cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Mahasiswa S2 PAH
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Memuat jurnal hasil penelitian Mahasiswa Strata 2(Dua) Program Studi Pendidikan Agama Hindu Program Pascasarjana (PPs.) IHDN Denpasar.
Arjuna Subject : -
Articles 11 Documents
PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KARAKTER SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 KEDIRI TABANAN Suteler, Ketut
Mahasiswa S2 PAH Vol 1, No 1 (2013): E-Journal S2 Dharma Acarya
Publisher : Mahasiswa S2 PAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.87 KB)

Abstract

Sehubungan dengan lemahnya peranan guru agama di sekolah, eksistensi guru agama khususnya guru agama Hindu sebagai ujung tombak pembentukan karakter siswa SMA Negeri 1 Kediri Tabanan menjadi hal yang menarik untuk diteliti.            Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan agama Hindu dalam menumbuhkembangkan karakter siswa SMA Negeri 1 Kediri tahun pelajaran 2011/2012 secara kognitif (intelektual), nilai pendidikan agama Hindu responden yang terendah adalah 75, sedangkan nilai tertinggi adalah 87. Jika dihubungkan dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran agama Hindu SMA Negeri 1 Kediri adalah ³ 70 secara individual, sedangkan untuk kentutasan kelompok adalah 85% dari jumlah siswa secara kesuluruhan mendapatkan nilai ³ 70. Hal ini berarti bahwa tidak seorang pun melakukan remidial teaching dalam pendidikan agama Hindu.           Ada beberapa kendala yang muncul dalam menumbuhkembangkan karakter siswa SMA Negeri 1 Kediri. Pertama, adanya krisis moralitas siswa. Kedua, terbatasnya koleksi buku agama Hindu pada sekolah ini. Ketiga, guru cenderung berfokus pada materi pembelajaran yang akan diajarkan tanpa menghubungkan dengan kenyataan riil di sekolah dan di masyarakat. Keempat, terpengaruhnya siswa dengan adanya perkembangan kepariwisataan dunia. Kelima, terpengaruhnya siswa dengan adanya budaya global. Keenam, adanya pertentangan pikiran pada diri siswa tentang teori dan praktik. Ketujuh, kurangnya komunikasi antara guru agama Hindu  dan siswa.           Ada beberapa solusi yang dapat dilakukan, Pertama, pemberian keteladanan yang diwujudkan oleh guru agama Hindu dengan cara memberikan contoh tentang bagaimana menerapkan ajaran Tri Kaya Parisudha dan Panca Sradha. Kedua, pemberian nasihat dengan lemah lembut, menarik, bersimpati terhadap siswa yang melanggar tata tertib sekolah sehingga  siswa tersebut merasa tersentuh dan dapat mempengaruhi perasaan dan kepribadiannya. Ketiga,  pemberian bimbingan pada siswa yang mengalami masalah pribadi.Kata Kunci:     Peranan Guru Agama Hindu, Menumbuhkembangkan Karakter Siswa.
PROFESIONALITAS GURU AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA DI SD GUGUS6 KECAMATAN KERAMBITAN , KABUPATEN TABANAN. Murniati, Ni Komang
Mahasiswa S2 PAH Vol 1, No 1 (2013): E-Journal S2 Dharma Acarya
Publisher : Mahasiswa S2 PAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.87 KB)

Abstract

Pada kenyataannya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan mengalami banyak hambatan dan tantangan antara lain guru-guru dalam melaksanakan tugasnya masih belum profesional. Begitu pula tentang karakter siswa di SD Gugus 6 Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan, mulai tampak menyedihkan dan memprihatinkan seperti halnya sifat sopan santun, arif bijaksana telah banyak berubah, dengan mudahnya kena pengaruh budaya yang tidak sesuai dengan sifat, karakter dan adat istiadat setempat, siswa membuang sampah sembarangan dan tak peduli akan kebersihan lingkungan, sifat kerja keras siswa sudah mulai memudar. Hal semacam ini kalau dibiarkan terus terjadi dan tidak ditangani oleh guru-guru yang betul-betul profesional dalam menjalankan tugasnya akan mengakibatkan dampak negatif terhadap perilaku siswa. Untuk lebih jelasnya dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut (1)Bagaimanakah Profesionalitas Guru-guru Agama Hindu dalam meningkatkan karakter siswa di SD Gugus 6 Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan ? (2) Faktor-faktor apa sajakah yang menghambat Profesionalitas guru-guru Agama Hindu dalam meningkatkan Karakter siswa di SD Gugus 6 Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan? (3) Upaya-upaya apa sajakah yang dilaksanakan untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan profesionalitas guru Agama Hindu dan karakter siswa di SD Satu Atap Gugus 6 Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan ?Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui Profesionalitas Guru-guru Agama Hindu dalam meningkatkan karakter siswa di SD Gugus 6 Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan ? (2) Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat Profesionalitas guru-guru Agama Hindu dalam meningkatkan karakter siswa di SD Gugus 6 Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan? (3) Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilaksanakan untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan profesionalitas guru Agama Hindu dan karakter siswa di SD Gugus 6 Kecamatan Kerambitan, Kabupaten Tabanan. Sedangkan teori yang digunakan untuk mengkaji permasalahan tersebut adalah teori fungsional struktural, teori peran (role theory), dan teori makna. Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Teknik pengumpulan data menggunakan (observasi nonpartisipatif, interview bebas terpimpin, studi kepustakaan, dan dokumentasi). Data selanjutnya dianalisis dengan teknik analisis data deskriptif.Hasil analisis data menunjukkan bahwa profesionalitas guru rendah sehingga perlu ditingkatkan profesionalitasnya agar karakter siswa dapat meningkat. Faktor-faktor yang menghambat profesionalitas guru agama Hindu adalah faktor internal dan faktor eksternal sedangkan upaya-upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam peningkatan profesionalitas guru Agama Hindu adalah upaya oleh Kepala Sekolah, upaya oleh guru Agama Hindu seperti KKG, upaya oleh komite sekolah serta upaya keluarga dan masyarakat. Kata kunci : Profesionalitas Guru dan karakter  siswa.
PENGEMBANGAN MODEL PEMBIASAAN PADA PEMBELAJARAN AGAMA HINDU DI SLB/C KEMALA BHAYANGKARI TABANAN DALAM MENUMBUHKAN MINAT BELAJAR SISWA Sumiyantari, Ni Wayan
Mahasiswa S2 PAH Vol 1, No 1 (2013): E-Journal S2 Dharma Acarya
Publisher : Mahasiswa S2 PAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.87 KB)

Abstract

Penyelenggaraan pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan berbeda dengan sekolah umum lainnya karena tidak menekankan pada pemahaman materi pelajaran tetapi lebih menekankan pada proses pembiasaan. Fenomena yang terjadi di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan adalah model pembiasaan dikembangkan pada pembelajaran agama Hindu di seluruh jenjang pendidikan SLB/C karena kondisi siswa yang mengalami keterbelakangan mental sehingga pada jenjang SMPLB dan SMALB tidak bisa dikembangkan model penguatan seperti sebagaimana mestinya pada sekolah umum. Persoalan yang dihadapi dalam pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan adalah rendahnya minat siswa dalam belajar. Tingkat intelegensi siswa tunagrahita yang dibawah rata-rata menyebabkan siswa menemui berbagai kendala dalam belajarnya. Berbagai kendala yang dihadapi siswa dalam belajar berdampak pada rendahnya minat belajar siswa.Berdasarkan latar belakang di atas maka dalam penelitian ini ada tiga permasalahan yang akan dibahas antara lain: (1) Mengapa model pembiasaan perlu dikembangkan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam menumbuhkan minat belajar siswa?, (2) Faktor-faktor apa yang menjadi penghambat dalam pengembangan model pembiasaan di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam menumbuhkan minat belajar siswa?, dan (3) Upaya-upaya apa saja yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan dalam pengembangan model pembiasaan di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam menumbuhkan minat belajar siswa?.Permasalahan di atas akan dikaji dengan menggunakan beberapa teori yaitu teori perkembangan kognitif Piaget, teori belajar Bruner, dan teori behaviorisme. Data diperoleh dengan menggunakan metode observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan studi dokumentasi.Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan metode di atas, model pembiasaan dikembangkan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan disebabkan oleh kondisi siswa yang mengalami keterbelakangan mental sehingga guru tidak dapat menerapkan model pembelajaran yang diterapkan pada umumnya tetapi harus mengembangkan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Pembelajaran agama Hindu tidak berpedoman pada kurikulum karena isi kurikulum yang lebih menekankan pada aspek kognitif tidak sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa tunagrahita. Model pembiasaan yang dikembangkan dalam pembelajaran agama Hindu yaitu model pembelajaran individual dan model pembelajaran  langsung.  Minat  belajar  siswa  dalam  pembelajaran  agama Hindu tergolong rendah. Adapun upaya guru dalam meningkatkan minat belajar siswa adalah dengan merancang pembelajaran yang menyenangkan dan memberikan motivasi kepada siswa.Faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan model pembiasaan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam meningkatkan minat belajar siswa antara lain faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern meliputi faktor jasmani dan faktor psikologis, sedangkan faktor ektern meliputi keluarga, sekolah, guru, dan pemerintah. Upaya-upaya yang dilakukan untuk menanggulangi hambatan dalam pengembangan model pembiasaan pada pembelajaran agama Hindu di SLB/C Kemala Bhayangkari Tabanan dalam meningkatkan minat belajar siswa antara lain upaya oleh pihak sekolah yaitu menambah media pembelajaran serta meningkatkan disiplin sekolah. Upaya yang dilakukan oleh guru antara lain : (1) guru sebagai teladan yang baik, (2) membangkitkan motivasi belajar siswa, (3) menggunakan aneka ragam sumber belajar yang menarik minat belajar siswa, (4) guru belajar memahami cara membimbing anak tunagrahita. Upaya yang dilakukan oleh keluarga yaitu dengan mengajak anak melakukan terapi dan memberikan latihan-latihan awal kepada anak tunagrahita Upaya yang dilakukan oleh Yayasan Kemala Bhayangkari yaitu dengan mengadakan sosialisasi-sosialisasi mengenai anak tunagrahita.Kata  kunci  :  model  pembiasaan,  pembelajaran  agama  Hindu,  SLB/C  Kemala Bhayangkari, minat belajar siswa2
PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DALAM SETING PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE STUDENT TEAM-ACHIEVMENT DIVISIONS (STAD) DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AGAMA HINDU DI SMK NEGERI 2 TABANAN Wardana, I Ketut
Mahasiswa S2 PAH Vol 1, No 1 (2013): E-Journal S2 Dharma Acarya
Publisher : Mahasiswa S2 PAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.87 KB)

Abstract

Penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian deskriptif kualitatif, karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pentingnya penerapan strategi ini,, langkah-langkah penerapan dan hambatan-hambatan yang dijumpai dalam penerapan pendekatan keterampilan proses dengan model pembelajaran kooperative tipe Student Team Assisted Devision (STAD) dalam Pendidikan Agama Hindu di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Tabanan. Data dikumpulkan melalui observasi atau pengamatan, wawancara, dan pencatatan dokumen (studi dokumen).              Hasil analisis menunjukkan bahwa penerapan pendekatan keterampilan proses dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam Pendidikan Agama Hindu di SMK Negeri 2 Tabanan telah mengacu pada  PP No. 19 tahun 2005 mengenai Standar Proses Pembelajaran meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk bisa terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Dalam proses pembelajaran agama Hindu di SMK Negeri 2 Tabanan dilaksanakan dengan sistem klasikal yang menggunakan pendekatan kelompok. Kendala dalam implementasi pembelajaran cooperative larning tipe STAD di lapangan, karena keberhasilan pembelajaran kooperatif dalam upaya mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu yang cukup panjang dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan pembelajaraan ini.            Kendala-kendala yang dijumpai dalam implementasi pendekatan keterampilan proses dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pendidikan agama Hindu di SMK Negeri 2 Tabanan, terlebih dahulu didokumentasikan oleh guru untuk dikaji (dianalisis) dan dicari solusi terbaik agar dijamin kelancaran proses pembelajaran berikutnya. Langkah-langkah yang diambil oleh guru, yakni  (1) mengubah paradigma siswa bahwa belajar agama Hindu itu tidak cukup pada hal-hal yang praktis, namun secara konseptual agama harus dipahami sebagai penuntun kehidupannya agar terwujud prilaku yang baik; (2) memberikan contoh-contoh yang real dari pengalaman teman sejawatnya untuk saling berbagi, sehingga ia mampu merekonstruksi suatu konsep dalam pembelajaran.; (3) menentukan alat evaluasi dan skala penilaian yang didasarkan pada cara dan sumber mana yang digunakan, seperti pada ranah kognitif, afektif, dan pasikomotor; (4) pembagian anggota kelompok dimanipulasi sehingga tercipta kelompok yang heterogen dengan kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Kata kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
IMPLEMENTASI TRI HITA KARANA DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA HINDU DI SEKOLAH DASAR NEGERI No. 2 NYAMBU KECAMATAN KEDIRI KABUPATEN TABANAN Mahadiputra, Ida Bagus Agung
Mahasiswa S2 PAH Vol 1, No 1 (2013): E-Journal S2 Dharma Acarya
Publisher : Mahasiswa S2 PAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.87 KB)

Abstract

Implementasi Tri Hita Karana di lingkungan sekolah dasar merupakan upaya dalam pembelajaran agama Hindu dalam mengembangkan ke tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Melalui Pendidikan Agama siswa Hindu dibimbing agar selalu membina hubungan yang harmonis dengan Tuhan, sesama dan dengan lingkungan. Ajaran Tri Hita Karana akan terwujud melalui keseimbangan dalam pelaksanaannya dalam menjaga hubungan yang harmonis antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan sesamanya, dan manusia dengan alam lingkungannya. Dari pengamatan awal peneliti  terdapat beberapa jenis kasus pelanggaran atau penyimpangan perilaku siswa yang cenderung negatip antara lain perilaku siswa yang  kurang hormat kepada guru, melawan atau menentang nasehat guru, siswa yang selalu bercanda saat melaksanakan tri sandya, ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam kegiatan kerja bakti dengan lebih banyak mengobrol atau menjauh  saat teman – temannya bergotong – royong untuk membersihkan lingkungan sekolah, dan ada beberapa siswa yang terlihat lebih suka membuang sampah sembarangan di ruang kelas  atau di halaman sekolah. Guna menelaah fenomena di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini  yaitu: 1). Bagaimanakah pola penerapan Ajaran Tri Hita Karana dalam meningkatkan karakter siswa Hindu di Sekolah Dasar Negeri No. 2 Nyambu, 2) Bagaimanakah strategi penerapan ajaran Tri Hita Karana dalam meningkatkan karakter siswa Hindu di Sekolah Dasar Negeri No. 2 Nyambu, 3) Apakah dampak implementasi ajaran Tri Hita Karana dalam meningkatkan karakter siswa Hindu di Sekolah Dasar Negeri No. 2 Nyambu. Tujuan penelitian ini adalah :1) Untuk mengetahui pola penerapan ajaran Tri Hita Karana dalam meningkatkan karakter siswa Hindu di Sekolah Dasar Negeri No. 2 Nyambu. 2) Untuk mengetahui strategi penerapan ajaran Tri Hita Karana dalam meningkatkan karakter siswa Hindu di Sekolah Dasar Negeri No. 2 Nyambu, 3) Untuk mengetahui dampak implementasi ajaran Tri Hita Karana dalam meningkatkan karakter siswa Hindu di Sekolah Dasar Negeri  No. 2 Nyambu.Untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, digunakan analisis berupa teori yang relevan seperti teori Motivasi, dan teori Fungsional Struktural. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Informan dalam penelitian ini ditentukan secara purposive sampling yang dipilih berdasarkan kemampuan pemahaman para informan itu tentang Tri Hita Karana. Peneliti bertindak sebagai key instrument dibantu pedoman wawancara, kamera, dan alat tulis. Data yang terkumpul berbentuk data kualitatif, data dianalisis dengan melakukan serangkaian kegiatan , yakni reduksi data, menyajikan data, menafsirkan dan menarik kesimpulan atau verifikasi. viii Hasil penelitian adalah sebagai berikut.Pola penerapan Tri Hita Karana dalam meningkatkan karakter siswa  meliputi: Penerapan bidang Parahyangan yang pelaksanaannya meliputi: pelaksanaan yadnya yang dilakukan meliputi pelaksanaan nitya karma dan naimitika karma. Penerapan bidang pawongan dengan menumbuhkan kesadaran siswa untuk menaati tata tertib sekolah, melaksanakan ajaran susila terutama tri kaya parisudha sebagai wujud nyata pelaksanaan implementasi Tri Hita Karana dalam menjaga keharmonisan hubungan dengan sesama. Penerapan bidang palemahan, dengan meningkatkan displin dan tanggungjawab dalam menjaga kebersihan alam dilingkungan sekolah di Sekolah Dasar Negeri No. 2 Nyambu.Strategi Implementasi Tri Hita Karana dalam meningkatkan karakter siswa meliputi upaya dalam implementasi Tri Hita Karana yaitu upaya dalam bidang parahyangan, dengan menjaga kebersihan padmasana sekolah, dan lingkungan sekolah agar terjaga dan menjadi lingkungan yang asri. Guru agama secara langsung memimpin saat pelaksanaan tri sandya sebagai upaya untuk memberikan teladan kepada siswa dengan didampingi wali kelas. Upaya dalam bidang pawongan melalui bimbingan, memberikan keteladanan , arahan dan nasehat dari Kepala Sekolah dan guru sebagai salah satu cara untuk berkomunikasi melalui perkataan dan perilaku yang mendukung implementasi pawongan di lingkungan sekolah. Pada palemahan, sikap disiplin dan peduli lingkungan ditumbuhkan  dengan memberikan tanggungjawab pada siswa dengan selalu membersihkan sekolah setiap hari, menyediakan tempat sampah didepan kelas masing – masing , memberikan teguran dan peringatan bagi siswa yang membuang sampah sembarangan, membiasakan warga sekolah bersemangat dalam mengadakan kegiatan bersih - bersih. Hambatan dalam implementasinya antara lain: kurangnya disiplin siswa dalam menaati peraturan sekolah, perlunya kerjasama semua warga sekolah dalam meningkatkan  kebersihan lingkungan sekolah.Dampak implementasi Tri Hita Karana dalam meningkatkan karakter siswa Hindu yaitu melalui implementasi Tri Hita Karana siswa diharapkan dimasa yang akan datang akan dapat meningkatkan karakter siswa yang nantinya berdampak dalam perubahan perilaku siswa yang selalu menerapkan nilai – nilai ajaran agamanya. Respon positif siswa dalam bidang parahyangan, dengan terjaganya kebersihan tempat suci dengan baik serta pelaksanaan sembahyang yang lebih tertib. Di bidang pawongan, siswa berkata yang sopan kepada orang lain. Dampak terhadap lingkungan (palemahan), yaitu melalui pengelolaan lingkungan hidup kondisi lingkungan Sekolah Dasar Negeri No. 2 Nyambu menjadi asri, ini menjadikan suasana belajar siswa menjadi sangat nyaman, kesehatan warga sekolah yang  meningkat dan kondisi lingkungan yang bersih serta penataan halaman sekolah yang menjadi lebih baik. Kata Kunci: Implementasi, Tri Hita Karana, Karakter.
PENERAPAN AJARAN ASTA BRATA DALAM KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN KINERJA GURU SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN SELEMADEG BARAT KABUPATEN TABANAN Sukarata, I made
Mahasiswa S2 PAH Vol 1, No 1 (2013): E-Journal S2 Dharma Acarya
Publisher : Mahasiswa S2 PAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.87 KB)

Abstract

Tema dari penelitian ini adalah Kepemimpinan Hindu dengan judul Penerapan Ajaran Asta Brata Dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Selemadeg Barat Kabupaten Tabanan. Dalam usaha meningkatkan kinerja guru untuk mencapai tujuan Pendidikan Nasional perlu dilakukan upaya dengan penerapan ajaran Asta Brata sebagai dasar interprestasi dalam disiplin pada diri kemudian direalisasikan pada sikap tindakan dalam kerja.Adapun fokus pada penelitian ini yaitu Penerapan Ajaran Asta Brata Dalam Kepemimpinan Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Kinerja Guru Sekolah Dasar dengan rumusan masalah : 1) Bagaimanakah penerapan ajaran Asta Brata dalam kepemimpinan Kepala Sekolah untuk meningkatkan kinerja guru Sekolah Dasar di Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, 2) Kendala apakah yang dihadapi dalam penerapan ajaran Asta Brata dalam hubungannya dengan kepemimpinan Kepala Sekolah untuk meningkatkan kinerja guru Sekolah Dasar di Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan, dan 3) Dampak apakah yang dapat ditimbulkan dari penerapan ajaran Asta Brata dalam kepemimpinan Kepala Sekolah untuk meningkatkan kinerja guru Sekolah Dasar di Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan.Adapun teori yang akan digunakan menganalisis permasalahan tersebut adalah Teori Analisis Konten (Meteode Analisis Isi) dari Vredenbreght, teori Fungsionalisme Strutural dengan Skema Agil yang ditemukan Talcott Parsons, Teori Sosialisasi atau Teori Belajar dari Edwin H. Sutherland. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan studi kepustakaan.Hasil penelitian ini ada beberapa : Pertama, dilihat dari penerapan ajaran Asta Brata tercermin dalam kepemimpinan kepala sekolah dalam peningkatan kinerja guru Sekolah Dasar di Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan ada beberapa yaitu : 1) Penerapan ajaran kearifan dan kewibawaan dalam Indra Brata. 2). Penerapan ajaran keberanian, keadilan dan kebijaksanaan pada Yama Brata. 3). Penerapan ajaran semangat, efektif efisien pada ajaran Surya Brata. 4). Penerapan ajaran menerangi dan empati pada ajaran Candra Brata. 5). Penerapan ajaran rendah hati dan moral yang luhur pada ajaran Vayu Brata. 6). Penerapan ajaran teguh dengan pendirian dan rela mengabdi pada ajaran Kuwera Brata. 7). Penerapan ajaran berinisiatif, berwawasan yang luas, kreatif dan inovatif pada ajaran Varuna Brata. 8). Penerapan ajaran kemuliaan dan tanpa pilih kasih pada ajaran Agni Brata. Kedua, kendala yang dihadapi dalam penerapan ajaran Asta Brata dalam hubungannya dengan kepemimpinan kepala sekolah untuk2meningkatkan kinerja guru Sekolah Dasar di Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan yaitu : 1).Dimensi integrasi nilai-nilai kepemimpinan Asta Brata, 2). Dimensi konstruksi pengetahuan tentang nilai-nilai kepemimpinan Asta Brata, 3). Dimensi pengurangan prasangka terhadap nilai-nilai kepemimpinan Asta Brata, 4). Aplikasi diselenggarakan dengan pengalaman nyata dan lingkungan otentik, isi aplikasi nilai-nilai kepemimpinan Asta Brata perlu didesain agar relevan dengan karakteristik kepala sekolah, menyediakan media dan sumber belajar tentang kepemimpinan Asta Brata. Ketiga, dampak yang dapat ditimbulkan dalam penerapan ajaran Asta Brata dalam hubungannya dengan kepemimpinan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru Sekolah Dasar di Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan yaitu : 1). Dampak terhadap penerapan ajaran sikap dan prilaku, 2). Dampak nilai personal dan sosial, 3). Dampak nilai subjektif dan objektif. Beberapa hal tersebut masih relevan sekali dalam kontek pengelolaan disiplin kerja karena penerapan ajaran Asta Brata bersifat universal. Penerapan ajaran Asta Brata ini memang sangat baik untuk diterapkan sebagai upaya dalam meningkatkan disiplin kerja kepala sekolah dan guru.Kata Kunci : Ajaran Asta Brata, Keepemimpinan Kepala Sekolah danKinerja Guru.
PENGGUNAAN MULTIMEDIA DALAM PEMBELAJARAN AGAMA HINDU DI SEKOLAH MENENGAH ATAS DHARMA KIRTI SENGKIDU KECAMATAN MANGGIS KABUPATEN KARANGASEM Juliartasari, I Made
Mahasiswa S2 PAH Vol 1, No 1 (2013): E-Journal S2 Dharma Acarya
Publisher : Mahasiswa S2 PAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.87 KB)

Abstract

Sekarang ini, pembelajaran di sekolah mulai di sesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi, sehingga terjadi perubahan. Itu di buktikan dengan dilaksanakanya pelatihan-pelatihan yang berkenaaan dengan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang di adakan di tingkat Kabupaten maupun Provinsi, yang di maksudkan agar guru-guru mata pelajaran dapat mendisain pembelajarannya dikelas dengan memanfaatkan Teknologi Pendidikan seperti Komputer, video, tape, LCD dan lain-lain. Maka para pengajar yaitu guru-guru diharapkan dapat menggunakan alat-alat atau perlengkapan tersebut secara efektif dan efisien dalam pembelajaran di kelas. Peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran bagi pembelajar disetiap jenjang dan tingkat pendidikan perlu diwujudkan agar diperoleh kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia yang nantinya dapat menunjang pembangunan nasional. Peningkatan kualitas pendidikan harus lebih banyak dilakukan oleh para pengajar dalam melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang pendidik khususnya pada pendidikan agama Hindu, disebabkan kurangnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Dengan teknologi pendidikan dalam kegiatan pembelajaran, guru akan mempunyai pegangan yang lebuh mantap dan pedoman yang lebih dapat dipercaya untuk memberi pengajaran yang efektif.Guna menelaah fenomena budaya diatas, maka permasalahan utama dalam penelitian ini, yaitu tentang penggunaan multimedia dalam pembelajaran agama Hindu di Sekolah Menengah Atas Dharma Kirti Sengkidu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, mengapa dipergunakan multimedia, hambatan yang dihadapi dan upaya penggunaan multimedia dalam pembelajaran agama Hindu di Sekolah Menengah Atas Dharma kirti Sengkidu.Untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ini, perlu alat analisis yang berupa teori yang relevan seperti Teori Kontruktivisme, Teoti Pendidikan Behaviorisme dan Teori Motivasi untuk membedah Penggunaan multimedia dalam Pembelajaran agama Hindu di Sekolah Menengah Atas Dharma Kirti Sengkidu Kecamatan manggis Kabupaten karangasem secara mendalam. Tahapan metode yang dgunakan dalam penelitian ini, yaitu: (1) Penentuan lokasi penelitian, (2) Jenis penelitian, (3) Jenis dan Sumber data, (4) Subjek dan Objek penelitian, (5) Teknik pengumpulan data dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi dan kepustakaan, (6) Teknik analisis data dengan model reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan, dan (8) Teknik penyajian data.Hasil Penelitian adalah sebagai berikut.Penggunaan Multimedia dalam Pembelajaran agama Hindu di Sekolah Menengah Atas Dharma Kirti Sengkidu Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem yakni, (1) Penggunaan multimedia dalam pembelajaran agama Hindu di Sekolah Menengah Atas Dharma Kirti Sengkidu untuk menciptakan suasana dalam pembelajaran agama Hindu2lebih aktif, lebih efektif dan tidak terkesan membosankan bagi siswa. Untuk nantinya dapat meningkatkan pemahaman siswa akan materi yang diajarkan menjadi lebih konkrit.(2) Hambatan yang dihadapi dalam penggunaan multimedia dalam pembelajaran agama Hindu di Sekolah Menengah Atas Dharma Kirti Sengkidu, antara lain: hambatan Sumber Daya Manusia, hambatan bagi siswa, sarana dan prasarana pendukung multimedia, kebijakan Sekolah dalam memberikan fasiltas dalam proses pembelajaran dengan multimedia, (3) Upaya Sekolah Menengah Atas Dharma Kirti sengkidu dalam penggunaan multimedia, antara lain: dengan mengupayakan pengembangan multimedia oleh guru pendidikan agama Hindu dengan penyediaan perangkat komputer/laptop, Liqud Crystal Disply, Microsof power point dan pengembangan diri melalui pelatihan-pelatihan penggunaan multimedia.Kata kunci: Multimedia, Pembelajaran agama Hindu.
KEDUDUKAN DAN PERANAN IBU RUMAH TANGGA DALAM PENDIDIKAN SOSIAL PADA ANAK USIA DINI DESA ADAT AMBENGAN DI DESA AYUNAN KECAMATAN ABIANSEMAL KABUPATEN BADUNG Wirasundari Dewi, Desak Made
Mahasiswa S2 PAH Vol 1, No 1 (2013): E-Journal S2 Dharma Acarya
Publisher : Mahasiswa S2 PAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.87 KB)

Abstract

Ibu rumah tangga merupakan pendidik pertama dan utama dalam keluarga. Oleh karena itu, pendidikan sosial pada anak usia dini tidak bisa lepas dari peranan ibu rumah tangga. Dewasa ini, tugas-tugas seorang ibu khususnya yang beragama Hindu semakin banyak. Disamping tugas domestik yaitu melaksanakan semua pekerjaan rumah seperti menyiapkan makanan, menjaga kebersihan, dan mendidik anak, seorang ibu juga mempunyai tugas publik yaitu berkarir dan melaksanakan kewajibannya di banjar atau desa adat. Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut: 1) Bagaimana kedudukan ibu rumah tangga dalam keluarga di Desa Adat Ambengan? 2) Bagaimana peranan ibu rumah tangga dalam pendidikan sosial pada anak usia dini di Desa Adat Ambengan? Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan memahami kedudukan dan peranan ibu rumah tangga dalam pendidikan sosial pada anak usia dini Desa Adat Ambengan di Desa Ayunan, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. Untuk mendapat hasil yang baik, teori yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Teori Fungsional Struktural dan Teori Gender. Dalam pengumpulan data digunakan metode observasi, wawancara, dan kepustakaan, serta data dalam penelitian ini dianalisis secara deskriptif interpretatif. Hasil Penelitian ini dapat digambarkan bahwa: 1) Kedudukan ibu rumah tangga dalam keluarga di Desa Adat Ambengan adalah sebagai a) Istri pendamping suami, b) Ibu Penerus Keturunan, c) Ibu sebagai pendidik pertama dan utama, d) Ibu penyelenggara aktivitas keagamaan. 2) Peranan ibu rumah tangga dalam pendidikan sosial pada anak usia dini di Desa Adat Ambengan adalah sebagai figur tauladan dan teman bermain.2Berdasarkan uraian di atas maka disimpulkan bahwa ibu rumah tangga di Desa Adat Ambengan sudah dapat melaksanakan peranannya dalam pendidikan sosial pada anak usia dini, walaupun tugas dan kewaibannya sangat banyak. Kata kunci : kedudukan dan peranan ibu rumah tangga, pendidikan sosial, anak usia
LAKON RAREANGON DALAM ARJA NEGAK PADA PROGRAMA 4 BUDAYA DI RADIO REPUBLIK INDONESIA DENPASAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Eka Permana, Ida Bagus
Mahasiswa S2 PAH Vol 1, No 1 (2013): E-Journal S2 Dharma Acarya
Publisher : Mahasiswa S2 PAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.87 KB)

Abstract

Kesenian Arja Negak di Radio Republik Indonesia Denpasar pertama kali muncul pada tahun 1958 yang dihimpun dalam wadah Keluarga Kesenian Bali (KKB). Arja Negak adalah arja yang ketika pentas para pemainnya tidak melakukan aktivitas menari, tetapi duduk bersama memerankan tokoh yang diperankan dalam lakon. Dalam memerankan tokoh yang diperankan itu tidak terlepas dari pakem pengarjaan seperti struktur pemain yang terdiri dari 12 tokoh atau lebih dan lakon-lakon yang ditampilkan berasal dari cerita Panji (Malat). Lakon Rareangon merupakan salah satu bagian dari cerita Panji.            Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada tiga yaitu; 1) bagaimanakah struktur lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya di Radio Republik Indonesia Denpasar?, 2) apakah fungsi lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya di Radio Republik Indonesia Denpasar?, 3) nilai-nilai pendidikan agama Hindu apa saja yang terkandung pada lakon Rareangon dalam Arja Negak Programa 4 Budaya Radio Republik Indonesia Denpasar?. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui Lakon Rarengon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar karena mengandung nilai-nilai pendidikan agama Hindu serta menumbuh kembangkan pelestarian budaya Bali. Manfaat penelitian sebagai  salah satu sumber informasi tentang kajian analisis Lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar serta diharapkan dapat meningkatkan  wawasan dan pemahaman tentang pendidikan agama Hindu, seni, dan budaya.                Teori yang dipergunakan dalam menganalisis permasalahan tersebut adalah; teori wacana, teori fungsionalisme struktural, dan teori nilai.  Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling dan teknik analisis data dilakukan dengan analisis deksriptif kualitatif dengan tahap yang digunakan berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.            Hasil analisis dari lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Radio Republik Indonesia Denpasar dalam penelitian ini membahas mengenai struktur Lakon Rareangon meliputi; sinopsis Lakon Rareangon, babak Lakon Rareangon yang terdiri dari tujuh babak, adegan lakon Rareangon meliputi; adegan ngugal, adegan pangipuk, adegan tetangisan, adegan pasiat, dan adegan pangkat. Analisis struktur formal Lakon Rareangon meliputi; tema, tokoh dan penokohan, plot/alur, dan latar/setting. Ditinjau dari segi fungsi, lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Radio Republik Indonesia Denpasar memiliki fungsi pendidikan sraddha, fungsi ajakan berbuat baik, fungsi estetis, fungsi pelestarian budaya dan fungsi hiburan yang merujuk pada teori fungsional struktural. Hasil terakhir dalam penelian ini membahas nilai-nilai pendidikan agama Hindu pada lakon Rareangon dalam Arja Negak Programa 4 Budaya yaitu meliputi; nilai Estetika, nilai Tri Hita Karana, nilai Putra Sesana, nilai Etika/Susila, dan nilai Kepemimpinan dengan konsep Asta Brata. Melalui fungsi dari nilai-nilai pendidikan agama Hindu yang terdapat dalam Lakon Rareangon dalam Arja Negak diharapkan dapat menjadi tuntunan kepada umat manusia dalam menjalankan kehidupan berdasarkan swadharma masing-masing. Kata Kunci : Lakon Rareangon, Arja Negak
UPACARA MESAYUT TIPAT SASIH KEWULU DI DESA PAKRAMAN KAWAN, KECAMATAN BANGLI, KABUPATEN BANGLI ( PERSPEKTIF PENDIDIKAN AGAMA HINDU ) Mudana, Nyoman
Mahasiswa S2 PAH Vol 1, No 1 (2013): E-Journal S2 Dharma Acarya
Publisher : Mahasiswa S2 PAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (33.87 KB)

Abstract

Keterbukaan komunikasi dengan dunia luar tersebut mempertemukan dua arus tipe budaya,yaitu antara budaya Barat sebagai budaya progresif yang dimuarai oleh nilai rasionalitas dengan budaya Timur yang dimuarai nilai religius dan estetik termasuk Bali. Keadaan ini membuka peluang untuk masyarakat Bali mempertanyakan berbagai ritual, tradisi dan konsep agama yang diterima secara turun temurun dalam bingkai rasionalisme. Evolusi pemikiran masyarakat Bali secara konstan membawa gesekan-gesekan ditingkat masyarakat awam atau bahkan dikalangan intelektual, mengingat adanya perbedaan pendidikan dan sudut pandang. Agama Hindu memiliki dua sistem penentuan upacara yajña yaitu berdasarkan sasih yaitu datangnya setiap tahun (sasih) dan berdasarkan wuku yang datangnya setiap enam bulan sekali. Yajña  yang datangnya setahun seperti hari raya Nyepi dan Siwaratri yang semuanya itu bersifat penyucian pada buana alit (diri manusia), sedangkan yajña yang datangnya setiap enam bulan (wuku)  seperti Hari Raya Galungan Kuningan, Saraswati, Tumpek  dan Lain-lainnya adalah bersifat persembahan  (yajña) kepada Panca yajña. Akan tetapi pelaksanaan Upacara Mesayut Tipat dilaksanakan setiap tahun yaitu pada sasih kawulu umumnya disamping bersifat penyucian pada buana alit juga persembahan kepada para Dewa (Dewa yajña) dan juga pada sesama mahluk (manusa yajña) dengan sarana utama ketipat sirikan yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah urip dari panca wara maupun sapta wara kelahiranTujuan penelitian secara umum  mengkaji  perspektif pendidikan Agama Hindu. Adapun masalah yang dikaji meliputi (1) Pola Upacara mesayut Tipat di desa Pakraman. (2) fungsi Upacara Mesayut Tipat. (3) nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu  yang terdapat dalam upacara tersebut. Masalah dibedah dengan menggunakan teori fungsional struktural yaitu untuk membedah latar belakang pelaksanaan Upacara Mesayut Tipat, teori  simbol untuk membedah fungsi Upacara Mesayut Tipat, dan teori pendidikan untuk membedah nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam Upacara Mesayut Tipat. Teknik pengumpulan data menggunakan: observasi, wawancara,  dan studi dokumen. Teknik analisis data menggunakan metode kualitatif, dan penyajian bersifat deskriptif.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa yang melatarbelakangi pelaksanaan Upacara Mesayut Tipat: a). ucapan terima kasih dan permohonan keselamatan dan kerahayuan kepada leluhur dan Ida Sang Hyang Widhi beserta manifestasinya, b). Untuk mengembalikan keseimbangan Buana Alit (mikrokosmos) dan Buana Agung (makrokosmos)Pola Upacara Mesayut Tipat mencakup: a) Persiapan pelaksanaan yaitu dari pengumpulan sarana yang akan dipakai dalam upacara mesayut tipat.  b). Pelaksanaan upacara diawali dari persembahan kepada leluhur / Ida sang Hyang Widhi beserta manifestasinya dilanjutkan dengan ngayab atau natab pada setiap umat secara bersamaan c).setelah pemimpin menyeleasikan tugasnya dalam upacara mesayut tipat sebagai penutup dilanjutkan dengan prasadam dengan nunas banten ayaban masing- masing disertai dengan ramah tamah dalam keluarga .Fungsi Upacara Mesayut Tipat yaitu : a) Fungsi Religius adalah  memohon keselamatan yang datang dari dorongan rohani manusia dari lubuk hatinya yang suci sehingga dapat meyakinkan diri serta berusaha untuk dapat menyesuaikan diri dengan seluruh tata aturan alam semesta, kepada Hyang Widhi untuk mencapai keseimbangan Bhuana Agung dan Bhuana Alit, b) Fungsi Sosiologi adalah pengunaan sesayut  sebagai sarana upacara karena adanya keyakinan masyarakat sesayut dapat memberikan kerahayuan terhadap umat yang melaksanakannya, c) Fungsi Etika yaitu persembahan yang dilakukan hendaknya tidak mengikat, tetapi harus tetap disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki serta dengan rasa suci dan bhakti yang mendalam, d) Fungsi Estetika yaitu keindahan perwujudan cita, rasa dan karsa untuk memuja Tuhan, sehingga dalam pelaksanaan Upacara Mesayut Tipat dipahami sebagai konsep seni dalam ruang pikir untuk kemahakuasaan Tuhan Yang Maha Esa serta upakara merupakan bentuk seni ritual, mengandung rasa indah (sunddaram) ke-Tuhanan yang sejati (satyam), mengandung unsur siwam sekaligus kebenaran (satyam), e) Fungsi pendidikan yaitu adanya pengaruh edukatif yang baik kepada orang lain (Tukang Banten) yang memberikan pengaruh yang positif kepada orang lain yang belajar atau ingin mengetahui mengenai Banten Mesayut Tipat untuk menjaga dan memelihara keseimbangan alam.Nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam upacara ini; a).Nilai pendidikan Religiusitas yakni dengan pelaksanaan Upacara Mesayut Tipat dengan memakai ketipat sirikan yang jumlahnya disesuaikan dengan urip kelahiran membuat perasaan seseorang menjadi tenang, tentram dan nyaman. Nilai Sosial pendidikan yakni adanya jalinan kekerabatan yang kental dalam keluarga baik dari proses persiapan dan saat prasadam secara bersamaan dalam Upacara Mesayut Tipat tersebut. c) Nilai Tattwa yakni kegiatan yang bersifat ritual sebagai usaha mendekatkan diri kehadapan Ida Sang Hyang Widhi sebagai wujud bhakti dan penyampaian terima kasih kepada-Nya, d) Nilai Harmonisasi yaitu dengan penggunaan sarana seprti buah-buahan local yang ada pada sasih tersebut diharapkan dapat terjalin hubungan harmonis antara manusia dengan alam, e) nilai pendidikan  yakni pembuatan banten sayut ketipat dengan reringgitan yang artistik diatur sesuai aturan yang diwariskan secara turun-temurun.   Kata kunci : Upacara Mesayut Tipat Sasih Kawulu, Pendidikan Agama Hindu

Page 1 of 2 | Total Record : 11