cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
Majalah Geografi Indonesia
ISSN : 02151790     EISSN : 2540945X     DOI : -
Core Subject : Science,
Arjuna Subject : -
Articles 411 Documents
PENDEKATAN SEL SEDIMEN MENGGUNAICAN CITRA PENGINDERAAN JAUH SEBAGAI DASAR PENATAAN RUANG WILAYAH PESISIR (STUDI KASUS DI PESISIR UTARA PROPINSI JAWA TENGAH) Nurul Khakhim; Dulbahri Dulbahri; Djati Mardiatno; Valentina Arminah
Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (576.455 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13291

Abstract

ABSTRAK Wilayah pesisir adalah wilayah peralihan antara darat dan taut. Terdapat banyak sekali amberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, sehiagga perkernbangan wilayah pesisir emakin pesat dan kondisi ini menyebabkan konflik antara berbagai kepentingan manusia di ,ilayah tersebut. Diperlukan pengaturan ruang di wilayah pesisir untuk mengatasi konflik antar epentingan tersebut dengan menggunakan suatu pendekatan yang mempertimbangkan hubungan etiap sumberdaya dalam ekosistem wilayah pesisir dan dengan tetap memperhatikan ekosistem ersebut secara menyeluruh. Pendekatan tersebut adalah pendekatan set sedimen (sediment cell). iel sedimen adalah satuan panjang pantai yang mempunyai keseragaman kondisi fisik dengan carakieristik dinamika sedimen detain wilayah pergerakannya tidak mengganggu keseimbangan iondisi pantai yang berdekatan. Pendekatan set sedimen untuk perencanaan tats ruang pada winsipnya adalah bahwa satu unit pengelolaan adalah panjang pantai dengan karakteristik tertentu yang berkaitan dengan proses alami dan penggunaan lahan pesisir. Tujuan dart penelitian ini edalah menentukan batas set sedimen di wilayah pesisir utara Propinsi Jawa Tengah sebagai dasar penataan ruang pesisir di wilayah tersebut. Metode yang digunakan untuk menentukan sel sedimen adalah dengan interpretasi citra Landsat ETM+ tahun 2002 dan pengukuran lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di wilayah pesisir utara Propinsi Jawa Tengah terdapat 6 sel sedimen, dimana dap sel sedimen tersebut mempunyai keseragaman kondisifisik dengan karalaeristik dinamika sedimen yang berbeda dengan sedimen set lainnya. Sel sedimen-sel sedimen tersebut meliputi : Sel sedimen 1 yang dimulai dari Muara Sungai Cisanggarung sampai sebelah timur Muara Sungai Pemali, Sel sedimen 2 yang dimulai dart sebelah Timur Sungai Pemali sampai Muara Sungai Bodri, Sel sedimen 3 yang dimulai dart Muara sungai Bodri sampai Muara Sungai Wulan, Sel Sedimen 4 yang dimulai dan muara Sungai Wulan sampai pesisir utara Kabupaten Jepara, Set sedimen 5 yang dimulai dart pesisir utara Kabupaten Pea sampai Muara Sungai Kalioso Rembang, dan Sel sedimen 6 yang dimulai dart muara Sungai Kalioso sampai pesisir utara Kabupaten Rembang, Tap-flap sel sedimen dapat digunakan sebagai dasar pengaturan peruntukan ruang kegiatan pembangunan dengan memperhatikan perilaku sedimen dengan menvusun matrik keserasian kegiatan pembangunan di wilayah pesisir.
Perilaku Masyarkat Permukim Kawasan Hutan Lindung di Kabupaten Kulon Progo Soekadri .
Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (392.684 KB) | DOI: 10.22146/mgi.6751

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan suatu model pemikiran dasar tentang hubungan kausal antara manusia dengan alam lingkungan. Model yang digunakan adalah pendekatan perilaku (behavioural approaches) dengan dasar teori Persepsi Lingkungan dan Perilaku Masyarakat (enviroment perception and behaviour). Dalam konteks ini diaplikasikan pada perilaku masyarakat pemukim di kawasan hutan dataran rendah berfungsi lindung di dua desa yang berbeda aksesibilitasnya yaitu desa Hargowilis dan desa Sendangsari Kabupaten Kulon Progo. Metode yang dipergunakan adalah metode survei dengan menggunakan sampel responden yang dipilih secara acak sederhana pada masing-masing desa sebanyak 40 orang, atau jumlah total 80 orang sampel responden. Analisis data menggunakan Label frekuensi untuk hal-hal umum dan karakteristik responden, sedangkan pembuktian hipotesis menggunakan analisis korelasi parsial product moment dan koefisien korelasi ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur dasar yaitu sistem natal sosio budaya yang didukung oleh unsur pendidikan dan unsur pendorong yang berupa informasi atau penerangan tentang sumberdaya hutan lestari (konservasi) berpengaruh terhadap variasi perilaku masyarakat pada sumberdaya hutan yang bermakna pelestarian atau konservasi di dua desa yang berbeda aksesibilitasnya. Perilaku masyarakat pada desa berakses rendah (Hargowilis) terhadap sumberdaya hutan bermakna pelestarian sangat dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik lingkungan yang sulit dan terisolir. Disamping itu juga faktor pendidikan yang rendah serta penerangan yang kurang menyebabkan daya penalaran masyarakat rendah. Sebagai akibatnya masyarakat berperilaku permisif negatif terhadap keselamatan sumbedaya hutan lestari karena nilai sosio budaya masyarakat secara lokal condong berorientasi pada kebersamaan dan solideritas dalam menghadapi keadaan. Sebaliknya di desa Sendangsari yang berakses tinggi karena daya penalarannya lebih balk yang disebabkan oleh faktor pendidikan, dan ditopang oleh peran adat dan religi lokal yang mona unsur keagamaan terdapat di dalamnya ternyata mampu berpengaruh pada masyarakat untuk bersikap don berperilaku positif terhadap sumberdaya hutan yang lestari.
Kajian Status Trofik Sebagai Dasar Strategi Penataan Lingkungan di Telaga Merdada Anindya Kusumawati; Langgeng Wahyu Santosa; Suwarno Hadisusanto
Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (798.861 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13338

Abstract

ABSTRAK Telaga Merdada adalah sebuah danau kaldera di dataran tinggi Dieng. Jumlah besar vegetasi antara tanah dan air dihilangkan untuk ekspansi pertanian, terutama untuk pertanian kentang. Aplikasi pupuk di pertanian kentang di telah intensif digunakan. Kegiatan yang berlebihan ini mengekspos ekosistem air tawar di Danau Merdada, yang mengakibatkan eutrofikasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari kondisi lingkungan dari Merdada Lake, menentukan negara tropik, dan mengusulkan strategi pengelolaan lingkungan di wilayah Merdada Lake untuk mengontrol negara tropik. Sampel dikumpulkan pada tanggal 1 Agustus 2009. -3rd Lima titik sampling dalam Merdada Lake dikumpulkan di berbagai kedalaman. Pada setiap titik pengambilan sampel, transparansi air, Clorophyll-a, DO, pH, suhu, diukur. Lebih lebih, dinamika hara air dan sedimen yang diamati. Negara tropik ditentukan dengan menggunakan indeks Carlson dan OECD. Parameter kualitas tanah sekitarnya Merdada Lake diamati, termasuk topografi, permeabilitas, tekstur, struktur, dan kedalaman kolom tanah. Negara trofik dari Merdada Lake menurut konsentrasi nutrisi dan air transparansi menunjukkan bahwa Merdada Lake telah di tingkat hipertrofi, namun sehubungan dengan konsentrasi Clorophyll-dalam badan air, Merdada Lake masih dalam tingkat oligotrophic. Hasil ini menunjukkan bahwa Merdada Lake berada dalam kondisi tidak sehat. Konsentrasi tinggi nutrisi di Merdada Lake dapat menyebabkan ganggang mekar sehubungan dengan peningkatan transparansi air. Strategi yang diusulkan untuk mengurangi nutrisi di Merdada Lake adalah dengan aerasi dan penghapusan sedimen harus dipertimbangkan. Strategi yang diusulkan pengelolaan lingkungan untuk mengontrol eutrofikasi di jangka panjang adalah untuk mengelola wilayah cekungan luar dan danau riparian dengan pendekatan abiotik, biotik dan budaya. Lebih lebih, perencanaan penggunaan lahan, seperti penggunaan lahan zonasi, sehubungan dengan danau daya dukung dan peraturan pokok telah dilaksanakan.  ABSTRACT Telaga  Merdada  is  a  caldera  lake in  Dieng  plateau.  Large  amount  of vegetation  between  land  and  water  is  eliminated  for  agricultural  expansions, primarily for potatoes farming. Fertilizer application in potatoes farming on has been   intensively   used.   This   excessive   activities   are   exposing   freshwater ecosystems in Merdada Lake, which result in eutrophication. The objectives of this research were to study environmental condition of Merdada Lake, determine trophic state, and to propose the environmental management strategies in the region of Merdada Lake to control the trophic state. The samples were collected on 1st –3rd August 2009. Five sampling points within Merdada Lake were collected in various depth. At each sampling points, water transparency, clorophyll-a, DO, pH, temperature, were measured. More over, nutrient dynamics of water and sediment were observed. Trophic state was determined  by  using  Carlson index and OECD.  Parameters  of  soil  quality surrounding Merdada Lake were observed, including topography, permeability, texture, structure, and depth of soil column.Trophic state of Merdada Lake according to concentration of nutrient and water transparency shows that Merdada Lake has been in the hypertrophic level, however with respect to concentration of clorophyll-a in water body, Merdada Lake still in oligotrophic level. This results demonstrated that Merdada Lake were in unhealthy condition. High concentration of nutrient in Merdada Lake could lead  to  algae  bloom  with  respect  to  increasing  of  water  transparency.  The proposed  strategy to reduce nutrient  in  Merdada  Lake  are  by  aeration  and sediment removal have to be considered. The proposed strategy of environmental management to control eutrophication in long term is to manage the outer basin region and riparian lake by abiotic, biotic and cultural approach. More over, land use planning, such as land use zonation, with respect to lake carrying capacity and principal regulation have to be implemented.
Pengetahuan Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dalam Pemanfaatan Ruang Berwawasan Lingkungan di Kota Bengkulu Nefa Yulia; Suratman Suratman; Su Ritohardoyo
Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (3926.103 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13076

Abstract

ABSTRAK Kebutuhan pemanfaatan ruang di wilayah Kota Bengkulu terus meningkat sejalan dengan meningkatnya aktifitas masyarakat dan kegiatan sosial ekonomi yang menyertainya. Perubahan pemanfaatan ruang seringkali tidak sesuai dengan rencana tata ruang. yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengetahuan. persepsi dan partisipasi masyarakat. Pengumpulan data penelitian menggunakan metode survey. Penentuan sampel digunakan teknik multi stage random sampling. Selanjutnya dipilih sampel masyarakat secara acak (random sampling). Cara penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada tiap pertanyaan di kuesioner dan kemudian dianalisa secara deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat cenderung sedang yaitu sebesar 56 %. Persepsi masyarakat cenderung sedang yaitu sebesar 62 %. Partisipasi masyarakat cenderung sedang dengan persentase sebesar 50.4%. Semakin tinggi pendidikan. tingkat perekonomian dan peran media massa maka semakin meningkatkan pengetahuan penduduk.Semakin tinggi pengetahuan penduduk maka semakin meningkatkan persepsi dan partisipasi penduduk. Semakin meningkatnya persepsi penduduk maka partisipasi penduduk juga semakin meningkat. ABSTRACT The need to use space in the city of Bengkulu continued to increase in line with increased activity of the community and social and economic activities that accompany it. Changes in utilization of space is often not in accordance with the spatial plan. which can have negative impacts on the environment. This study aimed to analyze the knowledge. perception and participation. Data collection research using survey method. The samples used multi-stage random sampling technique. The next randomly selected community sample (random sampling). Way assessment is done by giving a score to each question in the questionnaire and then analyzed descriptively qualitative. The results showed that the knowledge society tends to moderate in the amount of 56%. Public perception tends to moderate in the amount of 62%. Community participation tends to moderate with a percentage of 50.4%.
Studi Pengembangan Pertanian Padi Sawah Organik Berdasarkan Kesesuaian Lahan dan Potensi Pupuk Organik dari Limbah Pertanian di Kecamatan Temon Kabupaten Kulon Progo Rusiyah Rusiyah; Djarot Sadharto Widiatmoko; Tukidal Yunianto
Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (480.012 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13424

Abstract

ABSTRAK Revolusi Hijau telah menimbulkan berbagai dampak negatif, baik pada lingkungan, keanekaragaman hayati pertanian, maupun sosial ekonomi masyarakat. Tujuan  penelitian ini mengkaji: 1) tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah, 2) potensi pupuk organik dari  limbah pertanian,3) karakteristik  sosial ekonomi petani, dan 4) merumuskan  strategi  pengembangan pertanian padi  sawah organik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Teknik pengambilan sampel  dengan  purposive area sampling untuk aspek fisik lahan dan purposive sampling untuk sampel petani. Teknik  pengolahan data  dengan Software LCLP, tabel frekuensi, dan analisis SWOT. Hasil penelitian dan pembahasan menggunakan analisis kuantitatif dan  kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan untuk tanaman padi sawah di daerah penelitian adalah sesuai marginal (S3) dengan luas 1.165,77 ha atau  99,11% dan tidak sesuai saat ini (N1) dengan luas 10,51 ha atau 0,89%, potensi pupuk organik dari limbah pertanian  pada  musim tanam I adalah  5.070,05 ton dan  musim tanam II adalah 3.595,04 ton, karakteristik sosial ekonomi internal petani  memiliki  kekuatan lebih baik dibandingkan karakteristik sosial ekonomi eksternal  petani bagi  pengembangan pertanian padi sawah organik di daerah penelitian, strategi pengembangan pertanian padi sawah  organik di Kecamatan Temon dapat dilakukan  sebagai berikut: (a) pemberian penghargaan/apresiasi kepada petani yang telah berhasil mengembangkan pertanian organik, (b) pemerintah perlu membantu petani dalam mendapatkan  sertifikat produk pertanian organik, (c) pembuatan lahan percontohan/demplot pertanian organik, (d) pemberdayaan peran kelembagaan, (e) kegiatan sosialisasi kepada petani, konsumen  pedagang, pemerintah daerah, penyuluh, dan institusi terkait lainnya, (f) mengintegrasikan pembangunan bidang pertanian dan peternakan,(g) pelatihan teknologi pembuatan pupuk organik dan pestisida organik, (h) meningkatkan produksi pertanian organik, (i) bekerjasama dengan kelompok tani semi organik untuk mengembangkan pertanian organik, (j) mengusahakan  padi varietas lokal, (k) meningkatkan penggunaan pupuk organik, (l) kebijakan penyediaan dan subsidi sarana dan prasarana pertanian organik, (m) petani organik harus menjaga kepercayaan kepada konsumen, (n) pengembangan kualitas sumberdaya manusia melaui pendidikan dan pelatihan. ABSTRACT The Green Revolution has caused many negative impacts both on the environment, agricultural biodiversity, and socioeconomic conditions. The research objective is to assess: 1) the suitability of land for rice crops, 2) the potential of organic fertilizer from agricultural waste, 3) socio-economic characteristics of farmers, and 4) formulating development strategy of organic paddy farming. The method used in this study is a survey method. The sampling technique purposive sampling area for the physical aspects of land and purposive sampling to sample farmers. Software data processing techniques with LCLP, frequency table, and a SWOT analysis. Results of research and discussion of quantitative and qualitative analysis. The results showed that land suitability classes for rice crops in the study area is marginally suitable (S3) with an area of 1165.77 ha or 99.11% and is not appropriate at this time (N1) with an area of 10.51 ha, or 0.89% , the potential of organic fertilizer from agricultural waste in the first planting season was 5070.05 tons and the growing season II is 3595.04 tons, internal social and economic characteristics of farmers have better strength than the external socio-economic characteristics of farmers for the development of organic farming rice paddy fields in the study area , strategy development of rice farming organic farm in Temon can be done as follows: (a) the award / appreciation to the farmers who have managed to develop organic farming, (b) the government should help farmers in getting the certificate of organic agricultural products, (c) the manufacture of land pilot / demonstration plots of organic farming, (d) the empowerment of the role of institutions, (e) dissemination to farmers, consumers merchants, local governments, extension agents, and other relevant institutions, (f) integrating the development of agriculture and animal husbandry, (g) training of manufacturing technology organic fertilizers and organic pesticides, (h) increases the production of organic farming, (i) in cooperation with farmer groups semi-organic to develop organic farming, (j) promoting paddy local variety, (c) increase the use of organic fertilizers, (l) a policy provision and subsidized infrastructure organic farming, (m) organic farmers must maintain the trust of the consumer, (n) developing human resources through education and training.
KAJIAN GEOMORFOLOGI UNTUK PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI OYO, GUNUNGKIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Karmono Mangunsukardjo
Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.13231

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan geomorfologi dalam perencanaan penggunaan lahan di Daerah Aliran Sungai Oyo, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Arahan perencanaan penggunaan lahan didasarkan pada kelas kemampuan lahan dengan satuan medan sebagai satuan evaluasi dan acuan petanya. Satuan medan yang disusun atas satuan bentuklahan, lereng, dan tanah, sedangkan untuk penentuan kelas kemampuan lahannya ditambang dengan factor batu di permukaan, airtanah, dan genangan. Evaluasi kemampuan lahan dilakukan dengan cara matching antara karakteristik lahan dalam setiap satuan medan terhadap persyaratan kelas kemampuan lahan dengan menggunakan system informasi geografis (SIG). Hasil penelitian menunjukkan bahwa satuan medan yang disusun berdasarkan kerangka dasar geomorfologi mampu memberikan penilaian kemampuan lahan dan arahan penggunaan lahan. Satuan medan pegunungan structural-denudasional (SP), perbukitan structural-denudasional (SB), mempunyai kelas kemampuan lahan VI, sehingga tidak boleh dimanfaatkan dan seharusnya dijadikan lahan konservasi. Satuan medan lain yang mempunyai kelas kemampuan lahan IV seperti SBk, KD, KDt dapat dimanfaatkan untuk pertanian sangat terbatas. Satuan medan yang berkelas kemampuan lahan III adalah FT, SI, KDa, dan KLb yang memungkinkan untuk lahan pertanian terbatas. Erosi dan sifat tanah merupakan faktor kendala lahan pertanian pada satuan medan dengan kelas kemampuan lahan III.
POLA ALIH FUNGSI PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU PADA KAWASAN PERKOTAAN DI PULAU JAWA STUDI KASUS DI KOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT Engkus Kusnadi Wikarta
Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mgi.13270

Abstract

ABSTRAK Penelitian int bertujuan untuk mengetahui (a) rencana dan realisasi pemanfaatan ruang terbuka hijau sebagai komponen pembangunan kota berkelanjutan, (b) proses alih fungsi dan pola pemanfaatan ruang terbuka hijau di kawasan perkotaan menjadi ruang terbangun, dan (c) upaya dan ketegasan pemerintah daerah dalam mengatasi terjadinya alih fungsi ruang terbuka hijau menjadi ruang terbangun di wilayahnya. Kota Bandung dipilih secara purposive sebagai lokasi penelitian, dan metode penelitian yang digunakan ialah survey deskriptif yaitu melalui penelusuran historis perkembangan Kota Bandung sejak mulai terbentuk sampai saat penelitian, dengan cara studi literatur dan mengungkap dokumen, catatan, makalah-makalah, dan penyafian di Surat Kabar. Untuk memahami hal-hal yang bersifat spesifik dilakukan dengan metode pengamatan lapangan (field observation).Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa (I) alih fungsi pemanfaatan RTH di Kota Bandung menjadi ruang terbangun terpolakan berdasarkan model pusat pengembangan (growth pole), yang menunjukkan bahwa proses pertumbuhan fisik kota terjadi tidak serentak dan tidak di sembarang tempat, melainkan dimulai pada pusat pengembangan utama yang dibangun sejak masa pemerintahan 'colonial Belanda tahun 1810, dan pertumbuhan itu menyebar ke sekitarnya dan ke sepanjang jaringan jalan utama (Jalan Daendels) dan jalan kolektor serta pusat-pusat kegiatan sekunder hingga sekarang, dengan intensitas yang berbeda-beda; (2) alih fungsi RTH terpolakan menurut face fasepertumbuhan model Friedmann, yaitu fase pertama, tidak terdapat hierarki dan interaksi spersial, fase kedua terjadi pusat pengembangan utama dengan di sekelilingnya sebagai daerah hinterland, fase ketiga, tumbuh pusat-pusat sekunder dan terbentuk hierarki kota dan terjadi interaksi spacial, dan fase keempat terbentuk interaksi spacial yang kuat dan efektif membentuk kola metropolitan., dan selanjutnya dengan kola metropolitan lainnya diprediksi akan berkembang membentuk Pulau Kota, (3) Kebijakan perluasan kota untuk memenuhi kebutuhan ruang terbangun yang dilakukan pemerintah daerah dengan mengembangkan pusat-pusat sekunder secara menyebar dan horizontal, ternyata pada wilayah yang mempunyai tingkat mobilitas penduduk yang tinggi seperti Kota Bandung, tanpa adanya land use control yang ketat dapat mendorong perluasan areal RTH yang bernilai spekulatif (speculative land value). (4) Pola alih fungsi pemanfaatan RTH menjadi ruang terbangun terutama didominasi bagi peruntukkan perumahan yang mencapai 57% pada tahun 2000 dan diproyeksikan menjadi 65% pada tahun 2005 dari areal luas kota. (5) Meningkatnya kawasan terbangun tersebut mempunyai konsekuensi logis dapat mengakibatkan terjadinya pernyusutan RTH, sehingga sampai dengan tahun 2000 mencapai  28%, dan diproyeksikan menjadi 10% pada tahun 2005. (6) Mengingat RTH sebagai komponen pembangunan kota yang berkelanjutan (sustainable cities development), yang keberadaannya berpengaruh terhadap keseimbangan lingkungan, tentunya untuk mengatasi terjadinya penyusutan RTH dimaksud sangat diperlukan peran serta stakeholder dalam setiap pengambilan keputusan. Dan (7) penyebab utama yang mendorong percepatan alih fungsi pemanfaatan RTH dapat dibedakan menjadi 2 faktor, ialah penataan ruang terbangun tidak dilaksanakan sejak awal secara terpadu, optimal, efisien, dan lemahnya status hukum (low enforcement) peruntukan RTH itu sendiri, sehingga sewaktu-waktu status hukumnya dapat berubah.Berkenaan dengan hal tersebut, diperlukan suatu upaya untuk (1) mengkaji kembali kebijakan perluasan kota berkenaan dengan penataan ruang terbangun baik bagi peruntukan perumahan maupun perdagangan, industry, dan infrastruktur; yang selama ini dilakukan secara horizontal, menyebar, dan terpencar. Hal ini mengingat dengan penerapan kebijakan tersebut tanpa landuse control yang ketat dapat berimplikasi kepada percepatan penyusutan RTH; (2) menetapkan RTH sebagai bagian perancangan kota (urban design), dengan status yang jelas dan mempunyai kekuatan hukum, sehingga status dan fungsinya tetap dapat dipertahankan untuk mendukung pembangunan kota berkelanjutan, walaupun berganti birokrasi; dan (3) mengembangkan suatu forum komunikasi yang efektif dapat mencapai sasaran dengan mendorong tumbuhnya partisipasi stakeholder untuk mengatasi penyusutan RTH yang merupakan komponen pembangunan kota berkelanjutan. 
Kapan Pasang Naik Dan Pasang Surut Harian Terjadi ? (sebuah gagasan) Antun Saidja
Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (85.57 KB) | DOI: 10.22146/mgi.5274

Abstract

..
PERBANDINGAN PREFERENSI PELAYANAN EKONOMI PENDUDUK RURAL DAN URBAN DI KABUPATEN SLEMAN Iis Herliany; R. Rijanta; Rini Rachmawati
Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1359.881 KB) | DOI: 10.22146/mgi.13327

Abstract

ABSTRAK Tulisan ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik fasilitas ritel, demografi, sosial ekonomi, dan preferensi fasilitas ritel antara rumah tangga di daerah pedesaan dan perkotaan, serta faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi mereka. Penelitian yang dilakukan di Cangkringan dan Kecamatan Depok sebagai daerah pedesaan dan perkotaan di Kabupaten Sleman. Penelitian ini mengungkapkan bahwa karakteristik fasilitas ritel, sosial-ekonomi rumah tangga dan perilaku dalam pemanfaatan pasar tradisional dan supermarket antara daerah-daerah yang berbeda. Preferensi pasar tradisional berbeda berdasarkan orientasi lokasi pemanfaatan. Preferensi mereka terhadap supermarket juga berbeda berdasarkan tingkat frekuensi pemanfaatan, orientasi lokasi pemanfaatan, dan preferensi faktor daya tarik. Perbedaan-perbedaan terkait dengan karakteristik perilaku sosial-ekonomi, demografi, dan belanja rumah tangga.ABSTRACT This paper is aimed at comparing the characteristic of retail facilities, demographic, socio-economic, and the preference of retail facilities between the households in the rural and urban areas, as well as the factors that correlate with those preferences. The research carried out in Cangkringan and Depok District as the rural and urban area in Sleman Regency. The research reveals thatthe characteristic of retail facilities, household’s socio-economics and behavior in the utilization of traditional market and supermarket between those areas are different. The preference of traditional market is different based on the orientation of the utilization location. Their preferences towards supermarket are also different based on the level of the utilization frequency, the orientation of utilization location, and the preference of attractiveness factors. Those differences are related with the socio-economic, demographic, and shopping behavior characteristic of the households.ABSTRACT This paper is aimed at comparing the characteristic of retail facilities, demographic, socio-economic, and the preference of retail facilities between the households in the rural and urban areas, as well as the factors that correlate with those preferences. The research carried out in Cangkringan and Depok District as the rural and urban area in Sleman Regency. The research reveals thatthe characteristic of retail facilities, household’s socio-economics and behavior in the utilization of traditional market and supermarket between those areas are different. The preference of traditional market is different based on the orientation of the utilization location. Their preferences towards supermarket are also different based on the level of the utilization frequency, the orientation of utilization location, and the preference of attractiveness factors. Those differences are related with the socio-economic, demographic, and shopping behavior characteristic of the households.
Kualitas Permukiman di Basin Wonosari dan Perbukitan Kars Gunungsewu di Kabupaten Gunungkidul Hana Eka Dharma Putri Riwu Kabo; Sri Rum Giyarsih
Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia
Publisher : Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1499.912 KB) | DOI: 10.22146/mgi.33584

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas permukiman pada bentuklahan Basin Wonosari dan Perbukitan Kars Gunungsewu di Kabupaten Gunungkidul, mengetahui ada tidaknya pengaruh bentuklahan terhadap kualitas permukiman beserta perbedaannya, dan mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap kualitas permukiman pada kedua bentuk lahan tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survai. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara kepada masyarakat di Kecamatan Wonosari yang mewakili bentuklahan Basin Wonosari dan Kecamatan Panggang yang mewakili bentuk lahan perbukitan kars Gunungsewu. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling. Pengolahan dan analisis data untuk mencapai tujuan pertama dengan menggunakan tabel frekuensi tunggal. Untuk mengetahui perbedaan kualitas permukiman pada kedua bentuk lahan digunakan uji Mann Whiteney-U. Sementara itu untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kualitas permukiman digunakan uji regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas permukiman pada bentuklahan Basin Wonosari lebih baik dibanding bentuklahan Perbukitan Kars Gunungsewu. Penelitian ini juga menemukan bahwa bentuk lahan tidak berpengaruh terhadap kualitas permukiman dan tidak ada perbedaan signifikan antara kualitas permukiman di kedua bentuk lahan tersebut. Temuan penelitian yang lain yaitu  variabel sosial ekonomi masyarakat memberikan pengaruh tidak langsung terhadap kualitas permukiman.

Page 6 of 42 | Total Record : 411


Filter by Year

1988 2025


Filter By Issues
All Issue Vol 39, No 2 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 39, No 1 (2025): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 2 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 38, No 1 (2024): Majalah Geografi Indonesia Vol 37, No 2 (2023): Majalah Geografi Indoenesia Vol 37, No 1 (2023): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 2 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 36, No 1 (2022): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 2 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 35, No 1 (2021): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 2 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 34, No 1 (2020): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 2 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 33, No 1 (2019): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 2 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 32, No 1 (2018): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 2 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 31, No 1 (2017): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 2 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 30, No 1 (2016): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 2 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 29, No 1 (2015): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 2 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 28, No 1 (2014): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 2 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 27, No 1 (2013): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 2 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 26, No 1 (2012): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 2 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 25, No 1 (2011): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 2 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 24, No 1 (2010): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 2 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 23, No 1 (2009): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 2 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 22, No 1 (2008): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 2 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 20, No 1 (2006): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 2 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 19, No 1 (2005): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 2 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 18, No 1 (2004): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 2 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 17, No 1 (2003): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 2 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 16, No 1 (2002): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 2 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 15, No 1 (2001): Majalah Geografi Indonesia Vol 14, No 1 (2000) Vol 14, No 1 (2000): Majalah Geografi Indonesia Vol 10, No 17 (1996): Majalah Geografi Indonesia Vol 6, No 9 (1992) Vol 6, No 9 (1992): Majalah Geografi Indonesia Vol 2, No 3 (1989) Vol 2, No 3 (1989): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 2 (1988) Vol 1, No 2 (1988): Majalah Geografi Indonesia Vol 1, No 1 (1988) Vol 1, No 1 (1988): Majalah Geografi Indonesia More Issue