cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 411 Documents
Pengaruh Pusat Pertumbuhan Wilayah Terhadap Konversi Lahan Pertanian dan Swasembada Pangan Beras di Kabupaten Pringsewu Muhtarom Muhtarom; Luthfi Muta’ali
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3190.742 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13118

Abstract

ABSTRAK Pesatnya kemajuan dan perkembangan Kabupaten Pringsewu memicu perkembangan tingkat penggunaan dan penurunan ketersediaan pangan beras. Tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah (1) untuk mengidentifikasi struktur pusat pertumbuhan di Kabupaten Pringsewu, (2) menganalisis pengaruh pusat pertumbuhan terhadap konversi lahan dan (3) menganalisis pengaruh konversi lahan terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Pringsewu. Metode pengambilan data adalah survei instansioner, sedangkan tekhnik analisis data menggunakan skoring, klasifikasi dan analisis skalogram. Hasil penelitian menunjukkan distribusi desa pusat pertumbuhan dan hinterland-nya yaitu 2 desa teridentifikasi sebagai pusat pertumbuhan (hirarki I) dan 15 desa sebagai hinterland-nya (hirarki II). Wilayah pusat pertumbuhan dan pinggiran menjadi wilayah dengan tingkat konversi tinggi sampai sedang, sedangkan konversi lahan sawah dengan tingkat rendah di dominasi oleh desa dalam hirarki III. Laju konversi yang terjadi berpengaruh terhadap luas tanam, luas panen dan produksi padi sawah  di Kabupaten Pringsewu. ABSTRACT The rapid progress and development of Pringsewu district trigger the development of land use and the decline in availability of food rice. The aims of this study is (1) to identify the structure of the growth center in the Pringsewu District, (2) analyze the effect of the growth center to the land conversion and (3) analyze the effect of the conversion of land to food security in the Pringsewu District. The data taked by  survey method, while the analysis techniques  of data using scoring, classification and analysis scalogram. The results showed the  distribution of rural growth centers and its hinterland are two villages identified as a growth center (hierarchy I) and 15 villages as its hinterland (hierarchy II). The region of growth center and its hinterland are a high levels of conversion area and moderate, while the conversion with low levels is dominated by the villages in hierarchy III. The rate of conversion that occurs affects the planting area, harvested area and production of paddy rice.
DAMPAK PEMBANGUNAN PASAR INDUK SAYUR DAN BUAH GIWANGAN TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI KELURAHAN GIWANGAN M.R. Djarot S. Widyatmoko; Erawinta Erawinta
Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (218.331 KB) | DOI: 10.22146/mgi.15452

Abstract

Pengembangan Sistem Informasi Bahaya Erupsi untuk Pengelolaan Kebencanaan di Lereng Selatan Gunungapi Merapi Sriadi Setyowati; Bambang Saeful Hadi; Arif Ashari
Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1240.733 KB) | DOI: 10.22146/mgi.15922

Abstract

PENGEMBANGAN METODE 'DRASTIC' UNTUK PREDIKSI KERENTANAN AIRTANAH BEBAS TERHADAP PENCEMARAN DI SLEMAN Margaretha Widyastuti; Sudarto Notosiswoyo; Komang Anggayana
Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (799.31 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13296

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan: (1) mengetahui sebaran setiap parameter DRASTIC; (2) mengetahui sebaran penggunaan lahan; (3) mengetahui tingkat kerentanan airtanah bebas terhadap pencemaran; (4) evaluasi tingkat kerentanan airtanah bebas terhadap pencemaran. Metode yang digunakan adalah pembobotan dan penilaian parameter, meliputi parameter DRASTIC dan penggunaan lahan. Keret?. tanan airtanah bebas ditentitkan dengan penjumlahan hasil perkalian bobot dan nilai semua parameter. Penjumlahan hasil kali parameter DRASTIC menghasilkan Indeks DRASTIC yang mencerminkan kerentanan statis, sedangkan penggabungan Indeks DRASTIC dan hash kali parameter penggunaan lahan menghasilkan Indeks Kerentanan yang mencerminkan kerentanan dinamis. Keseluruhan airtanah bebas di daerah penelitian mempunyai kerentanan tinggi terhadap pencentar. Faktor yang mempengaruhi tingginya tingkat kerentanan adalah kedalaman muka airtanah bebas, materi yang porus, dan penggunaan lahan.
Dinamika Kedudukan Interface di Pesisir Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah Setyawan Purnama
Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1818.05 KB) | DOI: 10.22146/mgi.25493

Abstract

Abstrak Interface adalah mintakat pertemuan antara air laut yang bersifat asin dan airtanah di daratan yang bersifat tawar. Interface tidak ditemukan dalam wilayah yang tegas, namun merupakan wilayah percampuran antara air tawar dan air asin, sehingga keberadaan interface tidak bersifat statis melainkan dinamis. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dan menganalisis kedudukan interface di Pesisir Kabupaten Kebumen dan (2) menganalisis dinamika kedudukan interface selama kurun waktu 21 tahun yaitu tahun 1993 dan 2014. Kedudukan interface diketahui berdasarkan pendugaan geolistrik rangkaian Schlumberger. Pendugaan dilakukan pada lokasi dan jalur yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Simoen dkk. (1993), yaitu pada (1) jalur Salak-Petanahan-Munggu-Gadung-Pantai Petanahan, (2) jalur Tambakrejo-Jeblok-Prajuritan-Adikarto-Pantai Kebumen dan (3) jalur Sinungrejo-Sidoluhur-Bener-Kaibon-Ambal dan Pantai Kutowinangun. Perbandingan hasil pendugaan interface di kedua waktu tersebut akan diketahui perbedaan dan persamaan kedalaman interface pada masing-masing titik pengukuran dalam selang waktu 21 tahun dan selanjutnya dapat dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian  menemukan adanya lapisan airtanah tawar mulai kedalaman 2 hingga 10 meter dari permukaan tanah. Berbeda dengan di tahun 1993, hasil pendugaan di tahun 2014 tidak mendeteksi adanya interface di semua jalur pengukuran. Tidak terdeteksinya interface disebabkan kedudukan interface semakin dalam akibat desakan airtanah tawar yang semakin kuat. AbstractAn interface is a zone where seawater (salt) and inland groundwater (fresh) meet. It has no distinct boundaries because it is formed by a mixture of fresh and saltwater. Therefore, the presence of interface is not static or somewhat dynamic. This research aimed to (1) identify and analyze the position of salt-freshwater interface in the Coast of Kebuman Regency and (2) analyze the dynamics of the said interface at a timespan of 21 years, i.e., in 1993 and 2014. The position was estimated using geoelectrical sounding with Schlumberger arrangement. The estimation was conducted in the locations and along the lines that were determined based on the research performed by Simoen et al. (1993). The lines traversed the following areas (1) Salak-Petanahan-Munggu-Gadung-Petanahan Coast, (2) Tambakrejo-Jeblok-Prajuritan-Adikarto-Kebumen Coast, and (3) the Sinungrejo-Sidoluhur-Bener-Kaibon-Ambal-Kutowinangun Coast. The comparison of the estimated interfaces in two observation years yielded depth differences and similarities at every measurement point. This information, then, provided the underlying factors of the dynamic interface. The research found a freshwater layer at a depth of 2 to 10 m from the soil surface. Unlike the estimation results in 1993, the ones in 2014 did not detect any presence of interface in all of the measurement lines. The interface was undetected because it lowered as the pressure of fresh groundwater became stronger.   
SISTEM AKUIFER DI LERENG GUNUNGAPI MERAPI BAGIAN TIMUR 0DAN TENGGARA (STUDI KASUS DI KOMPLEKS MATAAIR SUNGSANG BOYOLALI JAWA TENGAH) Soenarso Simoen
Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (442.406 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13190

Abstract

ABSTRAK Mataair-mataair di lereng Gunungapi Merapi yang merupakan sabuk mataair (spring belt) dalam era "kebutuhan air bersih yang tidak tercemar" menjadi incaran Perusahaan Air Minum (PAM) dan juga Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Pengambilan air langsung dari mataair ternyata sering menimbulkan konflik kepentingan petani pengguna air untuk pengairan. Banyak anjuran supaya pengambilan air tidak langsung dari mataair melainkan dengan mengebor dari akuifer. Tujuan dari penelitian sistem akuifer di sekitar mataair ini untuk mengetahui sistem akuifer sebagai dasar untuk menentukan lokasi pengeboran airtanah yang dapat digunakan untuk air bersih tanpa mengurangi debit air dari mataair. Metode penelitian menggunakan pendugaan geolistrik tahanan jenis (resistivity geoelectric), pengukuran mataair, dan pengamatan geologi dan topografi di sekitar mataair. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mataair-mataair di daerah penelitian merupakan akuifer artesis yang keluar dari akuifer tertekan. Pemunculan mataair dari akuifer dapat diakibatkan oleh sebab, yaitu i) karena akuifer tertekan terpotong oleh depresi seperti mataair Cokrotulung dan Sigedang, (ii) karena akuifer tertekan oleh lapisan lempung seperti mataair Sungsang dan Nepen. Dengan diketahuinya sistem akuifer ini dapat ditentukan bahwa daerah antara S-2 sampai S-3 dan antara S-7 sampai S-8 dapat dibor sedalam 5 meter untuk mendapatkan sumur artesis.
Kajian Luas Hutan Kota Berdasarkan Kebutuhan Oksigen, Karbon Tersimpan, dan Kebutuhan Air di Kota Yogyakarta Muchammad Chusnan Aprianto; Sudibyakto Sudibyakto; Chafid Fandeli
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (192.223 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13344

Abstract

ABSTRAK KotaYogyakartaadalahkotayangberkembang.Perkembangankotaini sejalandenganjumlahpenduduk.Semakinbertambahjumlahpenduduk  maka akan semakin meningkat ke­­­butuhan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan pendu­duk,makadibuatfasilitassepertiken­­daraanbermotor,jalandangedung. Fasi­litas ini akhirnya menggeser ruang terbuka hijau perkotaan. Akibatnya me­ning­­katkankonsumsioksigen,produksikarbondanber­ku­rangnyaareaserapan airhujan.Salahsatucarauntukmengatasimasalahiniadalahdenganmenjagadan meningkatkanruangterbukahijauyangberupahutankota. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsumsi dan produksi kebu­tuhanoksigen,karbon,dankebutuhanairsertamemberikanrekomendasiluas hutankotayangharusditambahkanuntukmemenuhikebutuhanoksigen,karbon ter­simpan, dan kebutuhan air. Selain itu, penelitian ini bertujuan untuk menentukandis­tribusihutankotadanjenispohonyangharusditambahkanpada tingkatkeca­matan,menentukankesesuaianluashutankotaberdasarkanUndang- UndangNo­mor26Tahun2007dengankebutuhanoksigen,karbonter­simpandan kebutuhanairdanmemperkirakankebutuhanluashutankotapadatahun2010.KotaYogyakartadipilihsebagailokasipenelitian.Sampeldiambilsecara purposif. Variabelyangdiukurlangsungpadapenelitianadalahproduksioksigen pa­da daun dan biomassa pohon. Variabel yang tidak diukur langsung adalah kon­sumsioksigen, produksikarbon, kebutuhan air penduduk dan serapan air hu­tanko­ta.Analisadatapadaperhitunganluashutankotaberdasarkankebutuhan ok­si­gendankarbontersimpanmenggunakanMetodeGerarkis.Sedangkanuntuk kebutuhanairmenggunakanpersamaananalitik.KotaYogyakartamengalamikekuranganpasokanoksigen,areaserapan kar­bondanairdarihutankota.Hutankotaperluditingkatkanmenjadi22%dari luaswilayahuntukme­me­nuhiketigakebutuhanini.Terdapat7kecamatanyang perlu ditambahkan luas hutan ko­tanya yaitu Danurejan, Gedongtengen, Gond­oma­nan, Jetis, Kraton, Ngampilan, dan Pakua­laman dengan  jenis  pohon yangditanamadalah akasia,beringin,danbungur.ABSTRACT Yogyakarta is a growing city. Urban development is in line with the population. The increasing number of people will increase their needs. To meet the needs of the population, then made facilities such as vehicles, roads and buildings. This facility is finally shifting the urban green open space. As a result, increases oxygen consumption, carbon production and reduced water absorption area of rain. One way to overcome this problem is to maintain and increase green open space in the form of urban forest. This study aimed to determine the consumption and production needs oxygen, carbon, and water requirements and provide recommendations urban forest area which must be added to meet the needs of oxygen, carbon stored, and water needs. In addition, this study aims to determine the distribution of urban forest and tree species should be added to the district level, determine the suitability of forest area of the city is based on Law Number 26 Year 2007 needs oxygen, carbon stored and the need for water and estimating the needs of the city in the forest area Yogyakarta 2010.Kota year chosen as the study site. Samples taken purposif.Variabel measured directly in the research is the production of oxygen at the leaves and tree biomass. The variables are not measured directly is oxygen consumption, carbon production, the water needs of the population and water uptake urban forest. Analysis of data on the urban forest area calculation based on the need of oxygen and carbon stored using methods Gerarkis. As for the water needs using equation analitik.Kota Yogyakarta deficient supply of oxygen, carbon and water absorption area of the urban forest. Urban forest needs to be increased to 22% of the area for the third meet this need. There are seven districts that need to be added to its forest area is Danurejan, Gedongtengen, Gondomanan, Jetis, Kraton, Ngampilan, and Pakualaman with the type of trees planted are acacia, banyan, and bungur. KotaYogyakartaadalahkotayangberkembang.Perkembangankotaini sejalandenganjumlahpenduduk.Semakinbertambahjumlahpenduduk  maka akan semakin meningkat ke­­­butuhan mereka. Untuk memenuhi kebutuhan pendu­duk,makadibuatfasilitassepertiken­­daraanbe<span style="letter-spacing:
Integrasi Foto Udara dan Sistem Informasi Geografis untuk Evaluasi Penentuan Letak Bangunan Candi di Wilayah Prambanan, Klaten, Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta Sutikno Sutikno; Suharyadi Suharyadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2130.154 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13084

Abstract

ABSTRAK Sebagai bangunan keagamaan, bangunan candi didirikan atau dibangun berdasarkan syarat tertentu.  Dikenal beberapa kitab pedoman pembangunan candi seperti Manasara, Silpasastra, Vastupurusa, Kashyapasilpa. Pedoman pembangunan candi tersebut tidak hanya berlaku di India saja tetapi juga di Indonesia dan begitu juga di wilayah Prambanan. Lahan yang sesuai adalah lahan yang subur, datar, jenis tanah yang baik, permeabilitas baik, tidak mengandung gas atau racun, serta mudah memperoleh air. Kesesuaian lahan merupakan tujuan utama dari penelitian ini. Penelitian dilakukan terhadap lahan di wilayah Prambanan meliputi Kecamatan Kalasan dan Prambanan Kabupaten Sleman, DIY dan Kecamatan Prambanan,  Kabupaten Klaten Jawa Tengah. Digunakan data foto udara hitam putih skala 1:20.000 liputan wilayah Yogyakarta tahun perekaman 2001. Dari foto udara akan dilakukan interpretasi parameter fisik lahan yaitu bentuklahan dan penggunaan lahan.  Parameter lainnya diperoleh dari data sekunder hasil penelitian yang telah dilakukan. Dilakukan interpretasi, digitasi, overlay analisis dan penilaian terhadap parameter fisik lahan dengan bantuan perangkat SIG dan diperoleh kelas kesesuaian lahan untuk bangunan candi. Diperoleh tiga kelas kesesuaian lahan untuk bangunan candi yaitu kelas S1 (Baik), S2 (Sedang) dan S3 (Buruk). Dari 11 bangunan candi terdapat sembilan candi yang terletak di lahan kelas S1 (Baik), dua candi di lahan kelas S2 (Sedang) dan tidak ada candi yang terletak di lahan kelas S3 (Buruk). Bangunan candi yang didirikan dengan persyaratan lahan secara konseptual dan tradisional berdasarkan kitab ternyata  sesuai dengan kriteria  kesesuaian lahan dalam pengetahuan modern. Integrasi antara data penginderaan jauh (foto udara) dan perangkat analisis SIG (ArcView) dapat digunakan untuk menyadap informasi parameter fisik lahan untuk memperoleh kelas kesesuaian lahan untuk bangunan candi di wilayah Prambanan. ABSTRACT As a religious building, the temple was founded  or constructed based on certain conditions. Known some as the book of temple construction guidelines as Manasara, Silpasastra, Vastupurusa, Kashyapasilpa. Temple construction guidelines is not only apply in India, but also in Indonesia and so also in the Prambanan. Suitable land is fertile land, flat, kind of good soil, good permeability, contains no gas or toxic and easy to get water. Land suitability is the main of this research. Research carried out on Prambanan area includes the Kalasan and Prambanan sub-district  Sleman Regency, Yogyakarta and Prambanan sub-district, Klaten regency, Central Java. Data was used panchromatic aerial photographs scale of 1: 20,000 coverage of Yogyakarta recording year 2001. From the aerial photo will intrepret using physical parameter, namely landforms and land use. Other parameters obtaine from secondary data from results of previous research. Interpretation, digitization, overlay analysis and assessment of the physical parameters use GIS tool and obtaine land suitability category for temple.  There are three category of land suitability for temple is S1 (Good), S2 (moderate) and S3 (Bad). From the 11 temple, there are nine temples located in the S1 (Good), two temples in S2 (moderate) and no temples in  S3(Poor). The temple building was established with the requirements land in conceptual and traditional based on the book with the criteria of land suitability in modern science. The integration between remote sensing data (aerial photos) and analysis tools GIS (ArcView) can be used to extract physical parameters information to obtain land suitability categories in Prambanan Temple building in the region.
Kajian Daya Dukung Bioekologikawasan Puncak Kabupaten Bogor Tika Rachmawati; Luthfi Muta’ali; Langgeng Wahyu Santosa
Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (620.83 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13430

Abstract

ABSTRAK Wilayah penelitian adalah Kawasan Puncak di Kabupaten Bogor, meliputi Kecamatan Ciawi, Cisarua dan Megamendung merupakan bagian dari Kawasan Bogor, Puncak, Cianjur (Bopunjur) dan mempunyai fungsi sebagai resapan air dan kawasan lindung (RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025). Tujuan  penelitian ini adalah: (1) menghitung daya dukung bioekologi pada kurun waktu 2005-2010 di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor; (2) mengkaji hubungan perubahan daya dukung bioekologi Tahun 2005-2025; dan (3) merumuskan strategi pengelolaan lingkungan di Kawasan Puncak, Kabupaten Bogor.Penelitian ini bersifat deskriptif kuantatif, dengan mendasarkan pada analisis data sekunder. Analisis matematis dengan pendekatan jejak ekologi (Global Footprint Network (GFN) dan World Wildlife Fund (WWF)), dengan cara menghitung jejak ekologi, nilai biokapasitas dan daya dukung bioekologi yang disajikan secara spasial.Hasil penelitian ini adalah: nilai daya dukung bioekologi dan RTRW Kabupaten Bogor, yaitu: (a) nilai DDE tahun 2010 di wilayah penelitian menurun dari nilai DDE tahun 2005; dan (b) selisih nilai DDE eksisting terhadap nilai DDE RTRW bernilai negatif di hampir seluruh wilayah penelitian. Hal ini mengindikasikan sudah terlalu luas penggunaan lahan eksisting yang tidak sesuai dengan rencana penggunaan lahan pada RTRW Kabupaten Bogor dan sudah tidak layaknya RTRW Kabupaten Bogor Tahun 2005-2025 dalam mengakomodir rencana penggunaan lahan di kawasan Puncak. Rumusan strategi penataan penggunaan lahan paling tepat secara ekologi adalah: (a) mengurangi luasan lahan terbangun di seluruh kawasan puncak terutama pada kawasan lindung dan konservasi, rehabilitasi hutan juga menerapkan sistem pariwisata berbasis ekologi; (b) optimalisasi RTRW dengan konsep perencanaan penataan dan pengendalian pola ruang, pemanfaatan ruang dan kelembagaan yang terpadu, efektif, efiaien dan berkekuatan hukum, serta melibatkan masyarakat dalam monitoring dan pengawasan sehingga pembangunan di kawasan puncak, kabupaten Bogor berkelanjutan. ABSTRACT The area of research is the Puncak area in Bogor Regency, includes sub Ciawi, Cisarua and Megamendung as a part of the Regions Bogor, Puncak, Cianjur (Bopunjur) and as a catchment and protected area (RTRW of Bogor Regency, period on 2005-2025). Purpose of this study were: (1) assess changes land use during the period 2005-2010 in the area of Puncak, Bogor regency, (2) examine the relationship of land use change on the carrying capacity of the environment and spatial planning bioekologi Bogor period on 2005-2025, and (3) formulate a strategy management of ecological land use at Puncak area.This research is descriptive qualitative and kuantatif, using secondary data analysis. The mathematical analysis of the ecological footprint approach (Global Footprint Network (GFN) and the World Wildlife Fund (WWF))  by calculating the value of ecological footprint, biocapacity and the carrying capacity of bioecology presented spatially.The results of this study are: (a) the value of DDE in 2010 in the study area decreased from the value of DDE in 2005, and (b) the difference in value of the existing DDE to the value of DDE RTRW is negative in almost all areas of research. This indicates that it was too broad land uses incompatible with existing land use plans in Bogor regency spatial planning and RTRW of Bogor Regency Year 2005-2025 is not accommodate the land use plan in the Puncak area. Formulation of strategies management the most appropriate use of land ecology are: (a) reduce the area of land up around the summit region, especially in protected areas and conservation, forest rehabilitation also introduced a system of ecology-based tourism, (b) optimizing spatial planning with spatial planning and control concept of spatial patterns, space utilization and integrated institutional, effective, and enforceable efiaien, and involve the community in monitoring and supervision so that the Puncak of development in the region, Bogor regency sustainable.
SURVEI GPS UNTUK PEMETAAN TOPOGRAFI DAN PEMODELAN RELIEF RUPABUMI TIGA DIMENSI (3D) DAERAH GONDANGGENTONG KECAMATAN KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR Nurul Nurul Khakim
Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.13251

Abstract

ABSTRAK Survei penentuan posisi dari suatu jaringan titik di permukaan bumi umumnya dilakukan dengan metode pengukururn secara terestris yaitu dengan menentukan sudut/arah terhadap utara , jarak dan beda tingginya. Dengan semakin berkembangnya metode survei yang berbasis pada pengamatan ke sistem satelit GPS (Global Positioning System), maka telah terjadi pergeseran metodologi yang cukup mendasar pada survei penentuan posisi dari suatu jaringan titik di permukaan bumi. Survei yang berbasis pada pengamatan ke satelit GPS dilakukan dengan metode reseksi (pengikatan ke belakang) yaitu titik-titik target di permukaan bumi ditentukan dari penghitungan jarak ke beberapa satelit (GPS) sekaligus. Metode seperti ini disebut dengan metode penentuan posisi secara absolut (absolut positioning/point positioning) yang merupakan metode penentuan posisi yang paling mendasar dari GPS.Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan topografi atau relief permukaan bumi balk dalam bentuk 2 diniensi (pets kontur) maupun 3 dimensi dengan inenggunakan metode survei GPS dan memanfaatkan kemajuan perangkat lunak (software) untuk mengolah data posisi hasil pengukuran dengan GPS. Target utamanya adalah ingin .menunjukkan bahwa dengan survey GPS , suatu daerah dapat disajikan bentuk relief tiga dimensinya. Metode yang dipakai adalah metode penentuan posisi secara absolut dengan menenlukan beberapa titik target berdasarkan jaraknya dari beberapa satelit sekaligus. Daerah yang dipilih sebagai lokasi pengukuran adalah daerah Gondanggentong Kecamatan Karangpandan Kabupaten Karanganyar dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang berbukit (lereng G. Lawu) sehingga variasi relief atau topografi cukup besar, disamping pengaruh multipath (lingkungan sekitar titik pengamatan GPS yang mengganggu penerirnaan sinyal dari satelit GPS) cukup kecil.Penelitian ini tidak dimaksudkan sebagai penelitian yang bersifat detil, mengingat bahwa alat/receiver GPS yang dipakai adalah tipe navigasi yang mempunyai tingkat kesalahan posisi atau EPE (Estimated Position Error) dalam orde meter. Meskipun demikian dari hasil penelitian ini dapat dipakai suatu pijakan atau awal pengembangan survei pemetaan suatu daerah dan bahan pemikiran bahwa pelaksanaan survei pemetaan suatu daerah pada masa-masa mendatang akan dapat dilakukan secara lebih efisien, efektif, dan fleksibel dengan hasil yang cukup teliti dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada. Hasil dari penelitian ini adalah peta kontur (2D) dan peta relief rupabumi (3D) dengan berbagai variasi pemodelannya.

Page 8 of 42 | Total Record : 411


Filter by Year

1988 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 1 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 2, No 3 (1989) Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988) Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia More Issue