cover
Contact Name
Alvyn C. Hendriks
Contact Email
ahendriks@unai.edu
Phone
+6281312468128
Journal Mail Official
jurnal.koinonia@unai.edu
Editorial Address
Jalan Kol. Masturi No 288, Parongpong 40559 Kab. Bandung Barat
Location
Kab. bandung barat,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Koinonia : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia
ISSN : 20860935     EISSN : 23385960     DOI : prefix 10.35974/koinonia
Jurnal Koinonia is the research journal prepared for those who want to broaden their knowledge in the area of Biblical and Theological studies. In line with this intent, Koinonia welcomes articles coming both from national and international writers. Below is the scope of this journal: Systematic and Historical Theology, Applied Theology (Missiology, Ministry, Leadership and Management), Biblical Studies: Old Testament, New Testament, Pastoral Counseling and Christian Education.
Articles 138 Documents
THE MEANING OF “FIRST FRUITS” IN REVELATION 14:4 Budi Harwanto
Jurnal Koinonia Vol 12 No 1 (2020): KOINONIA: Juni 2020
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.396 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v12i1.2364

Abstract

Arti dari frase “buah sulung” dalam Wahyu 14: 4 menyita banyak perhatian dari paraahli Alkitab. Bukan hanya karena sifatnya yang menarik dari kitab Apokaliptikdalam dalam Perjanjian Baru ini, tetapi juga karena keingintahuan untuk memahamikelompok umat Allah yang telah ditebus. Untuk menemukan arti dari “buah sulung”dalam Wahyu 14:4, metodologi penelitian ini adalah pendekatan penyelidikanhistoris-gramatikal terhadap latar belakang dan konteks Wahyu 14. Hasil temuan daripenelitian ini adalah: Pertama, 144.000 adalah kualitas terbaik atau pilihan ataukepenuhan umat Allah sebagai penghormatan dan kurban persembahan kepadaAllah. Kelompok ini adalah orang kudus yang akan dituai pada akhir zaman. Kedua,“buah sulung” di sini menunjukkan bahwa tuaian yang lebih besar akan dikumpulkandan itu bukan hanya sekedar hasil tebusan dan penyelamatan. Mereka adalahperwakilan dari orang-orang kudus Allah yang telah ditebus diantara manusia. (14:3-4).
THE MEANING OF “FIRST FRUITS” IN REVELATION 14:4 Harwanto, Budi
Jurnal Koinonia Vol 12 No 1 (2020): KOINONIA: Juni 2020
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (282.396 KB)

Abstract

Arti dari frase “buah sulung” dalam Wahyu 14: 4 menyita banyak perhatian dari paraahli Alkitab. Bukan hanya karena sifatnya yang menarik dari kitab Apokaliptikdalam dalam Perjanjian Baru ini, tetapi juga karena keingintahuan untuk memahamikelompok umat Allah yang telah ditebus. Untuk menemukan arti dari “buah sulung”dalam Wahyu 14:4, metodologi penelitian ini adalah pendekatan penyelidikanhistoris-gramatikal terhadap latar belakang dan konteks Wahyu 14. Hasil temuan daripenelitian ini adalah: Pertama, 144.000 adalah kualitas terbaik atau pilihan ataukepenuhan umat Allah sebagai penghormatan dan kurban persembahan kepadaAllah. Kelompok ini adalah orang kudus yang akan dituai pada akhir zaman. Kedua,“buah sulung” di sini menunjukkan bahwa tuaian yang lebih besar akan dikumpulkandan itu bukan hanya sekedar hasil tebusan dan penyelamatan. Mereka adalahperwakilan dari orang-orang kudus Allah yang telah ditebus diantara manusia. (14:3-4).
THE MEANING OF ΧΕΙΡΟΓΡΑΦΟΝ IN COLOSSIANS 2:14: AN EXEGETICAL STUDY Jemmy C. Najoan
Jurnal Koinonia Vol 12 No 1 (2020): KOINONIA: Juni 2020
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.883 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v12i1.2365

Abstract

Terdapat perdebatan di antara para sarjana Alkitab sehubungan dengan kataχειρογραφον dalam Kolose 2:14. Diantara berbagai interpretasi dari para sarjanaAlkitab, ada tiga yang paling utama yang merujuk pada arti dari kata ini.: (a) hukumMusa yang dihapuskan di salib; (b) catatan dosa atau surat hutang yang Yesuspakukan di salib; dan (c) sebuah tindakan pengampunan. Penelitian sebelumnya lebihmengarah pada aspek teologi dari kata ini. Fokus utama dari paper ini adalah untukmempelajari kata χειρογραφον dalam Kolose 2:14. Pada akhir dari pembahasan akandilihat apakan kata ini memiliki hubungan dengan Kolose 2:16, 17. Berkaitan denganmetodologi, penelitian ini bersifat eksegesis dengan menggunakan aspek-aspekhistorical grammatical method. Setelah menganalisa dilakukan, penelitian inimengambil kesimpulan bahwa arti literal dari kata χειρογραφον adalah “sebuah surathutang.” Dan dalam konteks dari bagian dimana ayat ini ditemukan, kata ini merujukpada “hutang dosa dari seluruh manusian.” Artikel ini juga menyarankan bahwa kataχειρογραφον tidak memiliki hubungan secara tematik dengan Kolose 2:16, 17,dimana kata ini tidaklah merujuk pada hukum Musa.
THE MEANING OF ΧΕΙΡΟΓΡΑΦΟΝ IN COLOSSIANS 2:14: AN EXEGETICAL STUDY Najoan, Jemmy C.
Jurnal Koinonia Vol 12 No 1 (2020): KOINONIA: Juni 2020
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (433.883 KB)

Abstract

Terdapat perdebatan di antara para sarjana Alkitab sehubungan dengan kataχειρογραφον dalam Kolose 2:14. Diantara berbagai interpretasi dari para sarjanaAlkitab, ada tiga yang paling utama yang merujuk pada arti dari kata ini.: (a) hukumMusa yang dihapuskan di salib; (b) catatan dosa atau surat hutang yang Yesuspakukan di salib; dan (c) sebuah tindakan pengampunan. Penelitian sebelumnya lebihmengarah pada aspek teologi dari kata ini. Fokus utama dari paper ini adalah untukmempelajari kata χειρογραφον dalam Kolose 2:14. Pada akhir dari pembahasan akandilihat apakan kata ini memiliki hubungan dengan Kolose 2:16, 17. Berkaitan denganmetodologi, penelitian ini bersifat eksegesis dengan menggunakan aspek-aspekhistorical grammatical method. Setelah menganalisa dilakukan, penelitian inimengambil kesimpulan bahwa arti literal dari kata χειρογραφον adalah “sebuah surathutang.” Dan dalam konteks dari bagian dimana ayat ini ditemukan, kata ini merujukpada “hutang dosa dari seluruh manusian.” Artikel ini juga menyarankan bahwa kataχειρογραφον tidak memiliki hubungan secara tematik dengan Kolose 2:16, 17,dimana kata ini tidaklah merujuk pada hukum Musa.
Foot Washing: Its Rationale and Necessity Jemmy C. Najoan
Jurnal Koinonia Vol 12 No 2 (2020): Juli - Desember
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (379.414 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v12i2.2554

Abstract

Basuh kaki adalah satu peristiwa yang dilakukan oleh Yesus sebelum Dia meninggalkan dunia ini. Para sarjana Alkitab telah banyak mendiskusikan topik ini. Diskusi para sarjana Alkitab lebih berfokus pada arti dari tindakan Yesus ini dan juga pada pilihan apakah upacara ini perlu dipraktekkan oleh gereja saat ini atau tidak. Penulisan ini bertujuan untuk melihat dari segi alasan disengaja (intention) dari Yesus untuk melakukan basuh kaki dan bagaimana hal itu terlihat dalam catatan empat Injil dan juga melihat signifikansi dari perintah dan juga upacara itu sendiri. Penulisan ini menganalisa perbandingan catatan dari Gospels tentang paskah terakhir, analisa narasi dari Yohanes 17, dan analisa grammar dan syntax yang disertai dengan analisa kata-kata penting dalam teks yang dipelajari. Dengan membandingkan catatan empat Injil maka di dapati bahwa dimulaikan dari perintah Yesus sampai pada ketidakhadirannya seorang tuan rumah dan seorang hamba menunjukkan bahwa Yesus sengaja untuk melakukan tindakan cuci kaki di peristiwa Paskah terakhir dengan murid-murid-Nya. Penggunaan term-term keilahian dari Yesus dalam percakapan dengan murid-murid-Nya menunjukkan bahwa upacara ini dimaksudkan untuk diikuti oleh semua orang percaya. Selanjutnya, analisa kata τίθημι dalam konteks penggunaannya di buku Yohanes menunjukkan bahwa proses menanggalkan jubah dari Yesus ketika Dia melaksanakan pencucian kaki melambangkan peristiwa salib dimana Yesus menyerahkan nyawanya untuk banyak orang.
Interpretasi Teologis: Injil Akan Diberitakan di Seluruh Dunia Sesudah Itu Barulah Tiba Kesudahan Dalam Matius 24:14 di Masa Pandemik Covid-19 Stimson B. Hutagalung
Jurnal Koinonia Vol 12 No 2 (2020): Juli - Desember
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (291.39 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v12i2.2558

Abstract

This article provides a brief but comprehensive overview of the understanding of God's people about the phrase “And this gospel of the kingdom shall be preached in all the world for a witness unto all nations; and then shall the end come” during theCovid 19 pandemic where the use of technology became a necessity. The research methodology used is a qualitative analysis method through a theoretical perspective, using narrative interpretation through bible, official documents, spiritual books, andtheological journals. The results of the analysis were first, in the midst of the ongoing Covid 19 pandemic, the use of technology via the internet network with its various applications accelerates and facilitates the spread of the gospel throughout the world. Second, the method used for evangelism is to use applications such as Zoom, Google Meet, Zoho Meeting, Cisco WebEx, Join Me, Google Hangouts Meet and other applications. By using these various applications, everyone, wherever they are, even in remote villages where the internet network is available, they could attend Bible study classes and listen to sermons from various pastors from any country, thereby arousing their interest in deepening their knowledge of Jesus.
Kekudusan Dalam Pemahaman Ellen G. White Milton T. Pardosi
Jurnal Koinonia Vol 12 No 2 (2020): Juli - Desember
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (229.366 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v12i2.2560

Abstract

Allah itu kudus itu sebabnya manusia harus kudus di hadapan Allah. Kekudusan dalam hidup manusia merupakan kehendak Allah. Ada beberapa pandangan tentang kekudusan itu sendiri, Ada yang berpikir kekudusan itu adalah proses sesaat, atauproses seumur hidup bahkan sebuah keadaan yang tidak akan pernah berubah meskipun manusia itu berbuat dosa dan tidak bertobat. Itu sebabnya penelitian ini menjelaskan tentang konsep Alkitab dan konsep Ellen G. White tentang kekudusan.Peneliti mendapati tidak ada pertentangan antara konsep Alkitab dengan Elen G. White tentang kekudusan. Keduanya sepakat bahwa kekudusan itu adalah sebuah proses seumur hidup. Itu adalah pekerjaan Allah dalam diri manusia bukan usahamanusia dalam menuruti hukum. Kekudusan itu terjadi dalam diri manusia oleh pekerjaan Firman-Nya dan Roh Kudus. Manusia yang menjalani pengudusan akan menyangkal dirinya menyerahkan anggota tubuhnya kepada Kristus danmenghasilkan buah roh. Kehidupan para tokoh-tokoh iman dalam Alkitab seperti Daniel, Ayub, Musa dan lain sebagainya menjadi manusia yang menjalani pengudusan dalam hidupnya. Karunia kelemahlembutan adalah buah yang palingberharga dari pengudusan. Sementara penyangkalan diri, pengorbanan diri, kebajikan, kebaikan, kasih, kesabaran, ketabahan, dan kepercayaan Kristen adalah buah harian yang dihasilkan dari hubungan yang benar dengan Tuhan. Pengudusanyang benar berarti kasih yang sempurna, penurutan yang sempurna, kesesuaian yang sempurna kepada kehendak Allah. Manusia dikuduskan kepada Allah melalui penurutan kepada kebenaran.
Analisa Kontekstual Markus 7:1-23 Dalam Hubungan Dengan Peraturan Makanan Di Perjanjijan Lama Jemmy C. Najoan
Jurnal Koinonia Vol 13 No 1 (2021): Bahasa Indonesia
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (314.228 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v13i1.2574

Abstract

Mark: 15,19 often becomes a polemic in Christian circles related to the issue of annulment of laws about clean and unclean food in the Old Testament. The Christian view generally supports that Jesus abrogated the Old Testament dietary regulations. Not much discussion regarding the context analysis of this passage is done in Bahasa Indonesian. That is why, using the contextual analysis methods, this article analyzed the context of Mark 1-23 and looked the meaning of vv. 15 and 19. In addition, this article also looked at whether Jesus canceled the Old Testament related to clean and unclean. The result shows what Jesus meant about what came in did not make people unclean (v. 15) refers to general idea of eating food. What defiles is something thatcomes out of the heart. In a sense, impurity does not come from eating without washing hands. Regarding Mark's additional editorial "Thus he says all food is clean," the context shows that what Mark meant is not the annulment of clean and unclean rules. In fact, here, Mark was emphasizing that whether food is eaten by washing hands or not, it is clean and does not make people unclean. In addition, Jesus' criticism of the Pharisees and scribes by comparing God's traditions and laws shows that He was rebuking the guilt of these Jewish leaders who ignored God's word for the sake of their traditions. That is what happened in this case, Jesus was not abrogating God's commands in regard to clean and unclean.
Ribka: Ibu Dari Dua Bangsa Besar Milton T. Pardosi
Jurnal Koinonia Vol 13 No 1 (2021): Bahasa Indonesia
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.055 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v13i1.2576

Abstract

Ribka menjadi tokoh penting dalam kelangsungan keturunan Abraham. Ribka menjadi istri anak perjanjian yaitu Ishak. Pernikahan Ishak dengan Ribka merupakan pernikahan yang luar biasa karena TUHAN turut campur tangan dalam pernikahanini. Kehidupan dan pengalaman Ribka tidak jauh berbeda dengan kehidupan Sara, ibu mertuanya, meskipun Ribka tidak pernah bertemu dengan Sara. Ribka dan Sara lama baru mendapatkan anak. Ribka dan Sara pernah diminta oleh suami masing-masinguntuk berpura-pura sebagai adik. Ribka mendapatkan janji TUHAN bahwa Yakub akan menjadi lebih kuat dari Esau. Namun Ribka melakukan kesalahan dengan menyuruh Yakub menipu Ishak dengan berpura-pura sebagai Esau agar Ishak memberkati Yakub. Sara juga pernah melakukan kesalahan dengan memberikan Hagar, budaknya, menjadi istri Abraham agar mereka bisa mendapatkan keturunan. Beberapa hal penting tentang pribadi Ribka yaitu: Ribka seorang wanita yang cantik,masih perawan dan belum pernah bersetubuh dengan laki-laki. Ribka adalah seorang yang ramah, rajin, suka menolong dan menurut. Ribka memiliki pembawaan yang sopan, memiliki hati yang baik dan bersemangat. Pelajaran dari Ribka sebagaiseorang istri yaitu: Ribka sangat dicintai Ishak. Namun sayang Ribka adalah seorang perempuan yang mandul. Ribka menunjukkan kesabaran dalam menjalani pergumulan bersama suaminya untuk kehadiran seorang anak. Ribka tidakmelakukan seperti apa yang dilakukan Rahel dan Sara dengan memberikan gundik masing-masing kepada suami mereka. Ribka menurut kepada permintaan suaminya untuk berpura-pura menjadi adik Ishak. Meskipun ini salah, namun penurutanseorang istri kepada suami yang menjadi poin penting dalam kisah ini. Pelajaran dari hidup Ribka sebagai seorang ibu yaitu: Ribka memilih meminta petunjuk TUHAN ketika dia gelisah dengan dua bayi dalam kandungannya. Meminta petunjuk dariTUHAN merupakan cara yang terbaik dalam mencari solusi. Ribka memegang janji yang TUHAN telah berikan kepadanya bahwa Yakub akan mendapatkan hak kesulungan namun dia menggunakan caranya sendiri dalam memenuhi janji TUHANitu. 
The Laughing Classroom: Humor, Teaching, and Learning Anne Lou M. Hendriks
Jurnal Koinonia Vol 13 No 1 (2021): Bahasa Indonesia
Publisher : Fakultas Filsafat Universitas Advent Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (193.345 KB) | DOI: 10.35974/koinonia.v13i1.2577

Abstract

Diverse strategies are employed nowadays to ascertain effective teaching- learning process. Among these methods chosen to achieve desired result is the making use of humor—a teaching approach which has been discerned as an effective way of creating a more productive teaching and learning, may it be language. This paper discusses the place and importance of humor to teachers, learners, and education as a whole. Barriers and guidelines to using humor are also discussed. The Biblical foundation of humor stresses the benefits humor (laughter) gives.

Page 10 of 14 | Total Record : 138