cover
Contact Name
Arifa Chan
Contact Email
uppublikasi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
uppublikasi@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 23561297     EISSN : 25287222     DOI : -
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar (JTIDP) published by Indonesian Center for Estate Crops Research and Development is a peer-reviewed and open access journal that publishes significant and important research from area of agricultural science on industrial and beverage crops.
Arjuna Subject : -
Articles 407 Documents
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Adopsi Benih Unggul Kopi di Lampung Listyati, Dewi; Sudjarmoko, Bedy; Hasibuan, Abdul Muis
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 2 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan kopi (Coffea sp.) di Indonesia sebagian besar merupakan perkebunan rakyat. Produktivitasnya masih rendah karena umumnya tidak menggunakan benih unggul, sedangkan benih unggul memiliki peranan penting dalam mencapai keberhasilan usahatani kopi. Penelitian bertujuan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan petani dalam mengadopsi benih unggul kopi. Penelitian dilakukan secara survey di Provinsi Lampung pada bulan September-Oktober 2012. Analisis data dilakukan secara deskriptif serta menggunakan Structural Equation Model (SEM). Hasil analisis menunjukkan bahwa adopsi benih unggul kopi oleh petani dipengaruhi secara langsung oleh persepsi petani terhadap benih dan ketersediaan benih unggul. Kedua variabel ini memberikan pengaruh yang positif terhadap adopsi benih unggul kopi. Beberapa indikator yang merefleksikan persepsi petani terhadap benih unggul kopi, yaitu produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit, umur panen, umur produktif, efisiensi penggunaan pupuk, kemudahan dalam pemeliharaan, dan kualitas benih. Sedangkan faktor eksternal dan karakteristik petani memberikan pengaruh tidak langsung terhadap adopsi teknologi melalui persepsi terhadap benih dan ketersediaan benih.Kata Kunci: Coffea sp., adopsi, benih unggul, persepsiCoffee (Coffea sp.) development in Indonesia are mostly in smallholders plantation. Their productivity are still low due to generally not using the superior seeds, while superior seeds have an important role in achieving the success of coffee farming. The objective of this research was to determine the factors that affected farmers to adopt coffee superior seeds. This research was conducted in survey methods in Lampung Province from September to October 2012. Data were analyzed using descriptive and Structural Equation Model (SEM). Results showed that the adoption of superior seeds by farmers were affected directly by perception on seeds and availability of superior seeds. Both of these variables have a positive effect to increase adoption. Several indicators that reflect the farmers percepetion on coffee superior seeds were productivity, resistance to pests and diseases, harvesting age, productive age, fertilizer use efficiency, ease of cultivation, and seeds quality. The external factor and farmer characteristics are affect indirectly on adoption through perception and availability of seeds.
Status Hara Tanaman Lada Bangka Belitung Daras, Usman; Tjahjana, Bambang Eka; Herwan, Herwan
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ada indikasi rendahnya produktivitas lada di Bangka Belitung (Babel) disebabkan karena petani tidak mampu merawat tanaman secara baik. Dalam merawat tanaman, petani juga melakukan pemupukan meskipun dosis yang diberikan mungkin lebih rendah dari yang dibutuhkan, bahkan unsur pupuk tertentu lain belum pernah diberikan sama sekali. Indikasi ke arah itu diperlihatkan oleh sering dijumpainya tanaman lada yang memperlihatkan gejala defisiensi hara. Untuk itu dilakukan penelitian dalam bentuk survei tanaman lada petani di Kabupaten Bangka, Bangka Tengah dan Bangka Selatan. Setiap kebun lada contoh terpilih, diamati kondisi umum pertumbuhan dan perkiraan tingkat produktivitasnya dengan mewancarai sejumlah petani lada, serta diambil beberapa contoh daun lada dan tanahnya secara komposit untuk dianalisis kandungan haranya di laboratorium. Hasil penelitian menunjukkan kondisi kebun lada petani memperlihatkan pertumbuhan dan hasil lada yang beragam. Kandungan hara N daun sebagian besar masuk kategori sedang (1,65-2,79% N), bahkan tinggi (> 2,79% N). Hara P pada kisaran 0,10–0,18%, sehingga masuk kategori cukup, meskipun sebagian besar nilainya mendekati batas bawah (0,10% P). Sebagian besar kebun lada (68%) memiliki kandungan K daun rendah (< 1,78% K), bahkan mendekati batas bawah (kritis), 0,33% K. Kandungan Ca pada kisaran 0,33-0,54% (rendah), jauh dari kandungan optimal 1,42-3,33% Ca. Sedangkan status Mg bervariasi dari 0,10% (terendah) sampai 0,46% (tertinggi). Pada kebun-kebun lada dengan kandungan Mg daun berkisar 0,10-0,28% memperlihatkan gejala defisiensi. Nutrient status of black pepper grown in Bangka BelitungABTRACT There are greatly various growth performances of black pepper grown in Bangka Belitung. Among them may be classified into the worse ones or low in achieving of yields due to unability of farmers in maintenance of the crops adequately. To increase yields of the crop, they use fertilizers eventhough the kind and amount of nutrients added may be unappropriate manner or never at all. Nutrient disorders in plant may appear in many ways such as reduced growth, off-colored leaves, abnormally shaped leaves and stems and and a breakdown of certain parts of the plant.  If deficiency of a certain nurient becomes more severe, visual symptoms may spread over the whole plant leaves, may become more chlorotic or bleached in appearance, and death of plant parts. A field survey was carried out on black peppers grown at Bangka, particularly districts of Bangka, Central Bangka and South Bangka in 2010. Parameters observed were quality of growth, productivity, cultural practices applied, and nutrient content of sampled leaves and soils on which the crops are planted. Lacking of a nutrient supply is some extent easely to be identified from specific symptoms of growth, but some others not or hard because it might be not single factor. Leaf and soil analysis are therefore needed to confirm nutrient status to support the growth. Results show that there were strong evident that status of macro nutrients like N and P are likely not to be serious constraints in growing of the crop. On the other hands, those of K, Ca and Mg are under suboptimal conditions of black pepper. Content of K leave ranged of 0.51 to 1.99% being mostly less than those of the need for optimal growth of black pepper 1.78-2.84% K. The others like Ca and Mg in leaves are also low ranging of 0.33 to 0.54% (low), and 0.10% (deficient) to 0.46% (optimum), respectively. Of the leaves having Mg content ranging from 0.10 to 0.28% reveal chlorotic, a type of deficiency symptom characterized by yellowing localized over individual leaves or isolated between some leaf veins (interveinal chlorosis).
Aktivitas Insektisida Ekstrak Piperaceae terhadap Helopeltis antonii pada Kakao Indriati, Gusti; Samsudin, Samsudin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Helopeltis antonii merupakan hama pucuk dan buah kakao. Pengendalian menggunakan insektisida kimia cukup efektif untuk mengendalikan hama ini, akan tetapi dapat menimbulkan efek negatif pada lingkungan. Oleh sebab itu, pengendalian menggunakan insektisida yang berasal dari tumbuhan dapat menjadi alternatif yang lebih aman. Penelitian bertujuan mengevaluasi aktivitas insektisida dari ekstrak empat jenis tumbuhan dari famili Piperaceae, yaitu Piper aduncum, P. retrofractum, P. cubeba, dan P. sarmentosum, terhadap H. antonii pada kakao. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Proteksi Tanaman Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Sukabumi pada bulan Januari sampai November 2013. Setiap jenis ekstrak diuji pada taraf konsentrasi 1%; 0,5%; 0,25%; 0,125%; 0,062%; dan kontrol (campuran aseton, methanol, dan Tween-80 dengan perbandingan 5:5:2) sebanyak 1,2%. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Uji toksisitas menggunakan imago H. antonii dengan metode penyemprotan serangga uji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat buah P. retrofractum pada konsentrasi 0,25% menyebabkan kematian imago sebesar 83,33% pada 120 jam setelah perlakuan (JSP), sedangkan ekstrak etil asetat P. aduncum, P. cubeba, dan P. sarmentosum pada konsentrasi dan waktu yang sama hanya menyebabkan kematian berturut-turut 33,33%; 20%; dan 13,33%. Aktivitas insektisida dari ekstrak etil asetat buah P. retrofractum paling kuat terhadap imago H. antonii karena mengandung senyawa piperin, yaitu 1-[(2E,4E)-5-(1,3-benzodioxol-5-yl)-2,4-pentadienoyl] piperidine; (E,E) 1,3-benzodioxol-5-yl-1-oxo-2,4-pentadienyl-piperidine; dan 3-benzodioxol-5-yl-1-oxo-2,4-pentadienyl-piperine. LC95 ekstrak etil asetat buah P. retrofractum terhadap imago H. antonii dibawah 0,5% sehingga paling berpotensi untuk dikembangkan menjadi insektisida nabati pengendali hama tersebut pada kakao.Kata Kunci: Helopeltis antonii, Piperaceae, aktifitas insektisida, kakaoHelopeltis antonii is one of cocoa pest that attacks the shoot and pods. The insecticides can control this pest effectivelly, but could cause negative effects on the environment. Therefore, botanical insecticide could be a safer alternative for environment. The objective of this study was to evaluate the insecticidal activity of Piperaceae extracts: Piper aduncum, P. retrofractum, P. cubeba, and P. sarmentosum against H. antonii on cocoa. The experiment was conducted at the Plant Protection Laboratory of Indonesian Industrial and Beverage Crops Research Institute (IIBCRI) Sukabumi, from January to November 2013. Those extracts were tested at 1%; 0.5%; 0.25%; 0.125%; 0.062% concentration level, respectively; and control (a mixture of acetone, methanol and Tween-80 with a ratio of 5:5:2) at 1.2% concentration level. All of treatments were repeated 3 times. The toxicity assessment was use of spraying method onto imago of H.antonii. The results showed that the ethyl acetate extract of P. retrofractum at 0.25% concentration caused 83.33% mortality of H. antonii imago at 120 hours after treatment (HAT), while the ethyl acetate extract of P. aduncum, P. cubeba, and P. Sarmentosum at the same time and concentration only leads to 33.33%; 20%; and 13.33% mortality, respectively. The insecticidal activity of P. retrofractum ethyl acetate extract was strongest against the imago of H. antonii because it contains piperine: 1-[(2E, 4E)-5 (1,3-benzodioxol-5-yl)-2,4-pentadienoyl] piperidine; (E,E) 1,3-benzodioxol-5-yl-1-oxo-2,4-pentadienyl-piperidine; and 3-benzodioxol-5-yl-1-oxo-2,4-pentadienyl-piperine. LC95 of P. retrofractum ethyl acetate extract against imago of H. antonii was below 0.5%, so it become the most potential to develop into botanical insecticide.
Efisiensi Produksi Kakao Fermentasi pada Perkebunan Rakyat di Bali dengan Pendekatan Stochastic Frontier Rinaldi, Jemmy; Fariyanti, Anna; Jahroh, Siti
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 1 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kabupaten Tabanan adalah sentra produksi kakao di Bali yang sebagian besar adalah perkebunan rakyat dengan produktivitas kakaoyang dihasilkan semakin rendah. Daerah ini juga pernah menerapkan proses fermentasi biji kakao dengan harapan dapat meningkatkanpendapatannya, tetapi teknologi tersebut mulai ditinggalkan oleh petani. Tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis faktorfaktoryang mempengaruhi produksi biji kakao di Bali, (2) menganalisis efisiensi produksi biji kakao yang dihasilkan petani di Balidengan menerapkan teknologi fermentasi, dan (3) menganalisis pendapatan usahatani kakao dengan menerapkan teknologi fermentasipada perkebunan rakyat di Bali. Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer yang diperoleh dengan metode survei menggunakankuesioner. Responden dalam kajian ini sebanyak 100 orang petani kakao yang terbagi menjadi 40 orang petani kakao yang tidakmelakukan fermentasi dan 60 orang yang melakukan fermentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan pendekatan stochastic frontiermenggunakan alat analisis front 4.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh positif terhadap peningkatanproduksi kakao adalah tenaga kerja, pestisida dan luas lahan, sedangkan faktor yang berpengaruh negatif adalah umur tanaman.Produksi kakao di tingkat perkebunan rakyat telah efisien dilakukan, tetapi proses pengolahan biji kakao dengan teknologi fermentasimemiliki tingkat efisiensi yang lebih kecil dibandingkan tidak difermentasi. Tingkat pendapatan usahatani kakao per hektar per tahundengan menerapkan teknologi fermentasi Rp. 5.014.877,44 lebih besar dibandingkan tidak menerapkan teknologi fermentasi, yaituRp. 4.654.809,24. Penerapan teknologi fermentasi pada proses pengolahan biji kakao dapat meningkatkan pendapatan petani.Kata Kunci: Kakao, efisiensi produksi, stochastic frontier, teknologi fermentasiTabanan District is a cocoa production center in Bali by which the crops are mostly grown in small-scale and low in productivity as well. In this areafarmers had implemented fermentation process of cocoa beans to increase their income, although the technology was left. The objectives of this studywere: (1) to analyze the factors affecting the production of cocoa beans in Bali, and (2) to analyze efficiency of cocoa production by farmers in Bali,and (3) to analyze cocoa farm income for the farmers having implemented the fermentation technology. A questionnaire survey was conducted for 100cocoa farmers consisting of 60 farmers having implemented the fermentation technology and 40 farmers did not. Front 4.1 analysis was employed inorder to estimate the stochastic frontier production. The results showed that factors like labor, pesticides and land area had positive correlation inincreasing of cocoa production. In contrast, plant age had the negative correlation. In general small-scale cocoa farmers were efficient. In addition,the farmers who implemented the fermentation technology seemed to be less efficient compared to farmers who did not implement the technology.However, the farmers who implemented the fermentation technology seemed to have higher income of Rp. 5.014.877,44 being high compared tothose who did not implement the technology of Rp 4.654.809,24. The implementation of fermentation technology in cocoa beans could increasefarmers’ income.
PENGUJIAN VIABILITAS BENIH JAMBU METE ASAL BUAH SEMU TIDAK NORMAL Saefudin, Saefudin; Tjahjana, Bambang Eka
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 2 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian untuk mengetahui pengaruh kerusakan buah semu jambu mete terhadap viabilitas dan pertumbuhan benih jambu mete telah dilakukan mulai bulan Januari  sampai  Desember 2009 di Kebun Percobaan Cikampek, Jawa. Bahan yang digunakan adalah benih jambu mete dari Desa Watukawula, Kecamatan Wewewa, Kabupaten Sumba Barat Daya, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Percobaan disusun dengan dua taraf perlakuan yaitu benih jambu mete yang berasal dari buah semu normal beraroma harum dan benih yang berasal dari buah semu rusak mengering. Jumlah sampel yang digunakan untuk mengetahui perkecambahan benih dan bobot serta ukuran benih sebanyak 60 butir benih setiap perlakuan, sedangkan untuk mengetahui pertumbuhan bibit digunakan 30 polybag pada setiap perlakuan. Analisis data dilakukan dengan uji t pada taraf 5% secara  berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kerusakan buah semu berpengaruh terhadap bobot, tebal, dan viabilitas benih serta pertumbuhan tinggi bibit, sedangkan panjang dan lebar benih, serta diameter batang dan jumlah daun tidak berpengaruh. Bobot dan viabilitas benih jambu mete asal buah semu normal 6.7 g dan 77.7 %, sedang asal buah semu rusak 4.7 g dan  51.0 %.Viability of seeds taken from abnormal cashew applesABSTRACTViability of seeds taken from abnormal cashew apples. The experiment was carried out from January  to December 2009 to know about effect damage of cashew apple to the seed viability and growth of cashew seedling on Cikampek Experimental Station, West Java. Material was used cashew seed from Watukawula village, Wewewa Sub District, Southwest Sumba district, province of Nusa Tenggara Barat. The experiment was arranged with observation on two treatment i.e : Seed was harvested  with normal cashew apple and seed was harvested with damaged cashew apples. Number of sample was used to know the seed viability is 60 seeds for each treatment, further more to know the growth of cashew seedling was used 30 polybag per treatment. Analysis was used t-Student test with 5% level paired. Result of this experiment showed that the good seed viability was seed from normal compare with damaged cashew apples, 77.7% and 51.0% respectively. The best seed quality and viability was seed from normal cashew apples
Penggunaan Air Kelapa dan Beberapa Auksin untuk Induksi Multiplikasi Tunas dan Perakaran Lada Secara In Vitro Sulistiyorini, Indah; Ibrahim, Meynarti Sari Dewi; Syafaruddin, Syafaruddin
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peningkatan produktivitas lada perlu didukung oleh ketersediaan benih unggul. Perbanyakan lada secara in vitro dapat digunakan sebagai alternatif untuk menghasilkan benih lada dalam jumlah banyak dan waktu yang relatif singkat. Salah satu faktor yang menentukan keberhasilan kultur in vitro adalah penggunaan zat pengatur tumbuh. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar mulai bulan Maret-September 2011. Penelitian terdiri dari 2 kegiatan yaitu induksi multiplikasi tunas dan induksi perakaran. Masing-masing bertujuan untuk menganalisis penggunaan konsentrasi air kelapa terhadap multiplikasi tunas lada dan pengaruh penggunaan jenis dan konsentrasi auksin terhadap induksi perakaran lada secara in vitro. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan uji lanjut DMRT. Perlakuan induksi multiplikasi terdiri dari konsentrasi air kelapa, yaitu 10, 20, 30, 40, 50% dan sebagai pembanding adalah BA 0,3 mg/l, sedangkan induksi perakaran lada digunakan beberapa auksin, yaitu IBA, IAA dan 2,4-D dengan konsentrasi masing-masing adalah 0,1, 0,3, dan 0,5 mg/l. Hasil penelitian menunjukkan penggunaan air kelapa untuk perlakuan induksi multiplikasi tunas pada semua konsentrasi lebih memacu pembentukan akar, selain itu kultur yang dihasilkan mempunyai pertumbuhan normal dan lebih vigor dibandingkan perlakuan BA 0,3 mg/l. Perlakuan BA 0,3 mg/l menghasilkan jumlah tunas dan jumlah daun lebih banyak dibandingkan perlakuan air kelapa sebesar 2,69 dan 10,73. Penggunaan IAA 0,1 mg/l untuk induksi perakaran mampu menginduksi akar sebanyak 8,26 lebih banyak dibandingkan auksin yang lain.  The Use of Coconut Water And Several Auxin for Shoot Multiplication And Rooting Induction in Black Pepper In VitroABSTRACT Increased productivity of pepper should be supported by the availability of improved seed. Propagation black pepper in vitro can be used as an alternative to produce large amounts of black pepper cuttings in a relatively short time. One of the factors that determine the success of in vitro culture is the use of plant growth regulators used. Research was conducted in the laboratory tissue culture from March to September 2011. This research consists of two activities, the induction of shoot multiplication and rooting induction. Each aims to analyze the addition of coconut water concentration on shoot multiplication black pepper and determine the effect of the addition of the type and concentration of auxin for induction in vitro rooting of black pepper. Design used were completely randomized design and use advanced testing DMRT. Treatment consisted of induction multiplication coconut water concentration, namely 10, 20, 30, 40, 50%, and as a comparison is BA 0.3 mg/l, and black pepper root induction treatment using several auxin is IBA, IAA and 2.4-D with the concentration of each was 0.1 mg/l, 0.3 mg/l and 0.5 mg/l.  The results showed the use of coconut water for shoot multiplication induction treatment at all concentrations stimulate root formation, in addition to the culture that has produced more normal growth and vigor than the treatment of BA 0.3 mg/l. Treatment BA 0.3 mg/l produce shoots leaves more than coconut water treatment at 2.69 and 10.73. The use of IAA 0.1 mg/l for induction were able to induce root 8.26 more as compared to other auxin.
Pengaruh Varietas dan Tingkat Kematangan Buah terhadap Perkecambahan dan Fisik Benih Kopi Arabika Saefudin, Saefudin; Wardiana, Edi
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 3 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Salah satu ciri untuk menentukan perbedaan tingkat kematangan buah pada tanaman kopi adalah didasarkan pada perbedaan warna kulit buah dan atau berdasarkan umur buah yang dihitung dari hari setelah anthesis (HSA). Secara umum, panen buah berwarna merah dapat menghasilkan perkecambahan yang lebih baik dibandingkan dengan buah warna hijau. Percobaan ini dilakukan di Kebun Percobaan Pakuwon serta Rumah Kaca dan Laboratorium Ekofisiologi Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar, Sukabumi, mulai bulan April sampai Agustus 2013, dengan tujuan menganalisis pengaruh perbedaan varietas dan tingkat kematangan buah terhadap perkecambahan dan komponen fisik benih kopi Arabika. Rancangan yang digunakan adalah petak terpisah yang diulang tiga kali. Sebagai petak utama adalah empat varietas kopi Arabika, yaitu Sigarar Utang, Kartika 1, S 795, dan Kartika 2. Sebagai anak petak adalah empat taraf tingkat kematangan buah yang secara operasional didefinisikan sebagai panen buah warna merah (≈ 249 HSA), kuning-kemerahan (≈241 HSA), kuning (≈233 HSA), dan hijau-kekuningan (≈225 HSA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa varietas dan tingkat kematangan buah berpengaruh terhadap kecepatan perkecambahan benih kopi Arabika. Varietas S 795 lebih cepat berkecambah dibandingkan varietas Sigarar Utang, Kartika 1, dan Kartika 2. Buah warna merah, kuning-kemerahan, dan kuning lebih cepat berkecambah dibandingkan buah warna hijau-kekuningan. Varietas Sigarar Utang memiliki bobot segar buah, bobot segar biji, dan bobot kering biji yang lebih tinggi serta kadar air biji yang rendah, diikuti oleh varietas S 795, Kartika 1, dan Kartika 2. Keberhasilan perkecambahan tidak hanya ditentukan oleh komponen mutu fisik benih, tetapi dipengaruhi juga oleh faktor lingkungan.Kata Kunci: Kopi Arabika, perkecambahan, komponen fisik benih, varietas, tingkat kematangan buahOne characteristic in determining the differences of fruit maturity levels in coffee is based on the difference in colour of epicarp or based on the ages of fruit that is calculated starting on a days after anthesis (HSA). In general, fruits in cherry level can result better germination than green level. This experiment was conducted at Pakuwon Experimental Station, Laboratory and Greenhouse of Indonesian Industrial and Beverage Crops Research Institute, Sukabumi, beginning from April until August 2013. The objectives of this study was to analyze the effect of varieties and fruit maturation stages on germinations and physical components of Arabica coffee seeds. The split plot design with three replications was used in this study. The main plot factors were four varieties of Arabica coffee i.e. Sigarar Utang, Kartika 1, S 795, and Kartika 2. While the split plot factors were four level of fruit maturation stages defined operationally by harvest fruit in cherry level (≈249 HSA), redish-yellow level (≈241 HSA), yellow level (≈233 HSA), and yellowish-green level (≈225 HSA). The results showed that the difference in coffee varieties and fruit maturation stages affect the germination speed of Arabica coffee seed. S 795 more faster to germinate than Sigarar Utang, Kartika 1, and Kartika 2. Similarly, fruit in the cherry level, redish-yellow, and yellow more faster to germinate than fruit in the yellowih-green level. Sigarar Utang has the highest in fresh weight of fruit and seed and dry weight of seed, and the lowest in seed water content, followed by S 795, Kartika 1, and Kartika 2. The germination success not only determined by seed physical quality components but is also influenced by environmental factors.
Analisis Pendapatan Petani Karet pada Sistem Peremajaan Bertahap Listyati, Dewi; Ferry, Yulius
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 3 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

peremajaan di perkebunan rakyat adalah terbatasnya modal petani dan kekhawatiran petani kehilangan pendapatan selama peremajaan. Penelitian bertujuan mendapatkan sistem peremajaan yang lebih murah dan efisien, serta menjamin kesinambungan pendapatan petani. Penelitian dilaksanakan Januari 2012 – Juni 2014 di Kecamatan Way Tuba, Kabupaten Way Kanan, Lampung. Penelitian dirancang menggunakan 8 sistem peremajaan, yaitu (1) 30%-30%-40% + jagung, (2) 30%-30%-40% + kacang tanah, (3) 50%-50% + jagung, (4) 50%-50% + kacang tanah, (5) 70%-30% + jagung, (6) 70%-30% + kacang tanah, (7) 100% + jagung, (8) 100% + kacang tanah. Data yang dikumpulkan meliputi penerimaan dari hasil penjualan lump tanaman karet tua, penjualan kayu tanaman karet yang ditebang, penjualan produksi tanaman sela selama dua kali musim tanam/tahun, biaya usaha tani dan pendapatan petani. Hasil penelitian menunjukkan model peremajaan tebang 100% memberikan pendapatan yang terbesar pada umur karet TBM, namun memerlukan biaya tunai yang juga lebih besar. Jumlah pendapatan atas biaya tunai selama 3 tahun dari model peremajaan 100% antara Rp46.412.000,00 (R/C=3,83)–Rp55.080.000,00 (R/C=3,83). Berdasarkan nilai R/C yang diperoleh maka alternatif model peremajaan dipilih model peremajaan 70%-30% atau 50%-50%. Jumlah pendapatan biaya tunai yang diperoleh dari model peremajaan 70%-30% sebesar Rp45.035.000,00 (R/C=4,88)–Rp52.144.000,00 (R/C=4,87), sedangkan model peremajaan 50%-50%, sebesar Rp44.213.000,00 (R/C=5,07)–Rp50.944.000,00 (R/C=4,90). Pada peremajaan karet rakyat, peran tenaga kerja dalam keluarga sangat penting, selain mempercepat pekerjaan juga lebih hemat.Kata kunci: Hevea brasiliensis, peremajaan, tebang bertahap, pendapatan petaniRejuvenation is one of the efforts to increase the productivity of rubber tree (Hevea brasiliensis) that already old and damaged. The obstacle encountered during rejuvenation in smallholder rubber plantations is limited costs and losing of revenue. The objective of this study was to obtain the rejuvenation system which is cheaper and more efficient, as well as to ensure the continuity of farmers’ income. This research was carried out in Way Tuba District, Way Kanan Regency, Lampung from January 2012 – June 2014. The study was designed using eight rejuvenation systems, namely: (1) 30%-30%-40% + corn, (2) 30%-30%-40% + peanut, (3) 50%-50% + corn, (4) 50%-50% + peanut, (5) 70%-30% + corn, (6) 70%-30% + peanut, (7) 100% + corn, and 8) 100% + peanut. The collected data including revenue from lump of old rubber plant, revenue from timber, revenue from intercrops (two times during growing season/year), farming cost and farmers’ income. The results showed that the rejuvenation model at 100% of logging provide the highest revenue at immature rubber plantation, but require high cash costs. Total revenue for the cash costs for 3 years obtained from 100% rejuvenation model is IDR46,412,000.00–(R/C=3.83)–IDR55,080,000.00 (R/C=3.83). However, based on the R/C value, an alternative model of rejuvenation that can be selected are 70%-30% or 50%-50%. Total revenue at cash cost obtained from the rejuvenation model of 70%-30% is IDR45,035,000.00 (R/C=4.88)–IDR52,144,000.00 (R/C=4.87). Meanwhile, rejuvenation model of 50%-50% gives cash cost revenue of IDR44,213,000.00 (R/C=5.07)–IDR50,944,000.00 (R/C=4.90). The role of family member as a labour in the rejuvenation system is important to speed up the work, which would be more efficient.
Analisis Persepsi dan Sikap Petani terhadap Atribut Benih Kopi di Provinsi Lampung Hasibuan, Abdul Muis; Listyati, Dewi; Sudjarmoko, Bedy
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 3 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Adopsi benih kopi oleh petani sangat tergantung kepada penilaian petani terhadap beberapa faktor yang tersedia. Penelitian ini bertujuan mengetahui persepsi dan sikap petani terhadap atribut-atribut benih kopi (benih unggul dan lokal). Penelitian dilaksanakan di Provinsi Lampung pada bulan September sampai November 2012 dengan melakukan survei terhadap 62 orang responden. Data yang diperoleh dianalisis dengan multiatribut Fishbein. Hasil analisis menunjukkan bahwa petani menganggap bahwa atribut ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit merupakan atribut paling penting dalam adopsi benih kopi, kemudian diikuti oleh produktivitas. Atribut yang dianggap paling tidak penting adalah daya tumbuh benih. Sikap petani terhadap benih unggul kopi lebih tinggi dibandingkan benih lokal. Hal tersebut mendorong petani untuk lebih memilih menggunakan benih unggul dibandingkan benih lokal. Hasil survey menunjukkan bahwa 63,38% responden sudah menggunakan benih unggul.Kata Kunci: Kopi, benih unggul, lokal, persepsi, sikap, atributThe adoption of coffee seeds by farmer strongly infulenced by their assessment on the availability of several factors. The objective of this study was to determine the perceptions and attitudes of farmers on the attributes of coffee seeds (superior and local seeds). The research was conducted in Lampung Province in September to November 2012 with a survey of 62 respondents. Data were analyzed by Fishbein multi-attribute analysis. The results showed that the resistance to pests and diseases was the most important attributes, followed by productivity. Meanwhile seed viability attributes was the least important. The attitude of farmers towards superior seeds more higher than the local seed. It encourages farmers to prefer the superior seed compared to local seeds, and results of the survey showed that 63.38% of respondents already use the superior seed.
Pengaruh Teknologi Fermentasi terhadap Peningkatan Kualitas Biji dan Pendapatan Petani Kakao Djauhari, Achmad; Hasibuan, Abdul Muis; Rubiyo, Rubiyo
Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 3 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tanaman kakao merupakan komoditas utama bagi para petani di Kabupaten Tabanan Bali dan telah lama diusahakan. Mutu dan produktivitas kakao di Tabanan umumnya masih rendah, hal ini disebabkan oleh teknologi budidaya yang masih konvensional dan adanya serangan hama dan penyakit. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh fermentasi terhadap peningkatan kualitas biji kakao dan pendapatan petani. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi di Desa Mundeh Kauh, Kecamatan Selemadeg Barat, Kabupaten Tabanan dari tahun 2006 sampai 2009 dengan melibatkan satu kelompok Subak Abian (25 petani) dengan total luas areal 10 hektar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknologi fermentasi mampu menghasilkan kualitas biji kakao yang lebih baik. Pendapatan petani yang menerapkan teknologi fermentasi lebih besar dibandingkan yang tidak menerapkan teknologi fermentasi, demikian juga halnya dengan tingkat kelayakan finansialnya.Kata Kunci: Kakao, fermentasi, kualitas biji, pendapatan petaniCacao is a major commodity for farmers in Tabanan regency of Bali and had long been cultivated. The quality and productivity of cacao in Tabanan generally low caused by still using the conventional technology and pests and disease attack. The objectives of this study was to analyze the effect of fermentation technology for increasing the quality of cocoa beans and farmers income. The observation method involving the Subak Abian Group (25 farmers with a total area of 10 ha) in Mundeh Kauh Village, West Selemadeg, Tabanan District from 2006 until 2009 was used in this study. Result showed that fermentation technology was able to produce a better quality of cocoa beans. Income of farmers who applying fermentation technology was greater than the farmers who did not apply fermentation technology. The application of fermentation technology can significantly improve the financial feasibility.

Filter by Year

2011 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 9, No 1 (2022): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 8, No 3 (2021): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 8, No 2 (2021): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 8, No 1 (2021): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 7, No 3 (2020): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 7, No 2 (2020): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 7, No 1 (2020): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 6, No 3 (2019): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 6, No 2 (2019): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 6, No 1 (2019): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 5, No 3 (2018): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 5, No 2 (2018): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 5, No 1 (2018): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 3 (2017): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 2 (2017): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 1 (2017): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 3 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 2 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 3, No 1 (2016): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 3 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 2 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 2, No 1 (2015): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 3 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 3 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 2 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 2 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 1, No 1 (2014): Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar Vol 4, No 3 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 3 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 2 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 2 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 1 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 4, No 1 (2013): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 3 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 2 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 3, No 1 (2012): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 2, No 3 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Vol 2, No 2 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri Vol 2, No 2 (2011): Buletin Riset Tanaman Rempah Dan Aneka Tanaman Industri More Issue