cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Jurnal Kesehatan Reproduksi
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 195 Documents
HUBUNGAN PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG NAPZA SISWA SMU DI SURAKARTA Soetrisno, Soetrisno; Trimulya, Didon Muhammad; Riyanto, Slamet
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (211.809 KB)

Abstract

HUBUNGAN PEMBELAJARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN PENGETAHUAN TENTANG NAPZA SISWA SMU DI SURAKARTASoetrisno1, Didon Muhammad Trimulya2 , Slamet Riyanto3ABSTRACTBackground: Narcotics, psychotropic and other addictive substances misuse (drugs abuse) could effect various society segments, mostly young people age 15-24 years. The young generation is a strategic target for drug distribution including illegal trade in Surakarta. Necessary precautions should be taken as it could lead to addiction, could affect on survival, especially the young generation, including senior high school students. Policy to introduce adolescent reproductive health (ARH) education in particular with drugs abuse topic has been enacted in Surakarta since 2012, but had not covered the entire high school.Objective: Observing the correlation between adolescent reproductive health education with knowledge of NAPZA on high school students in Surakarta.Method: This study used an observational analytic with cross sectional design. A total of 120 students were taken by purposive random sampling. Total of 120 students were involved from second grade they consisted 60 students who had been given adolescent reproductive health education for one year (since first grade) and 60 students who had not. Students were given a questionnaire about NAPZA that has been tested for validity and reliability. Data analysis was then performed using chi-square.Results and Discussion: There is a significant correlation between adolescent reproductive health education with knowledge about types, characteristic of high risk youth, sign of addiction, category of drug users, as well as the dangers of drug prevention among high school students in Surakarta (p<0.05).Conclusion: There is a significant correlation between adolescent reproductive health education with knowledge of NAPZA on high school students in Surakarta.Keywords: Knowledge of NAPZA, Adolescent Reproductive Health Education, Youth of Surakarta. ABSTRAKLatar Belakang: Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat adiktif lain (NAPZA) dapat dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat, terbanyak generasi muda 15–24 tahun. Generasi muda adalah sasaran strategis perdagangan gelap NAPZA termasuk di Surakarta. Diperlukan kewaspadaan terhadap bahaya serta pengaruh NAPZA yang dapat menimbulkan ketagihan, dengan dampak terhadap kelangsungan hidup dengan pembinaan, khususnya generasi muda termasuk siswa Sekolah Menengah Umum (SMU). Kebijakan pembelajaran kesehatan reproduksi remaja (KRR) khususnya topik NAPZA telah diberlakukan di Surakarta sejak ajaran baru 2012 sampai sekarang, namun belum mencakup keseluruhan SMU.Tujuan: Mengamati hubungan pembelajaran KRR dengan pengetahuan NAPZA siswa SMU di Surakarta.Metode: Penelitian observasional analitik rancangan cross sectional. 120 subyek penelitian (siswa) diambil secara purposive random sampling. Sebanyak 60 subyek penelitian diambil dari siswa SMU kelas 2 yang sudah mendapatkan pembelajaran KRR selama satu tahun (sejak kelas 1) dan sebanyak 60 subyek penelitian siswa SMU yang belum mendapatkan pembelajaran. Subyek penelitian, baik yang sudah dan belum mendapatkan pembelajaran KRR diberikan kuesioner tentang NAPZA yang sudah diuji validitas dan reliabilitas. Kemudian dilakukan uji chi square.Hasil dan Pembahasan: Terdapat hubungan bermakna pembelajaran KRR dengan pengetahuan tentang jenis, ciri remaja beresiko pengguna, tanda kecanduan, golongan gangguan pengguna, bahaya serta penanggulangan NAPZA siswa SMU di Surakarta (p<0.05).Kesimpulan: Terdapat hubungan bermakna pembelajaran Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR) dengan pengetahuan tentang NAPZA siswa SMU di Surakarta.Kata Kunci: Pengetahuan NAPZA, KRR, siswa SMU 1,2 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta telp:0271-665145/08166725643 Dinas Kesehatan Kota Surakarta
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KECEMASAN PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINAN Mukhoirotin, Mukhoirotin; Rahmat, Ibrahim; Siswosudarmo, Risanto
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (240.997 KB)

Abstract

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP KECEMASAN PRIMIGRAVIDA DALAM MENGHADAPI PERSALINANMukhoirotin1, Ibrahim Rahmat2, Risanto Siswosudarmo3ABSTRACTBackground: During a process of labor and delivery a primigravida mother tends to have increased fear and anxiety, because of pain and discomfort. She is worry about her safety and her baby. Unless it is well managed it might cause same complication such us premature labor, prolonged labor, and fetal death. Health education is one effort that can be done by health workers to decrease anxiety and prepare mother in facing the process of labor and delivery.Objective: To find out the influence of health education to primigravida anxiety in facing the process of labor and delivery.Method: The study was a quasy experiment by pretest-postest control group design. Subjects were all primigravidas at Peterongan Public Health Centre (Puskesmas) area of Jombang Regency. A total of sixty six respondents meeting the inclusion and exclusion criteria were recruited. They were devided into two groups, the treated group received health education and booklet (n=33) and the control group received health education only (n=33). The sampling tehnique were using consecutive sampling and cluster randomized trial. The instrument used to measure anxiety was Zung Self-Rating Anxiety Scale. Data were processed using computer program. Paired and independent sample t-tests were used for statistical analysis .Results and Discussion: The anxiety scores before treatment was comparable between the two groups (p>0.05). This scores decreased significantly after treatment from 36.79 to 29.79 in the treated group, and from 36.85 to 32.03 in the control group (p<0.05). The post treatment score was significanly different between the treated and the control groups (29.79±4.14 vs. 32.03±4.01; p<0.05).Conclution: Health education with booklet was more effective to decrease anxiety in the primigravida in facing labor compared to health education only.Keywords: health education, booklet, anxiety, primigravida. ABSTRAKLatar Belakang: Selama proses persalinan dan melahirkan seorang ibu primigravida cenderung mengalami peningkatan ketakutan dan kecemasan, karena rasa sakit dan ketidaknyamanan. Ibu khawatir tentang keselamatan dirinya dan bayinya. Apabila hal ini tidak dikelola dengan baik dapat menyebabkan beberapa komplikasi seperti persalinan prematur, partus lama, dan kematian janin. Pendidikan kesehatan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menurunkan kecemasan dan mempersiapkan ibu dalam menghadapi proses persalinan dan melahirkan.Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan.Metode: Penelitian ini adalah quasi experiment dengan pendekatan pretest-postest control group design. Subyek penelitian adalah semua primigravida di wilayah Puskesmas Peterongan kabupaten Jombang. Sebanyak 66 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi direkrut.Subyek penelitian dibagi menjadi dua kelompok, kelompok perlakuan yang mendapatkan pendidikan kesehatan dan booklet (n=33) dan kelompok kontrol yang mendapatkan pendidikan kesehatan (n=33). Tehnik sampling menggunakan consecutive sampling dan cluster randomized trial. Instrumen yang digunakan untuk mengukur kecemasan adalah Zung Self-Rating Anxiety Scale. Data diolah dengan menggunakan program komputer. Paired sample t-test dan independent sample t-test digunakan untuk analisis statistik.Hasil dan Pembahasan: Skor kecemasan sebelum perlakuan adalah sebanding antara kedua kelompok (p>0,05). Skor ini menurun secara signifikan setelah perlakuan dari 36,79-29,79 pada kelompok perlakuan, dan dari 36,85-32,03 pada kelompok kontrol (p<0,05). Skor setelah perlakuan terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dan kontrol (29,79±4,14 vs. 32,03±4,01, p<0,05).Kesimpulan: Pendidikan kesehatan dengan booklet lebih efektif untuk menurunkan kecemasan primigravida dalam menghadapi persalinan dibandingkan dengan pendidikan kesehatan saja.Kata Kunci: pendidikan kesehatan, booklet, kecemasan, primigravida. 1,2 Program Studi Magister Keperawatan, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta3 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 
PERBANDINGAN SKOR DISMENOREA PADA PASIEN ENDOMETRIOSIS YANG MENDAPATKAN TERAPI ABLASI LAPAROSKOPI DILANJUTKAN GnRH AGONIST VERSUS ABLASI LAPAROSKOPI SAJA DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Isyana, Marta; Dasuki, Djaswadi; Rumekti, Diah
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 1, No 3 (2014)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.786 KB)

Abstract

PERBANDINGAN SKOR DISMENOREA PADA PASIEN ENDOMETRIOSIS YANG MENDAPATKAN TERAPI ABLASI LAPAROSKOPI DILANJUTKAN GnRH AGONIST VERSUS ABLASI LAPAROSKOPI SAJA DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTAMarta Isyana 1 , Djaswadi Dasuki2, Diah Rumekti3ABSTRACTBackground: Dysmenorrhea in endometriosis is a condition that adversely impacts the quality of life of women. The current treatment for dysmenorrhea in endometriosis is essentially palliative, since most of these treatment can only suppress disease progression and relieve its symptoms.Objective: To compare the difference in dysmenorrhea scores pre and post treatment of dysmenorrhea in endometriosis patients who received laparoscopic ablation followed with GnRH agonist versus laparoscopic ablation therapy alone.Method: This is an observational study with a retrospective cohort design. Endometriosis patients were identified through medical records at Dr Sardjito Hospital, Yogyakarta. Patients were categorized into laparoscopic ablation therapy followed by GnRH agonist group and laparoscopic ablation therapy only group. Evaluation of dysmenorrhoea scores were performed in 6 months after therapy.Result and Discussion: A total of 88 subjects (44 subjects in each group) were eligible and gave their consent to participate. Patients who received laparoscopic ablation therapy followed by GnRH agonist showed greater VAS difference pre and post treatment (6,27±0,22 vs 4,20±1,17,p<0,001) compared with only ablation laparoscopic. This difference was not affected by age, BMI, and endometriosis stage. Eleven of the 44 subjects who received laparoscopic ablation followed by GnRH agonists developed side effects. There were 7 people with hot flushes, 3 people with decreased bone mineral density and 1 people with dry skin, whereas no subject in laparoscopic ablation group alone experienced them.Conclusions: Laparoscopic ablation followed by GnRH agonist therapy was associated with greather difference in dysmenorrhea score pre and post treatment compared with laparoscopic ablation only. Laparoscopic ablation therapy followed with a GnRH agonist was associated with higher side effects.Keywords: endometriosis, laparoscopic ablation, GnRH agonist, visual analog scaleABSTRAKLatar Belakang: Dismenorea pada endometriosis adalah suatu kondisi yang memberikan dampak bermakna pada mutu kehidupan wanita. Penanganan dismenorea pada endometriosis saat ini pada hakikatnya masih belum berhasil menyembuhkannya, karena sebagian besar baru mampu menekan perkembangan penyakit dan menghilangkan gejalanya.Tujuan: Membandingkan selisih skor dismenorea sebelum dan setelah terapi pada pasien endometriosis yang mendapatkan terapi ablasi laparoskopi dilanjutkan GnRH agonist versus ablasi laparoskopi saja.Metode: Penelitian ini adalah penelitian observasional menggunakan rancangan penelitian kohort retrospektif. Pasien endometriosis diidentifikasi melalui rekam medis di RSUP DR Sardjito, Yogyakarta. Pasien dikelompokkan menjadi kelompok terapi ablasi laparoskopi dilanjutkan dengan GnRH agonist dan terapi ablasi laparoskopi saja.Evaluasi untuk skor dismenorea dilakukan pada jangka waktu 6 bulan setelah terapi. Hasil dan Pembahasan: Sebanyak 88 subyek (44 subyek dalam setiap kelompok) memenuhi kriteria penelitian dan memberikan persetujuan untuk diikutsertakan dalam penelitian. Pasien yang mendapatkan terapi ablasi laparoskopi dilanjutkan GnRH agonist menunjukkan selisih VAS sebelum dan setelah terapi yang secara signifikan lebih baik (6,22±0,22 vs 4,20±1,17;p<0,001) dibandingkan dengan ablasi laparoskopi saja. Perbedaan ini tidak dipengaruhi oleh umur, BMI, maupun derajat endometriosis. Sebelas dari 44 subyek yang mendapatkan ablasi laparoskopi dilanjutkan GnRH agonist mengalami efek samping, yaitu 7 orang mengalami hot flushes, 3 orang mengalami penurunan densitas masa tulang dan 1 orang mengalami kulit kering, sedangkan tidak ada subyek dalam kelompok ablasi laparoskopi saja yang mengalami efek samping.Kesimpulan: Terapi ablasi laparoskopi yang dilanjutkan dengan GnRH agonist berhubungan dengan selisih skor dismenorea sebelum dan setelah terapi yang lebih tinggi dibandingkan dengan terapi ablasi laparoskopi saja. Terapi ablasi laparoskopi yang dilanjutkan dengan GnRH agonist berhubungan dengan tingkat efek samping yang lebih tinggi.Kata kunci: endometriosis, ablasi laparoskopi, GnRH agonist, visual analog scale 1,2,3 Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada
PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN BIDAN UNTUK SKRINING KANKER SERVIKS DENGAN METODE INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT (IVA) DI KALIMANTAN BARAT Mardiana, Mardiana; Dasuki, Djaswadi; Pradjatmo, Heru
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (197.687 KB)

Abstract

Mardiana1, Djaswadi Dasuki2, Heru Pradjatmo2 ABSTRACT Background: Globally it is estimated that every two minutes a woman dies of cervical cancer and 500,000 women are diagnosed to have cervical cancer each year. In Indonesia, the incidence of cervical cancer is by 12.6 per 100,000 women with a mortality rate of 7 per 100,000. Screening method can reduce the incidence of cervical cancer if done cumulatively in 2012, the coverage of screening with a VIA method in Indonesia was 1.57%, whereas screening coverage with IVA in West Kalimantan Province was 1.06 %Objective: To assess midwives’ knowledge and skills of screening practices with a VIA method in health centers Method: This was an observational study with a cross-sectional study, using quantitative and qualitative approaches. The study was conducted in health centers in the province of West Kalimantan. This study was conducted in September to October 2014. The subjects of research were midwives who served in health centers doing a VIA examination in West Kalimantan who met inclusion and exclusion criteria. The total sample of this study was 42 taken with purposive sampling. The variables of this study were the dependent variable, ie, the practice of screening skills with a VIA method, the independent variable, ie, knowledge, and the extraneous variables, ie, age, education, and years of service. Analysis of the data included univariable, bivariable, multivariable, and qualitative. The quantitative data analysis used the chi-square and logistic regression with a significance level of p <0.05 and an OR value with confidence interval (CI) of 95%.Result & Discussion: The mean value of midwives’ knowledge was 26.0 from assessment scores of 0-30. A mean score of screening practice skills was 94.4 from 38-114. Of clinical assessment scores skill practice of competent midwives with good knowledge was higher than bad knowledge (OR= 6,98 CI 95% 1,21-40,33). After controlling education and years of service variables, good knowledge influenced screening clinical practice by 33%. Conclusion: Most of the midwives in West Kalimantan had good knowledge and skills to perform cervical cancer screening with a VIA method.Keywords: Knowledge, screening practice skills, VIA methods  ABSTRAKLatar Belakang: Di seluruh dunia diperkirakan setiap dua menit seorang wanita meninggal karena kanker servik dan sekitar 500.000 wanita di diagnosis kanker seviks setiap tahun. Di Indonesia insiden kanker serviks sebesar 12,6 per 100.000 perempuan dengan angka kematian sebesar 7 per 100.000. Metode skrining dapat menurunkan kejadian kanker serviks jika dilakukan secara kumulatif. Pada tahun 2012 cakupan skrining dengan metode IVA di Indonesia sebesar 1,57%, sedangkan cakupan skrining dengan metode IVA Propinsi Kalimantan Barat sebesar 1,06%.Tujuan: Menilai pengetahuan dan keterampilan praktek skrining bidan dengan metode IVA di puskesmas Metode: Jenis penelitian observasional dengan rancangan cross-sectional study, menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dilakukan di puskesmas di Provinsi Kalimantan Barat. Penelitian ini dilaksanakan bulan September sampai dengan Oktober 2014. Subjek penelitian bidan yang melayani pemeriksaan IVA di puskesmas di Provinsi Kalimantan Barat yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Total sampel penelitian ini 42 sampel dengan pengambilan sampel purposive sampling. Variabel penelitian ini yaitu: variabel terikat adalah keterampilan praktek skrining metode IVA, variabel bebas: pengetahuan, dan variabel luar: usia, pendidikan, dan lama bekerja. Analisis data meliputi: univariabel, bivariabel, multivariabel, dan kualitatif. Untuk analisis data kuantitatif meng-gunakan metode chi square dan logistic regresi dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 dan nilai OR dengan Confidence Interval (CI) 95%.Hasil & Pembahasan: Nilai mean pengetahuan bidan sebesar 26,0 dari skor penilaian 0-30. Keterampilan praktik dengan nilai mean 94,4 dari skor 38-114. Keterampilan praktik klinik yang kompeten lebih tinggi pada bidan berpengetahuan baik daripada bidan berpengetahuan kurang (OR= 6,98 CI 95% 1,21-40,33). Pengetahuan baik setelah dikontrol variabel pendidikan dan lama bekerja berpengaruh terhadap keterampilan praktik skrining sebesar 33%.Kesimpulan: Sebagian besar bidan di Kalimantan Barat memiliki pengetahuan baik dan keterampilan yang kompeten untuk skrining kanker serviks dengan metode IVA. Kata Kunci: Pengetahuan, keterampilan praktek skrining, metode IVA 1 Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat2 Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada      Yogyakarta
MICROVOLUME OF 0.1µL GAMA SLEEVED CRYOLOOPS FOR BLASTOCYST VITRIFICATION OF ASSISTED REPRODUCTIVE TECHNOLOGY PATIENTS Hanoum, Ita Fauzia; Boediono, Arief; Pangestu, Mulyoto; Haryadi, Dwi; Widad, Shofwal; Dasuki, Djaswadi
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (181.875 KB)

Abstract

Ita Fauzia Hanoum1,2, Arief Boediono3, Mulyoto Pangestu4,5, Dwi Haryadi1,Shofwal Widad1,2, Djaswadi Dasuki1,2 ABSTRAK Latar Belakang: Prosedur embrio vitrifikasi menggunakan alat berupa grid, straw atau cryoloop. Gama Sleeved cryoloop dibuat dan dikembangkan di klinik Permata Hati. Untuk itu, dilakukan pengamatan keberhasilan prosedur vitrifikasi menggunakan 0.1µl Gama Sleeved cryoloop.Metode: Vitrifikasi dilakukan pada blastokis dengan kualitas baik yang diperoleh pada hari ke 5 setelah fertilisasi. Inform consent telah disampaikan sebelumnya kepada pasien program bayi tabung di Klinik Permata Hati. Prosedur dilakukan dengan menggunakan media handling (GMOPS Plus; Vitrolife) embrio diinkubasi selama 1 menit; (7.5% EG (v/v); 7.5% DMSO (v/v)) selama 2-3 menit, (15% EG (v/v); 15% DMSO v/v; 10 mg/ml Ficoll; 0.65 M Sucrosa) selama 30 detik pada suhu ruang sebelum kemudian diletakkan di dalam cryoloop, setelah itu secara cepat cryoloop yang berisi embrio dibenamkan ke dalam nitrogen cair. Sebelum dilakukan embryo transfer (ET), embrio dihangatkan dengan cara two step technique (sucrose 0.25M) selama 2 menit dan selama 3 menit (sucrose 0.125M).Hasil: Sejumlah 97 blastokis divitrifikasi dan dihangatkan (67 pasien), dimana 91 blastokis berhasil ditransfer ke rahim ibu (93.8%). Blastokis yang tidak berhasil selamat dari prosedur penghangatan adalah blastokis dengan kerusakan lebih dari 50%. Diperoleh kehamilan klinis 43.3% sedangkan angka implantasi adalah 37.4%. Sampai saat ini, dilaporkan 20 kelahiran (23 bayi) dari program vitrifikasi menggunakan 0.1µl Gama Sleeved cryoloop, sementara 5 kehamilan masih berlangsung. Satu kehamilan dilaporkan gugur pada usia kehamilan yang masih sangat awal, dua keguguran pada usia kehamilan 12 minggu dan satu bayi lahir meninggal karena kelainan kongenital.Kesimpulan: 0.1µl Gama Sleeved cryoloop merupakan pilihan untuk digunakan sebagai alat vitrifikasi blastokis. Data awal yang kami sampaikan dan kelahiran bayi dari program tersebut memberikan harapan untuk kesuksesan program simpan beku embrio di klinik Permata Hati RSUP DR Sardjito Yogyakarta.Kata kunci: kriopreservasi, blastokis, vitrifikasi ABSTRACTBackground: Vitrification has been applied succesfully in human embryo using grid, straw and cryoloop. Gama Sleeved is a home made device develop at Permata Hati. We assessed the survival rate of human blastocyst vitrified in 0.1µl Gama Sleeved cryoloop as device.Method: Excess good grade human D5 embryos were vitrified, upon a detailed informed consent. Embryos were hold in handling media (GMOPS Plus; Vitrolife) for 1 minute; (7.5% EG (v/v); 7.5% DMSO (v/v)) for 2-3 minutes, (15% EG (v/v); 15% DMSO v/v; 10 mg/ml Ficoll; 0.65 M Sucrosa) for 30 seconds at room temperature before inserted in to the loops, then directly plunged into the liquid nitrogen. Prior to ET, embryos were warmed by two step technique in sucrose 0.25M for 2 min and 0.125M sucrosa for 3 min. Embryos were then cultured.Results: Total of 97 vitrified warmed human blastocyst (67 patients) were used and 91 (93.8%) were transferred. Non-transferred blastocyst (6.2%) has more than 50% lyse. The clinical pregnancy rate was 43.9%. The implantation rate was 37.4%. Currently, 20 deliveries of 23 babies born from vitrified blastocyst using 0.1µl Gama Sleeved cryoloop, and another 5 ongoing pregnancy. So far there was 1 early pregnancy loss, 2 miscarriages at 12 weeks pregnancy, and one infant died due to a congenital anomaly.Conclusion: 0.1µl Gama Sleeved cryoloop provides an excellent alternative to existing vitrification devices. These initial data and babies delivered from the program have been promising to a vitrification system in our own ART program.Keywords: cryopreservation, blastocyst, vitrification1Permata Hati Infertility Clinic RSUP DR Sardjito, Yogyakarta2Div Reproductive Endocrinology and Fertility OBGYN Medical Faculty Gadjah Mada University, Yogyakarta3Lab. Anatomi Embriologi FKH, Institut Teknologi Pertanian, Bogor4EPRD- Dept. Obstetrics and Gynecology, Monash University, Monash Medical Center,Victoria, Melbourne5Lab. Reproductive Physiology, Jenderal Soedirman University, Purwokerto Correspondence address: + 62 274 518684; fax + 62 274 553575; email: itafauzia@yahoo.com
PELAYANAN KESEHATAN PEDULI REMAJA MENURUT PERSPEKTIF REMAJA DI KOTA MAGELANG Rohmayanti, Rohmayanti; Rahman, Irwan Taufiqur; Nisman, Wenny Artanty
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (135.646 KB)

Abstract

 Rohmayanti1, Irwan Taufiqur Rachman2, Wenny Artanty Nisman3 ABSTRACTBackground:Teenagers have greater risk for health problems, especially sexuality and reproduction problems. Government has already developed Adolescent Friendly Health Services (AFHS). This program has already run in primary health care to overcome teenager’s health problems. On the other hand, this program does not seem to accommodate some of teenager’s expectation. Therefore, we need to conduct a research for knowing what kind of health services are suitable with teenager’s perspective. Objective: This study was design to explore type of AFHS which were suitable in adolescent’s perspective. Method: In this qualitative study, phenomenology was used for the approach. This study was conducted from September-October 2014 in primary health care region of Magelang. The participants for this study were 10-19 years old teenagers and they had already received adolescent friendly health services. The participants had been chosen using purposive sampling. The data was collected using focus group discussion, observation and indepth interview. Colaizzi’s analysis had been used for data analysis manually.Result and Discussion: Adolescent’s perspective about AFHS consist of three theme. The first theme was adolescent perspective on existence of AFHS which was still various. The second theme was the perception of adolescents on the AFHS given in adolescents.The result was that not all six AFHS programs were given. The Third theme was adolescents hope for the result was AFHS health workers should be able to provide an explanation of the problems experienced by adolescents, be friendly, and the need to involve youth, teachers, parents and the community in AFHS services. Health Services that are conducted in teenagers, should be confidential,the service time was able to adjust school hours, use short massage, email for communication and information.Conclusion: adolescent’s have various expectations of the AFHS services in the future. Health services in accordance with the expectations of adolescents can be developed as a modified form of health care that can be implemented in AFHS primary health care.Keywords: Adolescent Friendly Health Services (AFHS), Adolescent.ABSTRAKLatar Belakang: Remaja sangat rentan terhadap berbagai ancaman risiko kesehatan terutama seksual dan reproduksi. Pemerintah telah mengadakan program Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) yang dilaksanakan di puskesmas untuk mengatasi masalah kesehatan remaja. Program PKPR yang sudah berjalan, belum mengakomodir kepentingan remaja, sehingga perlu diketahui bagaimana pelayanan kesehatan peduli remaja yang sesuai dengan perspektif remaja.Tujuan: Mengetahui pelayanan kesehatan peduli remaja (PKPR) menurut perspektif remaja.Metode:Penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Subjek penelitian adalah remaja usia 10-19 tahun yang telah mendapatkan pelayanan kesehatan peduli remaja, dipilih secara purposive sampling. Pengumpulan data dengan cara FGD, observasi dan wawancara. Analisa data dilakukan secara manual, menggunakan tahapan analisa data menurut Colaizzi (1978). Penelitian dilakukan pada bulan September-Oktober 2014, di puskesmas wilayah Kota Magelang. Hasil dan Pembahasan: Perspektif remaja tentang PKPR terdiri atas tiga tema. Pertama, persepsi remaja tentang keberadaan PKPR masih sangat variatif. Kedua, persepsi remaja tentang program PKPR yang diberikan pada remaja, bahwa dari 6 program PKPR belum semua diberikan. Ketiga, harapan remaja terhadap PKPR ke depan bahwa petugas kesehatan harus mampu memberikan penjelasan tentang masalah yang dialami remaja, berlaku seperti sahabat, dan perlu melibatkan remaja, guru BP/UKS, orangtua serta masyarakat dalam pelayanan. Pelayanan dilakukan di tempat remaja berada, yang terjaga kerahasiaannya, waktu pelayanan menyesuaikan jam sekolah, perlu pemanfaatan sms, email untuk komunikasi dan informasi pada remaja. Kesimpulan: Remaja memiliki berbagai harapan terhadap PKPR di masa depan. Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan remaja dapat dikembangkan sebagai bentuk modifikasi pelayanan kesehatan peduli remaja yang dapat diterapkan di puskesmas. Kata Kunci: Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR), remaja. 1  Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Magelang2 Bagian Obstetri Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada         Yogyakarta3 Program Studi Magister Keperawatan, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta  
FAKTOR ANGIOGENIK SOLUBLE FMS-LIKE TYROSINE KINASE-1 DAN VASCULAR ENDOTHELIAL GROWTH FACTOR PADA IBU HAMIL 8 – 20 MINGGU DENGAN RISIKO PREEKLAMPSIA Sulistyowati, Sri; Soetrisno, Soetrisno; Respati, Supriyadi Hari; Wiyono, Bambang Eko
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (179.407 KB)

Abstract

Sri Sulistyowati1, Soetrisno2, Supriyadi Hari Respati3, Bambang Eko Wiyono4 ABSTRACTBackground: Preeclampsia is still the main cause for maternal and neonatal mortality or morbidity. Anti-angiogenic Soluble FMS-Like Tyrosine Kinase-1 (sFlt-1) and proangiogenic Endhothelial Vascular Growth Factor (VEGF) factors can be used as an early detection of preeclampsia due to itsrole in the pathogenesis of preeclampsia, so it can be used as one effort to reduce maternal or perinatal morbidity and mortality.Objective: To analyze sFlt-1 and VEGF levels in the serum of normal pregnancy and pregnancy with preeclampsia risk in 8 – 20 weeks gestation.Method: Observational analytic with cross sectional method performed at the Obstetrics and Gynecology, Dr. Moewardi Hospital/ Medical Faculty Sebelas Maret University Surakarta and Prodia laboratory since November – December 2013. Number of samples studied was 30 samples, comprising 15 samples of normal pregnancy and pregnancy with preeclampsia risk with 8 – 20 weeks of gestational age. The sFlt-1 and VEGF serum levels was assessed using ELISA and analyzed using t-test.Result & Discussion: Serum level of sFlt-1 in normal pregnancy is (1252,17±564,65 ng/ml), and in pregnancy with preeclampsia risk is (1741,90±640,97 ng/ml) with p=0,023 serum level of VEGF in normal pregnancy was 96,88±144,29 ng/ml and in pregnancy with preeclampsia risk was 14,24±8,73 ng/ ml with p=0,044.Conclusion: sFlt-1 level is higher and VEGF level is lower in pregnant women with preeclampsia risk than normal pregnancy on 8 – 20 weeks gestational age.Keywords: Pregnancy, Preeclampsia Risk, sFlt-1, VEGF.ABSTRAKLatar belakang: Preeklampsia saat ini masih merupakan masalah pada ibu hamil yang berhubungan dengan mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal. Faktor anti-angiogenik Soluble FMS-Like Tyrosine Kinase-1 (sFLt-1) dan proangiogenik Vascular Endhothelial Growth Factor (VEGF) diduga dapat digunakan sebagai deteksi dini karena perannya dalam patogenesis preeklampsia, sehingga dapat digunakan sebagai upaya untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal. Tujuan: Untuk menganalisis kadar sFlt-1 dan VEGF pada serum ibu hamil normal dan ibu hamil dengan risiko preeklampsia pada usia kehamilan 8 – 20 minggu.Metode: Penelitian observasional analitik dengan metode Cross Sectional yang dilakukan di bagian Obstetri dan Ginekologi, RSUD Dr. Moewardi/ FK UNS, Surakarta dan Laboratorium Prodia mulai Nopember – Desember 2013. Jumlah sampel terdiri 30 yang terbagi menjadi 15 sampel ibu hamil normal dan dan 15 sampel ibu hamil dengan risiko preeklampsia usia gestasi 8 – 20 minggu. Masing-masing dianalisis kadar sFlt-1 dan VEGF pada serumnya dengan metode ELISA dan dianalisis menggunakan uji t.Hasil & Pembahaasan: Kadar serum sFlt-1 pada kehamilan normal (1252,17±564,65 ng/ml), kehamilan dengan risiko preeklampsia (1741,90±640,97 ng/ml) dengan nilai p=0,023 dan kadar VEGF pada kehamilan normal (96,88±144,29 ng/ml), kehamilan dengan risiko preeklampsia (14,24±8,73 ng/ ml) dengan nilai p=0,044.Kesimpulan: Kadar sFlt-1 lebih tinggi dan kadar VEGF lebih rendah pada kehamilan dengan risiko preeklampsia dibanding kehamilan normal pada usia hamil 8 – 20 minggu.Kata kunci: Kehamilan, Risiko Preeklampsia, sFlt-1, VEGF.1,2,3,4Sri Sulistyowati, Bagian Obgin FK UNS/ RSUD Dr. Moewardi, Jl. Kol. Sutarto 132 Surakarta. Telp. 08122968215, Email: elis_spog@yahoo.co.id
BIAYA PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL YANG MENJALANI SEKSIO SESAREA DI RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA Rahmawan, Adi; Nurdiati, Detty Siti; Sofoewan, Sulchan
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.299 KB)

Abstract

Adi Rahmawan1, Detty Siti Nurdiati2, Sulchan Sofoewan3 ABSTRACT Background: Ease of access and timeliness in reaching emergency obstetric care is necessary to save the mother and newborn. Delivery by emergency caesarean section aims to save the mother and newborn. The amount of cost from the emergency obstetric care particularly caesarean section, was significantly higher compared to childbirth without complications. The implementation JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) aims to overcome this programs. Government hospitals have a dilemma between the mission of serving the lower middle class society and the limited financial resources, as well as a variety of rules and bureaucracy. Casemix system on INA-CBG’s (Indonesian Case Base Groups) is grouping similar patient characteristics. Hospital will receive payments based on the average amount of cost by a group of diagnosis. Objective: Knowing the cost of the JKN patient who underwent cesarean section in Dr. Sardjito Hospital. Method: The study design is a descriptive. JKN patients undergoing Caesarean section in January-July 2014 at the Hospital Dr. Sardjito included in the study. Patients who moved to the VIP, VVIP, and suites classes are excluded. Patient cost data will be averaged and be detailed by characteristics. Result: A total of 136 patients underwent Caesarean section with JKN during January-July 2014. Average cost of patients underwent Caesarean section was 10,337,411 rupiahs. Patient with severe preeclampsia had average cost of 3,050,776 rupiahs higher than patients without severe preeclampsia. Patients with 4 disesases and complications had the difference in cost 16,995,952 rupiahs higher than patients without the disease. Patients with ICU care had higher average cost than non-admission to the ICU in the amount of 3,340,288 rupiahs. Difference in the higher average costs also occur on length of stay. Class treatment, duration stay in the delivery room, the induction or stimulation in the delivery room. History of cesarean section was not the leading cause of higher cost.Conclusion: The average cost of patients underwent Caesarean section was 10,337,411 rupiahs. Complications of the disease and the patient’s condition, severe preeclampsia, long hospitalization, ICU care, led to high costs in patients underwent Caesarean section.Keyword: seksio sesarea, cost, JKN, INA-CBG’ABSTRAKLatar belakang: Kemudahan akses dan ketepatan waktu dalam menjangkau pelayanan kegawadaruratan obstetri sangat diperlukan demi menyelamatkan ibu dan neonatal. Persalinan dengan seksio sesarea pada kedaruratan obstetrik bertujuan untuk menyelamatkan ibu dan neonatal. Biaya yang dihabiskan dari pelayanan kedaruratan obstetri operasi sesar, secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan persalinan tanpa penyulit. Terselenggaranya program Jaminan Kesehehatan Nasional (JKN) mempunyai tujuan untuk mengatasi hal tersebut. Rumah sakit pemerintah menghadapi dilema antara misi melayani masyarakat kelas menengah ke bawah dengan adanya keterbatasan sumber dana, serta berbagai aturan dan birokrasi yang harus dihadapi. Sistem casemix pada INA-CBG’s merupakan pengelompokan karakteristik pasien yang sejenis. Rumah Sakit akan mendapatkan pembayaran berdasarkan rata-rata biaya yang dihabiskan oleh suatu kelompok diagnosis.Tujuan: Mengetahui besarnya biaya pasien Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang menjalani operasi seksio sesarea di RSUP Dr. Sardjito Metode: Rancangan penelitian yang akan digunakan adalah deskriptif. Pasien JKN yang menjalani seksio sesarea pada Januari-Juli 2014 di RSUP Dr. Sardjito diikutsertakan dalam penelitian ini. Pasien yang pindah perawatan ke kelas VIP, VVIP, dan suite di eksklusi. Data biaya pasien akan dirata-rata dan dirinci besarnya berdasarkan karakteristik Hasil & Pembahasan: Sebanyak 136 pasien JKN menjalani seksio sesarea selama Januari-Juli 2014. Rata-rata biaya pasien yang menjalani seksio sesarea adalah 10.337.411 rupiah. Pasien preeklamsia berat mempunyai ratas-rata biaya yang lebih tinggi 3.050.776 rupiah dibandingkan pasien tanpa preeklamsia berat. Pasien dengan 4 penyakit dan komplikasi mempunyai selisih biaya 16.995.952 rupiah lebih tinggi dibandingkan pasien tanpa penyakit. Pasien dengan perawatan ICU mempunyai rata-rata biaya yang lebih tinggi dibanding yang tidak dirawat di ICU yaitu sebesar 3.340.288 rupiah. Selisih rata-rata biaya yang lebih tinggi juga terjadi pada lama rawat inap. Kelas perawatan, lama perawatan di kamar bersalin, tindakan induksi atau stimulasi di kamar bersalin, riwayat seksio sesarea saat ini tidak menyebabkan semakin tingginya biaya seksio sesarea.Kesimpulan: Rata-rata biaya pasien yang menjalani seksio sesarea adalah 10.337.411 rupiah. kondisi penyakit dan komplikasi pasien, preeklamsia berat, lama rawat inap, dan perawatan ICU menyebabkan tingginya biaya pada pasien yang menjalani seksio sesarea. Kata kunci: seksio sesarea, biaya, JKN, INA-CBG’s1,2,3 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
GANGGUAN HASRAT SEKSUAL PADA WANITA PASCASALIN DAN HUBUNGANNYA DENGAN CARA PERSALINAN Irchami F, Yusnia; H, Irfan; H.P, Isanawidya; A.B, Avie; Patmini, Edi; Nugroho, Agung; Rahman, Muhammad Nurhadi
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.767 KB)

Abstract

1Yusnia Irchami F, 1Irfan H, 1Isanawidya H.P, 1Avie A.B, 2Edi Patmini, 3Agung Nugroho, 2Muhammad Nurhadi Rahman ABSTRACTBackground: Sexual dysfunction in postpartum woman is closely related to the period of pregnancy and childbirth. One of the diagnostic criteria for sexual dysfunction is a sexual desire. Sexual desire disorder can be influenced by psychological factors and marriage relationship. However, there has been no consensus stating with certainty the effect of the method of delivery against sexual desire disorder in postpartum woman.Objective: To assess association between delivery method and sexual desire disorder among postpartum woman in RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.Method: A cross sectional study was conducted involving 53 subjects in spontaneous vaginal group and 49 subjects in sectio caesarea group. The Female Sexual Function Index (FSFI) questionnaire was administered to measure sexual desire disorder in 2-6 months postpartum woman. Data was analyzed using chi-square analysis. Result & Discussion: In spontaneous vaginal group, 62.3% of the subjects experienced sexual desire disorder while in sectio caesarea group showed 55.1% (p=0.463). Spontaneous vaginal delivery increases the risk of sexual desire disorder, but not significant statistically (Prevalence ratio 1.130 convidence interval (CI) 0.814 to 1.569).Conclusion: There was no significant relationship between the method of delivery and the prevalence of sexual desire disorder among postpartum woman in RSUD Panembahan Senopati Bantul, Yogyakarta.Keywords: Sexual desire disorders, spontaneous vaginal delivery, sectio caesarea delivery, postpartum womanABSTRAK Latar Belakang: Disfungsi seksual yang terjadi pada wanita pascasalin erat kaitannya dengan masa kehamilan dan persalinan. Salah satu kriteria diagnostik disfungsi seksual adalah hasrat seksual. Gangguan hasrat seksual dapat dipengaruhi oleh faktor psikologis wanita dan hubungan pernikahan. Namun, belum terdapat konsensus yang menyatakan dengan pasti pengaruh metode persalinan terhadap gangguan hasrat seksual pada wanita pascasalin. Tujuan: Mengetahui hubungan antara metode persalinan terhadap prevalensi gangguan hasrat seksual pada wanita pascasalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.Metode: Desain penelitian ini adalah studi potong lintang (cross sectional) dengan melibatkan 53 subjek pada kelompok persalinan vaginal dan 49 subjek pada kelompok sectio caesarea. Kuesioner Female Sexual Function Index (FSFI) digunakan untuk mengukur gangguan hasrat seksual pada subjek yang berada pada bulan ke 2-6 periode pascasalin. Data dianalisis dengan analis chi-square.Hasil & Pembahasan: Pada kelompok vaginal spontan, sebesar 62,3% subjek mengalami gangguan hasrat seksual sedangkan pada kelompok sectio caesarea didapatkan hasil sebesar 55,1% (p=0,463). Persalinan vaginal spontan meningkatkan risiko terjadinya gangguan hasrat seksual secara tidak bermakna (Rasio prevalensi 1,130 convidence interval (CI) 0,814-1,569). Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara metode persalinan dengan prevalensi gangguan hasrat seksual pada wanita pascasalin di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.Kata kunci: Gangguan hasrat seksual, persalinan vaginal spontan, persalinan sectio caesarea, wanita pascasalin 1Mahasiswa S1 Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UGM2Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran UGM / RSUP Dr. Sardjito3Bagian Kesehatan Ibu dan Anak, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas   Kedokteran UGM  
THE MECHANISM OF HUMAN OVARIAN PRIMORDIAL FOLLICULAR ASSEMBLY AND DEVELOPMENT Sutandar, Yosep; Santoso, Suryono S.I.
JURNAL KESEHATAN REPRODUKSI Vol 2, No 1 (2015)
Publisher : IPAKESPRO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (178.922 KB)

Abstract

Yosep Sutandar1, Suryono S.I. Santoso2 ABSTRAK Latar Belakang: Pembentukan dan perkembangan folikel primordial merupakan aspek yang penting pada sistem reproduksi perempuan, tetapi mekanismenya masih kurang dipahami. Pembentukan folikel primordial adalah proses dimana folikel primordial ovarium terbentuk. Sebuah folikel primordial terdiri dari oosit yang berada di profase jika pembelahan meiosis yang pertama dan dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel pra-granulosa. Proses ini secara langsung memengaruhi jumlah oosit yang tersedia bagi seorang wanita sepanjang usia reproduksinya. Kelainan pada perkembangan folikel primordial menyebabkan sejumlah patofisiologi, tetapi mekanisme terjadi masih belum dapat dipahami.Tujuan: Untuk memahami mekanisme perakitan dan pengembangan manusia ovarium folikel primordial. Metode: Review artikelKesimpulan: Pembentukan folikel primordial adalah proses dimana folikel primordial ovarium terbentuk. Pembentukan folikel primordial dihambat oleh progesteron untuk tingkat yang lebih besar daripada estrogen, namun kedua steroid tersebut menghambat proses pembentukan. Proses apoptosis oosit secara acak dalam sarang oosit diperlukan untuk pembentukan folikel dan tumor necrosis factor-alpha (TNF) tampaknya juga terlibat dalam proses ini. Baru-baru ini, penelitian telah menunjukkan bahwa KL, basic fibroblast growth factor (bFGF), leukemia inhibitory factor (LIF), KGF, dan bone morphogenic protein -4 (BMP-4) dapat memengaruhi perkembangan folikel primordial.Kata kunci: folikel, primordial, pembentukan, perkembangan. ABSTRACT Backgrounds: primordial follicle assembly and development is a critical aspect of female reproduction, but poorly understood process on mechanistic level. Primordial follicle assembly is the process by which ovarian primordial follicles are formed. A primordial follicle is composed of an oocyte arrested in prophase if the first meiotic division and surrounded by a single layer of pre-granulosa cells. These processes directly affect the number of oocytes available to a female throughout her reproductive life. Abnormalities in primordial follicle development lead to a number of pathologies, but the mechanism are poorly understood.Objective: To understand the mechanism of assembly and development of human ovarian primordial follicle. Method: Literature reviewConclusion: Primordial follicle assembly is the process by which ovarian primordial follicles are formed. Primordial follicle assembly was inhibited by progesterone to a greater degree than estrogen, but both steroids inhibited the assembly process. The apoptosis of random oocytes in the oocyte nests is required for primordial follicle assembly and tumor necrosis factor-alpha (TNFβ) appears to be involved in this process. More recently, studies have demonstrated that KL, basic fibroblast growth factor (bFGF), leukemia inhibitory factor (LIF), KGF, and bone morphogenic protein-4 (BMP-4) can influence primordial follicle development.Key words: follicle, primordial, assembly, development1,2  Division of Reproductive Medicine, Department of Obstetrics and Gynecology Faculty of Medicine University of Indonesia, National Center Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo Telephone: 081294037518. Email: yosep.sutandar@gmail.com 

Page 3 of 20 | Total Record : 195