cover
Contact Name
Yuli Widiyastuti
Contact Email
ywidiyasis@gmail.com
Phone
+628122581132
Journal Mail Official
jurnal.toi@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Jl. Raya Lawu No.11, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
ISSN : 1979897X     EISSN : 23548797     DOI : https://doi.org/10.22435/jtoi.v12i2
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia is a journal developed to disseminate and discuss the scientific literature and other research on the development of health in Indonesian medicinal plant, includes : ethnobotany and ethnopharmacology; conservation, cultivation and post-harvest; molecular biology and biotechnology; phytochemistry; pharmacology. This journal is intended as a medium for communication among stake holders on health research such as researchers, educators, students, practitioners of Health Office, Department of Health, Public Health Service center, as well as the general public who have an interest in the matter. The journal is trying to meet the growing need to study health.
Articles 57 Documents
ANTITHROMBOCYTOPENIA ACTIVITY OF PEANUT SHELL (Arachis hypogea L.) EXTRACT AND INFUSA ON HEPARIN INDUCED BALB/C MICE risha fillah fithria; Ririn Lispita Wulandari; Devi Nisa Hidayati; Pia Annisa; Nilam Eka Putri
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 12 No 1 (2019): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (895.35 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v12i1.1266

Abstract

ABSTRACT Certain group of people empirically use peanut shell stew in the treatment of thrombocytopenia due to dengue fever. The active compounds suspected to play a role in the activity of thrombocytopenia from peanut shell are flavonoids. Flavonoids can be extracted using heat and cold methods. This study aims to determine the antithrombocytopenia activity of peanut shell extract and infusa on heparin induced Balb/C mice. This study is an experimental research with randomized matched pre and postest control group design. Peanut shell extraction was done in a cool way by maseration using 70% ethanol solvent, and hot way by infundation using aquadest solvent. Forty-eight Balb/C mice were divided into 8 groups consisting of control group CMC Na 0.5 mL/20gBW/day, control group aquadest 0,5mL/20gBW/day, 3 groups of peanut shell ethanol extract (0.019, 0.038, and 0.076) g/20gBW/day, and 3 groups of peanut shell infusa (0.026, 0.052; 0.104) g/20gBW/day. All treatments were given orally. The decrease of platelet count in Balb/C mice using 26 UI/20gBW subcutan heparin induction. The measurement of the platelet count is performed by taking blood samples in the lateral veins of the tail. Platelet counts data before and after treatment was tested with dependent T-test. Differences in platelet increases across the groups were tested by 2 way anova and continued with a LSD test with 95% confidence level. The results showed that peanut shell ethanol extract had better antitrombocytopenia activity than peanut shell infusa.
UJI PENANGKAPAN RADIKAL 2,2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH) OLEH EKSTRAK ETANOL BUNGA KECOMBRANG (Nicolaia speciosa (Bl.) Horan) DAN BUAH TALOK (M. calabura L. ) Tatang Irianti; Hari Purnomo; Kuswandi Kuswandi; Sindu Nuranto; Damiana Nitya Kanistri; Yosi Bayu Murti; Sofa Farida
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 12 No 1 (2019): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1314.564 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v12i1.1582

Abstract

ABSTRACT The process of excessive free radicals in our body plays a major part in the development of chronic and degenerative illness such as cancer, autoimmune disorders, aging, cataract, rheumatoid arthritis, cardiovascular and neurodegenerative diseases. The recently study reported that free radical and oxidants play a dual role as both toxic and beneficial compounds, since they can be either harmful or helpful to the body. Therefore, natural antioxidants can be explored to prevent degenerative diseases and in the present paper we have investigated antioxidant activity of extracts from Nicolaia speciose (Bl.) Horan flower and Muntingia calabura L. fruit for its free radical scavenging activity using 2,2-diphenyl, 1-picryl hydrazil (DPPH) radical scavenging activity. The results revealed that both ethyl acetate fractions of N. speciaose and M. calabura have the highest antioxidant activitiy with IC50 29.81 and 14.48 µg/ml respectively. The antioxidant activity of both ethanolic extracts were more potent than hexan and water fractions with IC50 39.27 and 137.20 µg/ml respectively. The investigation of IC50 values indicated that the antioxidant activity show moderate to very active. Active compounds were identified using thin layer chromatography with FeCl3, AlCl3, 2,4-DNPH and anisaldehide-H2SO4 spray reagents. Chromatogram of ethylacetate fraction showed that spots on the hRf 12 and 56 were thought to contain phenolic compounds with a carbonyl group, while the hRf 37 was suspected flavone compounds with 3-OH group and the hRf 50 was alleged the ortho-dihydroxy flavone or ortho hydroxy and free carbonyl. Chromatogram of ethyl acetate of talok fruits fraction showed that spots on the hRf 19.31 and 44 were suspected flavone compounds with ortho-hydroxy-carbonyl group and or ortho-hydroxy. ABSTRAK Radikal bebas berlebih dalam tubuh dapat memicu tumbuhnya sel kanker, penyumbatan pembuluh jantung, kerusakan oksidatif otak dan penuaan dini. Hal ini menyebabkan penelitian tentang potensi antioksidan terus mengalami peningkatan, terutama antioksidan alami dari tanaman. Bunga kecombrang (Nicolaia speciosa (BI.) Horan) dan buah talok (Muntingia Calabura L.) dilaporkan aktif sebagai antioksidan dan mengandung senyawa aktif dengan tingkat kepolaran yang berbeda. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas dengan penangkapan radikal bebas fraksi-fraksi ekstrak bunga kecombrang dan buah talok serta karakterisasi golongan senyawa aktifnya. Hasil fraksinasi ekstrak diuji dengan larutan DPPH 0,4 mM dan diukur dengan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 517 nm. Hasil absorbansi sampel dan kontrol diolah untuk mendapatkan persen penangkapan radikal DPPH dan aktivitas antioksidan dievaluasi melalui nilai IC50. Senyawa aktif diidentifikasi menggunakan kromatografi lapis tipis dengan penampak bercak FeCl3, AlCl3, 2,4-DNPH dan anisaldehid-H2SO4. Fraksi-fraksi ekstrak bunga kecombrang dan buah talok menunjukkan tingkat kekuatan antioksidan antara sedang sampai sangat aktif. Fraksi etil asetat bunga kecombrang serta buah talok memiliki aktivitas penangkapan radikal bebas tertinggi dengan IC50 sebesar 29,81 µg/ml dan 14,48 µg/ml. Pada fraksi etil asetat ini, buah talok mempunyai potensi aktivitas antioksidan dua kali lipatnya dari bunga kecombrang. Fraksi air, ekstrak etanol serta fraksi heksan bunga kecombrang memiliki IC50 sebesar 39,27 µg/ml, 44,08 µg/ml, dan 135,36 µg/ml. Sedangkan ekstrak etanol, fraksi air serta fraksi heksan buah talok memiliki IC50 sebesar 137,20 µg/ml, 282,47 µg/ml, dan 2611,70 µg/ml. Hasil KLT fraksi etil asetat buah kecombrang menunjukkan bahwa bercak pada hRf 12 dan 56 mengandung senyawa fenolik dengan gugus karbonil, sedangkan hRf 37 diduga senyawa flavon dengan gugus 3-OH dan pada hRf 50 merupakan flavon dengan o-dihidroksi dan atau o-hidroksi karbonil bebas. Kemudian hasil KLT fraksi etil asetat buah talok menunjukkan bahwa bercak dengan nilai hRf 19, 31, dan 44 merupakan flavon dengan gugus o-hidroksi karbonil dan atau gugus o-dihidroksi. Bercak pada hRf 31 juga mengindikasikan adanya senyawa terpenoid.
PENGARUH KINETIN DAN NAA TERHADAP INDUKSI KALUS PULE PANDAK (Rauvolfia serpentina (L.) Benth. ex Kurz) heru Sudrajad; Nur Rahmawati Wijaya
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 12 No 2 (2019): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (675.655 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v12i2.1691

Abstract

ABSTRACT Pule pandak is a rare medicinal plant with low regeneration since it only depend on natural propagation. This plant is difficult to be propagated while the demand of its material for herbal and pharmaceutical industries increased by time. The aim of this research was to find the best method of pulepandak callus induction. This research used pulepandak leaves as explant and Nitsch as base media. The experiment conducted by using combination of Kinetin and NAA as growth hormones. The hormones concentration as follows: Kinetin 1 mg/l, 2 mg/l, Kinetin 3 mg/l and NAA concentration were 0 mg/ml (control) and 1 mg/l. The results showed that the treatment of growth regulators combination of Kinetin 2 mg/l + NAA 0 mg/l, Kinetin 2 mg/l + NAA 1 mg/l, Kinetin 3 mg/l + NAA 0 mg/l and Kinetin 3 mg/l + NAA 1 mg/l were able to induce callus on R. serpentine explant while treatment of kinetin 3 mg/l and NAA 1 mg/l induced callus and roots.. ABSTRAK Pule pandak merupakan salah satu tanaman obat langka yang regenerasinya lambat karena hanya mengandalkan perbanyakan secara alami. Tumbuhan ini sulit dibudidayakan sementara kebutuhan sebagai bahan baku dalam industri herbal dan farmasi semakin meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perlakuan terbaik untuk pembentukan kalus pulepandak. Dalam penelitian ini digunakan daun pulepandak sebagai eksplan dengan media dasar Nitsch dengan pemberian zat pengatur tumbuh kinetin dengan konsentrasi 1, 2 dan 3 mg/l serta NAA konsentrasi 0 mg/l dan 1 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan zat pengatur tumbuh kombinasi kinetin 2 mg/l dan 3 mg/l serta NAA 1 mg/l dan NAA 0 mg/l mampu menginduksi kalus pada eksplan R. serpentina, sementara kombinasi kinetin 3 mg/l dan NAA 1 mg/l mampu menginduksi pertumbuhan kalus dan akar.
THE COMBINATION INFUSION OF Talinum paniculatum (Jacq.) Gaertn., Centella asiatica (L.) Urb. AND Curcuma xanthorrhiza Roxb. EFFECTS ON TESTOSTERONE LEVELS AND INTRODUCTION, CLIMBING AND COITUS FREQUENCIES IN MALE SPRAGUE-DAWLEY RATS Nuning Rahmawati; Ika Yanti Marfuatush Sholikhah
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 12 No 1 (2019): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (863.621 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v12i1.1807

Abstract

ABSTRACT Talinum paniculatum (som Java) reported to have many pharmacological activities such as increasing spermatozoa quality, cell regenerations, fertility, and antibacterial effect both empirically and scientifically. This study aimed to prove the combination infusion effects of som Java, gotu kola, and temulawak on introduction, climbing, and coitus levels as well as testosterone levels in male Sprague Dawley (SD) rats. SD rats were divided into 2 groups, control group received aquadest, treatment group received formula a mixture of som java Talinum paniculatum) root, gotu kola (Centella asiatica) herb, and Javanese turmeric (Curcuma xanthorrhiza) rhizome with the dose of 491,2 mg/200 g BW for 7 consecutive days. Artificial estrus of female SD rats were induced by administering estradiol valerat 2 mg/200 g BW 48 hours before observation. The determined parameters were levels of testosterone as well as introduction, climbing and coitus frequencies. Administration of estradiol valerat led to artificial estrus induction of female SD rats. The administration of the combination infusion dose 491.2 mg/200 g BW significantly increased testosterone level as well as introduction and climbing frequencies of male SD rats as of 27.77%; 86.39% and 69.17% respectively. ABSTRAK Som jawa (Talinum paniculatum) secara empiris dan ilmiah terbukti telah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengatasi berbagai masalah kesehatan diantaranya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas spermatozoa, regenerasi sel, fertilitas, dan sebagai antibakteri. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan efek peningkatan kadar hormon testosteron serta frekuensi introduction, climbing, dan coitus tikus jantan SD dari pengaruh infusa kombinasi som jawa, pegagan, dan temulawak. Hewan uji tikus galur SD dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol diberikan akuades, sedangkan kelompok perlakuan diberikan infusa ramuan akar som jawa, herba pegagan, dan rimpang temulawak dosis 491,2 mg/200 g bb selama 7 hari berturut-turut. Induksi estrus artifisial tikus betina dengan pemberian estradiol valerat 2 mg/200 g bb dilakukan 48 jam sebelum pengamatan. Parameter yang diukur meliputi kadar testosterone, frekuensi introduction, climbing, dan coitus. Dibandingkan dengan kelompok kontrol, pemberian infusa ramuan tidak berefek pada frekunsi coitus, namun mampu meningkatkan kadar testosteron serta frekuensi introduction dan climbing tikus jantan sebesar 27,77; 86,39 dan 69,17%.
Front Matter Vol.11, No.2 tahun 2018 jtoi managerxot
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (745.795 KB)

Abstract

Back Matter Vol.11, No.2, Tahun 2018 jtoi managerxot
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 11 No 2 (2018): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.637 KB)

Abstract

PENGARUH PEMANASAN, TINGKAT KEASAMAN (pH) DAN KONSENTRASI GARAM TERHADAP STABILITAS ANTI BAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT KAYU AKWAY (Drimys piperita Hook f.) Gino Nemesio Cepeda; Meike Meilan Lisangan; Isak Silamba; Nitia Nilawati; Eka Syartika
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 12 No 2 (2019): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (818.788 KB) | DOI: 10.22435/jtoi.v12i2.1842

Abstract

ABSTRACT Akway (Drimys piperita) is a woody, evergreen and aromatic plant that belongs to family winteraceae. This plant is used by Sougb tribe lived in Sururey village, District of Anggi, to enhance the vitality of body. The objectives of the research were to determine antimicrobial stability of akway bark extracts influenced by heating time of 100OC, levels of acidity (pH) and salt contents.. Antimicrobial assays were done by using agar well diffusion method against four species of bacteria, i.e. Escherichia coli ATCC25922, Bacillus cereus ATCC10876, Pseudomonas aeruginosa ATCC27853 and Staphylococcus aureus ATCC25923. The results showed that ethanolic extracts of akway bark only inhibited growth of B. cereus and S. aureus with minimum inhibitory concentration 0,99% and 0,89% . The levels of concentration and acidity of ethanol extracts influenced the antimicrobial capacity of extracts.. Whereas heating time on 100OC during 25 minutes and salt contents up to 5% of extract solution did not influence the antimicrobial stability of akway bark extracts. Key words : akway, extracts, antimicrobe, pH, Heating, salt ABSTRAK Akway (Drimys piperita) adalah tumbuhan berkayu, aromatik dan hijau sepanjang tahun dan tergolong dalam suku winteraceae. Tumbuhan ini digunakan oleh Suku Sougb yang bermukim di desa Sururey Distrik Anggi, untuk mengobati malaria dan meningkatkan vitalitas tubuh. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan stabilitas antimikroba ekstrak kulit kayu akway pada waktu pemanasan ekstrak pada 100OC, tingkat keasaman (pH) dan kandungan garam. Pengujian antimikroba dilakukan dengan menggunakan metode difusi agar terhadap empat spesies bakteri yaitu Escherichia coli ATCC25922, Bacillus cereus ATCC10876, Pseudomonas aeruginosa ATCC27853 and Staphylococcus aureus ATCC25923. Hasil menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit kayu akway hanya dapat menghambat bakteri Bacillus cereus dan Staphylococcus aureus dengan konsentrasi hambat minimum masing-masing adalah 0,99% dan 0,89%. Tingkat konsentrasi dan keasaman (pH) mempengaruhi kapasitas antimikroba ekstrak etanol kulit kayu akway. Sedangkan perlakuan pemanasan pada suhu 100OC dengan lama pemanasan sampai dengan 25 menit dan penambahan garam NaCl sampai konsentrasi 5% tidak berpengaruh pada stabilitas antimikroba ekstrak etanol kulit kayu akway.
EFEK FRAKSI AIR EKSTRAK UMBI BIDARA UPAS (Merremia mammosa (LOUR.)) TERHADAP KEPADATAN KOLAGEN PADA LUKA TIKUS DIABETES Gusfita Trisna Ayu Putri; Elly Nurus Sakinah
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 1 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i1.1116

Abstract

ABSTRACT The data showed that 63.10% of Indonesian people choose self-medication, and 21.41% of them take traditional medicine and only 3.96% of them take an other treatments. North Sumatra is one of the province which have a variety of medicinal plants. In the year of 2000 until 2006 there was an increasing of the traditional medicine utilization that reach of 23.10%. This fact showed that traditional medicinal plants have a pivotal role in improving the economy of North Sumatra Province. This study aims to determine: (1) the development of traditional medicinal plant production, (2) the form of consumption of traditional medicinal plants, (3) the trade of traditional medicinal plants in North Sumatra, (4) the relationship between the exchange rate and the amount of exports of traditional medicinal plants. The research was carried out by literature study and quantitative approach study. The population and sample study was the people who use medicinal plant and traditional medicine in the North Sumatera Province. The study also used secondary data from various sources related to the use of traditional medicinal plants. The results of the study revealed that (1) Production of traditional medicinal plants (jahe, laos, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temulawak, temukunci, cucumber, kapulaga, mengkudu, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto and lidah buaya) in North Sumatra Province from 2013-2017 were very fluctuatif (2) Consumption of traditional medicinal plants in the North Sumatra province from 2013-2017 has increased to meet the demand of the pharmaceutical industry, traditional medicine industry and microbusiness of traditional medicine, (3) traditional medicinal plants trading in North Sumatra Province carried out between districts, provinces and international (export) (4) there is no relationship between international trade in medicinal plants with the exchange rate of the rupiah. Keywords: traditional medicinal plants, trade, consumption, exchange rates, exports ABSTRAK Data menyebutkan bahwa 63,10% masyarakat Indonesia memilih pengobatan sendiri, dimana 21,41% diantaranya melakukan pengobatan tradisional dan 3,96% melakukan pengobatan lain. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penghasil aneka ragam tanaman obat tradisional. Dalam kurun waktu 6 tahun dari tahun 2000 sampai 2006, terjadi peningkatan penggunaan obat tradisional sebanyak 23,10 %. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tanaman obat tradisional memiliki potensi yang kuat dalam meningkatkan perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perkembangan produksi tanaman obat tradisional, (2) bentuk konsumsi tanaman obat tradisional, (3) perdagangan tanaman obat tradisional di Sumatera Utara dan (4) hubungan antara nilai kurs dengan jumlah ekspor tanaman obat tradisional. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dan analisis kuantitatif. Populasi dan sampel penelitian merupakan masyarakat yang melakukan pengobatan secara tradisional di berbagai kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan juga menggunakan data sekunder dari berbagai sumber terkait penggunaan tanaman obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produksi tanaman obat tradisional (jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temulawak, temukunci, dringgo, kapulaga, mengkudu, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto dan lidah buaya) di Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2017 (2) Konsumsi tanaman obat tradisional di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun 2013-2017 dan konsumsi dilakukan dalam bentuk ramuan oleh masyarakat serta dijadikan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, industri tanaman obat tradisional dan usaha mikro tanaman obat tradisional, (3) perdagangan tanaman obat tradisional di provinsi Sumatera Utara dilakukan antar kabupaten, provinsi sampai level internasional (ekspor) (4) tidak ada hubungan antara perdagangan tanaman obat secara internasional dengan nilai kurs rupiah. Kata kunci: tanaman obat tradisional, perdagangan, konsumsi, kurs, ekspor
AKTIVITAS ANTIDIABETES SECARA IN VITRO EKSTRAK ETANOL DAUN DAN KULIT BATANG BINTANGUR (Calophyllum rigidum Miq.) Eris Septiana; Partomuan Simanjuntak
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 2 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i2.1295

Abstract

ABSTRACT Diabetes mellitus is still a serious health problem both in the world and in Indonesia. The use of plants as a source of antidiabetic medicine is still needed. Bintangur plant, Calophyllum rigidum, contains active compounds that have the potential to act as anti-diabetic drugs but have not been used optimally. The purpose of this study was to determine the in vitro antidiabetic activity of the ethanol extract of Calophyllum rigidum stem bark and leaves. The antidiabetic method used was α-glucosidase enzyme inhibition. Phytochemical screening is based on color change reactions. The results obtained showed that the ethanol extract of stem bark and leaf had α-glucosidase enzyme inhibitory activity with IC50 values ​​of 63.75 and 65.86 µg/mL, respectively. Both extracts contain alkaloids, flavonoids, steroids/triterpenoids, saponins, and tannins, while quinones are only found in the stem bark extracts. The conclusion is that the ethanol extract of the stem bark and leaves of Calophyllum rigidum has active antidiabetic activity through inhibition of the α-glucosidase enzyme. Key words: antidiabetic, α-glucosidase, Calophyllum rigidum, phytochemical screening ABSTRAK Penyakit diabetes mellitus masih merupakan masalah kesehatan serius baik di dunia maupun di Indonesia. Pemanfaatan tanaman sebagai sumber bahan obat antidiabetes masih diperlukan. Tanaman bintangur, Calophyllum rigidum, mengandung senyawa aktif yang berpotensi sebagai obat antidiabetes namun belum dimanfaatkan secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antidiabetes secara in vitro dari ekstrak etanol kulit batang dan daun Calophyllum rigidum. Metode antidiabetes yang digunakan adalah penghambatan enzim α-glukosidase. Penapisan fitokimia berdasarkan pada reaksi perubahan warna. Hasil yang didapatkan yaitu ekstrak etanol kulit batang dan daun memiliki aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dengan nilai IC50 masing-masing sebesar 63,75 dan 65,86 µg/mL. Kedua ekstrak mengandung golongan senyawa alkaloid, flavonoid, steroid/triterpenoid, saponin, dan tannin, sedangkan kuinon hanya ditemukan pada ekstrak kulit batang. Kesimpulannya ialah bahwa ekstrak etanol kulit batang dan daun Calophyllum rigidum memiliki aktivitas antidiabetes yang aktif melalui penghambatan enzim α-glukosidasi Kata Kunci : antidiabetes, α-glukosidase, Calophyllum rigidum, penapisan fitokimia
PEMANFAATAN TANAMAN OBAT OLEH MASYARAKAT SUKU MELAYU DI KABUPATEN SAMBAS Resky Nanda Pranaka; Fathul Yusro; Indah Budiastutik
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 1 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i1.1887

Abstract

ABSTRACT Medicinal plant was used to solve the health problems by community both for prevention and medication. The medicinal plants utilization has a pivotal role on the sustainability and biodiversity of plants. Sambas Regency of West Kalimantan is dominated mostly by Malay ethnicity. They have different perspective in medicinal plants utilization, using a system of religion and belief that is continuously handed down from generation to generation. The study aims to analyze the patterns of medicinal plants utilization, plant use values, the degree of community approval, the most important plant species and to analyze the influence of socio-economic factors in the utilization of traditional medicinal plants, especially the Malay ethnic community in Sambas Regency. The study was conducted in Teluk Keramat Subdistrict (Sungai Serabek village, Sungai Baru village) and Tekarang (Sempadian village) where 80% of the population knew the use of medicinal plants. The data was collected by interview and observation to the head of the family or housewife with a purposive sampling technique. The data was analyzed using botany indexes i.e. Use Value (UV), Informant Consensus Factor (ICF), Fidelity Level (FL), and socio-economic factors using Chi Square test. The highest ICF value of 233 species for 103 groups of diseases, namely smallpox (1), promoting the brain (1), ear pain (1), and appendicitis (1). The highest value of FL are 81 species. The highest values of UV ​​is sirih (0,4926), follow by kunyit (0,3312), sirsak (0,3185), bawang merah (0,2994), kalimao (0,2972), jahe merah (0,2314), kumis kucing (0,1996), saudagar (0,1911), jambu biji putih (0,1614), mengkudu (0,1486), pegagan (0,1338), kencur (0,1253), cocor bebek (0,1253), cengkodok (0,1168), and sirih merah (0,1040). The socio-economic factors that influence the utilization of traditional medicinal plants are gender, age, and religion. Keywords: Sambas regency, melayu ethnic, medicinal plants ABSTRAK Pemanfaatan tanaman obat merupakan salah satu solusi masalah kesehatan dimasyarakat baik untuk pencegahan maupun pengobatan. Penggunaan tanaman obat berdampak besar terhadap kelestarian dan keanekaragaman hayati tumbuhan. Kabupaten Sambas merupakan wilayah di Kalimantan Barat yang sebagian besar masyarakatnya ber-etnis (Suku) Melayu. Mereka memanfaatkan tumbuhan obat dengan cara pandang yang berbeda yakni menggunakan sistem religi dan keyakinan yang terus-menerus dan turun-temurun.. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pola pemanfaatan tumbuhan obat, nilai guna tumbuhan, derajat persetujuan masyarakat dalam pemanfaatan tumbuhan obat, dan jenis tumbuhan yang paling penting serta menganalisis pengaruh faktor sosial ekonomi masyarakat dalam pemanfaatan tanaman obat tradisional khususnya masyarakat suku melayu Kabupaten Sambas. Penelitian dilakukan pada Kecamatan Teluk Keramat (desa Sungai Serabek, desa Sungai Baru) dan Kecamatan Tekarang (desa Sempadian) yang secara persentase 80% mengetahui penggunaan tumbuhan obat. Proses pengambilan sampel adalah melalui wawancara dan observasi dengan informan Kepala Keluarga atau Ibu Rumah Tangga menggunakan teknik purposive sampling. Data dianalisis menggunakan beberapa indeks seperti Use Value, Informant Consensus Factor, dan Fidelity Level, sedangkan sosial ekonomi faktor dianalisis menggunakan Chi Square test. Nilai ICF tertinggi dari 233 spesies untuk 103 kelompok penyakit yakni cacar, keremut (1), mencerdaskan otak (1), sakit telinga (1), dan usus buntu (1). Nilai FL tertinggi (100%) sebanyak 81 spesies. Nilai UV tertinggi adalah sirih (0,4926), diikuti oleh kunyit (0,3312), sirsak (0,3185), bawang merah (0,2994), kalimao (0,2972), jahe merah (0,2314), kumis kucing (0,1996), saudagar (0,1911), jambu biji putih (0,1614), mengkudu (0,1486), pegagan (0,1338), kencur (0,1253), cocor bebek (0,1253), cengkodok (0,1168), dan sirih merah (0,1040). Faktor sosial ekonomi yang berpengaruh dalam pemanfaatan tanaman obat tradisional adalah jenis kelamin, umur, dan agama.