aktivitas fisik adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepadatan tulang. Lingkar pingang merupakan indikator dari obesitas sentral. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan lingkar pinggang, asupan zat gizi, dan aktivitas fisik dengan kepadatan tulang pada wanita usia 30-50 tahun.Metode :Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Bulustalan dan Sampangan Semarang pada bulan Agustus dan September 2014. Desain penelitian cross-sectional dengan subyek 44 wanita usia 30-50 tahun. Data yang diambil adalah data lingkar pinggang, asupan protein, kalsium, vitamin D, tingkat aktivitas fisik, dan kepadatan tulang. Analisis bivariat dengan uji rank Spearman dan uji Pearson. Analisis multivariat menggunakan uji regresi linier ganda.Hasil : Terdapat 36.4 % subyek yang mengalami osteopenia. Rata-rata aktivitas fisik subyek dalam kategori sedang (996.82 MET.menit/minggu). Rerata tingkat kecukupan protein, kalsium, dan vitamin D yaitu 86.50%, 50.60%, dan 28.37% dari kebutuhan. Vitamin D dan aktivitas fisik tidak berhubungan dengan kepadatan tulang (p>0,05). Terdapat hubungan bermakna antara lingkar pinggang (p=0.026), asupan protein (p=0.046), dan kalsium (p=0.038) dengan kepadatan tulang (p<0.05). Pada analisis regresi linier ganda, asupan kalsium memberi pengaruh paling besar terhadap kepadatan tulang.Kesimpulan : Terdapat hubungan negatif yang bermakna antara lingkar pinggang dengan kepadatan tulang dan hubungan positif yang bermakna antara asupan protein dan kalsium dengan kepadatan tulang. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin D dan aktivitas fisik dengan kepadatan tulang.
ASUPAN PROTEIN, LEMAK JENUH, NATRIUM, SERAT DAN IMT TERKAIT DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI RSUD TUGUREJO SEMARANG Apriany, Rista Emiria Afrida; Mulyati, Tatik
Journal of Nutrition College Vol 1, No 1 (2012): Oktober 2012
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (462.761 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v1i1.737

Abstract

Latar Belakang: Hipertensi merupakan masalah kesehatan global di negara-negara maju maupun berkembang. Prevalensi hipertensi menurut WHO tahun 2000 sebesar 26,3% dan diperkirakan meningkat menjadi 29,2% tahun 2025. Data rekam medis RSUD Tugurejo tahun 2009 menunjukkan prevalensi hipertensi sebesar 7,89% meningkat menjadi 11,75% tahun 2010. Hipertensi dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain makanan dan obesitas. Faktor makanan meliputi asupan protein, lemak jenuh, Natrium dan serat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui asupan protein, lemak jenuh, Natrium, serat dan IMT terkait dengan tekanan darah pasien hipertensi di RSUD Tugurejo Semarang. Metode: Penelitian explanatory research dengan pendekatan cross sectional dengan jumlah 43 subjek yang diambil secara consecutive sampling. Asupan protein, lemak jenuh, Natrium dan serat diperoleh dari FFQ. IMT diperoleh dari hasil pengukuran berat badan dan tinggi badan. Tekanan darah diperoleh dari hasil pengukuran sphygmomanometer air raksa. Analisis data bivariat menggunakan rank Spearman. Hasil: Ada keterkaitan asupan protein dengan tekanan darah sistolik dengan rata-rata protein nabati 58,8±20,5 gr dan protein hewani 31,8±29,0 gr. Secara deskriptif, asupan lemak jenuh >10% sebesar 100%, asupan Natrium >2400 mg sebesar 86,0%, asupan serat <25 gr sebesar 90,7% dan IMT ≥ 23,0 kg/m2 sebesar 65,1% namun secara statistik tidak ada keterkaitan dengan tekanan darah sistolik dan diastolik. Simpulan: Asupan protein berhubungan dengan tekanan darah sistolik.
PENGARUH SUPLEMENTASI SENG DAN ZAT BESI TERHADAP BERAT BADAN BALITA USIA 3-5 TAHUN DI KOTA SEMARANG Yuniasri, Eka Endah; Kusumastuti, Aryu Candra
Journal of Nutrition College Vol 5, No 4 (2016): Oktober
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (503.442 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v5i4.16447

Abstract

Latar Belakang : Seng dan Zat Besi diketahui memiliki manfaat yang penting bagi tubuh. Peranan terpenting seng bagi mahluk hidup adalah pada pertumbuhan dan pembelahan sel. Defisiensi seng berhubungan dengan menurunnya nafsu makan serta dapat mengakibatkan lambatnya pertumbuhan. Zat besi berperan dalam masa tumbuh kembang bayi dan anak. Defisiensi zat besi dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan yang lambat. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh suplementasi seng dan zat besi terhadap berat badan balita usia 3-5 tahun di Kota Semarang.Metode :  Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan randomized control group pre post test design. Subjek penelitian adalah balita usia 3-5 tahun di Kota Semarang yang dibagi kedalam 4 kelompok secara random sampling. Kelompok kontrol diberikan placebo, sedangkan kelompok perlakuan 2, 3, dan 4 berturut-turut diberikan suplementasi Seng, Zat Besi, dan Seng-Zat besi selama 60 hari. Dosis seng dan zat besi masing-masing sebesar 10 mg/hari dan 7,5 mg/hari. Pengukuran berat badan dilakukan pada awal dan akhir penelitian. Asupan makan di peroleh dengan metode Semi Quantitative Food Frequency Questionaire (SQ-FFQ). Analisis data menggunakan uji beda Paired T-Test dan One-way ANOVA. Hasil : Berdasarkan z-score BB/U, terdapat 1 subjek (2,8%) yang berstatus gizi buruk, 10 subjek (27,8%) berstatus gizi kurang, dan 25 subjek (69,4%) berstatus gizi baik. Berat badan pre-post pada keempat kelompok memiliki perbedaan yang bermakna (p<0,05), namun perubahan berat badan yang terjadi pada keempat kelompok tidak memiliki perbedaan yang bermakna antara satu kelompok dengan kelompok yang lainnya (p>0,05). Simpulan : Ada pengaruh yang signifikan terhadap berat badan subjek di 4 kelompok penelitian (p<0,05). Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol (p>0,05).
POTENSI YOGURT TANPA LEMAK DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG PISANG DAN TEPUNG GEMBILI SEBAGAI ALTERNATIF MENURUNKAN KOLESTEROL Karlin, Ruth; Rahayuni, Arintina
Journal of Nutrition College Vol 3, No 2 (2014): April 2014
Publisher : Departemen Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.597 KB) | DOI: 10.14710/jnc.v3i2.5436

Abstract

Latar Belakang : Hiperkolesterolemia merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler, yang menjadi penyebab utama kematian di dunia. Yogurt merupakan susu yang difermentasi bakteri asam laktat. dan telah terbukti dapat menurunkan kolesterol. Penambahan prebiotik, seperti FOS dan inulin pada probiotik dapat menunjang efek hipokolesterolemi yogurt. Pisang tanduk (Musa paradisiaca fa. corniculata) merupakan bahan makanan tinggi FOS, sedangkan gembili (Dioscorea esculenta) mengandung tinggi inulin.Tujuan : Menganalisis pengaruh penambahan tepung pisang dan tepung gembili dalam pembuatan yogurt tanpa lemak terhadap kadar lemak, kadar serat, total BAL, kadar asam propionat, serta karakteristik fisik berupa warna, viskositas, dan pH .Metode : Penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap menggunakan 2 variasi penambahan tepung (N1 dan N2), yaitu 16.5 g tepung pisang (mengandung 1% FOS) dan 13.5 g tepung gembili  (mengandung 2% inulin), serta 1 kontrol (N0). Analisis statistik kadar lemak, serat, total bakteri asam laktat, viskositas, dan pH menggunakan uji Kruskal-Wallis CI 99% dengan uji lanjut Mann-Whitney. Uji kadar asam propionat dan warna hanya dideskripsikan.Hasil :  Perlakuan pada kedua kelompok, memberikan pengaruh yang signifikan pada kadar serat (N1 = 0.026%, N2 = 0.078%), total BAL (N1 = 6.86 x 108cfu/ml, N2 = 7.04 x 107 cfu/ml), viskositas (N1 = 230.083 cP, N2 = 9.752 cP), dan pH (N1 = 4.873, N2 = 5.72). Kelompok N1 memiliki kadar asam propionat tertinggi, yakni sebesar 569.96 ppm dan berwarna yellowish orange, sedangkan N2 memiliki kadar asam propionat 52.51 ppm, serta berwarna orangish pink . Simpulan : Penambahan tepung pisang dan tepung gembili tidak berpengaruh secara signifikan pada kadar lemak, namun penambahan tepung pisang pada yogurt memiliki potensi terbaik untuk menurunkan kolesterol, karena memiliki kadar lemak terendah, total BAL dan kadar asam propionat tertinggi, serta pH paling mendekati pH optimal.

Page 3 of 71 | Total Record : 704