cover
Contact Name
Rokhani Hasbullah
Contact Email
rokhani.h@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltep@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keteknikan Pertanian
ISSN : 24070475     EISSN : 23388439     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Keteknikan Pertanian dengan No. ISSN 2338-8439, pada awalnya bernama Buletin Keteknikan Pertanian, merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) bekerjasama dengan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) IPB yang terbit pertama kali pada tahun 1984, berkiprah dalam pengembangan ilmu keteknikan untuk pertanian tropika dan lingkungan hayati. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun. Penulis makalah tidak dibatasi pada anggota PERTETA tetapi terbuka bagi masyarakat umum. Lingkup makalah, antara lain: teknik sumberdaya lahan dan air, alat dan mesin budidaya, lingkungan dan bangunan, energi alternatif dan elektrifikasi, ergonomika dan elektronika, teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, manajemen dan sistem informasi. Makalah dikelompokkan dalam invited paper yang menyajikan isu aktual nasional dan internasional, review perkembangan penelitian, atau penerpan ilmu dan teknologi, technical paper hasil penelitian, penerapan, atau diseminasi, serta research methodology berkaitan pengembangan modul, metode, prosedur, program aplikasi, dan lain sebagainya.
Arjuna Subject : -
Articles 623 Documents
Desain dan Pengujian Prototipe Sistem Kontrol Mesin Sprayer Dosis Variabel untuk Aplikasi Penyemprotan Pertanian Presisi Muhammad Rizal; I Dewa Made Subrata; Radite Praeko Agus Setiawan
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1992.054 KB) | DOI: 10.19028/jtep.04.2.%p

Abstract

AbstractPresently. Rise of crop production often face major obstacle, such as plant disease and pests.Crop losses can occur when plant disease and pests are not treated properly. However, excessive use of chemical pesticide cause environmental damage.The objective of present study was to develop and evaluate control system of variable rate sprayer and its performance for precision farming. The methods consist of some sequential steps i.e. measuring disease and pest intensity and determine its respective dose then input itin microcontroller grid sequence; controlling several sprayer components, i.e. pump motor, solenoid valve, and proximity sensor for plant detection; and conducting performance test of sprayer prototype based on microcontroller data input. The results showed that in order to obtain appropriate flow rate correspond to disease and pest intensity, a PWM (pulse width modulation) ranged of 100-250, 217-592 rpm of motor speed, 2-10 sec/plant of spray duration, and 4-11 ml/s of flow rate, were used. The field test with data input, i.e. 120 plants, with 8.1% and 15.5% of disease intensity, 10 and 8.3 ml/sec/row (10m/row), and 20 and 60 sec/plant of spray duration; generated average actual results with 10.2 and 7.8 ml/sec/row of flow rate and 23.2 and 64.3 sec/plant of spray duration. The field test also indicates 91% of precision time of application.AbstrakPeningkatan produksi tanaman seringkali dihadapkan adanya gangguan hama dan penyakit. Kerugian besar bahkan kegagalan panen dapat terjadi bila gangguan tersebut tidak diatasi dengan baik. Penggunaan pestisida yang berlebihan membahayakan lingkungan dan kehidupan manusia akibat zat kimia yang terdapat pada pestisida. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merancang, pabrikasi dan menguji kinerja prototipe sistem kontrol mesin sprayer dosis variabel untuk aplikasi penyemprotan pertanian presisi. Metode pengujian yang digunakan yaitu input intensitas serangan hama, dosis semprotan tiap serangan, dan urutan grid pada mikrokontroler, mengontrol komponen sprayer seperti motor pompa, solenoid valve, dan sensor jarak deteksi tanaman,menguji kinerja prototipe mesin sprayer berdasarkan input yang diberikanpada mikrokontroler, dan melakukan penyemprotan secara presisi. Hasil uji laboratorium menunjukkan bahwa untuk mencapai debit semprotan yang sesuai dengan intensitas serangan hama digunakan PWM 100-250, kecepatan motor 217-592 rpm, lama semprotan 2-10 detik/tanaman, dan debit 4-11 ml/detik. Hasil pengujian lapangan pada 120 tanaman dilakukan penyemprotan dengan debit 10 ml/detik setiapblok sepanjang 10 m pada intensitas serangan hama 8.1% diperoleh lama semprotan 20 detik. Sedangkan penyemprotan dengan debit 8.3 ml/detik per blok tanaman yang sama pada intensitas serangan hama 15.5% diperoleh lama semprotan 60 detik. Sehingga hasil pengujian lapang diperoleh lama penyemprotan rata-rata 23.2 detik dengan debit semprotan aktual 10.2 ml/detik dan 64.3 detik untuk debit semprotanaktual 7.8 ml/detik. Perbandingan antara prediksi dan aktual diperoleh akurasi penyemprotan sebesar 91%.
Analisis Sistem Heat Pump Kompresi Uap untuk Pengeringan Gabah Damawidjaya Biksono; Leopold Oscar Nelwan; Tineke Mandang; Dyah Wulandani; Yogi Sirodz Gaos
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2026.833 KB) | DOI: 10.19028/jtep.04.2.%p

Abstract

AbstractAs a drying system, heat pump drying with appropriate configuration is potential to safe energy. The objective of this research was to develop vapor compression heat pump system for rough rice drying and to obtain low energy consumption from several system configurations. Therefore, the model of vapor compression heat pump system was designed in which its configuration was modifiable. The result showed that the ratio of specific moisture extraction rate which calculated mechanic and thermal consumption (SMERTot) upon resistive heating dryer for those several configurations was 159 – 329%. The open cycle heat pump drying method with intermittent operation produced the highest specific moisture extraction rate which only calculated thermal energy (SMERT) and SMERTot at 7.06 and 5.06 kg/kWh, respectively. Intermittent operation did not much influence drying rate but significantly reduced energy consumption. Ambient air inlet which placed before evaporator and condenser on a closed cycle could produce different SMERTot i.e. 4.01 dan 3.07 kg/kWh respectively. The utilization of ambient air through forced convection in heat exchanger could increase SMERTot, while the utilization of air flow the dryer from outlet could reduce SMERTot.AbstrakPengeringan heat pump merupakan sistem pengeringan yang berpotensi menghemat energi terutama apabila konfigurasinya sesuai. Tujuan dari penelitian ini adalah mengembangkan sistem heat pump kompresi uap (HPKU) untuk pengeringan gabah dan mendapatkan konsumsi energi yang rendah dariberbagai konfigurasi sistem. Untuk itu pada penelitian ini didesain sebuah model sistem pengering heat pump yang konfigurasinya dapat diubah-ubah untuk  pengeringan gabah. Hasil percobaan memperlihatkan bahwa rasio peningkatan specific moisture extraction rate yang memperhitungkan konsumsi energi mekanik dan termal (SMERTot) terhadap pengering pemanas resistif untuk berbagai konfigurasi tersebutadalah 159 – 329%. Metode pengeringan heat pump siklus terbuka dengan pengoperasian HPKU yang intermittent memberikan specific moisture extraction rate yang hanya memperhitungkan konsumsi energi termal (SMERT) dan SMERTot yang paling tinggi yaitu masing-masing 7.06 dan 5.06 kg/kWh. Pengoperasian intermittent tidak banyak mempengaruhi laju pengeringan, tetapi secara nyata menurunkan konsumsi energi. Penempatan inlet udara lingkungan sebelum evaporator dan sebelum kondensor pada siklus tertutup memberikan SMERTot yang berbeda yaitu 4.01 dan 3.07 kg/kWh. Penggunaan udara lingkungan dengan menggunakan konveksi paksa melalui penukar panas dapat meningkatkan SMERTot, sedangkan penggunaan aliran udara dari keluaran pengering dapat menurunkan nilai SMERTot.
Analisis Dimensional Reaktor Berpengaduk Statis untuk Produksi Biodiesel Akhmad Irfan; Armansyah Halomoan Tambunan; Desrial -
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1551.273 KB) | DOI: 10.19028/jtep.04.2.%p

Abstract

AbstractBiodiesel production can be done using static mixing reactor (SMR). The production by this method requires less energy than blade agitator. However, the use of elements in the helix-shaped stirrer reactors causing large pressure drop. The other factors that affect the flow in the SMR can be determined using dimensional analysis. Dimensional analysis can be used to eliminate the variables that are not required so that can be done to optimize the energy used in the SMR design. The variables that influence the pressure drop (ΔP) in the SMR can be formulated into mathematical equation as:Total irreversibility due to the use of a static mixer in the SMR tested is 0.237 W.AbstrakProduksi biodiesel dapat dilakukan dengan menggunakan reaktor berpengaduk statis atau SMR (Static Mixing Reactor). Pembuatan biodiesel dengan metode ini membutuhkan energi yang lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan blade agitator. Namun demikian penggunaan elemen pengaduk yang berbentuk helix dalam reaktor menimbulkan pressure drop yang besar. Faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap aliran di dalam SMR dapat ditentukan dengan menggunakan analisis dimensional. Analisis dimensional mampu menghilangkan variabel-variabel yang tidak diperlukan sehingga dapat dilakukan untuk mengoptimalkan energi yang digunakan dalam perancangan SMR. Variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pressure drop (ΔP) di dalam SMR yang dapat diformulasikan ke dalam bentuk persamaan matematis sebagai:Ketakmampubalikan total akibat penggunaan elemen berpengaduk statis yang diuji adalah 0,237 W.
Karakterisasi Arang dan Gas-gas Hasil Pirolisis Limbah Kelapa Sawit Muhammad Raju; Armansyah Halomoan Tambunan; Radite Praeko Agus Setiawan
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2083.954 KB) | DOI: 10.19028/jtep.04.2.%p

Abstract

AbstractEmpty fruit bunch (EFB) and shell of oil palm are potential sources of bioenergy because they contain lignocellulose (cellulose, hemycellulose and lignin) which can be converted to bio-oil (liquid), char, or combustible gases by pyrolysis process. Operating temperature of the pyrolysis process will influence the composition of the liquid, char and gases, as well as its characteristics. The objective of this study is to characterize the pyrolysis product of both empty fruit bunch and shell as affected by the pyrolysis temperature. The experiment was conducted by using a lab scale pyrolysis reactor, specially designed with controlable temperature. The temperature of the pyrolysis process was controled at 300°C, 400°C, 500°C, and 600°C level, and the product was measured and analysed. The result showed that pyrolysis of shell produced char, liquid and gases at the range of 34.99 - 63.78%, 22.76 - 43.28% and 13.47 - 21.73%, in mass fraction respectively. While pyrolysis of empty fruit bunch produced char, liquid and gases at the range of 30.66 - 64.7%, 16.25 - 29.16% and 18.98 - 44.49%, in mass fraction respectively. Increasing temperature resulted in increasing calorific value of the pyrolysis char from shell and empty fruit bunch in range of 25.64 – 29.60 kJ/g and 24.50 – 27.86 kJ/g, respectively. However, the calorific value of pyrolysis gases was decreasing with the increasing temperature in range of 12.18 kJ/g – 20.05 kJ/g and 11.98 kJ/g – 15.94 kJ/g, respectively. The gas calorific value did not account H2 gas, which might be the cause of the phenomenon. Shell pyrolysis temperature increasing caused the increasing of CO concentration in range 2.86% - 18.42% while the CH4 concentration increased at 400°C level afterwards decreased at higher temperature level in range of 0.89% - 2.84%. The increasing of EFB pyrolysis temperature increased CO dan CH4 concentration in range 3.8% - 15.74% and 0.29% - 0.76%, respectively.AbstrakCangkang dan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan sumber bioenergi yang potensial karena mengandung lignoselulosa (selulosa, hemiselulosa dan lignin) sehingga dapat dikonversi menjadi cairan, arang atau gas mampu bakar melalui proses pirolisis. Suhu pengoperasian pada proses pirolisis akan mempengaruhi komposisi cairan, arang dan gas serta karakteristik hasil pirolisis tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi produk pirolisis cangkang dan tandan kelapa sawit yang dipengaruhi oleh suhu pirolisis. Penelitian dilakukan dengan menggunakan reaktor pirolisis skala lab, yang didesain khusus agar suhunya dapat dikendalikan. Suhu pirolisis dikendalikan pada level 300°C, 400°C, 500°C dan 600°C, kemudian hasil pirolisis diukur dan dianalisa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pirolisis cangkang menghasilkan fraksi massa arang , cairan dan gas dalam rentang 34.99 - 63.78%, 22.76 - 43.28% dan 13.47 - 21.73% secara berturut-turut. Sedangkan pirolisis TKKS menghasilkan fraksi massa arang, cairan dan gas dalam rentang 30.66 – 64.76%, 16.25 – 29.16% dan 18.98 – 44.49% secara berturut-turut. Peningkatan suhu menghasilkan peningkatan nilai kalor arang hasil pirolisis cangkang dan TKKS dengan rentang antara 25.64 – 29.60 kJ/g dan 24.50 – 27.86 kJ/g. Tetapi, nilai kalor gas pirolisis menurun seiring dengan peningkatan suhu pirolisis dengan rentang 12.18 kJ/g – 20.05 kJ/g dan 11.98 kJ/g – 15.94 kJ/g untuk pirolisis cangkang dan TKKS. Nilai kalor gas tidak menghitung gas H2 yang mungkin menyebabkan fenomena tersebut. Peningkatan suhu pirolisis cangkang kelapa sawit mengakibatkan peningkatan konsentrasi gas CO pada rentang 2.8% - 18.42% sementara konsentrasi gas CH4 meningkat pada suhu 400°C namun menurun kembali dengan rentang 0.89% - 2.84%. Peningkatan suhu pirolisis TKKS meningkatkan konsentrasi gas CO dan CH4 pada rentang 3.81% - 15.74% dan 0.29% - 0.76%.
Simulasi Pengeringan Gabah pada Pengering Spouted Bed Dua Dimensi Yusnita Oni Napitu; Leopold Oscar Nelwan; Dyah Wulandani
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2409.099 KB) | DOI: 10.19028/jtep.04.2.%p

Abstract

AbstractA mathematical model developed by Nellist et al. (1987) was adopted in this continuous two dimensional spouted bed dryer (2DSB) configuration. The objective of this research was to predict air temperature, grain temperature, absolute humidity and moisture content during the drying process in 2DSB. In simulation, spouted bed was divided into two regions which were spout and downcomer regions. Air and grains in spout and downcomer were assumed to be moving with co- and counterflow principles. During experiments, drying air temperature at 80oC and different paddy initial moisture contents (at 41% db, 36% db and 30% db) were used. Based on data, the air temperature profiles in spout region showed that air temperature dropped significantly with the axial positions while downcomer regions resulted fluctuated value. The average deviation of the air temperature in the spout was less than 4.5% and within downcomer was less than 4.2%. Grain temperature and absolute humidity in spout region increased slowly whilst decreasing in steps in downcomer regions with axial position. The moisture content decreased both in spouted and downcomer regions. Moisture reduction in spout region was higher than downcomer regions because of the high air flow rate in spout region.AbstrakPenelitian ini menggunakan model matematika yang dikembangkan oleh Nellist et al. (1987) untuk pengering spouted bed dua dimensi tipe kontinyu. Tujuan dari penelitian ini adalah menduga sebaran suhu udara, suhu gabah, kelembaban mutlak udara dan kadar air selama proses pengeringan. Pada proses simulasi, ruang pengering dibagi menjadi dua daerah yaitu daerah spout dan daerah downcomer. Udara dan bahan di daerah spout dan downcomer diasumsikan bergerak dengan prinsip aliran co- dan counterflow. Suhu udara yang digunakan selama pengujian adalah suhu 80oC dengan kadar air awal bahan yang berbeda-beda yaitu 41% bk, 36% bk dan 30% bk. Dari data pengujian menunjukkan bahwa suhu udara di daerah spout akan menurun secara signifikan terhadap posisi aksial ruang pengering tetapi pada daerah downcomer suhu udara bernilai fluktuatif. Nilai rataan deviasi pada pendugaan suhu udara daerah spout bernilai kurang dari 4.5% dan pada daerah downcomer deviasi bernilai kurang dari 4.2%. Suhu gabah dan kelembaban mutlak udara pada daerah spout menunjukkan bahwa nilai akan naik secara bertahap sementara untuk daerah downcomer nilai menurun secara bertahap terhadap posisi aksial. Penurunan kadar air menunjukkan bahwa untuk daerah spout dan daerah downcomer mengalami penurunan nilai. Penurunan kadar air daerah spout lebih besar dibandingkan daerah downcomer karena pada daerah spout laju aliran udara lebih besar.
Pengaruh Perlakuan Air Panas terhadap Mutu Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) Selama Penyimpanan Lista Eka Yulianti; Rokhani Hasbullah; Nanik Purwanti
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4442.651 KB) | DOI: 10.19028/jtep.04.2.%p

Abstract

AbstractGuava (Psidium guajava L.) is one of the potential tropical fruits in Indonesia. Guava productivity can decrease because of pest attacks. Fruit fly (Bactrocera carambolae) is one of guava major pests. It’s needed a treatment that can annihilate fruit fly without affecting the fruit quality. Hot water treatment (HWT) is known as one of popular method for fruit fly disinfestation. HWT at 46oC for a minimum of 15 min is known as a method for B. carambolae disinfestation.This research aimed to observe temperature development during HWT and to study the effects of HWT and storage temperature on guava quality. Red guava was treated by hot water at 46oC for 10, 20, 30 min and then stored at two temperatures, 10oC and 28 ± 2oC. Respiration rate and fruit quality were observed during storage.Respiration rate, weight losses, hardness, moisture content, total soluble solid, and color of guava aren’t affected by HWT at 46oC for 10 - 30 min. Low temperature significantly decreased the respiration rate and weight losses during storage. It’s also maintained moisture content and color of guava.AbstrakBuah jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan salah satu buah tropis berpotensi di Indonesia. Produktifitas jambu biji dapat mengalami penurunan karena adanya serangan hama. Salah satu hama utama jambu biji adalah lalat buah dengan spesies Bactrocera carambolae. Diperlukan suatu perlakuan yang dapat membunuh lalat buah tersebut dengan tidak mempengaruhi mutu buah. Perlakuan air panas diketahui sebagai salah satu metode yang banyak digunakan untuk disinfestasi lalat buah. Perlakuan air panas pada suhu 46oC selama minimal 15 menit diketahui dapat membunuh B. Carambolae. Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perkembangan suhu selama proses perlakuan air panas dan mempelajari pengaruh suhu dan lama perlakuan air panas terhadap mutu buah jambu biji selama penyimpanan. Buah jambu biji merah diberi perlakuan air panas dengan suhu pusat 46oC selama 10, 20, 30 menit dan kontrol kemudian disimpan pada dua taraf suhu berbeda, yaitu suhu 10oC dan 28 ± 2oC. Selama penyimpanan dilakukan pengamatan laju respirasi dan perubahan mutu buah. Perlakuan air panas pada suhu pusat buah 46oC selama 10 - 30 menit tidak berpengaruh terhadap laju respirasi, susut bobot, kekerasan, kadar air, total padatan terlarut, dan warna buah jambu biji. Suhu rendah dapat menekan laju respirasi dan susut bobot buah selama penyimpanan. Selain itu, suhu rendah juga dapat mempertahankan kadar air dan warna buah jambu biji.
Prediksi Kandungan Kafein Biji Kopi Arabika Gayo dengan Near Infrared Spectroscopy Rini Rosita; I Wayan Budiastra; Sutrisno -
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1855.399 KB) | DOI: 10.19028/jtep.04.2.%p

Abstract

AbstractCaffein is one of the important quality indicator of coffee. Caffein content usually determined by chemical method. Alternative method such Near Infrared Spectroscopy (NIRS) is needed to determine caffein content of coffee rapidly and nondestructively. Applications of NIRS to predict caffein content of coffee were carried out in coffee powders and liquid not in coffee beans. The objective of this study was to assess NIRS method to predict caffein content of arabica coffee bean. Coffee bean samples were placed in petri dish with 2 and 3 layers. The reflectances are measured BY FT-NIR Spectrometer in wavelengths of 1000 – 2500 nm, followed by determination of caffein content by chemical method. Some pre-processing NIRS data such as normalization between 0 and 1 (n01), first derivative of Savitzky-Golay 5 points (dg1), second derivative of Savitzky-Golay 5 points (dg2), combination n01 and dg1, combination n01 and dg2, and PLS calibration to increase accuracy of NIRS prediction. The best prediction is obtained by second derivative and 5 factors PLS with 3 layers of coffee beans with the high R = 0.97 and RPD (5.93), low of SEP and CV (0.007%, 1.76%). This study demonstrated that NIR spectroscopy had excellent potential analysis to determine caffein content of coffee beans.AbstrakKafein merupakan salah satu indikator mutu terpenting dari kopi. Biasanya kandungan kafein kopi ditentukan dengan metoda kimia. Metoda alternatif seperti Near Infrared Spectroscopy (NIRS) diperlukan untuk penentuan kandungan kafein biji kopi secara cepat dan nondestruktif. Hingga saat ini, aplikasi NIRS untuk penentuan kandungan kafein dilakukan pada kopi bubuk atau kopi cair dan bukan pada biji kopi. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji metoda NIRS untuk memprediksi kandungan kafein biji kopi arabika gayo. Biji kopi diletakkan dalam cawan petri dengan 2 dan 3 tumpukan. Reflektan biji kopi diukur menggunakan FT-NIR Spectrometer pada panjang gelombang 1000 – 2500 nm. Dilanjutkan dengan penentuan kandungan kafein kopi dengan metode kimia. Beberapa pra-pengolahan data NIRS seperti normalisasi antara 0 – 1 (n01), derivatif pertama Savitzky-Golay 5 point (dg1), derivatif kedua SavitzkyGolay 5 point (dg2), kombinasi n01 dan dg1, dan kombinasi n02 dan dg2 serta kalibrasi dengan PLS dilakukan untuk meningkatkan akurasi metoda NIRS. Prediksi NIRS terbaik diperoleh dengan pra-PLS dengan 3 tumpukan dengan koefisien korelasi (R = 0.97) dan RPD (5.93) yang tinggi, SEP dan CV yang rendah (0.007%, 1.76%). Penelitian ini membuktikan metode NIRS berpotensi untuk analisis kandungan kafein biji kopi.
Pengaruh Lama Pengukusan terhadap Mutu Fisik Beras Pratanak pada Beberapa Varietas Gabah Esa Ghanim Fadhallah; Rokhani Hasbullah; Lilik Pujantoro Eko Nugroho
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1459.821 KB) | DOI: 10.19028/jtep.04.2.%p

Abstract

AbstractParboiled rice processing begins with a process of paddy soaking and steaming. These processes are intended to improve physical quality and lower the glycemic index so it fits for diabetic and diet purposes. Objective of this study was to assess the effect of soaking time and temperature on paddy moisture content and effect of steaming time on milling yield and physical quality of parboiled rice in some paddy varieties. The stages of the research was determination of soaking time and temperature, processing of parboiled rice, milling yield analysis, and physical properties analysis. The result showed that paddy soaking at 60oC takes 3 - 5 hours to reach moisture content of 25 – 30%, whereas at 30oC takes more than 7 hours. Steaming of Ciherang paddy for 20 minutes resulted the highest head rice yield (72.52 ± 5.00%). Parboiling condition that recommended was soaking paddy on 60oC for 4 hours and steaming for 20 minutes using Ciherang paddy variety.AbstrakPengolahan beras pratanak diawali dengan proses perendaman dan pengukusan gabah. Proses tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan mutu fisik dan menurunkan nilai indeks glikemik dari beras yang dihasilkan sehingga cocok dikonsumsi penderita diabetes dan untuk keperluan diet. Penelitian ini bertujuan mengkaji pengaruh suhu dan waktu perendaman terhadap kadar air gabah dan mengkaji pengaruh lama pengukusan terhadap rendemen giling dan mutu fisik beras pratanak pada beberapa varietas gabah. Tahapan penelitian meliputi penentuan suhu dan waktu perendaman, pembuatan beras pratanak, analisis rendemen giling dan analisis mutu fisik beras pratanak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman pada suhu 60oC membutuhkan waktu 3 - 5 jam untuk mencapai kadar air gabah 25 – 30%, sedangkan pada suhu 30oC membutuhkan waktu lebih dari 7 jam. Pengukusan 20 menit pada gabah varietas Ciherang menghasilkan rendemen beras kepala tertinggi, yaitu 72.52 ± 5.00%. Kondisi proses pratanak yang direkomendasikan adalah perendaman gabah pada suhu 60oC selama 4 jam dan pengukusan selama 20 menit menggunakan gabah varietas Ciherang.
Mempelajari Tingkat Kematangan Buah Melon Golden Apollo Menggunakan Parameter Sinyal Suara Waqif Agusta; Usman Ahmad
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1767.887 KB) | DOI: 10.19028/jtep.04.2.%p

Abstract

AbstractMelon is a fruit with healthful and economic value. Determination of melon ripeness is still done manually by tapping, so that the measurement results are inconsistent, subjective, and slow. This research aims to study the melon ripeness level using the acoustic impulse response to fruit ripeness parameters at different ages and determine the acoustic parameters that play a role in distinguishing ripness level of melon. The result showed, the character of the acoustic impulse is correlated to the time of harvest with -0.5000> r >0.5000. Magnitudes of the acoustic signal were positively correlated (r = 0.5115) to the flesh flesh firmness. Based on the discriminant analysis, acoustic parameters that can predict melon ripeness are the frequency, short-term energy, and Mo. Regrouping result into four harvest times by quadratic discriminant function showed 67.27% sample of fruit could be grouped appropriately, while regrouping the samples into two groups, ripe and unripe fruits, showed 75.91% sample of fruits could be grouped correctly.AbstrakMelon merupakan buah dengan kandungan gizi dan nilai ekonomi tinggi. Penentuan kematangan buah ini masih dilakukan secara manual dengan mengetuk, sehingga hasil pengukuran tidak konsisten, subjektif, dan lambat. Penelitian ini bertujuan mempelajari tingkat kematangan buah melon menggunakan respon impuls akustik buah melon terhadap parameter kematangan buah pada empat umur panen yang berbeda serta menentukan parameter akustik yang berperan dalam membedakan tingkat kematangan buah melon. Hasil penelitian menunjukkan, karakter sinyal gelombang suara berkorelasi terhadap umur panen buah melon dengan -0.5000> r >0.5000. Magnitud gelombang suara berkorelasi positif (r = 0.5115) terhadap kekerasan daging buah. Berdasarkan hasil analisis diskriminan, parameter gelombang suara yang mampu membedakan kematangan buah melon dengan baik adalah frekuensi, short term energy, dan Mo. Hasil klasifikasi ulang ke dalam empat kelompok umur panen buah melon menggunakan fungsi diskriminan kuadratik menunjukkan sejumlah 67.27% sampel buah dapat dikelompokkan dengan tepat berdasarkan umur panennya, sedangkan tingkat keberhasilan pengelompokan ke dalam dua kelompok buah melon matang dan buah melon belum matang adalah sebesar 75.91%.
Penggunaan Asam Askorbat dan Lidah Buaya untuk Menghambat Pencoklatan pada Buah Potong Apel Malang Yohanes Aris Purwanto; Ririn Noerianty Effendi
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2056.886 KB) | DOI: 10.19028/jtep.04.2.%p

Abstract

AbstractThe objective of this study was to examine the use of ascorbic acid and aloevera gel as anti browning agent for cut-fruit ‘malang’ apple fruit. The solution of 1% and 3% ascorbic acid, 5% and 10% aloevera gel were used as anti browning solutions. A group of cut apple fruits were dipped in the solutions for 2 minutes and stored at 5ºC. The result showed that dipping treatments in anti browning solutions could inhibit oxidation of polyphenol oxidase (PPO) indicated by Browning Index value. Ascorbic acid solution was more effective than that aloevera gel. From two different percentage of ascorbic acid solutions, concentration of 3% resulted better inhibition than that of 1%.AbstrakTujuan dari penelitian ini adalah melakukan kajian penggunaan asam askorbat dan lidah buaya sebagai bahan anti pencoklatan untuk buah apel malang potong. Larutan asam askorbat dengan konsentrasi 1% dan 3% serta lidah buaya dengan konsentrasi 5% dan 10% digunakan sebagai larutan anti pencoklatan pada buah apel malang. Sampel buah apel malang potong direndam di larutan asam askorbat dan lidah buaya selama 2 menit dan selanjutnya disimpan di suhu 5ºC. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pencelupan pada larutan anti browning dapat mempertahankan kecerahan apel potong selama penyimpanan dan dapat menghambat oksidasi polyphenol oxidase (PPO) yang ditunjukkan dengan nilai Browning Index. Larutan asam askorbat lebih efektif mencegah pencoklatan dibandingkan dengan lidah buaya. Untuk larutan asam askorbat, konsentrasi 3% lebih efektif mencegah pencoklatan dibandingkan dengan 1%.

Filter by Year

1992 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 13 No. 4 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 3 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 2 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 1 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 3 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 2 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 1 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 3 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 10 No. 3 (2022): Desember 2022 Vol. 10 No. 2 (2022): Agustus 2022 Vol. 10 No. 1 (2022): April 2022 Vol. 9 No. 3 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 9 No. 1 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 3 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 2 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 7 No. 3 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 7 No. 2 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 7 No. 1 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 3 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 1 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 3 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 1 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 4 No. 1 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 3 No. 2 (2015): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 27 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 1 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 2 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 1 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 2 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 1 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 2 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 1 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 4 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 3 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 2 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 1 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 3 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 2 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 1 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 19 No. 3 (2005): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 19 No. 1 (2005): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 17 No. 2 (2003): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 17 No. 1 (2003): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 16 No. 1 (2002): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15 No. 2 (2001): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15 No. 1 (2001): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 3 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 2 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 1 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 3 (1999): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 1 (1999): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 2 (1998): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 12 No. 1 (1998): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 11 No. 1 (1997): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 6 No. 1 (1992): Buletin Ketenikan Pertanian More Issue