cover
Contact Name
Rokhani Hasbullah
Contact Email
rokhani.h@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltep@yahoo.com
Editorial Address
-
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Keteknikan Pertanian
ISSN : 24070475     EISSN : 23388439     DOI : -
Core Subject : Agriculture,
Jurnal Keteknikan Pertanian dengan No. ISSN 2338-8439, pada awalnya bernama Buletin Keteknikan Pertanian, merupakan publikasi resmi Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) bekerjasama dengan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem (TMB) IPB yang terbit pertama kali pada tahun 1984, berkiprah dalam pengembangan ilmu keteknikan untuk pertanian tropika dan lingkungan hayati. Jurnal ini diterbitkan dua kali setahun. Penulis makalah tidak dibatasi pada anggota PERTETA tetapi terbuka bagi masyarakat umum. Lingkup makalah, antara lain: teknik sumberdaya lahan dan air, alat dan mesin budidaya, lingkungan dan bangunan, energi alternatif dan elektrifikasi, ergonomika dan elektronika, teknik pengolahan pangan dan hasil pertanian, manajemen dan sistem informasi. Makalah dikelompokkan dalam invited paper yang menyajikan isu aktual nasional dan internasional, review perkembangan penelitian, atau penerpan ilmu dan teknologi, technical paper hasil penelitian, penerapan, atau diseminasi, serta research methodology berkaitan pengembangan modul, metode, prosedur, program aplikasi, dan lain sebagainya.
Arjuna Subject : -
Articles 623 Documents
Rancang Bangun Alat Pengupas Kulit Ari Kacang Tanah (Arachis hypogaea) Tipe Engkol Agus Sutejo; Adithya Rakhmat Prayoga
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (346.886 KB) | DOI: 10.19028/jtep.026.2.%p

Abstract

Abstrac One cause of reduced productivity of peanut husk is peeled peeling process is still done manually, using the power of man. To overcome this, a system designed to cuticle peeling peanuts which facilitates mechanical stripping process peanut husk. Peeling epidermis is mechanically done by using two rubber-covered rollers are designed to be able to peel the peanut husk easily. Having conducted research, produced peeler bean husk, which consists of, Hopper, stringer system, the framework, dirt thrower fan / epidermis, and hoppers expenses. From the test results from test 10 times, each repetition is about 100 grams paring the results obtained about 70% whole shelled peanuts. Or can be calculated with engine capacity of about 35 kg / hr with a percentage split of about 35%, it is because the rubber on the roll is less balanced / less flashlight, so the workmanship is required with appropriate accuracy by using a lathe. Keywords: epidermis stripper mechanical peanuts, roll stripper, Fan separator Abstrak Salah satu penyebab yang menghambat produktivitas pengupasan kulit ari kacang tanah adalah karena proses pengupasan masih dilakukan secara manual , DENGAN menggunakan tenaga manusia. Untuk mengatasi hal tersebut, sistem ini dibuat untuk mengupas kulit ari kacang tanah dengan proses pemisahan kulit ari kacang tanah secara mekanik. Pemisahkan kulit ari dilakukakn secara mekanik dengan menggunakan dua roller yang dilapisi karet, yang didesain agar bisa mengupas kulit ari dengan mudah.  Melalui penelitian yang telah dilakukan, pembuatan pemisah kulit ari kacang tanah terdiri dari bagian hopper (mulut pemasukan), bagian sistem pengupas, rangka mesin, kipas pelempar kulit ari, dan hopper penampung. Dari hasil pengujian 10 kali ulangan, dengan jumlah 100 gr setiap pengulangan, didapatkan 70% kulit ari kacang tanah terkupas. Atau jika dihitung, dihasilkan kapasitas mesin sebesar 35 kg/jam dan persentase pemisahan 35%, itu karena karet pada roller tidak terlalu seimbang, sehingga pekerja membutuhkan akurasi yang tepat dengan mengunakan mesin pemotong. Kata kunci: kipas separator, roll stripper
Kajain Dasar Mekanisme Pemisah Biji Buah Asam (Tamarindus indica Leguminosae sp ) Dalam Rangka Perancangan Prototipe Mesin Pengolah Asam Tanpa Biji Husen Asbanu; Sam Herodian; . Sutrisno
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (637.163 KB) | DOI: 10.19028/jtep.026.2.%p

Abstract

ABSTRAK Pemisahan biji dan daging buah asam merupakan tantangan dalam pemecahan masalah saat ini yaitu teknologi mekanisasi atau mesin pertanian. Penelitian ini bertujuan membuat suatu kajian dasar mekanisme pemisahan biji buah asam (Tamarindus indica sp) dalam rangka perancangan mesin pengolah asam tanpa biji. Model awal dari alat mesin pemisah biji asam dengan mempelajari konsep perancangan terhadap kinerja unit penyayat dan pemisah biji asam. Perancangan awal bagian pemisahan biji dan daging buah terdiri dari unit penyayatan untuk menyayat buah  asam sebelum buah asam ke unit pengupas yang terdiri dari dua buah silinder pengupas. Unit pengupas dipasang sejajar  sehingga mampu melewatkan daging yang terpisah dan tetap menahan biji asam yang akan dipisahkan dengan unit pemisah biji. Model prototipe awal dari alsin pemisah biji asam telah berhasil dibuat, pada uji model dilakukan pengukuran kecepatan putar dari poros pengupas pada rpm 1065 yang efektif pada tingkat beban yang diuji yaitu pada 100 gram, 200 gram, dan 300 gram. Pengukuran torsi pengupasan  menunjukan nilai torsi terjadi peningkatan yang cukup signifikan  dengan naiknya tingkat beban untuk semua perlakuan, nilai torsi terbesar terjadi pada kecepatan putar 890 rpm dengan nilai torsi sebesar 1,45 Nm pada tingkat beban yang diberikan sebesar 300 gram. Sedangkan pada kecepatan putar 1220 rpm nilai torsi yang terjadi adalah 1,17 Nm dengan tingkat beban yang di berikan sebesar 300 gram. Kata Kunci : Kajian dasar, kinerja, buah asam, pemisah biji  ABSTRACT The process of fruit and seed separation on Tamarind is a challenge for agricultural mechanization technology that must be solved. The purpose of this study is to develop a basic study of the Tamarind fruit separation mechanism (Tamarindus indica sp) as a part of design process on Tamarind seedless processing machine. Initial design of Tamarind seeds separation machine was made by studying the work of  slashing unit and seed separation unit. Tamarind seedless processing machine consist of slicer and peeler. The slicer function is to slice the fruit before it sent into peeler unit which contains two cylindrical peeler. The peeler unit installed parallel so it let through the fruit pulp but still hold the Tamarind seeds that had been separated by the separator unit. Tamarind seeds separation prototype model has been succesfully made. Model testing was done by measuring the rotary speed of spindle peelers on 1065 rpm which considered work effectively for the test load of 100 grams, 200 grams and 300 grams. Further, shaft torque measurements in the process of peeling showed a significant increase in value and it is proportional to the increase in load level for all treatments. Greatest torque happened at 890 rpm rotation speed with a value of 1.45 Nm at 300 gram load. While the rotary speed of 1220 rpm produce 1.17 Nm torque at 300 grams load. Keywords : Basic study, performance, tamarind, seed separator
Evaluasi Metode Penman-Monteith Dalam Menduga Laju Evapotranspirasi Standar (ET0) di Dataran Rendah Propinsi Lampung, Indonesia Tumiar Katarina Manik; R. Bustomi Rosadi; Agus Karyanto
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (903.182 KB) | DOI: 10.19028/jtep.026.2.%p

Abstract

Abstrak   Evapotranspirasi adalah unsur utama dalam menghitung kebutuhan air tanaman yang kemudian menjadi dasar dalam penjadualan irigasi. Evapotranspirasi dipengaruhi banyak faktor sehingga pengukurannya secara langsung tidak mudah, karena itu dikembangkan banyak model pendugaan untuk mengatasi hal tersebut.  Salah satu model yang direkomendasikan FAO adalah metode Penman-Monteith (P-M). Untuk mengetahui apakah metode ini tepat juga digunakan di Propinsi Lampung perlu dilakukan pengujian dengan membandingkan hasil pengamatan langsung (2006-2008) yang dilakukan di dua stasiun pengamatan di Lampung yaitu Branti dan Masgar. Hasil pengamatan di Branti rata-rata lebih rendah dari hasil metode P-M pada laju ET > 4 mm, dan lebih tinggi untuk laju ET < 4 mm; sedangkan untuk stasiun Masgar menunjukkan laju ET hasil pengamatan selalu lebih tinggi dari pada hasil perhitungan metode P-M.  Hasil metode P-M secara rata-rata 1.09 kali lebih tinggi dari pengamatan Branti dan 0.89 kali lebih rendah dari pengamatan Masgar. Koefisien korelasi antara metode pendugaan dan pengamatan langsung rendah (r= 0.3 untuk Branti dan 0.5 untuk Masgar).  Ketidak cocokan ini dapat disebabkan pertama karena ketidak cermatan dalam mengukur penurunan muka air pada panci evaporasi yang terlihat dari rendahnya koefisien korelasi evaporasi pengamatan dengan semua unsur iklim yang berkaitan erat dengan evaporasi (suhu dan kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi; kedua karena CROPWAT menggunakan data lama penyinaran yang dikonversikan secara linier menjadi intansitas radiasi sedangkan dalam pengamatan langsung hubungan antara lama penyinaran dan intensitas radiasi tidak linier.   Kata kunci: irigasi, evapotranspirasi, pendugaan, Penman-Monteith, CROPWAT   Abstract Evapotranspiration is an important factor in estimating crops water use and then irigation schedule.  Direct measurement of evapotranspiration is difficult since it is influenced by many factors.  Estimation methods are developed for estimating evapotranspiration rate from meteorological data.  One method which is recommended by FAO is Penman-Monteith Method (P-M).  To evaluate whether this method could be accurately used in Lampung a comparison had been conducted with evaporation measurement on two climate stations in Lampung, Branti and Masgar with data set from 2006-2008.  The result for Branti showed that observation data was lower than P-M for ET > 4 mm and higher for ET <4; while for Masgar evaporation observation always higher than P-M.  In general P-M was 1.09 times higher than observation in Branti and 0.89 lower in Masgar. Correlation coefficients between P-M and observation were low (r = 0.3 for Branti and r= 0.5 for Masgar).  Two possible reasons for the disagrrement were first, there was an error in measuring water level on the evaporation pan, this showed by the fact that observed evaporation has low coefficient correlation with all meteorological data which have direct impact on evaporation (air temperature and humidity, wind speed and radiation); second, CROPWAT converted shunshine duration to be the radiation intensity with linear approach while field data showed that sunshine duration did not relate linearly with radiation intensity.   Key words: Irrigation, evapotranspiration, estimation, Penmann-Monteith, CROPWAT
Kajian Fermentasi dan Suhu Pengeringan pada Mutu Kakao (Theobroma cacao L.) Rita Hayati; . Yusmanizar; . Mustafril; Harir Fauzi
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (650.765 KB) | DOI: 10.19028/jtep.026.2.%p

Abstract

ABSTRACT A study on the Fermentation and drying temperature in cacao quality was carried out. From result of research was fermentation 8 day at temperature 60 0C representing best treatment from all treatment. However accelerate drying the higher content 1.32%/hours and the decrease amount equal to 0.39%/hours. The best colour of quality cacao was produced using the fermentation (8 day) and drying temperature (40 0C). It met the standard attributes rating the higher the texture was fermentation (4 day) and drying temperature (60 0 C). However the fermentation 6 day and drying temperature 60 0C with high panelist acceptance. Keywords: Fermentation, temperature, drying, cacao  ABSTRAK Kajian fermentasi dan suhu pengeringan terhadap mutu kakao telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fermentasi 8 hari pada suhu 60 0C merupakan perlakuan terbaik dari semua perlakuan. Namun laju pengeringan lebih tinggi 1,32%/jam dan jumlah penurunan sebesar 0,39%/ jam. Warna terbaik kualitas kakao yang diproduksi menggunakan fermentasi (8 hari) dan suhu pengeringan (40 0C), tetapi nilai atribut tertinggi adalah atribut tekstur  yang ditemukan pada fermentasi (4 hari) dan suhu pengeringan (60 0C), bagaimanapun penerimaan panelis tertinggi didapati pada perlakuan  fermentasi 6 hari dan suhu pengeringan 60 0C. Katakunci: Fermentasi, temperatur, pengeringan, kakao.
Temparature Control In Oyester Mushroom Kumbung With Burlap As Cooler Manunggal Ajie Putranto; Mad Yamin
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (548.262 KB) | DOI: 10.19028/jtep.026.2.%p

Abstract

ABSTRACT A study was conducted in order to know the difference oyster mushroom yields given burlap and cooling  treatment  and  with  the  one  not  given  treatment.  In  this  study  using  burlap  as  a  coolant. Installation of pipe used to drain burlap sacks that are stored on the sidelines of the shelves, watering is done automatically using a timer every 15 minutes. After some time using treated burlap visible difference in temperature between the cooling rack using a burlap sack with a none. But the relative humidity is not too much different. Yields of both condition oyster mushroom with total 75 baglogs, the obtained total yield 23.5 kg treatment, while the total yield 16.7kg without treatment.[A1] Keywords: gunny sacks[A2] , temperature, yields, oyster mushroom
Kajian Penanganan Bahan dan Metode Pengeringan terhadap Mutu Biji dan Minyak Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Verra Mellyana; Usman Ahmad; Sri Widowati
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.208 KB) | DOI: 10.19028/jtep.026.2.%p

Abstract

ABSTRACT Energy is consumed in many sectors such as industry, transportation, and household. Most of the source of energy nowadays are obtained from fosil, which is predicted available for less than 10-15 upcoming years, and should be replaced by renewable energy. One of potential renewable energy to considered is Jatropha, a plant with seeds containing oil that can be processed into biodiesel. As a part of plant, fruit of Jatropha should be treated properly after harvest to maintain its oil in the seeds, so that good physical and chemical properties of  the oil extracted from the seed can be obtained. This research is aim to develop method of handling of the harvested Jatropha fruits, including its drying, to maintain quality of the seeds and oil resulted from extraction. Different combinations of preparation (fresh, seed and steamed seed) and drying (temperature of 50, 60, 70 oC and natural sun drying), have been investigated. The results showed that the best treatment was seed drying at 70 oC with the drying time of 4.83 hour, oil rate of 40.06%, and oil yield of 28.59%. Quality of the seeds which fulfilled Standard National Indonesia (SNI) 01-1677-1989 were broken seed (0.57%), cracked seed (0.20 %), foreign object (0%), moisture content (6.08%). However, the highest oil extraction (40.06%) was not satisfy SNI 01-1677-1989. This case, quality of castor oil which qualified SNI 01-1904-1990 were oil moisture content (0.23%) and acid value (0.33 mg KOH/g), but refractive index (1.6209), iod number (54.31) and saponification number (67.30) were unqualified. Keywords : Jatropha, drying, seed, castor oil  ABSTRAK Energi digunakan pada berbagai sektor seperti industri, transportasi dan rumah tangga. Sebagian besar sumber energi saat ini diperoleh darifosil, yang diperkirakan tersedia untuk kurang dari 10-15 tahun mendatang, dan harus digantikan oleh energi terbarukan. Salah satu energi terbarukan yang potensial untuk dipertimbangkan adalah jarak pagar, tanaman dengan biji yang mengandung minyak yang dapat diolah menjadi biodiesel. Sebagai bagian dari tanaman, buah Jatropha harus diperlakukan dengan baik setelah panen untuk mempertahankan minyakdalam biji, sehingga diperoleh hasil ekstraksi minyak dengan mutu fisik dan kimia yang baik. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan metode penanganan panen dari buah Jatropha, termasuk pengeringan, untuk mempertahankan kualitas biji dan minyak hasil ekstraksi. Kombinasi yang berbeda mulai dari penanganan bahan (buah segar, biji dan biji hasil pengukusan) dan proses pengeringan (suhu 50, 60, 70oC dan pengeringan matahari alami), telah diteliti. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan terbaik adalah biji yang dikeringkan pada suhu 70oC dengan waktu pengeringan tercepat (4.83jam), kadar minyak 40.06%, serta rendemen minyak tertinggi (28.59%). Mutu biji telah memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-1677-1989 diantaranya biji rusak (0.57%), bijipecah(0.20%), benda asing(0%), kadar air(6.08%). Akan tetapi kadar minyak (40.06%) yang merupakan kadar minyak tertinggi dari semua perlakuan ini masih belum memenuhi SNI01-1677-1989. Sedangkan mutu minyak yang memenuhi SNI01-1904-1990adalah kadar air minyak(0.23%) dan bilangan asam(0.33 mgKOH/g) dan yang tidak memenuhi adalah rata-rata indeks bias(1.6209), bilangan iod(54.31) dan bilangan penyabunan(67.30). Kata kunci: Jatropha, pengeringan, biji, minyak jarak
Kinerja Sprayer Bermotor dalam Aplikasi Pupuk Daun di Perkebunan Tebu Wawan Hermawan
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (582.199 KB) | DOI: 10.19028/jtep.026.2.%p

Abstract

AbstractFoliar fertilizer application on sugarcane plantations using a knapsack sprayer was ineffective in spraying liquid foliar fertilizer evenly across the surface of the leaf. To improve its performance, a knapsack power sprayer was modified and tested, for a better comfort and effectiveness of the liquid foliar fertilizer application. The motor sprayer was modified by replacing its big fluid tank with a smaller fluid tank of the manual sprayer. The nozzle pipe was modified in such a way to be used in spraying two rows of sugarcane in one pass. The modified motor sprayers were tested in sugarcane plantation for applying the foliar fertilizer. The test results showed that the motor sprayers could spray the fluid fertilizer in more effective and uniform spraying than that of the manual sprayer. Spraying using high pressure of the motor sprayer could spray the foliar fertilizer to the leaf surface uniformly. The droplet size was more tiny, and could reach the entire leaf of the sugarcane. The operators like to use the modified motor sprayer. The average working capacity of the power sprayer was 0.4 ha/ hour per man.Keywords: motor sprayer, modification, sugarcane, fluid fertilizer, working performance AbstrakAplikasi pupuk daun di perkebunan tebu menggunakan sprayer manual tipe gendong, tidak efektif menyemprotkan cairan pupuk daun secara merata ke seluruh permukaan daun. Untuk memperbaiki kinerjanya, maka telah dilakukan percobaan aplikasi sprayer bermotor yang dimodifikasi, sesuai kebutuhan kenyamanan dan efektivitas penyemprotannya. Sprayer bermotor dimodifikasi dengan mengganti tangki cairannya yang terlalu besar, menggunakan tangki cairan dari sprayer tipe gendong manual yang berukuran lebih kecil. Selain itu, batang nosel diperbaiki ukurannya dan arah semprotnya agar dapat digunakan menyemprot di dua sisi barisan tanaman dalam satu lintasan penyemprotan. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kinerja sprayer bermotor hasil modifikasi lebih baik dari kinerja sprayer bermotor sebelum modifikasi dan lebih baik dari kinerja sprayer tipe gendong manual. Hasil semprotan sprayer bermotor dengan tekanan yang lebih tinggi, mampu menyemprotkan cairan pupuk ke permukaan daun secara merata. Butiran semprotan lebih halus, dan daun yang tersemprot lebih banyak. Operator juga menyukai penggunaan sprayer bermotor hasil modifikasi tersebut. Kapasitas kerja rata-rata dengan sprayer bermotor adalah 0.4 ha/jam per orang.Kata kunci: sprayer bermotor, modifikasi, tebu, pupuk cair, kinerja
Konsep Ecohouse pada Rumah Baduy Dalam Meiske Widyarti; Budi Indra Setiawan; Hadi Susilo Arifin; Arief Sabdo Yuwono
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (871.222 KB) | DOI: 10.19028/jtep.025.2.%p

Abstract

Abstract Environment quality is worsening every year; building’s sector contributes 66 % of fossil fuels   pollution sources. Ways in building constructions needs to be changed in more environmental friendly manner. Today, in spite of new technological advances in techniques and materials, buildings are continuously being built but lack of climatic consideration. Indigenous people, such as the Inner Baduy community, from longstanding experience have developed systems as their local wisdoms adapting to its environment and buildings in a sustainable manner. The aim of this study is to emphasize the importance of traditional knowledge in terms of providing environmental friendly buildings and the existence of documentation as a knowledge base of an Indonesian traditional settlement in a hot humid climate’s mode. The study results are reconstructions on, building design will be presented in technical drawings and drawn with Sketch up computer program. Keywords: Baduy, design, ecohouse, local wisdom Abstrak Sektor bangunan menyumbang 66% dari sumber polusi bahan bakar fosil yang akan berdampak pada memburuknya kualitas lingkungan. Teknik konstruksi bangunan perlu diubah dengan cara yang lebih ramah lingkungan. Meskipun kemajuan dalam teknologi pembangunan berkembang pesat, dan  bangunan yang terus menerus dibangun  akan tetapi dalam penggunaan teknik dan material bangunan tidak mempertimbangkan kerusakan iklim yang ditimbulkan. Masyarakat adat, seperti masyarakat Baduy Dalam telah berpengalaman sejak lama dalam konservasi lingkungan yang dilaksanakan sebagai kearifan lokal mereka termasuk dalam pembangunan konstruksi rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) untuk mengevaluasi dan mendapatkan  pengetahuan dalam bangunan tradisional dan 2) Mendokumentasikan konsep bangunan tradisional Indonesia sebagai dasar dalam pembangunan pada  wilayah beriklim panas lembab. Hasil penelitian ini bangunan di Baduy Dalam merupakan bangunan yang berkelanjutan. Bangunan ini direkonstruksi dan disajikan dalam gambar teknik yang digambar dengan program komputer Sketchup 2008. Kata Kunci: Baduy Dalam, konstruksi eco-house, kearifan lokal Diterima: 21 April 2011; Disetujui: 16 Agustus 2011 
Developing A Calibration Moel of Leaf Water Potensial Determination in Tomato Plants Using Nir Spectroscopy with Temperature Compensation Diding Suhandy; Takahisa Matsuoka
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 1 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19028/jtep.022.1.%p

Abstract

In this study a calibration model with temperature compensation for leaf water potential (LWP) determination in tomato plants was successfully developed. A number of 150 tomato plants (Lycopersicon esculentum ev. Momotaro T-93) were used as samples. The plants were cultivated under same EC level (0.8 dSm-1) in Deep Flow Technique (OFT) using Wagner's pot. For each leaf, the uon-plant" six spectral acquisitions from six positions were conducted. The measuring condition for spectral acquisitions was 10 ms for scanning time and 50 scans for averaging. Immediately after the lion plant" spectral acquisition, leaf was cut and its LWP value was measured using the pressure chamber method. The Partial Least Squares (PLS) Regression was used to develop a calibration model. The result showed that the best calibration model with temperature compensation was identified for the original spectra in the wavelength range of 700-1040 nm. This calibration model had R2 =0.83, SEC =0.091 and SEP =0.120. This calibration model resulted in low SEP and bias for prediction ofLWP for samples having temperature 15, 25 and 35°C. This study has shown the superiority of using calibration model with temperature compensation to that without temperature compensation. This result opened the possibility ofusing NIR spectroscopy as a tool for nondestructive on-plant LWP determination on the field.    Keywords: calibration model, temperature compensation, leaf water potential, pressure chamber method, on-plant spectral acquisition, on-plant LWP determination    Diterima: 10 Mei 2007; Disetujui: 15 Agustus 2007
Pengukuran Parameter Sifat Viskoelastis Biji Kedelai Berdasarkan Model SMK (Simplified Maxwell-kelvin) dan DM (Degenerated Maxwell) I.K.Tastra .
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 1 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1817.701 KB) | DOI: 10.19028/jtep.022.1.%p

Abstract

Soybean seed with high proportion (25%) ofhard grain is reported to have long storability and minimum pre harvest deterioration. Therefore, it is imperative to measure the parameter ofthe viscous-elastic properties of soybean grain in conjunction with the hard grain characteristic. This information is important in optimizing the post harvest processing system of soybean seed, especially at threshing process. Wi/is variety of soybean with grain moisture of 13.78 % wet basis was used in this study. The measurement ofthe parameters of the soybean grain viscous-elastic property was conducted using a Rheometer (Model EZteslCE, Merek Shimadzu), based on the SMK and OM models, combining three parameters of spring ( K. ) and dashpot ( C. ). The measurement of the parameters of the soybean grain viscous-elastic property was done with 15 replications through 15 soybean grains taken randomly. The values of soybean grain viscous-elastic parameters using SMK model were K1 = 48.21 N/mm (Standard Deviation (SO) = 3.46 N/mm) K2 = 45.44 N/mm (SO =8.66 N/mm) and C1 = 380.79 N-s/mm (SO =59.19 N-s/mm) respectively. While using OM Model the values ofsoybean grain parameters were K3 = 23,34 N/mm (SO = 3,46 N/mm); K4 =24.87 N/mm (SO =1.68 N/mm) and C2 = 1001.03 N-s/mm (SO =7.70 N-s/mm) respectively. Model validation show that both SMK and OM models had coefficient determination (R2) > 0.98.  Keywords: Soybean grain, Viscous-elastic property, SMK and OM models. Diterima: 28 Juni 2007; Disetujui: 13 Oktober 2007

Page 7 of 63 | Total Record : 623


Filter by Year

1992 2025


Filter By Issues
All Issue Vol. 13 No. 4 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 3 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 2 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 1 (2025): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 3 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 2 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 1 (2024): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 3 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 2 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 11 No. 1 (2023): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 10 No. 3 (2022): Desember 2022 Vol. 10 No. 2 (2022): Agustus 2022 Vol. 10 No. 1 (2022): April 2022 Vol. 9 No. 3 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 9 No. 2 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 9 No. 1 (2021): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 3 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 2 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 8 No. 1 (2020): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 7 No. 3 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 7 No. 2 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 7 No. 1 (2019): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 3 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 2 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 6 No. 1 (2018): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 3 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 2 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 5 No. 1 (2017): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 4 No. 2 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 4 No. 1 (2016): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 3 No. 2 (2015): JURNAL KETEKNIKAN PERTANIAN Vol. 3 No. 1 (2015): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 2 No. 2 (2014): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 2 No. 1 (2014): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 27 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 2 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 26 No. 1 (2012): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 2 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 25 No. 1 (2011): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 2 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 24 No. 1 (2010): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 2 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 23 No. 1 (2009): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 2 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 22 No. 1 (2008): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 4 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 3 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 2 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 21 No. 1 (2007): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 3 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 2 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 20 No. 1 (2006): Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 19 No. 3 (2005): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 19 No. 1 (2005): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 17 No. 2 (2003): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 17 No. 1 (2003): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 16 No. 1 (2002): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15 No. 2 (2001): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 15 No. 1 (2001): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 3 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 2 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 14 No. 1 (2000): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 3 (1999): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 13 No. 1 (1999): Buletin Keteknikan Pertanian Vol. 12 No. 2 (1998): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 12 No. 1 (1998): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 11 No. 1 (1997): Buletin Ketenikan Pertanian Vol. 6 No. 1 (1992): Buletin Ketenikan Pertanian More Issue