cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 411 Documents
Perubahan Daya Dukung Lingkungan di Wilayah Pinggiran Kota (Kasus : Kecamatan Kecamatan yang Berbatasan dengan Kota Yogyakarta, Tahun 1990–2008) Joni Purwo Handoyo; Hadi Sabari Yunus; Sujali Sujali
Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (6724.597 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13065

Abstract

ABSTRAK Salah satu dampak perkembangan wilayah pinggiran kota adalah terjadinya perubahan daya dukung lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besaran, persebaran dan pola sebaran perubahan daya dukung lingkungan serta mengkaji keterkaitannya dengan perubahan tipology wilayah pinggiran kota. Penelitian ini dilakukan di 29 desa yang berada di 6 kecamatan yang berbatasan langsung dengan Kota Yogyakarta dengan unit analisis 'desa'. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kasus dengan karakteristik obyek penelitian yang bersifat survey analisis dan historis dengan penekanan pada pendekatan kronologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan lahan terbangun paling pesat terjadi di Desa Tirtonirmolo dan Desa Ngestiharjo (>20%). Status daya dukung lingkungan di wilayah penelitian sebagian besar masih termasuk dalam katagori sustain. Laju penurunan paling cepat terjadi di Desa Maguwoharjo dan Desa Singosaren. Fenomena ini dipengaruhi oleh faktor peningkatan lahan terbangun yang sekaligus juga menjadi faktor pengaruh paling penting terhadap perubahan tipologi desa-desa pinggiran Kota Yogyakarta. ABSTRACT  The one of regional development impact in urban fringe area is the change of environmental carrying capacity. This research aims to know about magnitude value, desperation and distribution patternsof the change ofenvironmental carrying capacity and also to examining that relation with the change of urban fringe regional topology. This research is conducted in 29 villages in 6 sub-districts that are directly adjacent to Yogyakarta city with the unit of analysis is ''village ''. This research categorized the case research with the characteristic of research object is analytical survey and historical method with the intens is chronological approach. The research shows that the most rapid built up land use development is in Tirtonirmolo and Ngestiharjo village (>20%). This research discovers that the status of most of environmental carrying capacity in this research area are in 'sustain ' category. The fastest deceasing magnitude rate of the environmental carrying capacity value occurs in Maguwoharjo and Singosaren village. This phenomena are influent by increasing of built up land use and also the most important factor towards change of rural.fringe typology of Yogyakarta City.
PENENTUAN TINGKAT KEKERINGAN LAHAN BERBASIS ANALISA CITRA ASTER DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Alfian Pujian Hadi; Projo Danoedoro; Sudaryatno Sudaryatno
Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1409.011 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13400

Abstract

ABSTRAK Kekeringan lahan yang melanda suatu daerah menimbulkan dampak yang besar terhadap produktivitas lahan pertanian. Terjadinya kekeringan ini disebabkan oleh defisit air akibat kurangnya hujan yang jatuh, laju infiltrasi air yang tinggi serta jenis tanaman yang tidak sesuai dengan ketersediaan air. Untuk meminimalkan dampak yang terjadi akibat kekeringan lahan maka perlu dilakukan antisipasi dengan mengetahui defisit dan surflus air lahan melalui data curah hujan serta kemampuan tanah menahan air (water holding capasity). Untuk keperluan analisis kekeringan lahan dapat menggunakan citra penginderaan jauh dan neraca air lahan sebagai pengetahuan awal guna perencanaan antisipasi kekeringan lahan sehingga kebutuhan air bagi tanaman dapat terpenuhi setiap saat. Penelitian ini dilakukan di sebagian wilayah Kabupaten Gunung Kidul. Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengkaji akurasi berbagai saluran TIR Citra Aster untuk mendapatkan informasi sebaran suhu permukaan, (2) Mengkaji sebaran kekeringan melalui indeks TVDI (Temperature Vegetation Dryness Indeks) yang diekstrak dari suhu permukaan (Land Surface Temperature) dan indeks NDVI. (3) Mengkaji tingkat kekeringan lahan dengan menggunakan metode Thornthwaite-Mather,  (4) Mengkaji pola tanam yang sesuai diterapkan di wilayah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran 13 Citra Aster memiliki akurasi paling tinggi jika dibandingkan dengan saluran 10,11,12, serta 14 Citra Aster karena memiliki selisih paling kecil dengan suhu permukaan lapangan. Berdasarkan analisis RMS difference diperoleh nilai 1,140. Luas sebaran kekeringan berdasarkan indeks TVDI pada seluruh penggunaan lahan dengan tingkat kekeringan tinggi, sedang dan rendah masingmasing melanda daerah seluas 2.922,8 Ha (4,6%), 20.286,16 Ha (32,11%) serta 39.962,72 Ha (63,26%). Dari total luas 2.922,8 Ha lahan yang dilanda kekeringan dengan tingkat kekeringan tinggi (kering/kurang air) seluas 2.069,47 Ha merupakan sawah tadah hujan. Analisis hubungan indeks TVDI dengan kadar lengas tanah menunjukkan hubungan yang tidak terlalu kuat  sebesar 53,7%. Tingkat kekeringan lahan dengan analisis neraca air Thornthwaite-Mather menunjukkan indeks kekeringan (aridity index) berada dalam tingkat kekeringan sedang dan berat. Kekeringan sedang terjadi pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Giriwungu (Panggang), Kedung Keris, Gedangan serta sebagian Playen. Kekeringan berat terjadi pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Wonosari, Tepus dan sebagian Playen.  Pola tanam berdasarkan agroklimat Oldeman dikelompokkan ke dalam pola tanam Padi Gogo (Palawija) -Palawija - Bero, Padi sawah - Palawija - Bero, Palawija – Palawija - Bero. Pola tanam Padi Gogo (Palawija)-Palawija-Bero diterapkan di sawah tadah hujan dan tegalan pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Tepus dan Panggang dengan musim tanam 1 terjadi bulan Oktober–Januari dan musim tanam 2 terjadi pada bulan Februari-Mei, pola tanam Padi Sawah-Palawija-Bero diterapkan di sawah dan sawah tadah hujan pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Wanagama (Playen), Kedung Keris dan Gedangan dengan musim tanam 1 terjadi pada bulan November-Februari dan musim tanam 2 terjadi pada bulan Maret-Juni sedangkan pola tanam Palawija-Palawija-Bero diterapkan di kebun campuran pada satuan lahan yang terpengaruh stasiun hujan Kedung Keris, Panggang, Playen, Gedangan, serta Wonosari untuk sawah tadah hujan dimana musim tanam 1 terjadi pada bulan November-Februari dan musim tanam 2 terjadi pada bulan Maret-Juni.ABSTRACT Dryness of farm knocking over an area to generate big impact to agricultural land productivity. The happening of this dryness because of water deficit as result of lack of falling rain, high water infiltration velocity and crop type which unmatched to water availability. Minimization of Impact to happened as result of dryness of farm hence need to be done anticipation given the deficit and surflus farm water through rainfall data and ability of soil land ground arrest detains water (water holding capasity). For the purpose is required dryness analysis of farm with using remote sensing image and farm water balance as initial knowledge utilized planning of anticipation of dryness of farm so that amount of water required for crop can fufilled every when. This research done in this part of gunung kidul regency, purpose of this research is : (1) Studies accuration various channels TIR image Aster to get information as of land surface temperature (2) Studies of dryness through index TVDI (Temperature Vegetation Dryness Indeks) extract from surface temperature (Land Surface Temperature) and index NDVI. ( 3) Studies level of dryness of farm by using method Thornthwaite-Mather, (4) Studies cropping pattern appropriate is applied in research region. Result of research indicates that channel 13 images Aster had highest accuration if it is compared to channel 10,11,12, and 14 images Aster because having smallest difference with field surface temperature. Based on analysis RMS difference is obtained by value 1,140. Wide as of dryness based on index TVDI at all land use with level of high dryness, knocking over each low and medium area with a width of 2922,8 Ha (4,6%), 20286,16 Ha (32,11%) and 39962,72 Ha (63,26%). From wide total 2922,8 Ha farm knocked over by dryness with level of high dryness (less water) with a width of 2069,47 Ha is wet ricefield dependant to rain. Analysis the relation of index TVDI with soil moisture rate shows rapport that is overweening not equal to 53,7% Level of dryness of farm with water balance analysis Thornthwaite-Mather shows dryness index (aridity index) stays in level of medium dryness and weight. Dryness is happened at land unit affecting station of rain Giriwungu (Panggang), Kedung Keris, Gedangan and some of Playen. Dryness of weight happened at land unit affecting station of rain Wonosari, Tepus and some of Playen. Cropping pattern based on agroklimat Oldeman is grouped into cropping pattern Padi Gogo (Palawija)-Palawija-Bero, Padi Sawah-Palawija-Bero, Palawija-Palawija-Bero. Cropping Pattern (Palawija)-PalawijaBero is applied in wet ricefield dependant to rain and non irigated dry field at land unit affecting station of rain Tepus and Panggang with planting season 1 happened OktoberJanuary and planting season 2 happened in Februari-May, cropping pattern Padi SawahPalawija-Bero is applied in rice field and wet ricefield dependant to rain at land unit affecting station of rain Wanagama ( Playen), Kedung Keris and Gedangan with planting season 1 happened in November-February and planting season 2 happened in Maret-Juni while cropping pattern Palawija-Palawija-Bero is applied in blend garden at land unit affecting station of rain Kedung Keris, Gedangan, Playen, and Wonosari for wet ricefield dependant to rain where planting season 1 happened in November-February and planting season 2 happened in March-June.
ASPEK SOSIAL EKONOMI DAN PENYERTIFIKATAN TANAH (KASUS DAERAH KECAMATAN SALAM KABUPATEN SLEMAN) Su Ritohardoyo
Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.13215

Abstract

ABSTRAK Pemilikan tanah sangat rawan terhadap terjadinya sengketa di masyarakat perkotaan maupun perdesaan. Konsekuensinya, pemilik tanah sangat mutlak memiliki sertifikat tanah. Namun demimian, banyak tanah di perdesaan belum atau tidak bersertifikat, akibat sebagian besar pemilik tanah menghadapi banyak kendala sosial ekonomi untuk mensertifikatkan tanah. Pemasalahan ini mendasari tujuan pene,itian untuk mengungkap keterkaitan dengan faktor-faktor sosial ekonomi pemegang hak tanah dengan minat penyertifikatan tanah yang dikuasai, antar daerah yang berbeda aksesbilitasnya terhadap kota. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Salam menggunakan metode survei. Responden penelitian adalah kepala keluarga (KK) penguasa tanah baik yang sudah atau belum memiliki sertifikat tanah. Penentuan sampel secara quota sampling berdasar tingkat aksesbilitas desa terhadap kota. Jumlah sampel responden secara total 120 KK, yang diambil 60 KK di setiap sampel desa yang berbeda aksesbilitas. Data identitas sosial ekonomi rumah tangga, persepsi tentang sertifikat tanah, dan minat untuk mensertifikatkan tanah, dikumpulkan menggunakan teknik wawancara terstruktur. Analisis data menggunakan uji statistic analisi regresi ganda dan uji beda rata-rata yakni uji ‘t’. Hasil penelitian menunjukkah bahwa luas tanah hak rakyat yang bersertifikat baru sekitar 58 persen. Pelaksanaan program penyertifikatan tanah secara masal belum sepenuhnya berhasil, ditunjukkan dari tanah bersertifikat di daerah aksesbilitas rendah, lebih sedikit (29%) daripada di daerah aksesbilitas tinggi (71%). Tingkat pengetahuan masyarakat tentang sertifikat tanah, sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan di setiap daerah yang berbeda aksesbilitas. Tingkat persepsi masyarakat terhadap biaya pengurusan dan waktu penyelesaian sertifikat tanah, secara keruangan bervariasi. Pengaruh tingkat pendidikan terhadap persepsi, hanya berlaku pada masyarakat di daerah aksesbilitas rendah; sedangkan pengaruh faktor tingkat pengetahuan tentang sertifikat terhadap persepsi, berlaku di daerah aksesbilitas tinggi. Keragaman minat masyarakat mensertifikatkan tanah sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor ekonomi, antara lain tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan tentang sertifikat tanah, serta persepsi tentang biaya pengurusan dan waktu penyelesaian tanah. Secara spasial faktor pendidikan paling berpengaruh terhadap minat mensertifikatkan tanah di daerah aksesbilitas rendah; sedangkan faktor tingkat pengetahuan tentang sertifikat paling berpengaruh terhadap minat mensertifikatkan tanah di daerah aksesbilitas tinggi. 
Kajian Klasifikasi Berbasis Obyek untuk Pemetaan Bangunan yang Berisiko Gempabumi di Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta Lewi Ristiyono; Projo Danoedoro; Muh Aris Marfai
Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3894.628 KB) | DOI: 10.22146/mgi.15624

Abstract

PENGGUNAAN GPS UNTUK MENGUKUR ARAH DAN KECEPATAN ARUS PERMUKAAN LAUT (STUDI KASUS DI PANTAI UTARA PROVINSI JAWA TENGAH) Nurul Khakim
Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.13260

Abstract

ABSTRAK Teknologi GPS (Global Positioning System) telah banyak digunakan orang di seluruh dunia, mulai dari aplikasi-aplikasi ilmiah maupun untuk kepentingankepentingan yang sifatnya rekreatif yang menuntut informasi posisi dan kecepatan. Penggunaan teknologi GPS dalam bidang Icelautan seperti halnya mengukur arah dan kecepatan anus permukaan sudah mulai banyak diaplikasikan. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pengukuran dan pemetaan arah dan kecepatan arus permukaan laut di beberapa tempat di pantai utara Provinsi Jawa Tengah menggunakan teknologi GPS. Pada prinsipnya, pengukuran arah dan kecepatan arus permukaan law dengan GPS adalah mengamati dan menentukan posisilkoordinat dari pergerakan pelampung yang bergerak bebas yang dilepas di atas permukaan air laut dengan berbasiskan pada pengamatan ke satelit GPS. Metode yang digunakan adalah metode penentuan posisi secara absolut (absolute/point positioning) yang merupakan metode penentuan posisi yang paling mendasar dari GPS. Karena posisi titik-titik yang ditentukan bergerak maka metode yang digunakan adalah metode absolut dalam moda kinematik. Yang dimaksud dengan metode absolut dalam moda kinematik adalah menentukan posisil koordinat titik target di atas permukaan bumi yang bergerak berdasarkan jaraknya dari beberapa satelit (GPS) sekaligus. basil penelitian ini adalah seperangkat data koordinat posisi pergerakan pelampung di beberapa tempat di pantai utara Provinsi Jawa Tengah dalam format UTM (Universal Transverse Mercator) sebagai dasar dalam menentukan arah dan kecepatan anus serta penyajiannya dalam bentuk peta.
Sebuah Pandangan Mengenai Mater! Pelajaran Geografi Di Pra-Perguruan Tinggi = An idea on Geography Subject at the Pre-University R. Bintarto
Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (212.115 KB) | DOI: 10.22146/mgi.5264

Abstract

Education of geography for SLTA students (secondary school) is aimed at teaching students to behave as members of a modern Indonesian society with self-confidence and capable of solving a variety of daily-life problems both at pesent and in the .future. Some problems which arise in the Indonesian society are both of a social and physical nature. For that reason, attention should be paid to these problems in the reaching and learning materials for the SLTA, especially during the geography lessons. Moreover, geography based on the study of social and physical phenomena on a national and international level, should widen the scope of perception of the students. Concerning the criteria for lesson materials, on the one hand the geography subject should comply with the SLTA. curriculum and on the other hand, the physical and human aspects of the subject should reflect daily life realities. The materials should be taught as a whole package, not as separated fragments of physical and human aspects, to satisfy the geographical paradigm. Another aspect which should be given due consideration, is the continuation of the geography education from nursery school up to the university, with the teaching materials adjusted to the respective school levels. A well-designed balance of geography education in the school curricula and lesson materials is thought to intensify logical deductive thinking and stimulates character development of the students. It is therefore the right moment for geography teachers to reconsider the geography education in the SLTA curriculum, to improve the teaching package whenever necessary and publish books on geography topics.
PENAJAMAN DAN KEJELASAN OBJEK KAJIAN DALAM DISIPLIN ILMU GEOGRAFI Suharsono Suharsono; Triton Prawira Budi
Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4778.687 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13306

Abstract

ABSTRAK Keragaman definisi geografi mengindikasikan arah objek materialnya yang beragam. Kejelasan obyek material dan formal suatu disiplin &nu diperlukan untuk lebih menjamin eksistensinya. Obyek material geografi hams dapat dijabarkan sehingga tampak jelas cabang &nu geografi dan ilniu bantunya.Salah sate definisi geografi yang dapat menekankan kejelasan obyek materialnya"Geografi adalah jinni yang rnempelajari .fenotnena permukaan burnt, yaitu ruangan di permukaan bumi yang terbentuk oleh unsur geosfer ( litosfer, attnosfer, hidrosfer, pedosfer, biosfer, dan antroposfer). yang benipa wilayah dan isi wilayah, dipelajari dengan pendekatan keruangan, ekologikal, dan kompleks wilayah untuk keperluan pengelolaan wilayah".
Kerentanan Masyarakat Perkotaan terhadap Bahaya Banjir di Kelurahan Legok, Kecamatan Telanipura, Kota Jambi Dian Adhietya Arif; Sri Rum Giyarsih; Djati Mardiatna
Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1951.801 KB) | DOI: 10.22146/mgi.29779

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memetakan bencana banjir serta menganalisis kerentanan fisik dan sosial ekonomi masyarakat perkotaan terhadap bencana banjir di Kelurahan Legok, Kecamatan Telanipura, Kota Jambi. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Data yang digunakan dalam penelitian ini  terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh melalui observasi lapangan dan wawancara terstruktur dengan panduan kuesioner, sedangkan data sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen melalui instansi terkait yang berkompeten. Wawancara dilakukan terhadap 90 rumah tangga yang diambil dengan metode simple random sampling dari 476 populasi. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan dilengkapi dengan analisis spasial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil interpolasi kedalaman banjir tahun 2004 dapat diketahui bahwa sebagian besar wilayah penelitian terkena dampak banjir dengan kedalaman maksimum mencapai 3 meter di bagian timur wilayah penelitian. Fenomena ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti kondisi topografi yang lebih rendah dibandingkan wilayah lainnya, terjadi penyempitan sungai dan kotornya saluran sungai sehingga menghambat air yang mengalir ke outlet utama. Penelitian ini juga menemukan bahwa tingkat kerentanan fisik tinggi ditemukan sebanyak 35 bangunan, kerentanan fisik sedang sebanyak 46 bangunan, dan kerentanan rendah sebanyak 9 bangunan. Tingkat kerentanan sedang hingga tinggi mendominasi wilayah penelitian karena jenis bangunan berupa bangunan non tembok. Temuan penelitian yang lain adalah kerentanan sosial ekonomi lebih tinggi ditemukan pada elemen tingkat pendidikan dengan sebagian besar tingkat berpendidikan rendah yaitu sekolah dasar (SD) (44,4%) dan elemen penduduk rentan karena usia lanjut dan anak-anak sebanyak 30,4%.     Abstract.This research aimed to map flood hazard as well as to analyze the physical and socioeconomic vulnerability of the urban community to floods in Legok Sub-district, Telanipura District, Jambi City. It employed a quantitative descriptive method and used both primary and secondary data. The primary data were obtained from field observation and questionnaire-assisted structured interview, while the secondary data were acquired from documents published by relevant competent institutions. The interviews involved 90 households that were selected with simple random sampling from 476 population. Data processing and analysis were performed in a quantitative descriptive manner and complemented with spatial analysis. Based on the interpolation of flood depth in 2004, most of the research area was affected by floods with a maximum depth of 3 m in the east. Such impact was caused by several factors like lower topographic condition, river narrowing, as well as dirty and clogged tributaries that inhibited water flow to the main outlet. This research also found high, medium, and low physical vulnerability in 35, 46, and 9 buildings, respectively. The medium and high physical vulnerabilities were identified in most of the research area due to the predominance of non-walled buildings. Another research finding was a higher socioeconomic vulnerability among the low-educated people (i.e., elementary school, 44.4%) and vulnerable groups (i.e., elderly and children, 30.4%). 
Evaluasi Penataan Kawasan Permukiman Kumuh (Studi Kasus: Program Peremajaan Kawasan Tegalpanggung di Kota Yogyakarta) Bani Putri Yulianti; M. Baiquni; Su Ritohardoyo; Hadi Sabari Yunus; Bakti Setiawan
Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (4287.437 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13088

Abstract

ABSTRAK Peningkatan jumlah penduduk pada wilayah Kota Yogyakarta menimbulkan semakin banyak permasalahan permukiman yang ditimbulkan. Permukiman kumuh merupakan salah satu permasalahan permukiman yang ada di Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta. Sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut maka pemerintah Kota Yogyakarta menata dan meremajakan kembali prasarana lingkungan kawasan yang berada di bantaran sungai Code termasuk di permukiman kumuh Tegalpanggung yang sudah terbentuk secara organis dalam waktu yang lama. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa kondisi lingkungan sebelum dan pasca penataan kawasan di daerah Tegalpanggung dan menganalisa keberhasilan terhadap program penataan kawasan Tegalpanggung menurut persepsi masyarakat setempat. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode survey dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) kepada 40 responden. Penentuan sampel digunakan metode penelitian sampling (sampling method), dengan jenis teknik sampling yang digunakan adalah pengambilan sampel secara acak (random sampling). Dalam melakukan analisis terhadap dampak relokasi digunakan metode before after comparation, untuk mengetahui perubahan yang terjadi. Hasil data selanjutnya dilakukan pengolahan secara metode analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Dengan analisis tersebut maka dapat diketahui tingkat signifikasi perubahan yang terjadi setelah program peremajaan yang dilakukan di Kelurahan Tegalpanggung. Hasil penelitian menunjukkan Kepuasan masyarakat terhadap pelaksanaan program Penataan dan Peremajaan Prasarana Lingkungan Permukiman Tegalpanggung adalah sebesar 56% yang berarti masyarakat menyatakan cukup puas terhadap program ini berarti menunjukkan bahwa program penataan dan peremajaan prasarana lingkungan cukup berhasil dalam memberikan nilai kepuasan terhadap masyarakat. Dari aspek sarana dan prasarana (menurut kriteria kawasan kumuh oleh Departemen PU, 2007) dapat disimpulkan sebagian besar kondisi prasarana lingkungan yang ada termasuk dalam kategori kumuh sedang. ABSTRACT Increasing the number of residents in the city of Yogyakarta, causing more and more problems posed settlements. Slum is one of the problems in existing settlements in the Village Tegalpanggung Yogyakarta. In an effort to overcome these problems, the government of Yogyakarta organize and rejuvenate the environmental infrastructure are areas along the river Code including in slums Tegalpanggung already formed organically in a long time. The aim of this study was to analyze the environmental conditions before and after the arrangement of the region in the area Tegalpanggung and analyze the success of the restructuring program Tegalpanggung region as perceived by local people. Data collection research using survey method using a questionnaire (questionnaire) to 40 respondents. The samples used research methods of sampling (sampling method), the type of sampling technique used is random sampling (random sampling). In an analysis of the impact of the relocation of the method used before after comparation, to determine the changes that occur. Results of further data processing is done by the method of qualitative and quantitative descriptive analysis. With this analysis it can be seen the level of significance of the changes that occur after rejuvenation program conducted in the Village Tegalpanggung. The results showed public satisfaction towards the implementation of the program Structuring and Environmental Infrastructure Upgrades Tegalpanggung Settlement is 56%, which means people stated quite satisfied with this program means indicates that the Setup program and renewal of environmental infrastructure is quite successful in delivering value to the community satisfaction. From the aspect of infrastructure (according to the criteria of slum areas by the Department of Public Works, 2007) can be summed up most of the environmental conditions existing infrastructure included in the category of medium slum. 
Peran Masyarakat dan Pemerintah dalam Pengelolaan Air Limbah Domestik di Wilayah Ternate Tengah Muhammad Agus Umar; Muhammad Baiquni; Su Ritohardoyo
Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (92.337 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13360

Abstract

ABSTRAK Air limbah domestik merupakan cairan buangan dari rumah tangga, maupun tempat-tempat umum lain yang mengandung bahan–bahan yang dapat membahayakan kehidupan makhluk hidup serta mengganggu kelestarian lingkungan. Pegelolaan awal terhadap air limbah yang dilakukan sebelum dibuang ke lingkungan merupakan suatu tindakan yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk : 1) Mengkaji tentang  peran pemerintah dan sistem pengelolaan air limbah domestik yang telah dilakukan oleh pemerintah Kota Ternate, 2) Mengkaji peran masyarakat dalam  pengelolaan air limbah domestik, 3) Mengkaji faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pengelolaan air limbah domestik, 4) Menyusun alternatif strategi yang dapat dijadikan solusi dalam pengelolaan air limbah domestik di Kota Ternate. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dan pengamatan langsung di lapangan. Penelitain ini dilakukan di beberapa lokasi di wilayah Kecamatan Ternate Tengah, yaitu Kelurahan Maliaro, Kelurahan Stadion, Kelurahan Gamalama dan Kelurahan Makassar Timur. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik proportional random sampling. Analisis data dilakukan dengan analisis statistik deskriptif menggunakan tabulasi silang. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa sistem pengelolaan air limbah domestik yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah saat ini yaitu mengalirkan air limbah domestik melalui jaringan drainase dengan memanfaatkan kemiringan lereng daerah setempat dan akhirnya dibuang ke badan air terdekat. Tingkat peran pemerintah dalam mengelola air limbah domestik tergolong rendah. Tingkat peran masyarakat dalam pengelolaan air limbah domestik untuk jenis balck water  tergolong tinggi, namun air limbah jenis grey water tergolong rendah. Faktor-faktor yang menjadi kendala di antaranya yaitu : 1) Belum adanya lembaga pemerintah yang secara khusus bertugas untuk mengelola air limbah domestik, 2) Pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang dampak air limbah masih rendah,  3) Keterbatasan lahan dan dana, 4) Belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang pengelolaan air limbah domestik.  ABSTRACT Domestic wastewater is liquid discharges from households, as well as other public places that contain ingredients that can harm living beings and interfere with environmental sustainability. Pegelolaan beginning of the wastewater is done before discharge to the environment is an act that can be done to preserve the environment. This study aims to: 1) Review of the role of government and a system of domestic waste water management has been done by the government of Ternate, 2) Assessing the role of communities in the management of domestic waste water, 3) Assessing the factors that become obstacles in the management of domestic waste water , 4) Develop an alternative strategy that can be used as a solution in the management of domestic waste water in the city of Ternate. The method used is survey and direct observation in the field. Of the research conducted at several locations in the District of Central Ternate, namely Maliaro Village, Village Stadium, Village Gamalama and Village East Makassar. The sampling is done by proportional random sampling technique. Data was analyzed using descriptive statistical analysis using cross tabulation. Based on the research that has been done, it is known that domestic waste water management system that has been carried out by local governments today is domestic waste water flow through the drainage network by utilizing the slope of the local area and eventually discharged into the nearest water body. The level of government's role in managing domestic waste water is low. The level of the community's role in the management of domestic waste water to the type of balck water is high, but the types of gray water waste water is low. Factors that constrain among them are: 1) The absence of a government agency specifically tasked with managing domestic waste water, 2) understanding and awareness of the impact of waste water is low, 3) Limited land and funds, 4) Absence regional regulations governing the management of domestic waste water.

Page 7 of 42 | Total Record : 411


Filter by Year

1988 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 1 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 2, No 3 (1989) Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988) Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia More Issue