cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 411 Documents
DISTRIBUSI AIRTANAH ASIN DI DATARAN PANTAI KOTA SEMARANG DAN KESEDIAAN MEMBAYAR PENDUDUK DALAM PERBAIKAN KONDISI SUMBER AIR Setyawan Purnama
Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (612.845 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13287

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini rnempunyai empat sujuan. Pertama, mengidentifikasi dan menganalisis kondisi kualitas airtanah. Kedua, menganalisis faktor faktoryang menyebabkan terdapatnya airtanah asin di daerah penelitian. Ketiga, mengidentifikasi dan mengana-lisis daerah-daerah yang masih mempunyai kandungan air tawar dan keempat, menghitung dan menganalisis besarnya kesediaan membayar (WTP) penduduk di daerah penelitian dalam perbaikan kondisi sumber air. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan pengambilan 59 sampel airtanah dan empal sampel air sungai. Disamping flu, juga dilakukan pengukuran geofisika permukaan di 30 titik dan wawancara terhadap 118 responden. Penentuan sampel airtanah dilakukan secara stratified random sampling, sedangkan penentuan sampel air sungai, titik pengukuran geofisika permukaan dan pemilihan responden dilakukan secara purposive sampling.Untuk mengidentifikasi dan menganalisis kondisi kualitas airtanah digunakan analisis spasial dan analisis statistik. Untuk menganalisis distribusi air asin digunakan metode Revelle dengan menghitung rasio 1C11/(11-1CO3-j-F [C01]), sedangkan metode Kloosterman dengan diagram Piper segiempat digunakan untuk menganalisis faktor penyebabnya. Untuk mengidentifikasi keberadaan air tawar dilakukan pendugaan geolistrik yang kemudian dianalisis menggunakan program Schlumberger O'Neil. Selanjutnya, untuk menghitung dan menganalisis besarnya kesediaan membayar (WTP) digunakan analisis CVM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa airtanah di daerah pantai mengandung DHL, kesadahan, kalsium, magnesium, nairium, kalium, klorida, sulfa! dan salinitas dalam konsentrasi tinggi. Kesimpulan ini juga didukung oleh hasil analisis statistik. Diketahuijuga bahwa sebagian besar airtanah di daerah penelitian telah tercemar air asin dengan tingkat keterpengaruhan yang bervariasi. Pencemaran air asin tersebut terutama disebabkan oleh air evaporit. Hasil analisis geolistrik menunjukkan bahwa di bawah lapisan air asin, dapat ditemukan lapisan air tawar dengan kedalaman dan produktivitas yang bervariasi. Selanjutnya, hasil analisis CYM menunjukkan bahwa penduduk daerah penelitian bersedia membayar perbaikan kondisi sumber air lebih tinggi daripada harga air dari PDAM yang berlaku pada saat ini.
Pemanfaatan Citra Landsat 8 Multitemporal dan Model Forest Canopy Density (FCD) untuk Analisis Perubahan Kerapatan Kanopi Hutan di Kawasan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Gunung Kelud, Jawa Timur Shafira Himayah; Hartono Hartono; Projo danoedoro
Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.361 KB) | DOI: 10.22146/mgi.24236

Abstract

Penginderaan jauh memiliki keunggulan dalam hal resolusi temporal yang dapat dimanfaatkan untuk meneliti perubahan suatu obyek dalam waktu yang berbeda. Hutan Gunung Kelud mengalami perubahan setelah erupsi tahun 2014. Perubahan tersebut dapat dianalisis dengan memanfaatkan teknologi penginderaan jauh melalui citra multitemporal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan citra Landsat 8 multitemporal dan Forest Canopy Density (FCD) untuk perubahan kerapatan kanopi di Hutan Lindung Gunung Kelud sebelum dan sesudah erupsi tahun 2014.Citra penginderaan jauh yang digunakan adalah citra Landsat 8 perekaman 26 Juni 2013 dan 4 September 2015. Metode yang digunakan adalah pemodelan FCD yang menghasilkan kerapatan kanopi per piksel. Hasil pemodelan FCD kemudian digunakan untuk menganalisis perubahan kerapatan kanopi setelah erupsi. Berdasarkan penelitan ini didapatkan hasil bahwa citra Landsat 8 dapat dipergunakan untuk mengetahui kerapatan kanopi Hutan Lindung Gunung Kelud sebelum dan setelah erupsi dengan masing-masing akurasi sebesar 83,73% dan 81,14%. Terjadi perubahan luas kerapatan kanopi setelah erupsi, dimana terdapat 8833,95 Ha hutan yang mengalami penurunan kerapatan kanopi, sedangkan hutan dengan kerapatan kanopi yang tetap adalah seluas 2149,38 Ha, dan hutan yang mengalami peningkatan kerapatan kanopi adalah seluas 1643,31 Ha. Remote sensing has an advantage in terms of temporal resolution that can be exploited to examine the changes of an object in different times. Gunung Kelud Forest is changing after the eruption in 2014. The changes can be analyzed by utilizing remote sensing technology through multitemporal imagery. This study aims to examine the capabilities of Landsat 8 multitemporal and Forest Canopy Density (FCD) images for changes in canopy density in Kelud Protection Forest before and after the eruption in 2014. Remote sensing imagery used is Landsat 8 image recording June 26, 2013, and September 4, 2015, The method used is FCD modeling that produces a density of the canopy per pixel. FCD modeling results are then used to analyze changes in density of the canopy after the eruption. Based on this research, it can be concluded that Landsat 8 image can be used to determine the density of canopy of Kelud Protection Forest before and after eruption with 83.73% and 81.14% accuracy respectively. There was a change in the area of the canopy density after the eruption, where there was 8833.95 ha of forest that experienced a decrease in canopy density, whereas forests with fixed canopy densities were 2149.38 Ha, and forests with an increase in canopy density were 1643.31 Ha.
Pemanfaatan Potensi Obyek Wisatawilayah Tujuan Wisata Pantai Pangandaran Untuk Pengembangan Wilayah Di Daerah Kabupaten Dati Ii Ciamis Propinsi Jawa Barat Sujali .
Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (167.897 KB) | DOI: 10.22146/mgi.5308

Abstract

Sektor kepariwisataan merupakan salah satu sektor yang sedang mendapatknn perhatian dari penwrintah. Sala), satu falctor nzendorong dalam pengentbangan kepariwisataan di bcrbagai daeral; tuialtzlz program taltun lcunjungan wisata 91 (Visit Indonesian Year 91), kcntudian direncanalcan tahun kunjungan ASEAN. Selain dorongan tersebut adanya kellijaksanaan Menteri Parpostel yakni Sapta Pesona. Dengan dasar ini apakah dapat dimungkinkan obyek wisata Pantai Pangandaran dan potettsi yang ada dapat diangkat ntenjadi salah satu paket obyek wisata tingkat internasional atnu untuk wisatawan mnncanegara. Obyek wisata Pantai Pangandaran tnerupaan salnh satu obyek wisata di wilayah Kahnpaten Dati II Ciamis Propinsi Jawa Barat yang mempunyai lokasi yang sangat bra yakni di pantai selatan Pulnu Jawa dan memiliki pantai yang landai. Penelitian memputryai beberapa tujuan antara lain; mengetahui potensi obyck wisata, mengetahui samtra dan prasarana obyck wisata sebagai dasar dasar untuk pengembangan kawasan wisata Panattjung Pangandaran, dan mengetalrui kentungkinan pengembangan obyek wisata dimastz mendatang. Sektor pariwisata di Indonesia merupakan salah satu sektor ekonomi jasa yang memiliki prospek ccrah, nanturt hingga dewasa ini helm memperlihatkan peratum yang sesuai dengan ;tampon di claim), proses pornbnngunan di Indonesia. Untuk mettingkatIcatt peran kepariwisataan dalam pernbangunan telah digariskan dalam PELITA IV bahwa sektor pariwisata memperoleh prioritas yang utama di samping sektor lainnya. Data Italian analisis diperolelt dari data sekander yang dihimpun dari petranggung jmvab obyek wisata Pantai Pangandaran yang berlokasi di Pananjung Pangandaran. Sebagai balm' untuk melengkapi laporan dilakukan pengamatan/observasi di lapangan. Teknik analisis akan menyesuaikannya yakni dengan analisis yang sifatnya analisis deskriptif. Obyek wisata dikawasan Pananjung Pangandaran memiliki dua jenis obyek wisata, yaitu: Pantai Indah Pangandaran dan Cagar Alam /Taman Wisata Pananjung. Kawasan wisata tersebut memiliki kekayaan obyek wisata natural , kultural dan buatan manusia, dengan demikian kawasan tersebut akan memberikan dukungan untuk dilaksanakan pengembangan dan juga adanya tahun kunjungan wisata 1991 dan tahun kunjungan ASEAN.
Pengaruh Aktivitas Masyarakat terhadap Kerusakan Hutan Mangrove di Rarowatu Utara, Bombana Sulawesi Tenggara Wa Alimuna; Sunarto Sunarto; Sigit Heru Murti
Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (206.305 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13332

Abstract

ABSTRAK Hutan mangrove penting keberadaannya karena memberikan fungsi ekologi dan fungsi ekonomis bagi kehidupan masyarakat pesisir. Kerusakan hutan mangrove yang terjadi bersumber dari perilaku masyarakat untuk membuka lahan tambak, budidaya perikanan, dan penebangan liar karena semakin besarnya permintaan terhadap produksi kayu. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengkaji tingkat kerusakan hutan mangrove; 2) mengkaji aktivitas masyarakat yang mempengaruhi kerusakan hutan mangrove; 3) mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas masyarakat terhadap kerusakan hutan mangrove; 4) mengkaji peran serta masyarakat dalam mengelola hutan mangrove. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survei melalui wawancara dengan menggunakan kuisioner. Analisis data menggunakan tabel silang, kemudian hasilnya dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui perhitungan INP (Indeks Nilai Penting) diketahui bahwa jenis vegetasi mangrove yang mendominasi dan memiliki peranan penting pada hutan mangrove di Desa Watumentade adalah jenis Bruguiera gymnorrhiza (tingkat semai (92,21), tingkat sapihan (87,98), dan tingkat pohon (139,84)), dan di Desa Tunas Baru adalah jenis Rhizophora mucronata (tingkat semai (67,52), tingkat sapihan (73,52), dan tingkat pohon (80,88)). Aktivitas masyarakat yang mempengaruhi terjadinya kerusakan hutan mangrove meliputi kegiatan pertambakan, dan penebangan liar yang digunakan sebagai kayu bakar dan bahan bangunan. Faktor-faktor kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi ativitas masyarakat meliputi pendidikan formal, pengetahuan, dan pendapatan masyarakat. Faktor tingkat pendidikan, pengetahuan (fungsi dan manfaat hutan mangrove, kerusakan hutan mangrove, dan pencegahan kerusakan hutan mangrove), dan pendapatan berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat dalam bentuk penggunaan lahan pertambakan yang menyebabkan kerusakan terhadap hutan mangerove. Peranserta masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove ditujukan oleh tindakan pencegahan kerusakan hutan mangrove, pada tingkat sedang (41,67%). ABSTRACT Presence of mangrove forest is very necessary because it serve ecological and economical functions to beach inhabitants’ life. Mangrove forest was damaged as result of inhabitants’ behavior to open embankment area, fishing, and illegal logging due to big demand for wood products. Objectives of research were (1) to study damage rate of mangrove forest; (2) to study inhabitants’ activity affecting damage of mangrove forest; (3) to study factors having effects of inhabitants’ activity on damage of mangrove forest; (4) to study roles of inhabitants in cultivating the mangrove forest. Methods used in this research were survey methods through interview using questionnaires. Data were analyzed by using cross-tables, the results were analyzed descriptively. Results of research indicated that, from calculation of INP (Important Value Index), it was known that types of mangrove vegetation dominating and having important role in mangrove forest in Watumentade Village were types of Bruguiera gymnorrhiza (rate of seedling (92.21), rate of sapling (87.98), and rate of trees (139.84)); and in Tunas Baru Village were types of Rhizophora mucronata (rate of seedling (67.52); rate of sapling, (73.52); and rate of trees (80.88)). Inhabitants’ activity affecting damage of mangrove forest included activity of embankment, and illegal logging used as firewood and building materials. Factors of social-economic condition affecting inhabitants’ activity included formal education, knowledge, and inhabitants’ income. Factors of educational level, knowledge (function and benefit of mangrove forest) and income affected inhabitants’ activity in uses of embankment area were causing damage of mangrove forest. Inhabitants’ role in cultivating mangrove forest was aimed by mangrove forest damage prevention at medium rate (41.67%). 
Analisis Laju Sedimen DAS Serayu Hulu dengan Menggunakan Model SWAT Nugroho Christanto; Muhammad Anggri Setiawan; Afid Nurkholis; Saidah Istiqomah; Junun Sartohadi; M Pramono Hadi
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3251.047 KB) | DOI: 10.22146/mgi.32280

Abstract

Wilayah DAS Serayu Hulu merupakan DAS prioritas yang memerlukan langkah pengelolaan yang komprehensif. Aplikasi model Soil and Water Assessment Tool (SWAT) dapat digunakan sebagai media untuk  perencanaan konservasi ataupun evaluasi respon DAS (debit aliran permukaan, sedimen dan pencemaran sungai). Tujuan utama dari penelitian ini adalah menjalankan model SWAT di DAS Serayu Hulu untuk mengetahui laju sedimen di wilayah ini. Pemodelan SWAT membutuhkan sejumlah input parameter berupa relief, tanah, tutupan lahan dan pengelolaan lahan. Pedogeomorfologi digunakan sebagai batas satuan tanah karena tidak tersedianya peta tanah di wilayah penelitian. Hasil Penerapan model SWAT di DAS Serayu Hulu menghasilkan nilai yang cukup memuaskan, hal ini ditunjukkan nilai R2 mencapai 0,94. Hasil pemodelan SWAT dengan menggunakan data selama 10 tahun (2004-2013) menunjukkan bahwa DAS Serayu Hulu memiliki rerata hasil sedimen sebesar 1.926.900 ton/tahun. Sub DAS 8,9 11, 17, 18, dan 19 merupakan penghasil sedimen tertinggi di DAS Serayu Hulu dengan hasil sedimen 43.931– 121.434 ton/ha/tahun.
Dampak Konservasi Lahan terhadap Lingkungan Lahan Pertanian dan Strategi Adaptasi Petani di Kecamatan Mejayan , Madiun Agus Eko Raharjo Pepekai; Lutfhi Muta’ali; Su Rito Hardoyo; Sudrajat Sudrajat; Rika Harini
Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4139.202 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13070

Abstract

ABSTRAK Penetapan Kecamatan Mejayan sebagai ibu kota Kabupaten Madiun mendorong perkembangan wilayah Kecamatan Mejayan semakin cepat. Hal ini ditunjukan oleh meningkatnya kebutuhan lahan terbangun, sehingga mendorong terjadinya konversi lahan pertanian yang intensif. Berdasarkan hal tersebut maka tujuan yang hendak dicapai adalah :1) mengkaji dampak konversi lahan pertanian terhadap kondisi lingkungan lahan pertanian serta kondisi sosial ekonomi petani; 2) mengkaji bentuk strategi adaptasi yang dilakukan petani dalam menghadapi konversi lahan pertanian; 3) mengkaji pengaruh konversi lahan terhadap strategi adaptasi petani. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pengambilan sampel secara proporsional dari masing masing-masing status petani. Jumlah sampel sebanyak 96 responden terdiri dari 46 responden petani pemilik lahan, 31 responden petani penggarap, 19 responden buruh tani. Data yang digunakan terdiri dari data primer berupa kuisioner dan wawancara mendalam serta data sekunder dari instansi terkait. Metode analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, dengan uji statistik chi kuadrat dan koefisien kontigensi. Hasil penelitian menunjukan konversi lahan pertanian di Kecamatan Mejayan berdampak negatif terhadap lingkungan lahan sawah, antara lain semakin berkurangnya lahan usahatani, kerusakan saluran irigasi, serta menurunnya kesuburan tanah akibat sampah rumahtangga. Terdapat perbedaan bentuk strategi adaptasi dari masing-masing rumahtangga petani diantaranya 56,5 % pemilik lahan menerapkan strategi akumulasi, 87,1 % petani pengarap menerapkan strategi konsolidasi dan 84,2% dari buruh tani menerapkan strategi survival. Faktor kondisi sosial ekonomi dengan nilai koefisien kontigensi 0,557 dan kepemilikan aset dengan nilai koefisien kontigensi 0,462 berpengaruh secara nyata terhadap bentuk strategi adaptasi petani, di antara kedua faktor tersebut status kondisi sosial ekonomi lebih kuat pengaruhnya terhadap bentuk strategi adaptasi petani. ABSTRACT The determination district of Mejayan to be capital city of Madiun regency encourages the fast development of district Mejayan. It is evidenced by the increasing needs of undeveloped land, so that encourage the intensive conversion of agricultural land. According to the situations, there are two goals to be reached: 1) to assess the impact of the conversion agricultural land to the environmental condition of agricultural land as well as socio-economic conditions of farmers; 2) to analyze what strategies adaptation of the farmers in facing the conversion of agricultural land; 3) to analyze the effect of conversion land to the farmer adaptation strategies. This study has a survey method by taking a proportional sampling of each farmer status individually. The total samples of 96 respondents are 46 respondent peasant land owners, tenant farmers 31 respondents, and 19 respondents laborer. The data use consists of primary data, in a questionnaires and in-depth interviews, then secondary data from relevant agencies. Methods of data analysis use a quantitative descriptive analysis, the chi squared test and contingency coefficient. The results show conversion of agricultural land in the district of Mejayan has a negative effect to the wetland environment, such as the less land farming, irrigation canals damage, and declining soil fertility due to household waste. There are different adaptation strategy of each farm household; 56.5% land owner applying accumulation strategies, 87.1% of tenant farmers implementing consolidation strategies and 84.2% of farm workers applying survival strategies. The condition of socio-economic with contingency coefficient value 0.557 and the ownership assets with a contingency coefficient value 0,462 influence really to the farmer adaptation strategies, in both factors status socio economic condition give a stronger influence to the form of farmer adaptation strategies.
Pengaruh Kerapatan Vegetasi Penutup Lahan terhadap Karakteristik Resesi Hidrograf pada Beberapa Subdas di Propinsi Jawa Tengah Dan Propinsi DIY Bokiraiya Latuamury; Totok Gunawan; Slamet Suprayogi
Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.591 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13418

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Propinsi Jawa Tengah dan Propinsi DIY, dilatarbelakangi oleh penurunan daya dukung lingkungan seperti rusaknya kawasan hutan dan berkurangnya luas tutupan lahan hutan, yang dapat mempengaruhi perilaku aliran air. Dengan adanya perubahan tutupan lahan akan berdampak pada berubahnya sifat-sifat hidrologi seperti koefisien aliran, debit dan karakteristik hidrograf aliran. Indikator kerusakan hutan dapat dilihat dari karakteristik hidrograf. Evaluasi respon DAS berupa hidrograf aliran akibat adanya perubahan penutup lahan menjadi sangat penting untuk dianalisis karena merupakan tolok ukur dalam setiap penentuan kebijakan terkait dengan penanganan banjir dan tanah longsor. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk (1). mengkaji karakteristik kerapatan vegetasi penutup lahan dan keterkaitannya dalam ekosistem DAS, (2). mengkaji karakteristik aliran dasar (koefisien resesi)  pada beberapa sub-DAS tersebut, dan (3). menganalisis pengaruh kerapatan vegetasi penutup lahan terhadap karakteristik hidrograf aliran khususnya aliran dasar pada sub DAS yang diteliti. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei data sekunder pada rekaman data AWLR/SPAS untuk analisis resesi hidrograf dan koefisien resesi (Krb), dan interpretasi citra Landsat ETM+ untuk transformasi indeks vegetasi NDVI dikorelasikasi dengan data kerapatan vegetasi untuk mempresentasikan karakteristik kerapatan vegetasi. Selanjutnya hasil transformasi indeks vegetasi NDVI kemudian diujikorelasikan dengan karakteristik resesi (koefisien resesi) untuk menganalisis pengaruh kerapatan vegetasi penutup lahan terhadap karakteristik resesi hidrograf. Hasil uji statistik NDVI dengan koefisien resesi menunjukkan terdapatnya korelasi antara nilai NDVI dan koefisien resesi pada R2 = 0,1427, F = 2.17 tidak berpengaruh nyata pada taraf signifikan 1% sebesar 0.1646 (lampiran 1.2b). Analisis korelasi antara variabel independen (NDVI penutup lahan) dengan variabel dependen (koefisien resesi) memiliki korelasi sangat lemah sebesar 0,077. Hasil ini menunjukkan bahwa parameter kerapatan vegetasi NDVI sangat lemah untuk mengontrol keberadaan aliran-aliran rendah. Karena besarnya simpanan (storage) airtanah tergantung pada besarnya air yang mencapai akuifer. Setelah sumbangan air pada akuifer terhenti, maka air yang tertampung di akuifer akan mengalami pengatusan yang besarnya tergantung kondisi akuifer tersebut. Gerakan air pada akuifer disebabkan oleh gaya gravitasi, kecepatan dan jumlahnya terutama dipengaruhi oleh karakteristik batuan. Karakteristik batuan mempengaruhi pergerakan airtanah, diketahui dari daya hantar hidrolik batuan tersebut.  ABSTRACT This research was conducted in Central Java and DIY province, as a respond to the decrease of environment capacity such as forest destruction and widespread loss of forest land cover which affect water flow behavior. Land cover change will affect the hydrological properties such as coefficient, rate, and hydrograph characteristics of flow. The indicators of forest destruction can be seen through hydrograph characteristics. Flow hydrographic as an evaluation of river catchment responses to land cover change becomes very important to analyze because it is a benchmark in determination any policy about flood and landslide handling. Therefore, the aims of this study are: (1) to examine the characteristic of land cover vegetation density and its association in river catchment ecosystem, (2) to examine base flow characteristics (coefficient of recession) at these river catchments, and (3) to analyze the influence of land cover vegetation density on flow’s hydrograph characteristic, especially base flow at river catchments. The method used in this research is secondary data survey on AWLR/SPAS data record in order to analyze hydrograph recession and coefficient of recession (Krb), and to interpret ETM Landsat image for NDVI vegetation index transformation for the characteristic of vegetation density. The results of NDVI vegetation index transformation then tested it’s correlated with recession characteristics (coefficient of recession) to analyze the influence of land cover vegetation density on hydrograph recession characteristic. The results showed there is an average value of vegetation density (NDVI) for the river catchments and most of it has mediocre vegetation density level with the percentage of land cover vegetation less more than 30%. Most of base flow recession characteristic (coefficient of recession) lay on relatively high range, i.e. 0.661 to 0.980. Correlation analysis between independent variable (land cover NDVI) with dependent variable (coefficient of recession) is very weak, only 0.077. This result shows that the parameter of NDVI vegetation density can be combined with aquifer formation to control the existence of lower flow. Because the magnitude of soil water storage is depend on water volume that reach the aquifer, the arrangement of optimal hydrogeology condition along dry season (no rain season) depend on geological aquifer condition. 
EVALUASI PETA DISTRIBUSI STASIUN PELAYANAN BAHAN BAKAR UMUM (SPBU) PERTAMINA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Mas Sukoco
Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (507.156 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13227

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka mengevaluasi stasiun pelayanan umum bahan bakar umum khususnya bensin (SPBU) yang merupakan program paling bawah dari tugas Pertamina, khususnya Direktorat Perbekalan dan Pemasaran Dalam Negeri (Dit PPDN). Evaluasi secara deskriptif dilakukan dengan melihat distribusi SPBU-SPBU yang ada di seluruh daerah pemasaran dengan pendekatan analisis peta distribusi SPBU, pada skala 1: 200.000 (dan inset peta Kotamadya Yogyakarta skala lebih kecil), terutama mengevaluasi pola persebaran SPBU-SPBU tersebut.Dari peta yang dihasilkan yang menggambarkan lokasi SPBU-SPBU di Daerah Istimewa Yogyakarta, terlihat bahwa pengelompokan yang paling menonjol terdapat di Kotamadya Yogyakarta, terutama dibagian utara yang relatif lokasinya mendekati pusat-pusat pelayanan masyarakat yang lainnya, misalnya Perguruan Tinggi baik negeri maupun swasta dan juga pusat pelayanan rumah sakit, terminal bus. Omzet SPBU yang ada secara keseluruhan menjual sebanyak 608 kilo liter per hari untuk mensuplai sebanyak 512.532 jumlah kendaraan bermotor berbagai jenis (termasuk kendaraan bermotor pengguna solar). Omzet sebanyak tersebut menurut Pertamina menganggap cukup. Penambahan jumlah SPBU dapat saja dilakukan, namun perlu memikirkan masalah penyebaran yang relatif merata secara proporsional, terutama pada daerah Kabupaten Bantul,Kabupaten Gunung Kidul yang relatif masih belum tersebar dengan baik. Pendirian SPBU di sekitar jalan Lingkar Utara dianjurkan terutama untuk melayani kendaraan antar kota dan antar propinsi yang keluar masuk Kota Yogyakarta.
Identifikasi Ketidaksesuaian Peruntukan Ruang Kawasan Lindung Sempadan Sungai Pedindang di Kota Pangkalpinang Agung Ferianda; Bakti Setiawan
Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2348.947 KB) | DOI: 10.22146/mgi.15631

Abstract

PERANAN KAMPUS SEBAGAI PEMICU URBANISASI SPASIAL DI PINGGIRAN KOTA YOGYAKARTA Rini Rachmawati; R. Rijanta; Leksono Probo Subanu
Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.13266

Abstract

ABSTRAK Urbanisdsi spasial dapat dilihat dari gejala perubahan pernanfaatan ruang dari bersifat kedesaan menjadi kekotaan. Urbanisasi spasial di pinggiran kota salah satunya dipicu oleh keberadaan kampus. Dalam penelitian ini urbanisasi spasial ditunjukkan dengan tumbuhnya kegiatan pelayanan di sekitar kampus, yaitu pelayanan indekos (efek primer) dan selain indekos (efek sekunder). Kedua kegiatan tersebut membentuk pola perkembangan ruang yang hampir seragam yaitu tersebar di permukiman sekitar kampus dan di sepanjang sisi jalan sekitar kampus.Hal menarik untuk dikaji dart penelitian ini adalah terdapat perbedaan tingkat urbanisasi spasial pada beberapa kampus di pinggiran kota. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor; yaitu karakteristik kampus, karakteristik mahasiswa, aksesibilitas dan investasi publik. Faktor-faktor lain yang diduga berpengaruh yaitu keberadaan kegiatan lain selain kampus dan kecenderungan arah perkembangan kota.Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi pengembangan suatu kawasan dengan kampus sebagai magnit pernicunya.

Page 9 of 42 | Total Record : 411


Filter by Year

1988 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 1 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 2, No 3 (1989) Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988) Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia More Issue