cover
Contact Name
Yuli Widiyastuti
Contact Email
ywidiyasis@gmail.com
Phone
+628122581132
Journal Mail Official
jurnal.toi@gmail.com
Editorial Address
Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Jl. Raya Lawu No.11, Tawangmangu, Karanganyar, Jawa Tengah
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
ISSN : 1979897X     EISSN : 23548797     DOI : https://doi.org/10.22435/jtoi.v12i2
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia is a journal developed to disseminate and discuss the scientific literature and other research on the development of health in Indonesian medicinal plant, includes : ethnobotany and ethnopharmacology; conservation, cultivation and post-harvest; molecular biology and biotechnology; phytochemistry; pharmacology. This journal is intended as a medium for communication among stake holders on health research such as researchers, educators, students, practitioners of Health Office, Department of Health, Public Health Service center, as well as the general public who have an interest in the matter. The journal is trying to meet the growing need to study health.
Articles 57 Documents
EKSPLORASI ANTIOKSIDAN TUMBUHAN OBAT YANG BERASAL DARI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERAPI YOGYAKARTA INDONESIA Ari Nurwijayanto; Mohammad Na’iem; Atus Syahbudin; Subagus Wahyuono
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 1 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i1.1983

Abstract

ABSTRACT Mount Merapi National Park (MMNP) has known for its high biodiversity. However, exploration related to the potential for antioxidant activity of the medicinal plants in this region is still very limited. Therefore, the aim of this research was to explore of medicinal plants from MMNP and to evaluate the antioxidant activity of the plants. The research began with the collection and identification the medicinal plants to determine the scientific names. Then, plants that have been identified, are dried, mashed and macerated with ethanol (96%). The ethanol extract were evaluated for antioxidant activity using 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH) to determine the IC50 value and compared with positive control (ascorbic acid). The results of this exploration were obtained 50 plant species which have been identified its scientific names and classified into 16 families. The largest distribution of plant species was belongs to the family Poaceae, followed by Asteraceae and Rubiaceae. Antioxidant activity assay of the medicinal plant resulted three plant species with IC50 values ​​less then 6 ppm, i.e. Melastoma malabathricum, Phyllanthus urinaria, and Clidemia hirta. The alkaloid compound detected in M. malabathricum expected to be a potential antioxidant compound. This information can be used as a basic data for developing alternative sources of antioxidants and as an new drug raw materials. Keywords: medicinal plants, Merapi Volcano National Park, antioxidants, DPPH ABSTRAK Taman Nasional Gunung Merapi (TNGM) telah lama dikenal dengan keanekaragaman hayatinya yang tinggi. Akan tetapi, eksplorasi terkait potensi aktivitas antioksidan pada koleksi tumbuhan obat di wilayah tersebut masih sangat terbatas. Fakta tersebut yang mendasari tujuan dari penelitian ini, yaitu eksplorasi potensi aktivitas antioksidan tumbuhan yang berasal dari TNGM. Penelitian ini diawali dengan pengumpulan dan identifikasi nama ilmiah tumbuhan obat yang tumbuh di wilayah tersebut. Tumbuhan yang telah teridentifikasi kemudian dikeringkan, dihaluskan dan dimaserasi dengan etanol (96%). Ekstrak etanol yang diperoleh kemudian diuji aktivitas antioksidannya melalui penentuan penangkapan radikal bebas menggunakan 1,1-Diphenyl-2-Picrylhydrazyl (DPPH) dengan menentukan nilai IC50-nya dan dibandingkan dengan kontrol positif (asam askorbat). Hasil dari kegiatan eksplorasi ini diperoleh 50 spesies tumbuhan yang telah berhasil diidentifikasi nama ilmiahnya dan digolongkan menjadi 16 famili. Distribusi spesies tumbuhan terbesar termasuk dalam famili Poaceae, diikuti Asteraceae dan Rubiaceae. Pengujian aktivitas antioksidan pada 50 sampel tumbuhan diperoleh tiga spesies tumbuhan dengan nilai IC50 kurang dari 6 ppm, yaitu Melastoma malabathricum, Phyllanthus urinaria, dan Clidemia hirta. Kandungan alkaloid yang terdeteksi pada M. malabathricum, diduga sebagai senyawa antioksidan yang sangat potensial. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar pengembangan sumber antioksidan alternatif untuk inovasi bahan baku obat baru.
PERMINTAAN DAN PENAWARAN TANAMAN OBAT TRADISIONAL DI PROVINSI SUMATERA UTARA Rahmad Syukur Siregar; Rika Ampuh Hadiguna; Insannul Kamil; Novizar Nazir; Nofialdi Nofialdi
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 1 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i1.2037

Abstract

ABSTRACT Medicinal plants are plants that can be used as raw materials for traditional medicine, which if it consumed will increase immunity. Indonesian medicinal plants have a high contribution to world drug production. North Sumatra is one of the provinces producing a variety of traditional medicinal plants. There are 63.10% of Indonesian people choose self-medication and there are 21.41% of them take traditional medicine and 3.96% do other treatments. In less than 6 years from 2000 to 2006 there was an increase of the traditional medicine utilization reach of 23.10%. This fact shows that traditional medicinal plants have a strong potential in improving the economy of North Sumatra Province. This study aims to determine (1) the development of traditional medicinal plant production, (2) the form of consumption of traditional medicinal plants, (3) the trade of traditional medicinal plants in North Sumatra, (4) the relationship between the exchange rate and the amount of exports of traditional medicinal plants. The research was carried out by literature study and quantitative approach study. The population and sample study was the people who use medicinal plant and traditional medicine in the province of Sumatra. The study also used secondary data from various sources about the use of traditional medicinal plants. The results of the study revealed that (1) Production of traditional medicinal plants (ginger, galangal, kencur, turmeric, lempuyang, temulawak, temuireng, temulawak, temukunci, cucumber, cardamom, Noni, crown of the gods, kejibeling, bitter and aloe vera) in North Sumatra Province from 2013-2017 were very fluctuatif (2) Consumption of traditional medicinal plants in the North Sumatra province from 2013-2017 has increased and the consumption was vary as follows of: traditional medicine ingredients and as raw material for the pharmaceutical industry, industry of traditional medicinal plants and microbusiness of medicinal plants traditional, (3) trade in traditional medicinal plants in the province of North Sumatra carried out between districts, provinces and international (export) (4) There is no relationship between international trade in medicinal plants with the exchange rate of the rupiah. Keywords: traditional medicinal plants, trade, consumption, exchange rates, exports ABSTRAK Tanaman obat merupakan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat tradisional, yang bila dikonsumsi akan meningkatkan kekebalan tubuh. Tanaman obat Indonesia memiliki kontribusi yang tinggi terhadap produksi obat dunia. Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi penghasil aneka ragam tanaman obat tradisional. Data menyebutkan bahwa 63,10% masyarakat Indonesia memilih pengobatan sendiri, sebanyak 21,41% melakukan pengobatan tradisional dan 3,96% melakukan pengobatan lain. Dalam kurun waktu 6 tahun dari tahun 2000 sampai 2006 terjadi peningkatan penggunaan obat tradisional sebanyak 23,10%. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa tanaman obat tradisional memiliki potensi yang kuat dalam meningkatkan perekonomian Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perkembangan produksi tanaman obat tradisional, (2) bentuk konsumsi tanaman obat tradisional, (3) perdagangan tanaman obat tradisional di Sumatera Utara dan (4) hubungan antara nilai kurs dengan jumlah ekspor tanaman obat tradisional. Metode penelitian yang digunakan adalah studi literatur dan kuantitatif. Populasi dan sampel penelitian merupakan masyarakat yang melakukan pengobatan secara tradisional di berbagai kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Utara dan juga menggunakan data sekunder dari berbagai sumber terkait penggunaan tanaman obat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Produksi tanaman obat tradisional (jahe, lengkuas, kencur, kunyit, lempuyang, temulawak, temuireng, temulawak, temukunci, dringgo, kapulaga, mengkudu, mahkota dewa, kejibeling, sambiloto dan lidah buaya) di Provinsi Sumatera Utara mengalami fluktuasi dari tahun 2013-2017 (2) Konsumsi tanaman obat tradisional di Provinsi Sumatera Utara mengalami peningkatan dari tahun 2013-2017 dan konsumsi dilakukan dalam bentuk ramuan oleh masyarakat serta dijadikan sebagai bahan baku untuk industri farmasi, industri tanaman obat tradisional dan usaha mikro tanaman obat tradisional, (3) perdagangan tanaman obat tradisional di provinsi Sumatera Utara dilakukan antar kabupaten, provinsi dan internasional (ekspor) (4) Tidak ada hubungan antara perdagangan tanaman obat secara internasional dengan nilai kurs rupiah. Kata kunci: tanaman obat tradisional, perdagangan, konsumsi, kurs, ekspor
AKTIVITAS ANTIBAKTERI MINYAK SERAI DAPUR dan MINYAK ADAS pada Staphylococcus aureus di RUANG INAP RUMAH SAKIT Khoirun Nisyak; Susi Hartiningsih
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 2 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i2.2227

Abstract

ABSTRACT Pathogenic microbial contamination is one of the causes of nosocomial infection in hospitals. Lemongrass oil and fennel oil are essential oils that are used as antimicrobials especially against Staphylococcus aureus. The purpose of this study was to determine the antibacterial activity of lemongrass oil and fennel oil against S. aureus isolated from Anwar Medika Sidoarjo hospital ward through the air diffusion method using essential oil diffuser. The compounds in lemongrass oil and fennel oil were analyzed by Gas Chromatography-Mass Spectrometer. The antibacterial activity test was conducted by the air capture method and continued with the Gram staining, catalase test, coagulase test, and calculation of the number of colonies. The results obtained from this study showed a decrease in the number of S. aureus colonies after the use of essential oils for 48 hours. Based on these results it can be concluded that lemongrass oil and fennel oil can suppress the growth of S. aureus bacteria isolated from hospital wards. Keywords: antibacterial, lemongrass oil, fennel oil, S. aureus, hospital ABSTRAK Kontaminasi mikroba patogen adalah salah satu penyebab terjadinya infeksi nosokomial di rumah sakit. Minyak serai dapur dan minyak adas merupakan minyak atsiri yang dapat dimanfaatkan sebagai antimikroba khususnya pada bakteri Staphylococcus aureus. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui aktivitas antibakteri minyak serai dapur dan minyak adas terhadap S. aureus di ruang rawat inap rumah sakit melalui metode difusi udara dengan menggunakan Diffuser Essensial Oil. Kandungan senyawa dalam minyak sereh dapur dan adas dianalisa dengan GC-MS. Analisa aktivitas antibakteri menggunakan metode tangkap udara dan dilanjutkan uji perhitungan jumlah koloni, pewarnaan Gram, uji katalase, dan uji koagulase. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan penurunan jumlah koloni S. aureus setelah penggunaan minyak atsiri dalam jangka waktu 48 jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa minyak serai dapur dan minyak adas memiliki kemampuan untuk menekan pertumbuhan bakteri S. aureus dalam ruang perawatan inap rumah sakit kelas III. Kata kunci: antibakteri, minyak serai dapur, minyak adas, S.aureus, rumah sakit
MANFAAT EKSTRAK ETANOL DAUN REMEK DAGING (Hemigraphis colorata W. Bull) TERHADAP LUKA BAKAR PADA TIKUS Lusi Putri Dwita; Vera Ladeska; Aisyah Ramadhani; Dwi Rahma Augusta; Retno Tri Saufia
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 1 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i1.2823

Abstract

ABSTRACT Remek daging (Hemigraphis colorata W.Bull) have been studied and used traditionally for wound healing. This study aimed to determine the effect of topical application of remek daging leaves ethanolic extract 70% on the burn wound. The animals used for this study were 30 rats, divided into five groups, namely 20, 10, 5% remek daging extract ointment, negative control (vaseline flavum), and positive control (silver sulfadiazine 1%). Histology observations were held on days 3, 7, and 14 after burn wound induction. Histological observations showed an increase number of macrophages, fibroblasts, collagen density, and re-epithelialization in the extract ointment group significantly compare to the negative control (p <0.05). The application of ointment extract 20% to the rats showed comparable results to silver sulfadiazine 1% (p> 0.05). It can be concluded that remek daging ointment extract can accelerate the healing of burn wounds with the best results at a concentration of 20%. Keywords: Hemigraphis colorata, burns, macrophages, fibroblasts, collagen. ABSTRAK Remek daging (Hemigraphis colorata W.Bull) telah diteliti dan digunakan untuk penyembuhan luka secara tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak etanol 70% daun remek daging secara topikal pada luka bakar tikus putih. Hewan yang digunakan adalah 30 ekor tikus yang dibagi menjadi 5 kelompok yaitu kelompok salep ekstrak daun remek daging 20, 10, 5% (%b/b), kontrol negatif (vaselin flavum) dan kontrol positif (silver sulfadiazine 1% (%b/b)). Pengamatan secara histologi dilakukan pada hari ke 3, 7 dan 14 setelah induksi luka bakar. Pengamatan histologi menunjukkan peningkatan jumlah makrofag, jumlah fibroblas, kepadatan kolagen dan ketebalan re-epitelisasi pada kelompok salep ekstrak daun remek daging secara signifikan dibandingkan kontrol negatif (p<0,05). Tikus yang diberikan perlakuan salep ekstrak 20% menunjukkan hasil sebanding dengan silver sulfadiazin 1% (p>0,05). Dapat disimpulkan bahwa salep ekstrak daun remek daging dapat mempercepat penyembuhan luka bakar dengan hasil terbaik pada konsentrasi 20%. Kata kunci: Hemigraphis colorata, luka bakar, makrofag, fibroblas, kolagen.
UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL 70% DAUN YAKON (Smallanthus sonchifolius) TERHADAP KADAR GLIKOGEN HATI, GLIKOGEN OTOT DAN PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH PADA HAMSTER HIPERGLIKEMIA DAN HIPERLIPIDEMIA Dwitiyanti Dwitiyanti; Ni Putu Ermi Hikmawati; Anggitha Prameswari Putri; Novella Chulsum
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 2 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i2.3015

Abstract

ABSTRACT Yacon (Smallanthus sonchifolius (Poepp.) H.Rob) leave has an effect on blood glucose level and lipid profiles in the alloxan-induced rat. This study aimed to determine the activity of ethanol extract of yacon leaves in increasing glycogen synthesis in the liver and muscles and decreasing blood glucose levels on hyperglycemic hamsters with a high-fat diet. Twenty-four of male Syrian hamsters divided into 6 groups consisting of normal control, negative control without treatment, positive control was given metformin (61.67 mg/kg), dose I group treatment that given extract at 180 mg/kg, dose II group treatment that given extract at 360 mg/kg, and dose III group treatment that given extract at 720 mg/kg. All groups were induced by alloxan monohydrate and high-fat diet, except for the normal control group. Blood glucose levels were measured using a clinical spectrophotometer. The glycogen deposits were added with 0,2% anthrone-sulfuric acid and measured using spectrophotometer UV-Vis. Data were analyzed using one-way ANOVA and continued with the Tukey test. The ethanol extract of yacon leaves at 360 mg/kg and 720 mg/kg can increase glycogen synthesis in liver and muscle compare to metformin (P>0,05), and also can decrease blood glucose levels on hamster by 53.32% and 57.81%, respectively which is comparable (P> 0.05) with metformin by 60.12%. Keywords: blood glucose level, liver, muscle, glycogen, Smallanthus sonchifolius ABSTRAK Daun yakon (Smallanthus sonchifolius (Poepp.) H.Rob) memiliki pengaruh terhadap kadar glukosa darah dan profil lipid pada tikus yang diinduksi aloksan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas ekstrak etanol daun yakon dalam meningkatkan sintesis glikogen di hati dan otot, serta menurunkan kadar glukosa darah pada hamster hiperglikemia dengan diet tinggi lemak. Penelitian ini menggunakan hamster Syrian jantan sebanyak 24 ekor yang dikelompokan menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal, kontrol negatif tanpa perlakuan, kontrol positif yang diberi metformin (61,67 mg/kg), kelompok ekstrak dosis I (180 mg/kg), ekstrak dosis II (360 mg/kg), dan ekstrak dosis III (720 mg/kg). Seluruh kelompok diinduksi aloksan monohidrat dan pakan tinggi lemak kecuali kelompok kontrol normal. Serum darah direaksikan dengan glucose liquicolor dan kadar glukosa darah diukur menggunakan spektrofotometer klinikal. Endapan glikogen ditambahkan dengan antrone-asam sulfat 0,2% dan diukur menggunakan spketrofotometer UV-Vis. Data dianalisis menggunakan ANOVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji Tukey. Ekstrak etanol daun yakon dengan dosis 360 mg/kg dan 720 mg/kg dapat meningkatkan sintesis glikogen di hati dan otot hamster yang sebanding dengan metformin (P>0,05), serta dapat menurunkan kadar glukosa darah sebesar 53,3275% dan 57,8125% yang sebanding (P>0,05) dengan metformin sebesar 60,12%. Kata Kunci: kadar glukosa darah, hati, otot, glikogen, Smallanthus sonchifolius
EFEKTIVITAS SIRUP EKSTRAK DAUN MURBEI (Morus alba L.) TERHADAP PENURUNAN ASAM URAT PADA MENCIT (Mus Musculus) Ika Maruya Kusuma; Amelia Febriani; Melva Novriana Saragih
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 2 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i2.3023

Abstract

ABSTRACT Allopurinol is an isostatic uric acid drug. Long-term use of allopurinol may cause liver failure, hepatitis, diarrhea, constipation, nausea, vomiting, and eczema. Mulberry leaves extract at doses 250 (M250), 500 (M500), and 750 (M750) mg/kg of body weight known had effectiveness in decreasing uric acid levels in mice. This study aimed to know the physical stability and effectiveness of mulberry leaves extract syrup in reducing uric acid levels. Phytochemical screening was carried out to determine the class of compounds in the mulberry extract. The extract was then prepared into syrup formulation. Syrup preparations were examined for physical stability, included organoleptic, pH, homogeneity, and viscosity. The 24 mice, were induced hyperuricemia with fresh chicken liver. Mice were divided into 6 groups, i.e. mulberry leaves extract syrup M250, M500, M750, positive control allopurinol, negative control CMC Na, and control group. Blood uric acid levels were measured at 0, 60, and 90 minutes. The phytochemistry screening showed the extract contained alkaloid, flavonoid, saponin, tannin, and terpenoid. The organoleptic test of mulberry leaves extracts syrup was liquid, green, sweet, pH 4.2-4.5, and homogeneous. The mulberry leaves extract syrup M250, M500, M750 significantly decreased uric acid levels compared to solvent treatment, respectively 32+4,3, 55+5,6, and 41+3,7%, while the allopurinol 62+2,0%, p>0.05. The mulberry leaves extract can be formulated into syrup dosage form and has good physical stability. Keywords: uric acid, Morus alba, mulberry leaves syrup Allopurinol merupakan obat asam urat yang bersifat urikostatik. Penggunaan allopurinol jangka panjang dapat menyebabkan gagal hati, hepatitis, diare, konstipasi, mual, muntah dan eksim. Ekstrak daun murbei (M250), 500 (M500) dan 750 (M750) mg/kg BB diketahui dapat menurunkan kadar asam urat pada mencit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas fisik sirup ekstrak daun murbei dan efektifitasnya dalam menurunkan kadar asam urat. Penapisan fitokimia dilakukan untuk mengetahui kandungan golongan kimia dalam ekstrak daun murbei. Ekstrak diformulasi menjadi sediaan sirup dan dilakukan pengujian organoleptik, pH, homogenitas dan viskositasnya. Sejumlah 24 mencit diinduksi hiperurisemia dengan memberikan hati ayam segar. Mencit hiperurisemia kemudian dibagi menjadi 6 kelompok dengan perlakuan sirup ektrak daun M250, M500, M750, kontrol allopurinol dan Na CMC. Kadar asam urat darah diukur pada menit ke 0, 60 dan 90. Penapisan fitokimia menunjukkan ekstak daun murbei memiliki kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin dan terpenoid. Pengamatan organoleptik sirup ekstrak daun murbei berwujud cair, hijau, manis, pH4,2-4,5 dan bersifat homogen. Hasil penelitian menunjukkan sirup ekstrak daun murbei M250, M500, M750 menurunkan kadar asam urat secara signifikan dibandingkan perlakuan pelarut, berturut-turut sebesar 32+4,3, 55+5,6 dan 41+3,7%, sedangkan kelompok kontrol allopurinol 62+2,0%, p>0.05. Dengan demikian, ekstrak daun murbei dapat diformulasi menjadi sediaan sirup dengan stabilitas fisik yang baik. Kata kunci: Asam urat, Morus alba, sirup daun murbei
SHORT COMMUNICATION: FIRST RECORD OF Aleurocanthus camelliae (Homoptera: aleyrodidae) IN INDONESIA, AN INVASIVE PEST ON VARIOUS MEDICINAL PLANTS M Bakti Samsu Adi; Dian Susanti
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 13 No 2 (2020): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v13i2.3869

Abstract

ABSTRACT Aleurocanthus camelliae was identified as a new species in 2011. The distribution of this species in worldwide is not widely known, including in Indonesia. These findings report the existence of A. camelliae in Indonesia as a new record based on morphological characters, previously identified as A. spiniferus. The study was carried out in August 2019 using an observation method in three locations with different altitudes around Mount Lawu. The result showed the species parasitized 13 medicinal plant species in two observation location (495 m asl and 1,200 m asl). Keywords: Aleurocanthus spiniferus, morphology, camellia spiny whitefly, invasive pest, medicinal plant. ABSTRAK Aleurocanthus camelliae diidentifikasi sebagai spesies baru telah dilakukan pada tahun 2011. Sebarannya diseluruh dunia belum banyak diketahui, termasuk di Indonesia. Laporan ini menyampaikan hasil pengamatan tentang keberadaan A. camelliae di Indonesia sebagai catatan baru berdasarkan karakter morfologi. Penelitiandilakukan pada bulan Agustus 2019 dengan metode observasi di tiga lokasi dengan ketinggian berbeda di sekitar Gunung Lawu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa spesies ini telah memarasit 13 jenis tumbuhan obat di dua lokasi pengamatan pada ketinggian 495 m dpl dan 1.200 m dpl. Kata kunci: Aleurocanthus spiniferus, morfologi, kutu putih, hama invasif, hama tumbuhan obat.
UJI AKTIVITAS ANTI-DERMATITIS RAMUAN SEMBUNG, JAHE, RUMPUT TEKI, DAN CABE JAWA PADA TIKUS MODEL INDUKSI OVALBUMIN DAN UJI TOKSISITAS AKUTNYA Galuh Ratnawati; Ika Yanti M.S; Nuning Rahmawati; Asri Wuryani
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 14 No 2 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v14i1.2595

Abstract

ABSTRACT Atopic dermatitis or eczema is a chronic inflammatory skin disease characterized by pruritic inflamed skin lesions and dry skin (xerosis). The effectiveness of currently available treatments is considered insufficient. Medicinal plants are one of the potential alternatives to be developed in the treatment of eczema. This study aimed to investigate the anti-dermatitis activity and acute toxicity of herbal medicine formulation consisting of sembung (Blumea balsamifera), ginger (Zingiber officinale), rumput teki (Cyperus rotundus), and cabe jawa (Piper retrofractum). The herbs was prepared in the form of infusion 10% w/v. The activity assay was carried out on rat model of atopic dermatitis induced with ovalbumin. Measurement of IL-4 and IgE levels was carried out by spectrophotometric method. The skin tissue histology was examined to count the number of mast cells. The acute toxicity test was performed to determine LD50 of the herbs and its effect on urea levels, creatinine, SGOT, and SGPT blood samples. The herbs 1.350 and 10.800 mg/kg bw significantly reduced IL-4 levels, but did not affect IgE levels. All doses of the herbs decreased the number of mast cells in the rat skin tissue. The acute toxicity test showed that the herbs did not cause clinical symptoms and death in rats. Jamu ingredients significantly reduce SGOT levels but do not affect the levels of urea, creatinine, and SGPT. As a result, the herbs applied in this study could be developed further for the treatment of atopic dermatitis. Keywords: atopic dermatitis, IL-4, IgE, mast cell, jamu ingredients ABSTRAK Dermatitis atopik atau eksim adalah penyakit kulit kronis, ditandai dengan inflamasi lesi kulit pruritus dan kulit kering (xerosis). Efikasi pengobatan yang tersedia saat ini dipandang belum memuaskan. Tanaman obat merupakan salah satu alternatif yang potensial dikembangkan dalam pengobatan eksim. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji aktivitas anti-dermatitis dan toksisitas akut ramuan jamu sembung (Blumea balsamifera), jahe (Zingiber officinale), rumput teki (Cyperus rotundus), dan cabe jawa (Piper retrofractum). Ramuan jamu disiapkan dalam bentuk infusa 10% b/v. Uji aktivitas dilakukan pada tikus model dermatitis atopik dengan induksi ovalbumin. Kadar IL-4 dan IgE diukur dengan spektrofotometri. Histologi jaringan kulit diperiksa untuk menghitung jumlah sel mast. Uji toksisitas akut dilakukan untuk mengetahui LD50, kadar ureum, kreatinin, SGOT, dan SGPT. Ramuan jamu dosis 1350 dan 10800 mg/kg BB secara signifikan menurunkan level IL-4, namun tidak mempengaruhi level IgE. Ramuan jamu semua dosis menurunkan jumlah sel mast dalam jaringan kulit tikus uji. Uji toksisitas akut menunjukkan ramuan jamu tidak menyebabkan gejala klinis dan kematian hewan uji. Ramuan jamu signifikan menurunkan kadar SGOT, namun tidak berpengaruh pada kadar ureum, kreatinin, dan SGPT. Dengan demikian, ramuan jamu yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut untuk mengatasi dermatitis atopik. Kata kunci: dermatitis atopik, IL-4, IgE, sel mast, ramuan jamu
KAJIAN ETNOFARMASI DAN FITOKIMIA TUMBUHAN OBAT KAMPUNG ADAT URUG, KECAMATAN SUKAJAYA, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Ghalib Syukrilah Syahputra; Mutiara Ayudia Astuti; Piter Piter; Dayar Arbain
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 14 No 1 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v14i1.3016

Abstract

ABSTRACT Knowledge and arts of the traditionally use of medicinal plant are valuable assets of Indonesian culture, which should be documented and preserved. Simultaneously, the plant that are traditionally used for health care should be investigated, particularly regarding their chemical constituents, biological activities and their safety, as well. This study aimed to inventory of medicinal plants used by people from Kampung Adat Urug, a Sundanese traditional village. This community still practices their traditional way of life, including how to maintain health and to treat illness. This study began with an ethnobotanical survey using Participation Observatory Method (POM) and interviewing the selected traditional healers. Data analysis was carried out by calculating Use Value (UV), Relative Frequency of Citation (RFC), and Relative Importance (RI) of plant species. The study revealed 29 medicinal plants used by Kampung Urug community. Five medicinal plants (Ixora salicifolia, Scleria levis, Hippobroma longiflora; Pterocarpus indicus and Pothos junghuhnii) showed high level of UV, RFC, and RI. Those species were found to be potential in treating various neglected diseases, women health care during pregnancy, postpartum illness, and maintaining health care in general. Besides, there were four plants extracts, each from Barringtonia acutangula; Pterocarpus indicus; Selaginella cf. lana and Pothos junghuhnii which showed potent inhibition against Staphylococcus aureus. The phytochemical screening of the above extracts showed various major constituents, particularly phenolics and flavonoids. Keywords: Ethnopharmacy, Kampung Urug, Phytochemistry ABSTRAK Pengetahuan dan seni tentang penggunaan tumbuhan obat merupakan salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia yang harus didokumentasikan dan dilestarikan. Secara bersamaan tumbuhan obat yang digunakan untuk pemeliharaan kesehatan dan obat itu juga harus diteliti, khususnya kandungan kimia dan bioaktifitasnya serta divalidasi khasiat dan keamanan penggunaannya. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menginventarisasi penggunaan tumbuhan obat oleh salah satu masyarakat adat Suku Sunda yang tinggal tidak jauh dari kota Bogor yang dikenal dengan nama Kampung Adat Urug. Mereka hidup secara tradisional termasuk bagaimana memelihara kesehatan dan mengobati penyakit. Kajian ini dimulai dengan melakukan survei etnobotani menggunakan metode Participation Observatory Method (POM) dan mewawancarai beberapa dukun terpilih menggunakan analisis Use Value (UV), Relative Frequency of Citation (RFC), dan Relative Importance (RI). Pada kegiatan ini telah terkumpul 29 jenis tumbuhan obat, dibuat spesimen herbariumnya dan disiapkan juga ekstrak metanol dari tumbuhan obat yang dikoleksi tersebut. Berdasarkan metode POM dan wawancara beberapa dukun terpilih menggunakan analisis UV, RFC, dan RI, terpilih lima jenis tumbuhan obat, yaitu: Ixora salicifolia, Scleria levis, Hippobroma longiflora, Pterocarpus indicus dan Pothos junghuhnii, yang potential digunakan untuk berbagai penyakit terabaikan, perawatan wanita hamil dan setelah melahirkan serta untuk pemeliharaan kesehatan secara umum. Berdasarkan studi pustaka terdapat empat ekstrak tumbuhan; Barringtonia acutangula, P. indicus, Selaginella cf. plana, dan P. junghuhnii yang menghambat kuat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang sering menyebabkan infeksi secara umum. Hasil penapisan fitokimia terlihat bahwa ekstrak-ekstrak yang aktif antimikroba di atas memperlihatkan adanya kandungan senyawa kimia khususnya senyawa fenolik dan flavonoid yang diperlukan untuk perencanaan kajian-kajian isolasi dan karakterisasi kandungan senyawa aktif yang ada. Kata kunci: Etnofarmasi, Fitokimia, Kampung Urug
KAJIAN ETNOBOTANI, FITOKIMIA, FARMAKOLOGI DAN TOKSIKOLOGI SUKUN (Artocarpus altilis (Park.) Fosberg) Gharsina Ghaisani Yumni; Sitarina Widyarini; Nanang Fakhrudin
Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia Vol 14 No 1 (2021): Jurnal Tumbuhan Obat Indonesia
Publisher : Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jtoi.v14i1.3944

Abstract

ABSTRACT Indonesia is a country with large plant biodiversity with medicinal properties, such as “sukun” (Artocarpus altilis) or known as “breadfruit”. Breadfruit is a woody evergreen plant that has been used traditionally for various purposes, including medication. The fruit is rich in carbohydrates and fibers as a food source. The leaf and cortex are the most widely used for treating various diseases and other health benefits. This article aimed to present a comprehensive review on the potency of breadfruit from the perspective of ethnobotany, phytochemistry, pharmacology, and toxicology. The data in this narrative review was obtained from the scientific journals in the databases of Google Scholar, PubMed, Scopus, and ScienceDirect. Other credible sources, such as textbooks, student thesis, and patents were also used to support the main data. Based on the literature study, breadfruit has been used empirically in Indonesia as a medicinal herb. The scientific data of breadfruit showed antiinflammatory, antiplatelet, antioxidant, antiatherosclerosis, antihyperlipidemic, antimalaria, antidiabetic, cardioprotective, and anticancer activities. Breadfruit contains terpenoids, flavonoids, alkaloids, and phenolics as bioactive compounds. However, the unique compounds are geranylated and prenylated flavonoids such as cycloartenol, artonin V, and cyclomulberin. These compounds are distributed in the leaf, cortex, wood, and fruit. Limited data is available regarding the toxicology profile of breadfruit. Breadfruit leaves ethanol extract did not show any significant toxic effects in the animal experiments. However, the toxicity of the water extract is unclear, and thus, needs to be investigated to ensure its safety. Keywords: Artocarpus communis, bioactivity, chemical constituents, ethnopharmacology ABSTRAK Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keragaman tumbuhan berpotensi obat, diantaranya sukun (Artocarpus altilis). Sukun merupakan tanaman berkayu yang secara tradisional dimanfaatkan untuk berbagai keperluan termasuk pengobatan. Buah sukun mengandung karbohidrat dan serat sebagai sumber pangan. Daun dan batang sukun merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan dalam pengobatan dan kesehatan. Reviu artikel ini bertujuan untuk mengkaji secara komprehensif potensi sukun dari sudut pandang etnobotani, fitokimia, farmakologi, dan toksikologi. Artikel narrative review ini ditulis berdasarkan data yang diperoleh dari kajian literatur hasil penelitian yang ada di basis data Google Scholar, PubMed, Scopus, dan ScienceDirect. Beberapa sumber pustaka lain seperti buku, naskah tugas akhir dan paten juga digunakan untuk memperkaya penulisan. Hasil kajian literatur sukun menunjukkan bahwa tanaman ini memiliki riwayat empiris digunakan sebagai obat tradisional di Indonesia. Hasil penelitian ilmiah menunjukkan sukun memiliki aktivitas antiinflamasi, antiplatelet, antioksidan, antiatherosklerosis, antihiperlipi-demia, antimalaria, antidiabetes, kardioprotektif, dan antikanker. Sukun mengandung senyawa terpenoid, flavonoid, alkaloid, dan senyawa fenolik. Senyawa khas dari tumbuhan genus Artocarpus ini adalah flavonoid dengan gugus geranil atau prenil, misalnya sikloartenol, artonin V, dan siklomulberin. Senyawa tersebut tersebar dalam daun, kulit kayu, batang, dan buah. Data terkait profil toksikologi sukun masih terbatas. Ekstrak etanol daun sukun tidak menunjukkan efek toksik pada hewan uji. Namun, ekstrak airnya belum memiliki profil toksikologi yang jelas sehingga perlu dilakukan pengujian untuk memastikan keamanannya. Kata kunci: Artocarpus communis, bioaktivitas, kandungan kimia, etnofarmakologi