ABSTRAK KotaYogyakartaadalahkotayangberkembang.Perkembangankotaini sejalandenganjumlahpenduduk.Semakinbertambahjumlahpenduduk maka akan semakin meningkat kebutuhan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan penduduk,makadibuatfasilitassepertikendaraanbermotor,jalandangedung. Fasilitas ini akhirnya menggeser ruang terbuka hijau perkotaan. Akibatnya meningkatkankonsumsioksigen,produksikarbondanberkurangnyaareaserapan airhujan.Salahsatucarauntukmengatasimasalahiniadalahdenganmenjagadan meningkatkanruangterbukahijauyangberupahutankota. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsumsi dan produksi kebutuhanoksigen,karbon,dankebutuhanairsertamemberikanrekomendasiluas hutankotayangharusditambahkanuntukmemenuhikebutuhanoksigen,karbon tersimpan, dan kebutuhan air. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukandistribusihutankotadanjenispohonyangharusditambahkanpada tingkatkecamatan,menentukankesesuaianluashutankotaberdasarkanUndang- UndangNomor26Tahun2007dengankebutuhanoksigen,karbontersimpandan kebutuhanairdanmemperkirakankebutuhanluashutankotapadatahun2010.KotaYogyakartadipilihsebagailokasipenelitian.Sampeldiambilsecara purposif. Variabelyangdiukurlangsungpadapenelitianadalahproduksioksigen pada daun dan biomassa pohon. Variabel yang tidak diukur langsung adalah konsumsioksigen, produksikarbon, kebutuhan air penduduk dan serapan air hutankota.Analisadatapadaperhitunganluashutankotaberdasarkankebutuhan oksigendankarbontersimpanmenggunakanMetodeGerarkis.Sedangkanuntuk kebutuhanairmenggunakanpersamaananalitik.KotaYogyakartamengalamikekuranganpasokanoksigen,areaserapan karbondanairdarihutankota.Hutankotaperluditingkatkanmenjadi22%dari luaswilayahuntukmemenuhiketigakebutuhanini.Terdapat7kecamatanyang perlu ditambahkan luas hutan kotanya yaitu Danurejan, Gedongtengen, Gondomanan, Jetis, Kraton, Ngampilan, dan Pakualaman dengan jenis pohon yangditanamadalah akasia,beringin,danbungur.ABSTRACT Yogyakarta is a growing city. Urban development is in line with the population. The increasing number of people will increase their needs. To meet the needs of the population, then made facilities such as vehicles, roads and buildings. This facility is finally shifting the urban green open space. As a result, increases oxygen consumption, carbon production and reduced water absorption area of rain. One way to overcome this problem is to maintain and increase green open space in the form of urban forest. This study aimed to determine the consumption and production needs oxygen, carbon, and water requirements and provide recommendations urban forest area which must be added to meet the needs of oxygen, carbon stored, and water needs. In addition, this study aims to determine the distribution of urban forest and tree species should be added to the district level, determine the suitability of forest area of the city is based on Law Number 26 Year 2007 needs oxygen, carbon stored and the need for water and estimating the needs of the city in the forest area Yogyakarta 2010.Kota year chosen as the study site. Samples taken purposif.Variabel measured directly in the research is the production of oxygen at the leaves and tree biomass. The variables are not measured directly is oxygen consumption, carbon production, the water needs of the population and water uptake urban forest. Analysis of data on the urban forest area calculation based on the need of oxygen and carbon stored using methods Gerarkis. As for the water needs using equation analitik.Kota Yogyakarta deficient supply of oxygen, carbon and water absorption area of the urban forest. Urban forest needs to be increased to 22% of the area for the third meet this need. There are seven districts that need to be added to its forest area is Danurejan, Gedongtengen, Gondomanan, Jetis, Kraton, Ngampilan, and Pakualaman with the type of trees planted are acacia, banyan, and bungur. KotaYogyakartaadalahkotayangberkembang.Perkembangankotaini sejalandenganjumlahpenduduk.Semakinbertambahjumlahpenduduk maka akan semakin meningkat kebutuhan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan penduduk,makadibuatfasilitassepertikendaraanbe
Integrasi Foto Udara dan Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi Penentuan Letak Bangunan Candi di Wilayah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta
Sutikno Sutikno;
Suharyadi Suharyadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (2130.154 KB)
|
DOI: 10.22146/mgi.13084
ABSTRAK Sebagai bangunan keagamaan, bangunan candi didirikan atau dibangun berdasarkan syarat tertentu. Dikenal beberapa kitab pedoman pembangunan candi seperti Manasara, Silpasastra, Vastupurusa, Kashyapasilpa. Pedoman pembangunan candi tersebut tidak hanya berlaku di India saja tetapi juga di Indonesia dan begitu juga di wilayah Prambanan. Lahan yang sesuai adalah lahan yang subur, datar, jenis tanah yang baik, permeabilitas baik, tidak mengandung gas atau racun, serta mudah memperoleh air. Kesesuaian lahan merupakan tujuan utama dari penelitian ini. Penelitian dilakukan terhadap lahan di wilayah Prambanan meliputi Kecamatan Kalasan dan Prambanan Kabupaten Sleman, DIY dan Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Digunakan data foto udara hitam putih skala 1:20.000 liputan wilayah Yogyakarta tahun perekaman 2001. Dari foto udara akan dilakukan interpretasi parameter fisik lahan yaitu bentuklahan dan penggunaan lahan. Parameter lainnya diperoleh dari data sekunder hasil penelitian yang telah dilakukan. Dilakukan interpretasi, digitasi, overlay analisis dan penilaian terhadap parameter fisik lahan dengan bantuan perangkat SIG dan diperoleh kelas kesesuaian lahan untuk bangunan candi. Diperoleh tiga kelas kesesuaian lahan untuk bangunan candi yaitu kelas S1 (Baik), S2 (Sedang) dan S3 (Buruk). Dari 11 bangunan candi terdapat sembilan candi yang terletak di lahan kelas S1 (Baik), dua candi di lahan kelas S2 (Sedang) dan tidak ada candi yang terletak di lahan kelas S3 (Buruk). Bangunan candi yang didirikan dengan persyaratan lahan secara konseptual dan tradisional berdasarkan kitab ternyata sesuai dengan kriteria kesesuaian lahan dalam pengetahuan modern. Integrasi antara data penginderaan jauh (foto udara) dan perangkat analisis SIG (ArcView) dapat digunakan untuk menyadap informasi parameter fisik lahan untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan untuk bangunan candi di wilayah Prambanan. ABSTRACT As a religious building, the temple was founded or constructed based on certain conditions. Known some as the book of temple construction guidelines as Manasara, Silpasastra, Vastupurusa, Kashyapasilpa. Temple construction guidelines is not only apply in India, but also in Indonesia and so also in the Prambanan. Suitable land is fertile land, flat, kind of good soil, good permeability, contains no gas or toxic and easy to get water. Land suitability is the main of this research. Research carried out on Prambanan area includes the Kalasan and Prambanan sub-district Sleman Regency, Yogyakarta and Prambanan sub-district, Klaten regency, Central Java. Data was used panchromatic aerial photographs scale of 1: 20,000 coverage of Yogyakarta recording year 2001. From the aerial photo will intrepret using physical parameter, namely landforms and land use. Other parameters obtaine from secondary data from results of previous research. Interpretation, digitization, overlay analysis and assessment of the physical parameters use GIS tool and obtaine land suitability category for temple. There are three category of land suitability for temple is S1 (Good), S2 (moderate) and S3 (Bad). From the 11 temple, there are nine temples located in the S1 (Good), two temples in S2 (moderate) and no temples in S3(Poor). The temple building was established with the requirements land in conceptual and traditional based on the book with the criteria of land suitability in modern science. The integration between remote sensing data (aerial photos) and analysis tools GIS (ArcView) can be used to extract physical parameters information to obtain land suitability categories in Prambanan Temple building in the region.
Kajian Daya Dukung Bioekologikawasan Puncak Kabupaten Bogor
Tika Rachmawati;
Luthfi Muta’ali;
Langgeng Wahyu Santosa
Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (620.83 KB)
|
DOI: 10.22146/mgi.13430
ABSTRAK Wilayah penelitian adalah Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor, meliputi Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung merupakan bagian dari Kawasan Bogor, Puncak, Cianjur (Bopunjur) dan mempunyai fungsi sebagai resapan air dan kawasan lindung (RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025). Tujuan penelitian ini adalah: (1) menghitung daya dukung bioekologi pada kurun waktu 2005-2010 di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor; (2) mengkaji hubungan perubahan daya dukung bioekologi Tahun 2005-2025; dan (3) merumuskan strategi pengelolaan lingkungan di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor.Penelitian ini bersifat deskriptif kuantatif, dengan mendasarkan pada analisis data sekunder. Analisis matematis dengan pendekatan jejak ekologi (Global Footprint Network (GFN) dan World Wildlife Fund (WWF)), dengan cara menghitung jejak ekologi, nilai biokapasitas dan daya dukung bioekologi yang disajikan secara spasial.Hasil penelitian ini adalah: nilai daya dukung bioekologi dan RTRW Kabupaten Bogor, yaitu: (a) nilai DDE tahun 2010 di wilayah penelitian menurun dari nilai DDE tahun 2005; dan (b) selisih nilai DDE eksisting terhadap nilai DDE RTRW bernilai negatif di hampir seluruh wilayah penelitian. Hal ini mengindikasikan sudah terlalu luas penggunaan lahan eksisting yang tidak sesuai dengan rencana penggunaan lahan pada RTRW Kabupaten Bogor dan sudah tidak layaknya RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 dalam mengakomodir rencana penggunaan lahan di kawasan Puncak. Rumusan strategi penataan penggunaan lahan paling tepat secara ekologi adalah: (a) mengurangi luasan lahan terbangun di seluruh kawasan puncak terutama pada kawasan lindung dan konservasi, rehabilitasi hutan juga menerapkan sistem pariwisata berbasis ekologi; (b) optimalisasi RTRW dengan konsep perencanaan penataan dan pengendalian pola ruang, pemanfaatan ruang dan kelembagaan yang terpadu, efektif, efiaien dan berkekuatan hukum, serta melibatkan masyarakat dalam monitoring dan pengawasan sehingga pembangunan di kawasan puncak, kabupaten Bogor berkelanjutan. ABSTRACT The area of research is the Puncak area in Bogor Regency, includes sub Ciawi, Cisarua and Megamendung as a part of the Regions Bogor, Puncak, Cianjur (Bopunjur) and as a catchment and protected area (RTRW of Bogor Regency, period on 2005-2025). Purpose of this study were: (1) assess changes land use during the period 2005-2010 in the area of Puncak, Bogor regency, (2) examine the relationship of land use change on the carrying capacity of the environment and spatial planning bioekologi Bogor period on 2005-2025, and (3) formulate a strategy management of ecological land use at Puncak area.This research is descriptive qualitative and kuantatif, using secondary data analysis. The mathematical analysis of the ecological footprint approach (Global Footprint Network (GFN) and the World Wildlife Fund (WWF)) by calculating the value of ecological footprint, biocapacity and the carrying capacity of bioecology presented spatially.The results of this study are: (a) the value of DDE in 2010 in the study area decreased from the value of DDE in 2005, and (b) the difference in value of the existing DDE to the value of DDE RTRW is negative in almost all areas of research. This indicates that it was too broad land uses incompatible with existing land use plans in Bogor regency spatial planning and RTRW of Bogor Regency Year 2005-2025 is not accommodate the land use plan in the Puncak area. Formulation of strategies management the most appropriate use of land ecology are: (a) reduce the area of land up around the summit region, especially in protected areas and conservation, forest rehabilitation also introduced a system of ecology-based tourism, (b) optimizing spatial planning with spatial planning and control concept of spatial patterns, space utilization and integrated institutional, effective, and enforceable efiaien, and involve the community in monitoring and supervision so that the Puncak of development in the region, Bogor regency sustainable.
SURVEI GPS UNTUK PEMETAAN TOPOGRAFI DAN PEMODELAN RELIEF RUPABUMI TIGA DIMENSI (3D) DAERAH GONDANGGENTONG KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR
Nurul Nurul Khakim
Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.22146/mgi.13251
ABSTRAK Survei penentuan posisi dari suatu jaringan titik di permukaan bumi umumnya dilakukan dengan metode pengukururn secara terestris yaitu dengan menentukan sudut/arah terhadap utara , jarak dan beda tingginya. Dengan semakin berkembangnya metode survei yang berbasis pada pengamatan ke sistem satelit GPS (Global Positioning System), maka telah terjadi pergeseran metodologi yang cukup mendasar pada survei penentuan posisi dari suatu jaringan titik di permukaan bumi. Survei yang berbasis pada pengamatan ke satelit GPS dilakukan dengan metode reseksi (pengikatan ke belakang) yaitu titik-titik target di permukaan bumi ditentukan dari penghitungan jarak ke beberapa satelit (GPS) sekaligus. Metode seperti ini disebut dengan metode penentuan posisi secara absolut (absolut positioning/point positioning) yang merupakan metode penentuan posisi yang paling mendasar dari GPS.Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan topografi atau relief permukaan bumi balk dalam bentuk 2 diniensi (pets kontur) maupun 3 dimensi dengan inenggunakan metode survei GPS dan memanfaatkan kemajuan perangkat lunak (software) untuk mengolah data posisi hasil pengukuran dengan GPS. Target utamanya adalah ingin .menunjukkan bahwa dengan survey GPS , suatu daerah dapat disajikan bentuk relief tiga dimensinya. Metode yang dipakai adalah metode penentuan posisi secara absolut dengan menenlukan beberapa titik target berdasarkan jaraknya dari beberapa satelit sekaligus. Daerah yang dipilih sebagai lokasi pengukuran adalah daerah Gondanggentong Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang berbukit (lereng G. Lawu) sehingga variasi relief atau topografi cukup besar, disamping pengaruh multipath (lingkungan sekitar titik pengamatan GPS yang mengganggu penerirnaan sinyal dari satelit GPS) cukup kecil.Penelitian ini tidak dimaksudkan sebagai penelitian yang bersifat detil, mengingat bahwa alat/receiver GPS yang dipakai adalah tipe navigasi yang mempunyai tingkat kesalahan posisi atau EPE (Estimated Position Error) dalam orde meter. Meskipun demikian dari hasil penelitian ini dapat dipakai suatu pijakan atau awal pengembangan survei pemetaan suatu daerah dan bahan pemikiran bahwa pelaksanaan survei pemetaan suatu daerah pada masa-masa mendatang akan dapat dilakukan secara lebih efisien, efektif, dan fleksibel dengan hasil yang cukup teliti dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada. Hasil dari penelitian ini adalah peta kontur (2D) dan peta relief rupabumi (3D) dengan berbagai variasi pemodelannya.