cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Jurnal Teknik Mesin
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Arjuna Subject : -
Articles 563 Documents
PERENCANAAN BAHAN BAKU DI PT PAKINDO JAYA PERKASA UNTUK MENGANTISIPASI PERMINTAAN TAHUN 2013 Fakhruddin, Arief; Wiwi, Umar
Jurnal Teknik Mesin JTM : Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PT.Pakindo Jaya Perkasaadalah sebuah peusahaan yang bergerak dalam bidang tepung terigu dimana dalam operasionalnya memerlukan perencanaan dan pengendalian bahan baku untuk proses produksinya. Masalah optimalisasi pemesanan bahan baku merupakan hal penting dalam suatu perusahaan, sehingga masalah ini terus dipelajari dan dikembangkan. Perusahaan ini belum mempunyai suatu perencanaan bahan baku sehingga dikuatirkan akan terjadi pertambahan biaya karena adanya penimbunan atau justru berhentinya produksi karena habisnya bahan baku. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan jumlah pesanan yang ekonomis,persediaan yang ekonomis, cadangan penyangga (safety stock) yang kesemuanya dihitung menggunakan metode economicorder quantity. Hasil dari penelitian ini adalah Jumlah pemesanan ekonomis (EOQ) adalah sebesar 31844,6 ton,Kuantitas persediaan pengaman (safety stock)  bahan baku bila menggunakan metode EOQ adalah 253,5 ton, Batas atau titik pemesanan bahan baku bila menggunakan metode EOQ12557,1ton.
PENGARUH KEBISINGAN TERHADAP PRODUKTIVITAS PEMBUATAN SPARE PART MOTOR PADA UD. SINAR ABADI WARU SIDOARJO Fuad Windra Khoirul Anam, Mohammad; Riandadari, Dyah
Jurnal Teknik Mesin JTM : Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebisingan pada suatu tempat kerja merupakan faktor yang mengakibatkan perubahan-perubahan output (hasil kerja). Keberadaan seseorang disaat melakukan aktivitas pada ruangan tertentu akan dipengaruhi oleh tingkat kebisingan pada ruangan tersebut. Penelitian ini dilakukan di UD. Sinar Abadi Waru Sidoarjo. Data yang diperoleh melalui penelitian ini dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Dimana dengan pengambilan data yaitu dengan cara mengukur tingkat kebisingan dan output (hasil kerja) pada industri atau perusahaan. Data yang diambil menggunakan alat 4 in 1 Environment (Sound Level Meter (SLM), dikumpulkan untuk mendapatkan hasil apakah ada hubungan tingkat kebisingan terhadap produktivitas pembuatan spare part. Hasil dari penelitian ini adalah Tingkat kebisingan pada penelitian ini sangat berpengaruh. Hal ini dapat dilihat pada pagi hari kebisingan terendah terjadi pada hari Selasa yaitu 84,6 dan 84,2 dB dengan produktivitas kerja karyawan yang memakai pelindung telinga 483 dan karyawan yang tidak memakai pelindung telinga 402 buah setelan rantai. Kebisingan terendah yang terjadi pada tempat industri pada siang hari adalah hari Selasa yaitu 89,2 dan 90,1 dB dengan produktivitas kerja karyawan yang memakai pelindung telinga 454 dan karyawan yang tidak memakai pelindung telinga 391 buah setelan rantai. Kebisingan terendah yang terjadi pada tempat industri pada sore hari adalah hari Selasa yaitu 92,8 dan 91,0 dB dengan produktivitas kerja karyawan yang memakai pelindung telinga 450 dan karyawan yang tidak memakai pelindung telinga 399 buah setelan rantai.
PENGARUH ARUS PENGELASAN DAN JENIS ELEKTRODA TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA STEEL 42 Kusumaning Gutama, Handito; Wulandari, Diah
Jurnal Teknik Mesin JTM : Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perbedaan Arus pada suatu pengelasan merupakan faktor yang dapat mengakibatkan perubahan (hasil kerja). Pengelasan dengan arus yang lebih kecil dapat merubah tingkat hasil uji tarik pada suatu pengeleasan dan akan mempengaruhi hasil tingkat uji tarik pada pengelasan tersebut. Data yang diperoleh melalui penelitian ini dikumpulkan dan dianalisis secara deskriptif kuantitatif dengan metode spss. Dimana dengan pengambilan data yaitu dengan cara mengukur tingkat kekuatan tarik (hasil kerja) pada Steel 42 dengan Elektroda E6010 dan E6013. Kekuatan tarik terendah yang terjadi pada uji tarik terdapat pada arus terkecil yaitu 90 ampere. Tingkat perbedaan arus pada penelitian ini sangat berpengaruh. Hal ini dapat dilihat pada arus 90 ampere terendah terjadi pada penelitian ini yaitu 38,88 kg/mm², 31,26 kg/mm², 31,95 kg/mm² dengan E6010 dan 24,56 kg/mm², 28,14 kg/mm², 29,03 kg/mm² dengan E6013 Hal ini sesuai dengan asumsi awal bahwa arus rendah dapat mengurangi tingkat kekuatan uji tarik yang diperoleh kekuatan uji yang lebih kecil karena dari pengerjaan pengelasan diperoleh data bahwa arus rendah dapat mempengaruhi kekuatan tarik pada pengelasan E6010 dan E6013 terhadap Steel 42.
PENGARUH JENIS PAHAT, KECEPATAN SPINDEL, DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN DAN KEKERASAN PERMUKAAN BAJA ST. 42 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL Lesmono, Indra; Yunus, Yunus
Jurnal Teknik Mesin JTM : Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses pengerjaan logam adalah salah satu hal terpenting dalam pembuatan komponen mesin, terutama proses pengerjaan logam dengan mesin bubut. Sehingga diperlukan inovasi yang terus menerus untuk meningkatkan kualitas hasil produksi. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan, misalnya dengan pemilihan jenis pahat, kedalaman pemakanan, dan kecepatan spindel yang tepat. Dari penggunaan beberapa cara tersebut muncul permasalahan bagaimana pengaruh perbedaan jenis pahat, kecepatan spindel dan kedalaman pemakanan terhadap tingkat kekasaran dan kekerasan permukaan benda kerja pada proses bubut konvensional. Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini benda kerja yang digunakan sebanyak 27 buah yang mendapatkan perlakuan berbeda dalam proses pengerjaannya, yaitu dengan variasi jenis pahat, kecepatan spindel dan kedalaman pemakanan. Kemudian dari ke 27 benda kerja tersebut masing ? masing benda kerja ditentukan 3 titik untuk dilakukan uji kekasaran dan 3 titik untuk dilakukan uji kekerasan. Dari hasil pengujian yang diperoleh kemudian dilakukan analisis tabel. Hasilnya kekasaran permukaan baja terbaik atau terendah adalah 3,28 ?m yang diperoleh dari jenis pahat (Bohler), kecepatan spindel tertinggi (750 rpm), dan kedalaman pemakanan terendah (0,4 mm). Sedangkan kekerasan permukaan baja terbaik atau tertinggi adalah 51,5 Kg/mm2 yang diperoleh dari jenis pahat (Jck), kecepatan spindel terendah (300 rpm), dan kedalaman pemakanan paling tinggi (0,8 mm).
PENGARUH JENIS PAHAT, SUDUT PAHAT DAN KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN DAN KEKERASAN PADA PROSES BUBUT RATA BAJA ST 42 Pramawata, Pandhu; Yunus, Yunus
Jurnal Teknik Mesin JTM : Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Proses bubut pada umumnya adalah proses mekanik yang menimbulkan suhu tinggi pada permukaan benda kerja. Semua energi yang digunakan dalam proses bubut rata diubah menjadi energi panas, dan panas ini sebagian dibawa oleh geram dan sebagian diteruskan ke lingkungan melalui mata pahat dan benda kerja. Pemilihan bahan baku juga berpengaruh pada hasil pembubutan terutama berkaitan dengan kualitas kekasaran dan kekerasan permukaan. Dalam pekerjaan bubut, peralatan utama yang digunakan untuk pekerjaan tersebut adalah pisau / pahat bubut. Untuk dapat memotong dengan baik, pisau bubut perlu adanya sudut baji, sudut bebas dan sudut tatal sesuai ketentuan, yang semua ini disebut dengan istilah geometris alat potong. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Obyek penelitian adalah baja ST 42. Variabel bebasnya adalah Jenis pahat (HSS Bohler, HSS Toki, dan HSS JCK), Sudut pahat (75° ,80°,85°), Kedalaman pemakanan (0.3 mm, 0.5 mm, 0.7 mm),Kecepatan spindel (750 rpm). Variabel terikatnya adalah kekasaran dan kekerasan. Variabel kontrolnya adalah mesin bubut, ketajaman pahat, jenis material, ketebalan feeding,operator. Dari pengujian Anova dan uji lanjutan Duncan variable yang berpengaruh terhadap kekasaran secara signifikan adalah jenis pahat (bohler, toki, jck), untuk sudut pahat (75°, 80°, 85°) dan kedalaman (0.3, 0.5, 0.7) tidak signifikan. Sedangkan pada uji kekerasan tidak ada yang signifikan untuk uji jenis pahat (bohler, toki, jck), sudut pahat (75°, 80°, 85°) dan kedalaman (0.3, 0.5, 0.7). Jenis pahat yang terbaik adalah bohler, karena menghasilkan kekasaran permukaan paling halus dengan nilai kekasaran paling rendah (5.78 ?m), dan kekerasan paling tinggi (49.1 Kg/mm2). Sudut pahat terbaik adalah 75°, karena menghasilkan kekasaran dengan nilai kekasaran (5.78 ?m), dan kekerasan paling tinggi (49.1 Kg/mm2). Kedalaman pemakanan terbaik adalah 0,3 mm, karena menghasilkan kekasaran paling rendah (5.78 ?m), dan kekerasan paling tinggi adalah 0,7 mm karena kekerasan paling tinggi (49.1 Kg/mm2).
EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PRESSURE DROP DENGAN SAMBUNGAN T (TEE) UNTUK POSISI FRONTAL DAN SEARAH PADA POSISI VERTIKAL UNTUK SISTEM PERPIPAAN Santoso, Budi; Adiwibowo, Priyo Heru
Jurnal Teknik Mesin JTM : Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sistem perpipaan merupakan bagian yang selalu ada dalam industri masa kini, misalnya industri gas, pengilangan minyak, industri air minum, Dalam perencanaan suatu sistem perpipaan, sulit dihindari adanya suatu sambungan, salah satunya sambungan T (tee). Adanya sambungan T (tee) dalam suatu saluran akan menyebabkan terjadinya kehilangan energi dan penurunan tekanan pada aliran. Besar kecilnya kehilangan energi dan penurunan tekanan yang terjadi pada aliran yang melalui sambungan T (tee) tersebut dipengaruhi oleh posisi sambungan T (tee) yang dipasang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pressure drop pada sambungan tee untuk posisi frontal vertikal, posisi searah ke atas, dan posisi searah ke bawah. Penelitian dalam skripsi ini dilaksanakan di laboratorium mekanika fluida Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah adalah secara eksperimen, yaitu suatu metode yang mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya. Eksperimen dilakukan terhadap fluida air yang dialirkan melalui pipa PVC (Polivinil clorida) berdiameter  1 inchi dengan sambungan T (tee) yang dipasang pada posisi frontal vertikal, posisi searah ke atas, posisi searah ke bawah. kemudian dilakukan beberapa kali pengukuran tekanan pada aliran fluida sambungan (tee) menggunakan manometer segaris pada sistem perpipaan. Kondisi demikian kemudian diuji pengaruhnya terhadap pressure drop pada aliran tersebut dengan variasi debit air. Dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa semakin tinggi perbedaan elevasi maka akan semakin besar pressure drop yang dihasilkan.Untuk sambungan T (tee) frontal vertikal cenderung terjadi peningkatan pressure drop dengan meningkatnya bilangan Reynolds. Terlihat dari nilai bilangan Reynolds 12836 sampai 34229. Hal ini disebabkan karena adanya gravitasi pada sambungan T (tee).Pada sambungan T (tee) frontal vertical tidak ada aliran fluida ke atas, karena tidak mampu melawan gravitasi.Pada sambungan T (tee) searah keatas terjadi peningkatan pressure drop melandai. Terlihat dari bilangan Reynolds 12836 sampai 34229. Hal ini di karenakan pengaruh gesekan pada sambungan T (tee) yang masih dominan dan tanpa adanya gravitasi. Pada sambungan T (tee) searah ke bawah pada ?P1-2 terjadi peningkatan pressure drop signifikan dibandingkan dengan grafik pressure drop ?P1-3. Terlihat dari bilangan Reynolds pada 12863 yang cenderung mningkat sampai bilangan Reynolds 29951.Pada perbandingan sambungan T (tee) searah ke atas ?P1-2 dan ke bawah ?P1-2, pada sambungan searah ke atas ?P1-2 terjadi peningkatan pressure drop melandai. Terlihat dari bilangan Reynolds 12836 sampai 34229. Hal ini di sebabkan karena pengaruh gesekan pada sambungan T (tee) yang masih dominan dan tanpa adanya gravitasi. Sedangkan pada sambungan searah ke bawah ?P1-2 terjadi peningkatan pressure drop yang signifikan. Terlihat dari bilangan Reynolds pada 12863 yang cenderung mningkat sampai bilangan Reynolds 29951. Pada perbandingan sambungan T (tee) searah ke atas ?P1-2 dan searah ke bawah ?P1-2 sebelum masuk sambungan T (tee), pada sambungan searah ke atas ?P1-2 dan sambungan searah ke bawah ?P1-2 sebelum masuk sambungan T (tee) cenderung sama terjadi peningkatan pressure drop yang signifikan dengan meningkatnya bilangan Reynolds. Hal ini di sebabkan karena adanya faktor gesekan pada sambungan T (tee). Pada perbandingan sambungan T (tee) searah ke atas ?P3-4 dan searah ke bawah ?P3-4 sesudah sambungan T (tee), pada sambungan T (tee) searah ke atas, ?P3-4 terjadi peningkatan pressure drop dengan meningkatnya bilangan Reynolds. Terlihat dari bilangan Reynolds 12836 sampai 34229. Hal ini di sebabkan karena adanya faktor gesekan yang dominan pada sambungan T (tee). Sedangkan pada sambungan T (tee) searah ke bawah ?P3-4 juga terjadi peningkatan pressure drop yang signifikan di bandingkan dengan sambungan T (tee) searah ke atas ?P3-4 sesudah sambungan T (tee). Terlihat dari bilangan Reynolds 12836 sampai 34229. Hal ini di sebabkan karena adanya faktor gesekan yang dominan pada sambungan T (tee).
PENGARUH JENIS PAHAT DAN CAIRAN PENDINGIN SERTA KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN DAN KEKERASAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL Ardiansyah, Daniar Anggit; Mahendra Sakti, Arya
Jurnal Teknik Mesin JTM : Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Mesin bubut adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk memotong benda yang diputar. Mendapatkan hasil pembubutan kekasaran dan kekerasan permukaan yang baik dengan menggunakan mesin bubut konvensional merupakan salah satu tujuan utama. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap hasil dari proses pengerjaan tersebut, seperti perbedaan jenis pahat dan cairan pendingin serta kedalaman pemakanan benda kerja. Dari beberapa faktor yang ada, maka muncul permasalahan bagaimana pengaruh jenis pahat dan cairan pendingin serta kedalaman pemakanan terhadap tingkat kekasaran dan kekerasan permukaan benda kerja pada proses bubut konvensional. Penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian ini benda kerja digunakan sebanyak 27 buah yang akan mendapatkan perlakuan berbeda dalam proses pengerjaannya, yaitu dengan variasi jenis pahat dan cairan pendingin serta kedalaman pemakanan. Kemudian dari ke 27 benda kerja tersebut masing ? masing benda kerja ditentukan 3 titik untuk dilakukan uji kekasaran permukaan dan 3 titik untuk dilakukan uji kekerasan permukaan. Hasil kekasaran permukaan baja terbaik atau terendah adalah 14,81 µm yang diperoleh dari jenis pahat terkeras (HSS Japan), cairan pendingin (Drumus), dan kedalaman pemakanan terendah (0,2 mm). Sedangkan kekerasan permukaan baja terbaik atau tertinggi adalah 62,90 Kg/mm2 yang diperoleh dari jenis pahat terkeras (HSS Japan), cairan pendingin (Cutting APX), dan kedalaman pemakanan terendah (0,2 mm).
PROSES PEMBUATAN BAHAN BAKAR BIOETHANOL DARI PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK WAFER MIX SNACK WRINGIN ANOM GRESIK Santoso, Didik; Heru Sutjahjo, Dwi
Jurnal Teknik Mesin JTM : Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Minyak bumi merupakan bahan bakar yang tidak dapat diperbaharui. Penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar di Indonesia setiap tahun mengalami peningkatan. Hal ini berbanding terbalik dengan produksi minyak bumi yang terus menerus mengalami penurunan. Untuk mengatasi hal tersebut maka perlu dicari bahan bakar alternatif, salah satunya adalah bioethanol. Bioethanol terbuat dari bahan yang mengandung karbohidrat atau glukosa. Limbah wafer mix snack termasuk biomassa yang sangat baik untuk dijadikan bahan baku pembuatan bioethanol. Limbah pabrik wafer mix snack merupakan limbah yang jumlahnya cukup banyak dan sejauh ini masih belum dimanfaatkan secara optimal. Penelitian ini bertujuan untuk memaanfaatkan limbah pabrik wafer mix snack menjadi bioethanol yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti atau pencampur premium ?Biopremium?. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan membuat bioethanol berbahan baku limbah pabrik wafer mix snack. Proses ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap fermentasi dan tahap distilasi. Untuk dapat dipasarkan kadar bioethanol harus ? 90%. Selanjutnya, bioethanol diuji spesifikasinya sesuai standart mengacu kepada ASTM (American Standart Testing of Materials). Bioethanol akan diuji kadarnya (menggunakan alcoholmeter), nilai kalor (menggunakan metode bomb calorimeter), flash point (menggunakan metode ASTM D 93), pour point (menggunakan metode ASTM D 97), viskositas (menggunakan metode viscometer) dan densitas (menggunakan metode gravimetry ASTM D 1298). Hasil dari penelitian ini didapatkan perbandingan yang optimal yaitu 250 gr limbah pabrik wafer mix snack, 1500 ml air, 5 gr ragi dan lama fermentasi 4 hari. Kadar bioethanol limbah wafer mix snack diperoleh 95% setelah dilakukan distilasi keempat. Hasil uji karakteristik bioethanol limbah pabrik wafer mix snack menunjukkan untuk nilai kalor sebesar 6345,07 kkal/kg, flash point 90C, pour point >-310C, densitas 0,8346 kg/l dan viskositas 4,3 cPs
PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN BAKAR LPG TERHADAP EFISIENSI THERMAL, EKONOMISASI, DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR MOBIL TOYOTA KIJANG 5K Alvando Lengkong, Stanislaus A. R.; Sutjahjo, Dwi Heru
Jurnal Teknik Mesin JTM : Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan teknologi otomotif dewasa ini semakin pesat. Ini terbukti dengan munculnya varian-varian baru pada kendaraan bermotor, baik sepeda motor maupun mobil. Dengan meningkatnya populasi kendaraan bermotor akan berdampak pada peningkatan konsumsi bahan bakar minyak (BBM). Jenis penelitian ini adalah eksperimen, obyek penelitian adalah mobil Toyota Kijang tipe 5K 1500 cc, bahan bakar yang digunakan adalah premium dan LPG. Dengan menggunakan putaran mesin 800 rpm (idle) kemudian 1000 rpm-5000 rpm dengan range 500 rpm. Penelitian ini menggunakan metode pengujian rpm berubah pada beban penuh (Full Open Throttle Valve) dengan posisi transmisi top gear yang berpedoman pada standart SAE J 1349 DEC 80. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yaitu mendeskripsikan data numeric yang diperoleh, kemudian dijelaskan dalam bentuk kalimat sederhana yang mudah dipahami. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan bahan bakar LPG pada mobil Toyota Kijang 5K 1500 cc torsi, daya, serta konsumsi bahan bakar yang dihasilkan mengalami penurunan. Penurunan torsi tertinggi sebesar 92,37% pada putaran 800 rpm (idle) dan penurunan terrendah 19,71% pada putaran 3500 rpm dengan menggunakan bahan bakar LPG, sedangkan untuk daya mengalami peningkatan dan penurunan pula. Daya mengalami peningkatan pada putaran 3500 rpm sebesar 20,00%, sedangkan penurunan terendah pada putaran 800 rpm (idle) sebesar 80,53%. Sedangkan untuk konsumsi bahan bakar  mengalami peningkatan pada putaran 5000 rpm sebesar 0,55%, dan penurunan konsumsi bahan bakar terendah terjadi pada putaran 800 rpm  sebesar 0,00%.
EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PRESSURE DROP PADA SAMBUNGAN T (TEE) CONTRACTION UNTUK POSISI SEARAH DENGAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN Saifuddin Z, Mohammad; Adiwibowo, Priyo Heru
Jurnal Teknik Mesin JTM : Volume 01 Nomor 03 Tahun 2013
Publisher : Jurnal Teknik Mesin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penerapan pinsip-prinsip mekanika fluida dapat dijumpai pada bidang industri, transportasi dan lainnya. Namun dalam penggunaannya selalu terjadi kerugian energi. Dengan mengetahui kerugian energi pada suatu sistem yang memanfaatkan fluida mengalir sebagai media, akan menentukan tingkat efesiensi penggunaan energi.Bentuk-bentuk kerugian energi pada aliran fluida antara lain dijumpai pada aliran dalam pipa. Kerugian-kerugian tersebut diakibatkan oleh adanya gesekan dengan dinding, perubahan luas penampang, sambungan, katup-katup, belokan pipa. Dalam perencanaan suatu sistem aliran, sulit dihindari adanya suatu sambungan, salah satunya sambungan T (tee). Besar kecilnya kehilangan energi dan penurunan tekanan yang terjadi pada aliran yang melalui sambungan T (tee) tersebut dipengaruhi oleh posisi sambungan T (tee) yang dipasang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pressure drop pada sambungan T (tee) contraction untuk posisi searah dengan variasi sudut kemiringan 00,100,200,300,400. Penelitian dalam skripsi ini dilaksanakan di laboratorium mekanika fluida Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah adalah secara eksperimen, yaitu suatu metode yang mengusahakan timbulnya variabel-variabel dan selanjutnya dikontrol untuk dilihat pengaruhnya. Eksperimen dilakukan terhadap fluida air yang dialirkan melalui pipa PVC (Polivinil clorida) berdiameter 1 inchi dengan diameter sambungan T (tee) 1x inchi dan 1x inchi yang dipasang secara searah horizontal dengan variasi kemiringan, kemudian dilakukan beberapa kali pengukuran tekanan pada sebelum dan sesudah sambungan T(tee) menggunakan manometer segaris pada sistem perpipaan. Kondisi demikian kemudian diuji pengaruhnya terhadap pressure drop pada aliran tersebut dengan variasi debit air. Dari hasil penelitian ini dapat di simpulkan bahwa Pada aliran fluida sebelum memasuki sambungan T(tee) contraction dengan variasi sudut kemiringan mengalami peningkatan pressure drop yang sama. Pada aliran fluida setelah memasuki sambungan T (tee) contraction dengan variasi sudut kemiringan pada bilangan Reynolds yang sama, terjadi peningkatan pressure drop. Pada aliran fluida setelah memasuki sambungan T (tee) contraction dengan variasi sudut kemiringan dengan luas penampang 1 inchi pada bilangan-bilangan Reynolds tertentu terjadi peningkatan pressure drop yang tidak teratur. Pada aliran fluida setelah memasuki sambungan T (tee) contraction dengan variasi sudut kemiringan dengan luas penampang ¾ inchi dan ½ inchi mengalami peningkatan pressure drop Pada pipa yang luas permukaanya lebih kecil menghasilkan pressure drop lebih besar.

Page 6 of 57 | Total Record : 563